ABSTRAK
Enzim papain yang terdapat pada ekstrak daun pepaya dapat mengurai protein pada lapisan lendir telur ikan dan
berfungsi mencegah tumbuhnya suatu penyakit atau jamur yang dapat menyebabkan rendahnya daya tetas telur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas lama perendaman telur ikan lele sangkuriang (Clarias
gariepinus) yang terbuahi pada ekstrak daun pepaya terhadap daya tetas telur. Penelitian ini dilaksanakan di
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin Kalimantan Selatan pada tanggal 14-21 Februari
2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3
ulangan. Perlakuan A (Lama perendaman selama 5 menit/ 4000 ppm), Perlakuan B (Lama perendaman selama
10 menit/ 4000 ppm), Perlakuan C (Lama perendaman selama 15 menit/ 4000 ppm), dan Perlakuan D (Kontrol
atau tanpa dilakukan perendaman dengan larutan daun pepaya). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perlakuan C memperoleh hasil terbaik dengan rata-rata waktu perkembangan embriogenesis pada fase blastula
yaitu 0,7 jam, pada fase gastrula yaitu 1,5 jam, persentase daya tetas telur mencapai 86,3%, persentase
abnormalitas pro-larva sebesar 0%, persentase kelangsungan hidup sebesar 92,3%. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa lama perendaman telur ikan Lele Sangkuriang yang terbuahi berpengaruh nyata terhadap
daya tetas telur.
ABSTRACT
Papain enzyme contained in papaya´s leaf extract can break down the protein in the mucus layer of fish eggs and
therefore functions to prevent the growth of a disease or fungus that can cause low hatchability of eggs. This
study aims to determine the effectiveness of length time immersion of fertilized eggs of sangkuriang catfish
(Clarias gariepinus) in extract of papaya leaf on egg hatchability. This research was carried out at the
Freshwater Aquaculture Fisheries Center (BPBAT) Mandiangin, South Kalimantan on February 14-21, 2023.
The research design used in this study was a Complete Randomized Design with 4 treatments and 3 replications.
Treatment A (Immersion time for 5 minutes / 4000 ppm), treatment B (Immersion time for 10 minutes / 4000
ppm), treatment C (Immersion time for 15 minutes / 4000 ppm), and treatment D (Control or without
immersion). The result of this study indicated that the treatment C obtained the best results with an average
embryogenesis development time in the blastula phase was 0,7 hours, in the gastrula phase was 1,5 hours, and
the percentage of eggs hatchability reached 86,3%. The percentage of pro-larvae abnormalities was 0%, whilst
the percentage of survival was 92,3%. It can be concluded that the length of immersion time has significant
effect to the egg hatchability.
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam H₀: Lama perendaman telur ikan Lele
penelitian sebagai berikut; Sangkuriang yang terbuahi pada ekstrak
daun pepaya tidak berpengaruh nyata
Tabel 2. Bahan-Bahan Yang Digunakan terhadap daya tetas telur
No Bahan Jumlah Spesifikasi H₁: Lama perendaman telur ikan Lele
1 Induk Lele 1 ekor Indukan matang
Sangkuriang yang terbuahi pada ekstrak
betina gonad daun pepaya berpengaruh nyata terhadap
2 Induk Lele 2 ekor Indukan yang daya tetas telur
jantan sudah siap pijah
3 Hormon GnRH 1 botol Mempercepat
pematangan Prosedur Penelitian
akhir gonad
4 Larutan NaCl 1 botol Mempertahan Sebelum melakukan pemijahan terlebih
0,9% kan hidup dahulu membuat ekstrak daun pepaya dengan cara
sperma
5 Telur ikan Lele 100 butir Telur uji mendapatkan bubuk daun pepaya dari daun pepaya
Sangkuriang yang sudah dikeringkan kemudian dihaluskan
(Terbuahi) menggunakan blender dan disaring. Kemudian
6 Daun pepaya 4000 ppm Bahan ekstrak melarutkan bubuk daun pepaya sebanyak 4000 mg
kedalam air sebanyak 1 liter air. Setelah itu, larutan
7 Air Mineral 1 Liter Campuran daun pepaya disaring menggunakan saringan,
Ekstrak daun
pepaya
penyaringan pada larutan daun pepaya dilakukan
Sumber: Data Penelitian, 2023 sebanyak 2 kali. Kemudian dimasukkan ke dalam
wadah perendaman yaitu baskom plastik
berkapasitas 2 liter air, memiliki diameter 22 cm,
Rancangan Penelitian dan tinggi 9 cm sebanyak 9 buah.
Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Kemudian mempersiapkan alat dan bahan,
kemudian mempersiapkan wadah penetasan telur
A : Lama perendaman selama 5 menit/ 4000 yaitu mengunakan akuarium ukuran panjang 60
ppm cm, lebar 40 cm, tinggi 45 cm dan tinggi
permukaan air pada akuarium yaitu 15 cm
B : Lama perendaman selama 10 menit/ 4000 sebanyak 12 buah dengan volume air pada setiap
ppm akuarium penetasan yaitu 36.000 cm³ atau 36 liter.
C : Lama perendaman selama 15 menit/ 4000
ppm Pemijahan ikan Lele Sangkuriang di
D : Lama perendaman selama 0 menit (tanpa lakukan secara buatan dengan cara menyuntik
dilakukan perendaman dengan larutan daun hormon GnRH pada punggung bagian kanan ikan
pepaya) Lele Sangkuriang dengan dosis 0,3 ml/kg.
Setelah 10 jam setelah penyuntikan hormon
Dalam penelitian ini, masing-masing
gonadotropin pada indukan betina, kemudian
perlakuan diberi ulangan sebanyak 3 kali yang
ditempatkan secara acak dan denah percobaan
dapat dilakukan tahap stripping. Kemudian
tersebut dapat dilihat pada gambar 1 berikut: pengambilan sperma pada indukan jantan Lele
Sangkuriang dilakukan dengan cara di bedah.
Kemudian cairan sperma dimasukkan kedalam
baskom kecil yang berisikan telur dan diaduk Nt = Jumlah pro-larva hidup pada akhir
secara perlahan serta merata dengan menggunakan pengumpulan data
bulu ayam atau kuas cat yang memiliki tekstur No = Jumlah pro-larva hidup pada awal
yang halus. Setelah telur dan sperma sudah pengumpulan data.
tercampur, kemudian telur dibilas menggunakan air Pengamatan Kualitas Air
bersih.
Selama penelitian dilakukan pengamatan
Telur uji yang ditetaskan yang ditetaskan kualitas air meliputi suhu, ph, dan DO (Oksigen
yaitu 100 butir/wadah. Kemudian telur uji terlarut). Pengukuran kualitas air dilakukan
dilakukan perendaman pada ekstrak daun pepaya sebelum telur menetas dan sesudah telur menetas.
dengan waktu perendaman yang sudah ditentukan
yaitu pada perlakuan A (5 menit), perlakuan B (10 Analisis Data
menit), perlakuan C (15 menit) dan perlakuan D (0
Data yang diperoleh dari hasil parameter
menit/ tanpa perendaman pada ekstrak daun
pengamatan selama penelitian dibuat dalam bentuk
pepaya). Kemudian Telur dibilas dengan air bersih
tabulasi kemudian dilakukan diuji homogenitasnya
dan ditebar pada akuarium yang sudah disiapkan
dengan uji X². Setelah data sudah homogen maka
Pengumpulan Data dianalisa dengan Analisis Sidik Ragam (ANOVA)
Perkembangan Embrio dengan uji F pada selang kepercayaan 5% . Bila uji
F terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan
Pengamatan perkembangan embrio dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Kemudian
dilakukan dengan cara mengambil sampel telur data yang sudah dianalisa dibahas secara deskriptif
dengan jumlah 1 butir dari akuarium penetasan menggunakan literatur pendukung.
