Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTARA HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN

KONSENTRASI KLOROFIL-a BERDASARKAN DATA CITRA AQUA


MODIS DI PERAIRAN UTARA PULAU JAWA
RELATIONSHIP BETWEEN THE CATCH FISH WITH CONCENTRATION OF
CHLOROPHYLL-a IMAGE DATA BASED ON MODIS AQUA IN WATERS
NORTH OF JAVA
Nancy Sabella Nabasa Sirait 1), Usman 2), Pareng Rengi 2)
1) Mahasiswa Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Kelautan, Universitas Riau.
2) Dosen Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Riau
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabilitas Catch Per Unit
Effort (CPUE) dan klorofil-a serta melihat hubungan antara hasil tangkapan cumi-
cumi dan konsentrasi klorofil-a yang terdapat di perairan utara Pulau Jawa pada
tahun 2016. Data yang digunakan adalah data citra satelit Aqua MODIS Level 3
dan menggunakan aplikasi Quantum GIS 2.18. Analisis yang digunakan adalah
analisis spasial untuk melihat variabilitas klorofil-a dan CPUE sedangkan analisis
hubungan antara CPUE dan klorofil-a menggunakan regresi linear sederhana.
Hasil analisis spasial data Aqua MODIS Level 3 memiliki nilai maksimum
tertinggi yaitu 63,443 mg/m³ pada bulan Mei dengan nilai minimum yaitu 0,070
mg/m³ dan nilai rata-rata yaitu 1.160 mg/m³. Dari hasil analisis regresi linear
memiliki nilai r yaitu 0,4483 sehingga besarnya pengaruh konsentrasi klorofil-a
terhadap naik turunnya CPUE adalah sebesar 20,1%.
Kata kunci: Analisis Spasial, Aqua MODIS, Klorofil-a, dan koefisien korelasi (r).
ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the variability of Catch Per Unit
Effort (CPUE) and chlorophyll-a and see the connection between the catch squid
and chlorophyll-a concentrations found in the waters north of the island of Java
in 2016. The data used is satellite image data Aqua MODIS Level 3 and using
Quantum GIS applications 2.18. The analysis uses spatial analysis to see the
variability of chlorophyll-a and CPUE while the analysis of the relationship
between CPUE and chlorophyll-a simple linear regression. The results of the
spatial analysis of data Aqua MODIS Level 3 has the highest maximum value is
63.443 mg / m³ in May with a minimum value is 0.070 mg / m³ and the average
value is 1.160 mg / m³. From the results of linear regression analysis has a value
of r is 0,4483 so that the effect of the concentration of chlorophyll-a to
fluctuations in CPUE amounted to 20,1%.
Keywords: Spatial Analysis, Aqua MODIS, Chlorophyll-a, and correlation of
coefficient (r).
1) The Student at Department of Fisheries Resource Utilization Faculty of
Fisheries and Marine Resources,University of Riau
2) The Lecturer at Department of Fisheries Resource Utilization Faculty of
Fisheries and Marine Resources,University of Riau.
PENDAHULUAN menjadi daya tarik bagi ikan-ikan
pelagis yang bersifat plankton feeder.
Laut Jawa dengan luas
Tujuan penelitian ini adalah
permukaan 467.000 km2 terletak
untuk mengetahui variabilitas CPUE
dibagian tenggara paparan Sunda.
dan klorofil-a dan juga untuk melihat
Kedalaman rata-rata adalah 40 meter
hubungan antara hasil tangkapan
dengan kedalaman maksimum
cumi-cumi dengan menggunakan
dibagian utara Pulau Madura. Laut
bouke ami (stick held dip net)
Jawa juga dihubungkan ke bagian
dengan konsentrasi klorofil-a yang
selatan Laut Cina Selatan oleh Selat
terdapat di Perairan Utara Pulau
Karimata, dan terhubung dengan
Jawa.
wilayah timur melalui Laut Flores.
Kondisi ini mengungkapkan
METODE PENELITIAN
kemungkinan sangat dipengaruhi
oleh wilayah bagian utara dan timur Waktu dan Tempat
yang berhubungan dengan Laut
Penelitian ini dilaksanakan
Jawa. Selain itu, diketahui juga
dalam dua tahap. Tahap pertama
bahwa iklim di Laut Jawa
adalah pengambilan data di lapangan
dipengaruhi oleh variabilitas
yang dilaksanakan pada bulan
musiman (Wyrtki, 1961).
Oktober 2016 di Pelabuhan
Cumi-cumi merupakan salah
Perikanan Samudera Nizam
satu komoditas perikanan penting
Zachman Jakarta. Sedangkan tahap
yang menempati urutan ketiga
kedua ialah download dan
setelah ikan dan udang di bidang
pengolahan data citra satelit yang
perikanan komersial (Okuzumi dan
dilakukan di Laboratorium Daerah
Fuji, 2000). Tingkat kesuburan
Penangkapan Ikan Jurusan
perairan (produktivitas perairan) juga
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
dapat ditunjukkan dengan
Fakultas Perikanan dan Kelautan,
konsentrasi klorofil yang terdapat di
Universitas Riau.
perairan tersebut, sehingga dapat

