Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Airaha, Vol.11, No.

02 (Dec 2022):204 – 208, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Sebaran Nitrat dan Fosfat di Permukaan Perairan Sabu Raijua


Distribution of Nitrate and Phosphate on the Surface of Sabu Raijua

Muhammad Romdonul Hakim1*), Muhamad Riyono Edi Prayitno1), Giani Eka Sakti1),
Safran Yusri2)
1
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran
2
Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI), Depok
*
Korespondensi: anugerah.hakim@gmail.com

Teregistrasi: 10 Mei 2022; Diterima setelah perbaikan: 03 November 2022;


Disetujui terbit: 07 November 2022

ABSTRAK
Nitrat dan fosfat merupakan zat hara yang sangat penting dan dibutuhkan oleh organisme laut
untuk metabolisme, pertumbuhan dan reproduksi. Penelitian ini bertujuan menentukan sebaran
nitrat dan fosfat di permukaan Perairan Sabu Raijua untuk mengetahui tingkat kesuburan di
perairan tersebut. Sampel air diambil secara in situ dan dianalisis menggunakan metode
spektrofotometri kemudian diinterpolasi dengan metode Inverse Distance Weighted (IDW)
untuk melihat pola sebarannya. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat dan
fosfat berada di atas standar baku mutu air laut untuk kehidupan biota laut. Konsentrasi nitrat
berkisar antara 0,124 – 0,235 mg/L dengan rata-rata sebesar 0,175 mg/L, sedangkan
konsentrasi fosfat berkisar antara 0,010 – 0,038 mg/L dengan rata-rata sebesar 0,017 mg/L.
Nitrat menunjukkan pola sebaran yang relatif lebih terkonsentrasi pada daerah-daerah
pemukiman penduduk, sedangkan fosfat memiliki pola sebaran yang relatif lebih tinggi pada
wilayah perairan bagian barat. Tingkat kesuburan perairan berdasarkan konsentrasi nitrat
berada di kategori oligotrofik, sedangkan berdasarkan konsentrasi fosfat berada dalam
kategori mesotrofik – eutrofik. Redfield rasio N:P menunjukkan bahwa secara umum nitrogen
menjadi faktor pembatas bagi produktivitas primer di Perairan Sabu Raijua.
Kata Kunci: Fosfat, Nitrat, Sabu Raijua

ABSTRACT
Nitrates and phosphates are very important nutrients and are needed by marine organisms for
metabolism, growth and reproduction. This study aims to determine the distribution of nitrate
and phosphate on the surface of the Sabu Raijua waters to determine the level of fertility in
these waters. Water samples were taken in situ and analyzed using spectrophotometric methods
and then interpolated using the Inverse Distance Weighted (IDW) method to see the distribution
pattern. The measurement results show that the concentration of nitrate and phosphate is above
the sea water quality standard for marine life. The nitrate concentration ranged from 0.124 –
0.235 mg/L with an average of 0.175 mg/L, while the phosphate concentration ranged from
0.010 – 0.038 mg/L with an average of 0.017 mg/L. Nitrate shows a distribution pattern that is
relatively more concentrated in residential areas, while phosphate has a relatively higher
distribution pattern in the western waters. The level of water fertility based on nitrate
concentration is in the oligotrophic category, while based on the phosphate concentration it is
in the mesotrophic – eutrophic category. Redfield N:P ratio shows that nitrogen is generally a
limiting factor for primary productivity in Sabu Raijua waters.
Keywords: Phosphate, Nitrate, Sabu Raijua