pada masing-masing perlakuan dan ulangan dengan
menggunakan mikroskop yang terintegrasi dengan
komputer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Embrio
Daya Tetas Telur Ikan Lele Sangkuriang
Berdasarkan hasil analisis waktu
Berdasarkan rumus (Hui et al., 2014), perkembangan embrio fase blastula terdapat
perhitungan tingkat penetasan telur (Hatching perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan. Hasil
Rate) yaitu: uji analisis sidik ragam (One-Way ANOVA) bahwa
lama perendaman telur ikan Lele Sangkuriang pada
Jumlah Telur ekstrak daun pepaya berpengaruh nyata terhadap
Menetas perkembangan embrio pada fase blastula.
Persentase Daya = × 100 Selanjutnya berdasarkan hasil uji lanjut BNT
tetas telur Jumlah Telur bahwa pada perlakuan D-B dan D-C terdapat
yang ditetaskan perbedaan nyata. Pada perlakuan A-B dan A-C
terdapat perbedaan nyata. Pada perlakuan B-A, B-C
Abnormalitas Pro-Larva dan B-D terdapat perbedaan nyata. Pada perlakuan
A-D tidak terdapat perbedaan nyata. Hasil
Abnormalitas larva dihitung berdasarkan
rumus Marsella (2018) sebagai berikut:
analisis uji lanjut BNT rata-rata waktu fase
blastula dapat dilihat pada Gambar 2.
Jumlah pro - larva
abnormal
Persentase = × 100 3
Fase Blastula (Jam)
Pada penelitian ini pada fase blastula, yang dapat mencegah atau memperlambat
blastomer akan bergerak kepinggir dan membentuk penetasan.
seperti mangkok. Hasil analisis uji lanjut BNT rata- Berdasarkan hasil analisis waktu
rata waktu perkembangan embrio tercepat fase perkembangan organigenesis tidak terdapat
blastula pada perlakuan C yaitu 0,7 jam. Kemudian perbedaan yang nyata. Hasil uji analisis sidik
waktu perkembangan embriogenesis terlama ragam (One-Way ANOVA) hipotesis tolak H₁ dan
terdapat pada perlakuan D (perlakuan tanpa terima H₀ yang dapat disimpulkan bahwa tidak
dilakukan perendaman pada ekstrak daun pepaya) terdapat perbedaan yang nyata pada setiap
dengan waktu rata-rata pada fase blastula 2,3 jam. perlakuan sehingga tidak dilakukan uji lanjut BNT.
Hal ini disebabkan oleh enzim papain yang Pada penelitian ini pada fase organogenesis
terkandung pada ekstrak daun pepaya. ). Indra et dicirikan dengan munculnya bentuk ekor yang
al., 2014 menyatakan bahwa enzim proteolitik yang lebih jelas dan didapat hasil dari perlakuan A
terkandung dalam ektrak daun pepaya bekerja memasuki fase embriogenesis 20,8 jam setelah
dengan baik sehingga memacu pertumbuhan proses fertilisasi, pada perlakuan B terjadi 20,5 jam
embrio semakin cepat. setelah proses fertilisasi, dan fase embriogenesis
Berdasarkan hasil analisis waktu terjadi pada perlakuan C 20,2 jam setelah proses
perkembangan embrio fase gastrula terdapat fertilisasi dan pada perlakuan D terjadi fase
perbedaan yang nyata. Hasil uji analisis sidik embriogenesis 21,5 jam setelah proses fertilisasi.
