Akhmad Taufiq Mukti1*, Septuresty Hartri Eka2, Woro Hastuti Satyantini1 dan Ahmad
Shofy Mubarak3
1
Departemen Manajemen Kesehatan Ikan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga,
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno, Mulyorejo, Surabaya 60115, Indonesia
2
Program Studi Bioteknologi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas
Airlangga, Jl. Dr. Ir. H. Soekarno, Mulyorejo, Surabaya 60115, Indonesia
3
Departemen Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Jl. Dr. Ir. H.
Soekarno, Mulyorejo, Surabaya 60115, Indonesia
Abstrak
*Correspondence :
akhmad-t-m@fpk.unair.ac.id
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
krioprotektan yang berbeda dalam kriopreservasi embrio
Received : 2019-12-09
terhadap persentase kerusakan dan penetasan embrio ikan
Accepted : 2020-06-01
lele dumbo (Clarias gariepinus). Embrio ikan lele pada fase
gastrula diberi perlakuan larutan dimethyl sulfoxide (DMSO),
Kata Kunci :
propylene glycol (PG), madu, dan kombinasinya dengan
Krioprotektan, Kriopreservasi
konsentrasi 5% untuk masing-masing perlakuan. Embrio
embrio, Embrio fase gastrula,
disimpan pada suhu 4 dan 0ºC, masing-masing selama 30
Kerusakan dan penetasan embrio,
menit, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 jam. Thawing embrio dilakukan pada
Ikan Lele
suhu 28ºC. Selanjutnya, embrio diinkubasi dalam akuarium
pada suhu 28ºC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Keywords :
perbedaan krioprotektan dalam kriopreservasi embrio fase
Cryoprotectant, Embryo
gastrula memberikan perbedaan kerusakan dan penetasan
cryopreservation, Gastrula-staged
embrio ikan lele pada lama waktu penyimpanan yang
embryo, Damage and hatching,
berbeda. Persentase kerusakan embrio meningkat seiring
African Catfish
dengan lama waktu penyimpanan dan suhu penyimpanan
yang berbeda. Kombinasi larutan krioprotektan DMSO dan
madu serta PG dan madu menunjukkan persentase kerusakan
embrio yang lebih rendah dan persentase penetasan embrio
yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan krioprotektan
lainnya (p<0,05).
Abstract
PENDAHULUAN
Teknis kriopreservasi pada embrio sebagai cairan anti beku (antifreeze),
ikan telah dimulai beberapa dekade yang mencegah pembentukan es (de-icing),
lalu (Chao dan Liao, 2001; Beirao et al., transfer panas (heat transfer), dan
2006; Lahnsteiner, 2009; Fornari et al., unsaturated polyester resins (Dasaria et al.,
2011, 2012). Pengembangan protokol 2005). Madu sebagai salah satu
kriopreservasi untuk embrio ikan sangat krioprotektan non-permeabel memiliki
penting dalam upaya manajemen stok kandungan fruktosa 38,4%, sukrosa 1,3%,
perikanan, pembuatan bank gen (gene dan glukosa 30,3% (Ball, 2007) dan
bank) spesies ikan, konservasi populasi memiliki peran penting sebagai
ikan, dan studi pengujian ekotoksikologi antibakteri, sumber energi dan
(Zhang et al., 2005). antioksidan (Sheshtawy et al., 2016).
Pengetahuan tentang krioprotektan Beberapa studi tentang
dan toksisitasnya, konsentrasi dan kriopreservasi embrio telah dilakukan
kombinasi krioprotektan yang sesuai, dan pada beberapa spesies ikan (Ahammad et
metode pendinginan (cooling) sangat al., 2002, 2003; Xiao et al., 2008; Lin et
penting untuk menunjang keberhasilan al., 2009a; Lin et al., 2009b; Shaluei et al.,
kriopreservasi embrio (Zhang et al., 2013; Sharifuddin dan Azizah, 2014;
2005). Selain itu, pengetahuan tentang Lopes et al., 2015; Tian et al., 2015) akan
sensitivitas embrio terhadap pendinginan tetapi, belum menunjukkan hasil yang
sangat penting diketahui. Hal ini maksimal. Kriopreservasi embrio
tergantung pada fase perkembangan merupakan salah satu pendekatan dalam
embrio. Fase awal embrio dan pasca penyediaan stok larva atau benih ikan
gastrulasi merupakan fase sangat sensitif dengan kemudahan transportasi embrio
dari fase perkembangan embrio dalam melalui penyimpanan embrio dan material
kriopreservasi (Ahammad et al., 2002). genetik spesies ikan untuk aplikasi di masa
Krioprotektan permeabel yang mendatang. Studi ini bertujuan untuk
umum digunakan dalam kriopreservasi mengetahui pengaruh krioprotektan yang
antara lain dimethyl sulfoxide (DMSO) dan berbeda dalam kriopreservasi embrio
propylene glycol (PG). DMSO adalah bahan terhadap persentase kerusakan dan
yang efektif untuk melarutkan senyawa penetasan embrio ikan lele dumbo
polar dan non polar, menghambat (Clarias gariepinus).