204
Jurnal Airaha, Vol.11, No.02 (Dec 2022):204 – 208, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

PENDAHULUAN
Perairan Sabu Raijua terletak di antara
Laut Sawu dan Samudera Hindia. Laut Sawu
merupakan kawasan Taman Nasional Perairan
yang merupakan bagian dari segitiga karang
(coral triangle) sehingga memiliki
keanekaragaman hayati laut yang tinggi.
Romadhoni et al. (2013) menyatakan bahwa
Laut Sawu merupakan wilayah perairan
penyumbang sumberdaya ikan di Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang terbesar, yaitu
lebih dari 65%. Taman Nasional Perairan Laut
Sawu juga menawarkan wisata bahari
Gambar 1. Lokasi Penelitian
cetacean watching yang sangat potensial
dalam peningkatan ekonomi (Sirait, 2016). Persiapan Alat dan Bahan
Dengan demikian, Perairan Sabu Raijua Alat dan bahan yang digunakan dalam
tentunya harus dijaga tetap lestari karena turut penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.
mempengaruhi kondisi perairan di Laut Sawu.
Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian
Nitrat dan fosfat merupakan zat hara Jenis Spesifikasi Kegunaan
yang sangat penting dan dibutuhkan oleh Botol Sampel 500 ml Menyimpan
organisme laut untuk metabolisme, sampel air
pertumbuhan dan reproduksi. Konsentrasi Cool Box 22 liter Menyimpan
sampel
nitrat dan fosfat di perairan berasosiasi dengan
GPS Garmin Menandai titik
oksigen terlarut yang berdampak dengan MAP 78s lokasi penelitian
aktivitas bakteri nitrifikasi. Konsentrasi nitrat Kertas Label Memberikan
dan fosfat menjadi indikator dalam keterangan pada
menentukan kesuburan dan pencemaran di botol sampel
Spektrofotometer UV-VIS, Mengukur
suatu perairan. Konsentrasi nitrat dan fosfat
Merck konsentrasi nitrat
yang tinggi dapat memicu terjadinya dan fosfat
pengayaan perairan yang dapat menyebabkan
terganggunya kelangsungan hidup berbagai Prosedur Penelitian
jenis biota laut (Nindarwi et al., 2021; Patty, Penentuan lokasi titik stasiun
2014; Setyorini & Maria, 2019; Widiardja et pengamatan dibuat tersebar di sekeliling
al., 2021). Pulau Sawu dan Pulau Raijua agar dapat
Oleh karena itu, diperlukan penelitian mewakili daerah penelitian secara
dengan tujuan menentukan sebaran nitrat dan keseluruhan sehingga dipilihlah titik
fosfat di permukaan Perairan Sabu Raijua pengamatan yang tersebar di kedua pulau
untuk mengetahui tingkat kesuburan di tersebut.
perairan tersebut. Pengambilan sampel air dilakukan
dengan menggunakan botol sampel 500 ml
METODE PENELITIAN yang kemudian dimasukkan ke dalam cool
Waktu dan Lokasi Penelitian box agar sampel tidak rusak.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Metode Analisis
Maret – Mei 2021 dengan pengambilan Sampel air laut dianalisis di
sampel air dilakukan pada tanggal 19 – 21 Laboratorium Kimia dan Mikrobiologi
Maret 2021 di Perairan Sabu Raijua Politeknik AUP Jakarta dengan menggunakan
ditunjukkan pada Gambar 1. metode spektrofotometri untuk mengukur