ragam (One-Way ANOVA) bahwa lama
Daya Tetas Telur Ikan Lele Sangkuriang
perendaman telur ikan Lele Sangkuriang pada
ekstrak daun pepaya berpengaruh nyata terhadap Berdasarkan hasil analisis persentase daya
perkembangan embrio pada fase gastrula. tetas telur ikan Lele Sangkuriang terdapat
Selanjutnya berdasarkan hasil uji lanjut BNT perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan. Hasil
bahwa pada perlakuan D-B dan D-C terdapat uji analisis sidik ragam (One-Way ANOVA) bahwa
perbedaan nyata. Pada perlakuan A-B dan A-C lama perendaman telur ikan Lele Sangkuriang pada
terdapat perbedaan nyata. Pada perlakuan D-A ekstrak daun pepaya berpengaruh nyata terhadap
tidak terdapat perbedaan nyata. Pada perlakuan A- daya tetas telur. Selanjutnya berdasarkan hasil uji
B dan A-C tidak terdapat perbedaan nyata. Pada lanjut BNT bahwa pada perlakuan A-B, A-C dan
perlakuan B-C tidak terdapat perbedaan nyata. A-D terdapat perbedaan nyata. Pada perlakuan B-
Hasil analisis uji lanjut BNT rata-rata waktu fase A, B-C dan B-D terdapat perbedaan nyata. Pada
gastrula dapat dilihat pada Gambar 3. perlakuan C-A, C-B dan C-D terdapat perbedaan
b nyata. Pada perlakuan D-A, D-B, dan D-C terdapat
3 perbedaan nyata. Hasil analisis uji lanjut BNT
Fase Gastrula (Jam)
1 100 c
b
Telur/Hatching Rate
a
80 d
Daya Tetas
0 60
(%)
A B C D
40
Perlakuan
Gambar 3. Hasil Analisis BNT Rata-Rata Waktu 20
Perkembangan Fase Gastrula 0
Hasil analisis uji lanjut BNT rata-rata waktu A B C D
perkembangan embrio fase gastrula pada perlakuan Perlakuan
A, perlakuan B dan perlakuan C tidak berbeda
nyata atau sama. Rata-rata waktu perkembangan Gambar 4. Hasil Analisis BNT Persentase Daya
embrio fase gastrula yang paling lambat terdapat Tetas Telur Ikan Lele Sangkuriang
pada perlakuan D (lama perendaman selama 0
menit/ tanpa perendaman). Waktu tercepat Hasil analisis uji lanjut BNT persentase
perkembangan embriogenesis yaitu pada perlakuan daya tetas telur ikan Lele Sangkuriang diperoleh
C dengan lama perendaman pada ekstrak daun persentase tertinggi adalah perlakuan C sebesar
pepaya selama 15 menit. Hal ini disebabkan oleh 86,3%. Daya tetas telur ikan Lele Sangkuriang
enzim papain yang terkandung dalam esktrak daun yang terendah terdapat pada perlakuan D (lama
pepaya yang mampu mengurai glikorpotein lapisan perendaman selama 0 menit) tanpa melalukan
lendir pada telur ikan Lele Sangkuriang sehingga perendaman pada ekstrak daun pepaya yaitu
telur tidak tertempeli benda lain seperti kotoran sebesar (64,3%). Pada penelitian ini, lama
perendaman larutan daun pepaya berbanding lurus lapisan chorion selama proses penetasan sehingga
dengan daya tetas telur yang dihasilkan seperti dapat mengurangi abnormalitas pada pro-larva.
pada perlakuan C (lama perendaman selama 15 Abnormalitas yang terjadi pada larva ikan
menit). Semakin lama perendaman yang dilakukan menyebabkan organ-organ tubuh ikan tidak dapat
semakin tinggi daya tetas telur yang dihasilkan dan berkembang dengan sempurna. Hal ini berdampak
menunjukkan bahwa kandungan enzim papain pada rendahnya tingkat kelangsungan hidup pro-
berfungsi efektif tanpa merusak tekstur telur larva (Aidil et al., 2016).
(Rachman, 2016).