pertumbuhan bakteri dalam sampel
akuatik, memiliki tingkat toksisitas yang METODOLOGI
rendah, dan memiliki kemampuan sangat Waktu dan Tempat
baik untuk menembus membran biologis
Penelitian ini dilaksanakan pada
tanpa menyebabkan perubahan integritas
struktural sel (Kais et al., 2013), bulan Juli - September 2019 di
sedangkan PG adalah cairan fungsional Laboratorium Basah Fakultas Perikanan
dan Kelautan dan Teaching Farm Fakultas fisiologis sebanyak 10 kali dan disimpan
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dalam refrigerator suhu 4ºC.
serta laboratorium Reproduksi Ikan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Fertilisasi Buatan
Universitas Brawijaya. Fertilisasi buatan dilakukan melalui
pencampuran sekitar 40 ribu telur dengan
Materi Penelitian 3 ml larutan sperma dan diaduk rata
secara perlahan menggunakan bulu ayam
Peralatan yang digunakan dalam
selama lebih kurang 1 menit. Selanjutnya,
penelitian ini yaitu, akuarium berukuran
air bersih dengan suhu 28ºC ditambahkan
1×0,5×0,5 m (volume 100 L), termostat,
sebanyak 1-2 ml pada campuran telur dan
cold box, saringan, mangkok melamin,
sperma untuk proses fertilisasi telur dan
refrigerator (4 dan 0ºC), dan mikroskop
diaduk secara perlahan menggunakan
binokuler (Olympus CX41, Japan) beserta
bulu ayam yang berbeda selama lebih
kamera.
kurang 1 menit. Telur dicuci dengan air
Bahan penelitian yang digunakan
bersih sebanyak dua kali.
dalam penelitian ini adalah induk ikan lele
Inkubasi telur terfertilisasi dilakukan
jantan dan betina, embrio ikan lele stadia
pada akuarium dengan suhu air inkubasi
gastrula, bulu ayam, ovaprimTM (Sundle,
28ºC hingga perkembangan embrio
USA), NaCl fisiologis (0,9%), DMSO
mencapai stadia gastrula (sekitar 6,5 jam
(Merck, Germany), PG (Merck, Germany),
setelah fertilisasi). Kemudian, embrio ikan
madu (Tawon Lawang Agro Tourism,
lele yang mencapai stadia gastrulasi
Malang), dan es kering (dry ice).
dimasukkan ke dalam cryotube 2 ml,
masing-masing sebanyak 50 embrio untuk
Rancangan Penelitian tiap perlakuan dan tiap perlakuan diulang
Rancangan penelitian yang
sebanyak tiga kali.
digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) faktorial dengan faktor pertama
Perlakuan Krioprotektan
adalah jenis dan kombinasi krioprotektan
Pada penelitian ini, perlakuan
(DMSO, PG, dan madu) dan faktor kedua
krioprotektan yang digunakan adalah
adalah suhu kriopreservasi (4 dan 0ºC).
larutan DMSO, PG, madu, serta kombinasi
Masing-masing perlakuan diulang
DMSO-madu dan kombinasi PG-madu.
sebanyak tiga kali.
Konsentrasi krioprotektan yang digunakan
adalah 5% dalam pelarut NaCl fisiologis.
Prosedur Kerja
Masing-masing perlakuan larutan
Pemijahan Buatan dan Koleksi Telur krioprotektan dimasukkan dalam cryotube
dan Sperma Ikan 2 ml. Kemudian, 50 embrio ikan lele fase
Pemijahan buatan induk ikan lele gastrula yang baik dimasukkan dalam
dilakukan melalui induksi hormonal larutan NaCl fisiologis pada suhu 28ºC
(ovaprimTM) 0,5 dan 0,3 ml/kg bobot selama 5 menit. Masing-masing embrio
tubuh induk ikan, masing-masing untuk dalam cryotube sesuai perlakuan
betina dan jantan. Injeksi hormonal ditambahkan larutan krioprotektan
dilakukan secara intramuscular (Mukti et menggunakan metode ekuilibrium
al., 2019). Setelah sekitar 12 jam induksi modifikasi dari protokol Tian et al. (2015)
hormonal, induk ikan lele betina dan Shaluei et al. (2013) pada suhu 28ºC
distripping untuk koleksi telur dan selama 30 menit.