205
Jurnal Airaha, Vol.11, No.02 (Dec 2022):204 – 208, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

konsentrasi nitrat dan fosfat. Hasil Pada Gambar 2 terlihat Sebaran


pengukuran nitrat dan fosfat kemudian konsentrasi nitrat yang relatif tinggi terdapat
diinterpolasi dengan menggunakan metode pada stasiun 1, 3, 9 dan 11 dikarenakan dekat
IDW untuk melihat pola sebarannya di dengan pemukiman penduduk sebagai sumber
perairan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh limbah domestik yang berasal dari feses
Pramono (2008) menunjukkan bahwa manusia dan hewan ternak. Konsentrasi nitrat
interpolasi dengan metode IDW lebih akurat yang tinggi di perairan dapat disebabkan oleh
dikarenakan hasil interpolasinya memberikan masuknya limbah domestik ke dalam perairan
nilai yang mendekati nilai minimum dan (Mustofa, 2015; Patty et al., 2015; Rigitta et
maksimum dari sampel data yang digunakan. al., 2015; Romdhoni et al., 2015).
Rahayu et al. (2018) juga menggunakan Fosfat
metode interpolasi IDW untuk melihat
sebaran konsentrasi nitrat dan fosfat. Konsentrasi fosfat memiliki nilai
berkisar antara 0,010 – 0,038 mg/L dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN rata-rata sebesar 0,017 mg/L. Stasiun 4
merupakan stasiun dengan konsentrasi fosfat
Hasil pengukuran nitrat dan fosfat di
tertinggi, sedangkan stasiun 5 merupakan
Perairan Sabu Raijua ditunjukkan pada Tabel
stasiun dengan konsentrasi fosfat terendah.
2. Sedangkan, pola sebaran konsentrasi nitrat
dan fosfat ditunjukkan pada Gambar 2. Menurut KLH (2004) konsentrasi fosfat
Tabel 2. Konsentrasi Nitrat dan Fosfat di yang sesuai untuk kehidupan biota laut adalah
sebesar 0,015 mg/L. Sedangkan, hasil
Perairan Sabu Raijua
Nitrat Fosfat Rasio pengukuran fosfat di Perairan Sabu Raijua
Stasiun menunjukkan nilai yang sudah melebihi baku
(mg/L) (mg/L) N:P
1 0,200 0,013 15,385 : 1 mutu bagi kehidupan biota laut.
2 0,172 0,015 11,467 : 1
3 0,235 0,020 11,750 : 1 Pada Gambar 3 terlihat Sebaran
4 0,155 0,038 04,079 : 1 konsentrasi fosfat yang relatif tinggi terdapat
5 0,186 0,010 18,600 : 1 pada stasiun 4 dan 7 dikarenakan dekat
6 0,124 0,015 08,267 : 1 dengan daerah pertanian. Menurut Effendi
7 0,181 0,024 07,542 : 1
(2003) salah satu sumber fosfat di perairan
8 0,132 0,014 09,429 : 1
9 0,226 0,015 15,067 : 1 berasal dari pupuk pertanian yang terbawa
10 0,141 0,016 08,813 : 1 oleh aliran air sungai menuju laut. Selain itu,
11 0,220 0,014 15,714 : 1 pada stasiun 4 juga banyak ditemukan serasah
12 0,124 0,014 08,857 : 1 lamun yang tenggelam di dasar perairan
Nitrat karena berdekatan dengan ekosistem lamun
yang rapat. Salah satu sumber fosfat di
Konsentrasi nitrat di Perairan Sabu perairan adalah dari proses dekomposisi
Raijua yaitu berkisar antara 0,124 – 0,235 bahan organik didalam sedimen yang berasal
mg/L dengan rata-rata sebesar 0,175 mg/L. dari serasah lamun yang terurai (Silvia et al.,
Stasiun 3 merupakan stasiun dengan 2014; Wibowo et al., 2020).
konsentrasi nitrat tertinggi, sedangkan stasiun
dengan konsentrasi nitrat terendah terdapat Redfield Rasio N:P
pada stasiun 6 dan 12. Menurut KLH (2004) Menurut Widyastuti (2015) Redfield
konsentrasi nitrat yang layak untuk kehidupan rasio N:P dengan perbandingan 16:1
biota laut adalah sebesar 0,008 mg/L. umumnya digunakan sebagai acuan untuk
Sedangkan, hasil pengukuran nitrat di membedakan faktor pembatas antara N dan P
Perairan Sabu Raijua menunjukkan nilai di suatu perairan. Apabila rasio N dan P lebih
konsentrasi nitrat yang lebih tinggi dari baku besar dari 16:1 maka fosfor mejadi faktor
mutu yang telah ditetapkan. pembatas, begitu pula sebaliknya.

206
Jurnal Airaha, Vol.11, No.02 (Dec 2022):204 – 208, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Gambar 2. Pola Sebaran Konsentrasi Nitrat dan Fosfat di Perairan Sabu Raijua
Pada Tabel 2 terlihat rasio N:P secara Tabel 3. Tingkat Kesuburan Perairan
umum untuk setiap stasiun menunjukkan nilai berdasarkan Konsentrasi Nitrat
lebih kecil dari 16:1 sehingga unsur nitrogen Nitrat Fosfat Tingkat
menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan (mg/L) (mg/L) Kesuburan
fitoplankton di sebagian besar wilayah 0–1 0,003 – 0,01 Oligotrofik
perairan Sabu Raijua. Sedangkan, pada 1–5 0,011 – 0,03 Mesotrofik
stasiun 5 menunjukkan unsur fosfor menjadi 5 – 50 0,031 – 0,10 Eutrofik
faktor pembatas di perairan tersebut. Hal ini
Sumber: Effendi (2003)
disebabkan pada stasiun 5 yang berlokasi di
Desa Molie merupakan daerah hutan yang SIMPULAN
jauh dari pemukiman penduduk maupun dari
aktivitas pertanian sehingga konsentrasi Konsentrasi nitrat dan fosfat selama
fosfatnya menjadi yang paling rendah dari penelitian di Perairan Sabu Raijua
seluruh stasiun penelitian. menunjukkan nilai di atas baku mutu dengan
pola sebaran yang relatif lebih terkonsentrasi
Tingkat Kesuburan Perairan pada daerah-daerah pemukiman penduduk.
Mengacu kepada Effendi (2003) maka tingkat Sedangkan, fosfat memiliki pola sebaran yang
kesuburan Perairan Sabu Raijua berdasarkan relatif lebih tinggi pada wilayah perairan
konsentrasi nitrat di setiap stasiun masuk ke bagian barat. Perairan Sabu Raijua memiliki
dalam kategori oligotrofik, sedangkan tingkat kesuburan dengan kategori mesotrofik
berdasarkan konsentrasi fosfatnya masuk ke – eutrofik karena tercemar fosfat dengan
dalam kategori mesotrofik – eutrofik (Tabel konsentrasi sedang – tinggi.
3).