Peta Lokasi Penelitian


Bahan dan Alat Metode Penelitian
Bahan yang digunakan dalam Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data logbook penelitian ini adalah metode analisis
penangkapan bouke ami di Perairan spasial dilakukan untuk mengetahui
Utara pulau Jawa pada tahun 2016 sebaran konsentrasi klorofil-a secara
yang didaratkan di PPS Nizam spasial dengan melihat degradasi
Zachman Jakarta yang terdiri dari warna pada citra sebaran spasial
nama kapal, nama perusahaan, konsentrasi klorofil-a pada tiap-tiap
nomor SIPI, jenis alat tangkap yang bulannya. Untuk melihat
digunakan, jenis kapal (panjang hubungannya dengan hasil tangkapan
kapal, GT dan tanda selar), jumlah disajikan dalam bentuk grafik yang
ABK, waktu keberangkatan (tanggal, kemudian dianalisis secara
bulan dan tahun), posisi setting deskriptif. Analisis spasial dilakukan
(lintang dan bujur) dan hasil di Laboratorium Daerah
tangkapan (jenis ikan dan kg). Dan Penangkapan Ikan, Fakultas
data citra klorofil-a periode 5 bulan Perikanan dan Ilmu Kelautan
(Mei-September 2016) sesuai data Universitas Riau.
hasil penangkapan yang ada. Data Analisis Data
yang digunakan meliputi beberapa
Untuk menganalisis data
data seperti: data klorofil-a rata-rata
penangkapan ikan menggunakan
bulanan dari citra satelit Aqua
persamaan sebagai berikut (Gulland,
MODIS Level-3 dengan resolusi
1983 dalam Kurnia et al., 2016):
spasial 4x4 km selama 5 bulan. Data
MODIS Level-3 merupakan produk
data yang sudah diproses. Sehingga
telah terkoreksi secara radiometrik Keterangan:
dan atmosferik. Data tersebut sudah i = 1,2,3,….,n
memiliki informasi seperti lintang CPUEᵢ = Hasil tangkapan perupaya
dan bujur, daratan, garis pantai dan penangkapan (kg/trip) dalam
nilai estimasi konsentrasi klorofil bulan i
fitoplankton perairan. catchᵢ = Hasil tangkapan (kg) dalam
Peralatan yang digunakan hari ke-i
adalah berupa notebook ASUS-PC effortᵢ = Upaya penangkapan (trip)
processor intel® Atom™ CPU dalam hari ke-i
N2800 @ 1.86GHz dengan memori 2 Untuk melihat kekuatan
GB RAM dengan sistem operasi hubungan antara hasil tangkapan
Windows 7 32-bit dan dilengkapi dengan konsentrasi klorofil-a ,
dengan software Quantum dilakukan melalui analisis korelasi
Geographic Information System menggunakan persamaan regresi
(QGIS) 2.18 serta menggunakan linear sederhana.
Microsoft Excel 2010 untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mereformating data serta melihat Berdasarkan hasil analisis
hubungan klorofil-a dan hasil spasial data Aqua MODIS Level 3
tangkapan ikan. menunjukkan fluktuasi konsentrasi
klorofil-a periode bulanan yaitu pada
bulan Mei hingga September pada
tahun 2016 dengan kawasan
penelitian yaitu di perairan Utara
Pulau Jawa memiliki nilai Sedangkan untuk nilai maksimum
maksimum tertinggi yaitu 63,443 terendah yaitu 17,002 mg/m³ pada
mg/m³ pada bulan Mei dengan nilai bulan September dengan nilai
minimum yaitu 0,070 mg/m³ dan minimum 0,116 mg/m³ dan nilai
nilai rata-rata yaitu 1.160 mg/m³. rata-rata yaitu 0,646 mg/m.