Kelangsungan Hidup Pro-Larva (Survival Rate)
Abnormalitas Pro-Larva
Berdasarkan hasil analisis persentase
Berdasarkan hasil analisis persentase kelangsungan hidup pro-larva ikan Lele
abnormalitas pro-larva terdapat perbedaan yang Sangkuriang terdapat perbedaan yang nyata pada
nyata. Hasil uji analisis sidik ragam (One-Way setiap perlakuan. Hasil uji analisis sidik ragam
ANOVA) bahwa lama perendaman telur ikan Lele (One-Way ANOVA) bahwa lama perendaman telur
Sangkuriang pada ekstrak daun pepaya ikan Lele Sangkuriang pada ekstrak daun pepaya
berpengaruh nyata terhadap abnormalitas pro-larva. berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup
Selanjutnya berdasarkan hasil uji lanjut BNT pada pro-larva. Selanjutnya berdasarkan hasil uji lanjut
perlakuan D-B dan D-C terdapat perbedaan nyata. BNT bahwa pada perlakuan C-A, C-B dan C-D
Pada perlakuan A-B dan A-C terdapat perbedaan terdapat perbedaan nyata. Pada perlakuan B-D
nyata. Pada perlakuan D-A tidak terdapat terdapat perbedaan nyata. Pada perlakuan A-D
perbedaan nyata. Hasil analisis uji lanjut BNT terdapat perbedaan nyata. Pada perlakuan B-A
persentase abnormalitas dapat dilihat pada Gambar tidak terdapat perbedaan nyata. Hasil analisis uji
5. lanjut BNT persentase daya tetas telur ikan Lele
Sangkuriang dapat dilihat pada Gambar 6.
2
Abnormlitas Pro-Larva
d c
100 a,b b
Hidup/Survival Rate
1,5 d
d 80
Kelangsungan
1
60
(%)
0,5 40
b b 20
0
0
A B C D
A B C D
Perlakuan
Perlakuan
Gambar 5. Hasil Analisis BNT Persentase
Gambar 6.
Hasil Analisis BNT Persentase
Abnormalitas Pro-Larva
Kelangsungan Hidup Pro-Larva Ikan
Lele Sangkuriang
Hasil analisis uji lanjut BNT persentase Hasil pengamatan yang dilakukan
abnormalitas ikan Lele Sangkuriang menunjukkan menunjukkan bahwa perlakuan C memberikan
tingkat abnormalitas ikan Lele Sangkuriang lebih presentase kelangsungan hidup tertinggi yaitu
rendah pada perlakuan B sebesar 0% dan perlakuan sebesar 92,5% disebabkan karena daya tetas pada
C sebesar 0% dibandingkan dengan perlakuan A perlakuan C juga tinggi sehingga dapat
sebesar 0,94% dan D (kontrol) sebesar 1,55 %. meningkatkan kelangsungan hidup pro-larva ikan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tingkat Lele Sangkuriang, karena lama perendaman ekstrak
abnormalitas tertinggi yaitu pada perlakuan D dan daun pepaya yang dilakukan pada perlakuan C
perlakuan A terjadi karena adanya penyimpangan adalah lama perendaman yang optimal untuk
pada proses pembelahan sel pada saat proses mencegah serangan jamur yang sering menyerang
embriogenesis atau bahkan pro-larva cacat setelah pada telur serta mendorong sistem kekebalan
terjadinya penetasan. Abnormalitas pada penelitian tubuh.
ini diduga karena lama perendaman telur pada
Kualitas Air
perlakuan A terlalu singkat dan pada perlakuan D
tidak dilakukan perendaman sehingga telur kurang Pengukuran terhadap parameter kualitas air
mendapatkan perlindungan dari senyawa larutan dilakukan sebelum penetasan telur dan sesudah
yang menyebabkan jamur dapat menyerang telur. telur menetas meliputi suhu, derajat keasaman (pH)
dan oksigen terlarut/ Dissolved oxygen (DO). Data
Menurut (Fan et al., 2010) enzim proteolitik
kualitas air yang diperoleh dari penelitian dapat
sangat penting dalam membantu embrio lepas dari
dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Kualitas Air Sebelum dan Sesudah Sangkuriang yang memiliki telur bersifat adhesive
Penetasan Telur Ikan Lele Sangkuriang sebaiknya menggunakan ekstrak daun pepaya
dengan lama perendaman selama 15 menit dan juga
sebaiknya menambah sampel telur yang akan
diteliti.
DAFTAR PUSTAKA