207
Jurnal Airaha, Vol.11, No.02 (Dec 2022):204 – 208, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

DAFAR PUSTAKA Romadhoni, A. A., Munasik, & Wijayanti,


Diah P. (2013). Kondisi Ekosistem
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi
Terumbu Karang di Rote Timur,
Pengelolaan Sumberdaya dan
Kabupaten Rote Ndao, Taman Nasional
Lingkungan Perairan. Kanisius.
Perairan Laut Sawu Menggunakan
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Metode Manta Tow. Journal Of Marine
Indonesia, (KLH). (2004). Keputusan Research, 2(2000), 211–219.
Menteri Negara Lingkungan Hidup No
Romdhoni, A., Karil, F., Yusuf, M.,
51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
Maslukah, L., Oseanografi, P. S.,
Laut. Lembaran Negara Republik
Kelautan, J. I., Perikanan, F., & Ilmu, D.
Indonesia, 51, 1–8.
(2015). Studi Sebaran Konsentrasi Nitrat
Mustofa, A. (2015). Kandungan Nitrat dan dan Fosfat di Perairan Teluk Ujungbatu
Pospat sebagai Faktor Tingkat Jepara. Jurnal Oseanografi, 4(2), 386–
Kesuburan Perairan Pantai. Jurnal 392.
DISPROTEK, 6(1), 13–19.
Setyorini, H. B., & Maria, E. (2019).
Nindarwi, D. D., Samara, S. H., & Kandungan Nitrat Dan Fosfat Di Pantai
Santanumurti, M. B. (2021). Nitrate and Jungwok, Kabupaten Gunungkidul,
phosphate dynamics of phytoplankton Yogyakarta. Akuatik: Jurnal
abundance in Kanceng River, Sepuluh, Sumberdaya Perairan, 13(1), 87–93.
Bangkalan, East Java, Indonesia. IOP
Silvia, M., Tiwow, V. M. A., & Said, I.
Conference Series: Earth and
(2014). Distribusi Unsur Hara N dan P
Environmental Science, 679(1), 1–6.
dalam Sedimen di Ekosistem Lamun
Patty, S. I. (2014). Karakteristik Fosfat, Nitrat (Seagrass) di Wilayah Pesisir Desa
dan Oksigen Terlarut di Perairan Pulau Kabonga Besar Kabupaten Donggala.
Gangga dan Pulau Siladen, Sulawesi Jurnal Akademika Kimia, 3(2), 279–287.
Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 2(2), 74–84.
Sirait, M. (2016). Analisis Kelayakan dan
Patty, S. I., Arfah, H., & Abdul, M. S. (2015). Keberlanjutan Pengembangan Wisata
Zat Hara (Fosfat, Nitrat), Oksigen Cetacean Watching di Kabupaten
Terlarut dan pH Kaitannya Dengan Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kesuburan di Perairan Jikumerasa, Pulau Satya Mina Bahari, 01, 65–73.
Buru. JURNAL PESISIR DAN LAUT
Wibowo, R., Taufiq-SPJ, N., & Riniatsih, I.
TROPIS, 3(1), 43–50.
(2020). Korelasi Nitrat Fosfat Sedimen
Pramono, G. H. (2008). Accuracy of the IDW terhadap Ekosistem Lamun di Pulau
and kriging methods for interpolating the Sintok dan Bengkoang, Karimunjawa,
suspended sediment distribution in Jawa Tengah. Journal of Marine
Maros, South Sulawesi. Forum Research, 9(3), 303–310.
Geografi, 22(1), 145–158.
Widiardja, A. R., Nuraini, R. A. T., &
Rahayu, N. W. S. T., Hendrawan, I. G., & Wijayanti, D. P. (2021). Kesuburan
Suteja, Y. (2018). Distribusi Nitrat dan Perairan Berdasarkan Kandungan
Fosfat Secara Spasial dan Temporal Saat. Nutrien pada Ekosistem Mangrove Desa
Journal of Marine and Aquatic Sciences, Bedono, Demak. Journal of Marine
4(1), 1–13. Research, 10(1), 64–71.
Rigitta, T. M. A., Maslukah, L., & Yusuf, M.
(2015). Sebaran Fosfat Dan Nitrat Di
Perairan Morodemak, Kabupaten
Demak. Journal of Oceanography, 4(2),
415–422.

208

Anda mungkin juga menyukai