Nilai variabilitas statistik klorofil-a 2016 di perairan Utara Pulau Jawa periode
bulanan (mg/m³).
Bulan Jumlah data Minimum Maksimum Rata-rata
Mei 12.039 0,070 63,443 1,160 (± 2,322)
Juni 12.421 0,137 34,411 1,104 (± 2,009)
Juli 12.174 0,142 23,063 1,020 (± 1,927)
Agustus 10.846 0,145 50,020 0,904 (± 2,031)
September 11.286 0,116 17,002 0,646 (± 1,131)
Keterangan : ± adalah standar deviasi
nilai rata-rata tertinggi terdapat pada
Berikut grafik yang merupakan bulan Mei dengan nilai sebesar 1.160
fluktasi dari nilai rata-rata dan mg/m³ dan nilai rata-rata terendah
standar deviasi klorofil-a periode terdapat pada bulan september 0.646
bulanan yang diperoleh pada mg/m³.
pengolahan di QGIS 2.18 yang mana

Garfik Nilai Rata-rata Klorofil-a berdasarkan Data Spasial Aqua MODIS Level-3
Periode Bulanan
Sebaran spasial konsentrasi Konsentrasi klorofil-a paling besar
klorofil-a di Laut Jawa tertinggi pada terdapat pada pesisir pantai Selatan
bulan Mei kemudian konsentrasi Pulau Kalimantan dan pesisir pantai
mulai melemah pada bulan Juni, Juli Utara Pulau Jawa. Suplai nutrient
dan tinggi kembali pada bulan yang berasal dari daratan merupakan
Agustus. Konsentrasi klorofil-a faktor utama yang mengakibatkan
terendah terjadi pada bulan tingginya konsentrasi klorofil-a
September. Hasil pengamatan tersebut. Nutrien adalah semua unsur
tersebut menunjukkan bahwa sebaran dan senjawa yang dibutuhkan oleh
kandungan klorofil-a di Laut Jawa tumbuhan-tumbuhan dan berada
secara spasial terkonsentrasi di dalam bentuk material organik
daerah pesisir perairan dan (misalnya amonia, nitrat) dan
konsentrasinya semakin berkurang anorganik terlarut (asam amino). Di
menuju arah lepas pantai. Laut, sebaran klorofil lebih tinggi
konsentrasinya pada perairan pantai besar melalui run-off dari daratan,
dan pesisir, serta rendah di perairan sedangkan rendahnya konsentrasi
lepas pantai. Tingginya sebaran klorofil di perairan lepas pantai
konsentrasi klorofil-a di perairan karena tidak adanya suplai nutrien
pantai dan pesisir disebabkan karena dari daratan secara langsung (Rasyid,
adanya suplai nutrien dalam jumlah 2009).

Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a selama 5 bulan di tahun 2016

Kepadatan CPUE (kg) mengacu kepada nilai yang paling


Dapat dilihat bahwa tingkat tinggi diantara perbulannya atau
kepadatan terendah ditandai dengan mengacu kepada nilai kepadatan
warna biru dengan nilai 0 dan untuk hasil tangkapan (kg) dari data lima
tingkat kepadatan tertinggi ditandai bulan dengan kelas modus quantile
dengan warna merah dengan nilai tersebut karena merupakan gabungan
6303, nilai legenda dari kepadatan data perbulannya sehingga nilainya
hasil tangkapan cumi-cumi (Kg) ini lebih tinggi.
Perubahan kepadatan tersebut perairan menuju ke pesisir Jawa pada
dapat dilihat dari bentuk spasial. kota Cirebon upaya penangkapan
Nilai kepadatan hasil tangkapan (Kg) menyebar secara luas dikarenakan
ini diperoleh menurut kawasan titik armada penangkapan bouke ami
penangkapan yang berdasarkan dari yang beroperasi pada bulan Juni
data logbook hasil tangkapan cumi- sebanyak 9 kapal. Pada bulan Juli
cumi menggunakan bouke ami pada mengalami perluasan upaya
perairan Utara Pulau Jawa tahun penangkapan mendekati pulau
2016. Dapat dilihat upaya Madura dan mengalami penambahan
penangkapan pada bulan Mei cukup jumlah armada penangkapan bouke
rendah sehingga tidak menampilkan ami yang beroperasi pada bulan Juli
top heatmap dikarenakan memiliki sebanyak 10 kapal. Sedangkan pada
nilai yang lebih kecil dari ambang bulan Agustus upaya penangkapan
batas terendah. menyebar secara luas dikarenakan
Upaya penangkapan cumi pada armada penangkapan bouke ami
bulan Mei terkonsentrasi pada bagian yang beroperasi pada bulan Agustus
tengah perairan Utara Pulau Jawa sebanyak 9 kapal. dan mengalami
tidak menyebar secara luas dengan penurunan jumlah armada
armada penangkapan bouke ami penangkapan bouke ami yang
yang beroperasi hanya 2 kapal pada beroperasi sebanyak 6 kapal pada
bulan itu. Sedangkan pada bulan Juni bulan September.
mengalami perpindahan dari tengah

Kepadatan CPUE cumi-cumi 2016 di Perairan Utara Pulau Jawa.


Hubungan antara CPUE cumi dengan klorofil-a
Dari hasil analisis regresi linear sederhana yang dilakukan maka didapatkan nilai
R² pada masing-masing bulan, dilihat dari koefisien korelasi (r) maka didapat nilai
r yaitu Juni = 0,5515; Juli = 0,07; Agustus = 0,5742; September = 0,1506.