diletakkan pada wadah mangkok melamin Selanjutnya, embrio dalam cryotube
yang kering dan disimpan pada suhu disimpan pada suhu 4 dan 0ºC
ruang, sedangkan induk ikan lele jantan menggunakan metode pendinginan cepat
dibedah untuk mendapatkan sperma ikan. atau vitrifikasi. Masing-masing perlakuan
Sperma ikan ditampung dalam spuit disimpan selama 30 menit dan 1-6 jam.
dengan pengenceran menggunakan NaCl
Tabel 1. Persentase kerusakan embrio ikan lele pada perlakuan krioprotektan dan suhu
preservasi yang berbeda.
Suhu Lama penyimpanan (jam)
Perlakuan
(ºC) 0,5 1 2 3 4 5 6
Madu 4 48,7±1,2c 48,7±1,2 d
52,0±0,0 d
53,3±1,2d
56,0±0,0c 62,7±1,2 d
70,0±0,0b
0 61,3±1,2f 62,7±1,2 f
83,3±1,2 f
100,0±0,0 h
100,0±0,0e 100,0±0,0 g
100,0±0,0c
DMSO 4 41,3±1.2b 39,3±1,2 c
48,0±0,0 c
50,0±0,0 c
51,3±1,2b 65,3±1,2e
69,3±1,2b
0 58,7±1,2e 61,3±1,2 f
89,3±1,2 g
96,7±1,2g
100,0±0,0e 100,0±0,0 g
100,0±0,0c
PG 4 40,7±1,2b 38,7±1,2 bc
42,0±0,0 b
46,0±0,0b
49,3±1,2b 60,7±1,2c
69,3±1,2b
0 58,7±1,2e 59,3±1,2 ef
83,3±1,2 f
88,7±1,2 f
100,0±0,0e 100,0±0,0 g
100,0±0,0c
DMSO- 4 39,3±1.2b 36,7±1.2ab
36,7±1,2 a
38,0±0,0 a
40,0±0,0a 44,0±0,0 b
63,3±1,2a
Madu 0 56,7±1,2de 59,3±1,2 ef
80,7±1,2ef
88,0±0,0 f
90,7±1,2d 100,0±0,0 g
100,0±0,0c
4 38,0±0,0a 34,7±1,2 a
36,0±0,0 a
38,7±1,2 a
40,7±1,2a 42,7±1,2a
64,0±0,0a
PG-Madu
0 55,3±1,2d 58,0±2,0 e
79,3±1,2 e
86,0±0,0 e
88,7±1,2d 96,7±1,2 f
100,0±0,0c
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata
(p<0.05).
Tabel 2. Persentase penetasan embrio ikan lele pada perlakuan krioprotektan dan suhu
preservasi yang berbeda.
Suhu Lama penyimpanan (jam)
Perlakuan
(ºC) 0,5 1 2 3 4 5 6
Madu 4 51,3±1,2bc 51,3±1,2ab 48,0±0,0b 46,7±1,2d 44,0±0,0c 37,3±1,2c 30,0±0,0b
0 38,7±1,2d 37,3±1,2c 16,7±1,2b 0,0±0,0h 0,0±0,0f 0,0±0,0f 0,0±0,0c
DMSO 4 58,7±1,2b 60,7±1,2 ab 52,0±0,0b 50,0±0,0c 48,7±1,2 b 34,7±1,2 d 30,7±1,2b
0 41,3±1,2d 38,7±1,2 c 10,7±1,2b 3,3±1,2g 0,0±0,0f 0,0±0,0f 0,0±0,0c
PG 4 59,3±1,2b 61,3±1,2a 58,0±2,0b 54,0±0,0b 50,7±1,2b 39,3±1,2c 30,7±1,2b
0 41,3±1,2d 40,7±1,2c 16,7±1,2b 11,3±1,2f 6,0±0,0e 0,0±0,0f 0,0±0,0c
4 60,7±1,2a 63,3±1,2a 63,3±1,2a 62,0±2,0a 60,0±0,0a 56,0±0,0b 36,7±1,2a
DMSO-Madu
0 43,3±1,2d 40,7±1,2c 19,3±1,2b 12,0±0,0f 9,3±1,2d 0,0±0,0f 0,0±0,0c
4 62,0±0,0a 65,3±1,2a 64,0±0,0a 61,3±1,2a 59,3±1,2a 57,3±1,2a 36,0±0,0a
PG-Madu
0 44,7±1,2d 42,0±2,0c 20,7±1,2b 14,0±0,0e 11,3±1,2d 3,3±1,2e 0,0±0,0c
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata
(p<0.05).
Hagedorn, M., Kleinhans, F.W., Artemov, Mukti, A.T., Mubarak, A.S. dan
D. dan Pilatus, U., 1998. Wahyurini, E.T., 2019. Aplikasi
Characterization of a major teknologi induced spawning untuk
permeability barrier in the zebrafish mempercepat pemijahan ikan lele
embryo. Biology of Reproduction, 59, pada mitra program kemitraan
pp. 40-50. https://doi.org/10.1095/ masyarakat. Journal of Aquaculture
biolreprod59.5.1240. and Fish Health, 8(1), pp. 46-53.
Kais, B., Schneider, K.E., Keiter, S., Henn, http://dx.doi.org/10.20473/jafh.v8
K., Ackermann, C. dan Braunbeck, i1.12004.
T., 2013. DMSO modifies the Shaluei, F., Imanpoor, M.R., Shabani, A.
permeability of the zebrafish (Andio dan Esfahani, N.M.H., 2013. Effect
rerio) chorion-implications for the of different concentrations of
fish embryo test (FET). Aquatic permeable and non-permeable
Toxicology, 33, pp. 229-238. https:// cryoprotectants on the hatching rate
doi.org/10.1016/j.aquatox.2013.05 of goldfish Carassius auratus
.022. embryos. Asian Pacific Journal of
Keivanloo, S., Mohammad, S. dan Reproduction, 2(3), pp. 185-188.
Hajibeglou, A., 2017. Effect of https://doi.org/10.1016/s2305-
vitrification by propylene glycol- 0500(13)60144-x.
based solutions on the survival rate Sharifuddin, M.M. dan Azizah, M.N.S.,
of the persian sturgeon Acipenser 2014. Preliminary studies on
persicus embryos. Turkish Journal of cryopreservation of snakehead
Fisheries and Aquatic Sciences, 17, Channa striata embryos.
pp. 681-687. https://doi.org/10. Cryobiology, 69, pp. 1-9. https://doi.
4194/1303-2712-v17_4_04. org/10.1016/j.cryobiol.2014.04.00
Lahnsteiner, F., 2009. Factors affecting 1.
storage of zebrafish (Danio rerio) Sheshtawy, E.R.I., Badry, E.D.A., Sisy,
embryos. Theriogenology, 72, pp. E.G.A., Nattat, E.W.S. dan Almaty,
333-340. https://doi.org/10.1016/ A.M.A., 2016. Natural honey as a
j.theriogenology.2009.03.003. cryoprotectant to improve Arab
Lin, C., Spikings, S., Zhang, T. dan stallion post-thawing sperm
Rawson, D.M., 2009a. Effect of parameters. Asian Pacific Journal of
chilling and cryopreservation on Reproduction, 5(4), pp. 331-334.
expression of pax genes in zebrafish http://dx.doi.org/10.1016%2Fj.apj
Andio rerio embryos and r.2016.06.004.
blastomeres. Cryobiology, 59, pp. Tian, Y., Jiang, J., Song, L., Chen, Z., Zhai,
42-47. https://doi.org/10.1016/j. J., Liu, J., Wang, N. dan Chen, S.,
cryobiol.2009.04.007. 2015. Effects of cryopreservation on
Lin, C., Zhang, T. dan Rawson, D.M., the survival rate of the seven-band
2009b. Cryopreservation of grouper Epinephelus septemfasciatus
zebrafish Andio rerio blastomeres by embryos. Cryobiology, 71, pp. 499-
controlled slow cooling. Cryoletters, 506. https://doi.org/10.1016/j.
30(2), pp. 132-141. https://pub cryobiol.2015.10.147.
med.ncbi.nlm.nih.gov/19448862/. Xiao, Z.Z., Zhang, L.L., Xu, X.Z., Liu, Q.H.,
Lopes, T.D.S., Sanches, E.A., Okawara, Li, J., Ma, D.Y., Xu, S.H., Xue, Y.P.
R.Y.O. dan Romagosa, E., 2015. dan Xue, Q.Z., 2008. Effect of
Chilling of Steindachneridion cryoprotectants on hatching rate of
parahybae, Siluriformes: pimelo- red seabream (Pagrus major)
didae embryos. Theriogenology, 84, embryos. Theriogenology, 70, pp. 86-
pp. 538-544.https://doi.org/10. 92. https://doi.org/10.1016/j.the
1016/j.vas.2019.100046. riogenology.2008.06.028.