Grafik Hubungan CPUE cumi-cumi dengan Klorofil-a untuk bulan Juni, Juli,
Agustus dan September.
Dari hasil analisis regresi linear dapat dilihat hubungan kedua variabel
memiliki hubungan yang tidak erat karena nilai r yaitu 0,4483 sedangkan nilai R2
yaitu 0,201 sehingga besarnya pengaruh konsentrasi klorofil-a terhadap naik
turunnya CPUE adalah sebesar 20,1% dimana selebihnya, yaitu sebesar 79,9%
dijelaskan oleh faktor selain klorofil-a, artinya konsentrasi klorofil-a dengan
CPUE cumi-cumi memiliki hubungan yang tidak erat atau memiliki hubungan
yang lemah. Kenaikan nilai konsentrasi klorofil-a tidak langsung berdampak pada
naiknya nilai CPUE.
Grafik Hubungan CPUE cumi-cumi dengan klorofil-a selama 5 bulan.
Pembahasan ke arah timur. Saat musim barat
Laut Jawa merupakan salah massa air salinitas rendah
satu perairan yang kaya akan potensi (minimum) bergerak dari Selat
ikan pelagis kecil. Menurut Karimata ke laut Jawa dan pada
Wijopriono (2008), pada periode musim timur massa air salinitas
tahun 1999-2002 sumber daya ikan tinggi (maksimum) bergerak dari
pelagis di perairan Laut Jawa arah timur (laut Flores dan Selat
mengalami variasi dalam sebaran Makasar) masuk ke laut Jawa. Nilai
dan kelimpahan menurut musim. rata-rata tahunan yang terendah di
Musim-musim penangkapan ikan di perairan Indonesia sering dijumpai
Laut Jawa dipengaruhi oleh dua pada perairan Indonesia bagian barat
massa air yang mendominasi dan semakin ke timur nilai rata-rata
perairan Laut Jawa. Kedua massa air tahunannya semakin meningkat. Hal
ini berasal dari massa air Laut Cina ini karena masuknya massa air yang
Selatan dan massa air Laut Flores bersalinitas lebih tinggi dari
(Hadikusumah, 2008). Kedua massa Samudera sepanjang tahun (Wyrtki,
air ini mempengaruhi pola 1961; Gordon, 2005).
persebaran parameter oseanografi Menurut Gaol dan Sadhotomo
seperti kandungan klorofil-a yang (2007) menyatakan distribusi
berdampak pada pola musim horizontal klorofil-a rata-rata
penangkapan ikan di Laut Jawa. bulanan di Laut Jawa menunjukkan
Menurut Najid (2012), Pola konsentrasi klorofil-a lebih tinggi di
sebaran salinitas di laut Jawa akan perairan sekitar pantai dan semakin
mengikuti pola musim, dimana angin jauh dari pantai konsentrasi klorofil-
dan gelombang pada musim barat a semakin kecil. Konsentrasi
atau musim timur di perairan laut klorofil-a dibagian timur Laut Jawa
Jawa akan menghasilkan lapisan yakni di sekitar pantai Kalimantan
turbulensi atau lapisan tercampur lebih tinggi dibandingkan dengan
(mixer layer). Arus di laut Jawa pada wilayah Laut Jawa bagian tengah.
musim timur dari bulan (Mei – Wahyono, (2004) menyatakan bahwa
September) mengalir menuju ke arah daerah penangkapan nelayan jaring
barat. Sebaliknya pada musim barat cumi di utara Jawa menyebar dari
(November – Maret) arus mengalir perbatasan pulau Sumatera hingga
utara Pulau Madura, dengan dikarenakan oleh beberapa hal, salah
kedalaman perairan sekitar 10-35 m. satunya dikarenakan oleh cumi-cumi
Kandungan klorofil-a di Laut yang termasuk predator Cumi-cumi
Jawa secara spasial terkonsentrasi di bukan pemakan Klorofil-a secara
daerah pesisir perairan dan langsung, namun sebagian besar
konsentrasinya semakin berkurang mangsa yang di cari oleh Cumi-cumi
menuju arah lepas pantai. banyak yang menggunakan Klorofil-
Konsentrasi klorofil-a paling besar a sebagai pakan alaminya. Nilai
terdapat pada pesisir pantai Selatan klorofil-a pada musim barat
Pulau Kalimantan dan pesisir pantai tergolong rendah, hal ini sesuai
Utara Pulau Jawa. Hal ini diduga dengan pernyataan Wyrtki (1961)
terjadi karena tingginya curah hujan pada musim barat pada umumnya
yang turun di Indonesia sehingga angin bertiup sangat kencang dengan
menyebabkan banyaknya zat hara curah hujan yang tinggi sehingga
yang masuk ke perairan laut melalui panas matahari tidak maksimal dan
aliran sungai. Hal tersebut sesuai proses fotosintesis juga menjadi
dengan penelitian yang dilakukan tidak maksimal. Data sebaran
oleh Putra, et.al (2012), bahwa klorofil-a di perairan Laut Jawa
Secara deskriptif terlihat pada kedua digunakan untuk mengetahui tingkat
jenis ikan pelagis ini akan kesuburan perairan tersebut. Sebaran
menunjukkan kecenderungan dimana klorofil-a berpengaruh secara tidak
nilai CPUE ikan akan naik saat langsung dengan sebaran cumi-cumi,
konsentrasi klorofil-a rendah melainkan berpengaruh terhadap
terutama saat musim timur. pola rantai makanan cumi-cumi itu
Sebagaimana telah disebutkan sendiri. Karena cumi-cumi bukan
sebelumnya, musim timur hewan yang menggunakan klorofil-a
merupakan musim angin yang secara langsung melainkan dengan
membawa massa air yang menggunakan hewan lain secara
bersalinitas tinggi dan bersuhu perantara yang menjadi konsumen
rendah masuk ke Laut Jawa. tingkat I, seperti zooplankton dan
Menurut Nontji 1987 dalam ikan-ikan pelagis kecil yang
Febrina (2015), pada musim timur mengkonsumsi fitoplankton tersebut.
angin berhembus dari timur kearah Menurut Amaratunga (1983) dalam
barat membawa udara kering Takdir (2004) menyebutkan bahwa
sehingga terjadi musim kemarau. makanan larva cumi-cumi di alam
Rendahnya hasil produksi dapat adalah zooplankton terutama jenis-
dikatakan termasuk kedalam musim jenis cepapoda, amphipoda, mysid
barat. Pada musim barat angin dan larva crustacean. Tropik level
berhembus dari barat ke timur yang terbentuk pada unit
membawa curah hujan yang tinggi penangkapan bagan apung yaitu TL
sehingga menyebabkan musim 3,2, TL 3,7 dan TL 4,2 up. TL 3,2
hujan, musim penghujan terdiri dari cumi-cumi (Uroteuthis
menyebabkan arus dan gelombang chinensis) memangsa beberapa
yang besar sehingga cuaca ekstrim fitoplankton, zooplankton, juvenil
ini menghalangi nelayan dalam ikan dan juvenil krustase dan udang
melakukan usaha penangkapan. putih (Fenneropenaeus indicus)
Cumi-cumi dan klorofil-a tidak memakan 77% zooplankton (Bubun
berpengaruh secara langsung et.al, 2014)
Menurut Boyle dan Paul laut lebih bervariasi dibandingkan di
(2005), cumi-cumi yang hidup di dekat wilayah pantai.
perairan sekitar Laut Jawa dan Dari hasil analisis regresi linear
sekitarnya tersebar karena pengaruh sederhana yang dilakukan maka
arus balik musiman dari angin muson didapatkan nilai R² pada masing-
yang terjadi di antara Samudera masing bulan, dilihat dari koefisien
Pasifik dan Samudera Hindia. Hanya korelasi (r) maka didapat nilai r yaitu
sedikit dari beberapa spesies cumi- Juni = 0,5515; Juli = 0,07; Agustus =
cumi yang berpengaruh langsung 0,5742; September = 0,1506.
terhadap distribusi sebaran Dari hasil analisis regresi linear
oseanografi. Hal tersebut dapat dilihat hubungan kedua
memberikan kesimpulan bahwa variabel memiliki hubungan yang
sebaran spasial cumi-cumi bukan tidak erat karena nilai r yaitu 0,4483
hanya bisa diketahui melalui sedangkan nilai R² yaitu 0,201
pengukuran klorofil-a, melainkan sehingga besarnya pengaruh
harus mengetahui faktor-faktor lain konsentrasi klorofil-a terhadap naik
yang sesuai dengan kelangsungan turunnya CPUE adalah sebesar
hidup cumi-cumi. Selain faktor 20,1% dimana selebihnya, yaitu
lingkungan yaitu konsentrasi sebesar 79,9% dijelaskan oleh faktor
klorofil-a dan SPL, ada pula faktor selain klorofil-a, artinya konsentrasi
lain yang mempengaruhi jumlah klorofil-a dengan CPUE cumi-cumi
hasil tangkapan yaitu faktor upaya memiliki hubungan yang tidak erat
penangkapan. Faktor ini terdiri atau memiliki hubungan yang lemah.
jumlah trip kapal yang dilakukan, Kenaikan nilai konsentrasi klorofil-a
jumlah kapal yang beroperasi, alat tidak langsung berdampak pada
tangkap yang digunakan, dan lain- naiknya nilai CPUE.. Cumi-cumi dan
lain, maka dari itu ada saat dimana klorofil-a tidak berpengaruh secara
hasil tangkapan ikan tinggi pada saat langsung dikarenakan oleh beberapa
kondisi perairan kurang subur dan hal, salah satunya dikarenakan oleh
sebaliknya. cumi-cumi yang termasuk predator
KESIMPULAN DAN SARAN cumi-cumi bukan pemakan klorofil-a
Kesimpulan secara langsung, namun sebagian
Berdasarkan hasil analisis besar mangsa yang di cari oleh cumi-
spasial data Aqua MODIS Level 3 cumi banyak yang menggunakan
menunjukkan fluktuasi konsentrasi klorofil-a sebagai pakan alaminya.
klorofil-a periode bulanan yaitu pada Saran
bulan Mei hingga September pada Untuk mengkaji hubungan
tahun 2016 dengan kawasan antara konsentrasi klorofil-a tehadap
penelitian yaitu di perairan Utara hasil tangkapan dibutuhkan data time
Pulau Jawa memiliki nilai terendah series yang lebih banyak, meliputi
sebesar 0,070 mg/m³ pada bulan Mei data CPUE dan daerah penangkapan
dan tertinggi sebesar 63.443 saat operasi penangkapan dilakukan.
mg/m³pada bulan Mei dengan nilai Perlu dilakukan penelitian lanjutan
rata-rata sebesar 1.160 mg/m³. Dapat untuk dapat melihat pola
disimpulkan secara umum sebaran penangkapan yang berkelanjutan.
Klorofil-a pada bulan Mei lebih Dan kajian mengenai hubungan
tinggi dibandingkan dengan kelima jumlah hasil tangkapan dengan
bulan tersebut. Sebaran klorofil-a di
faktor oseanografi lainnya seperti Putra, et.al. 2012. Hubungan
salinitas dan pergerakan arus. Konsentrasi Klorofil-a dan
DAFTAR PUSTAKA Suhu Permukaan Laut dengan
Boyle P, and R. Paul. 2005. Hasil Tangkapan Ikan Pelagis
Chephalopods Ecologyand Utama di Perairan Laut Jawa
Fisheries. Blackwell Science dari Citra Satelit Modis.
Ltd, Oxford, UK. [Jurnal Teknologi Perikanan
dan Kelautan] Fakultas
Febrina, A. 2015. Pengaruh Musim Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Penangkapan Cumi-Cumi Institut Pertanian Bogor.
Terhadap Pendapatan Nelayan Bogor. 3 (1) : 1-10.
di PPI Muara Angke [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Takdir, M. 2004. Penetasan Telur,
Bogor. Pemeliharaan Larva, dan
Biologi Reproduksi Cumi-
Gaol, J. L dan Sadhotomo. 2007. cumi, Spioteuthis lessoniana
Karakteristik dan Variabilitas LESSON. Makalah Falsafah
Parameter Oseanografi Laut Sains (PPS702) Sekolah Pasca
Jawa Hubungannya dengan Sarjana / S3 Institut Pertanian
Distribusi Hasil Tangkapan Bogor, Bogor.
Ikan. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia. 13 Wijopriono. 2008. Spatio temporal
(3):201-211. distribution of small pelagic
fishes in the Java Sea.
Gordon, A. L. 2005. Oceanography Indonesian Fisheries Research
of the Indonesian Seas and Journal. 14 (1): 21-35.
Their Throughflow.
Oceanography Content.
18(4):15-27. Wyrtki, K. 1961. Physical
Oceanography of South East
Hadikusumah. 2008. Karakteristik Asean Waters. Naga Report.,
Parameter Fisika dan Volume. 2. The University of
Kandungan Klorofil-a di Laut California L Jolla. California.
Jawa. Jurnal Ilmu Kelautan. 195p.

Najid, et.al. 2012. Pola Musiman dan


Antar Tahunan Salinitas
Permukaan Laut di Perairan
Utara Jawa-Madura. Maspari
Journal. 4 (2):168-177.

Okuzumi M. dan T. Fuji. 2000.


Nutritional and functional
properties of squid and
cuttlefish. Tokyo (JP): National
Cooperative Association of
Squid Processors.

Anda mungkin juga menyukai