Makalah ini di tujukan untuk memenuhi tugas Akhir Semester Ganjil Mata kuliah
Filsafat Ilmu yang dibimbing oleh:
Oleh
1.4 Kegunaan
Kegunaan penelitian ini adalah untuk memperluas wawasan dan
keterampilan mahasiswa dalam melakukan kegiatan pembuatan AgO dan uji
viabilitas dengan memanfaatkan bakteri sebagai upaya penentuan vaksin. Selain
itu, diharapkan dari hasil uji viabilitas digunakan dalam uji lanjutan sebagai
potensi vaksin dari bakteri A. hydrophila sehingga dapat digunakan oleh
pembudidaya ikan.
A. hydrophila
Aeromonas hydrophilla
Vaksin Imunostimulan
Antigen H
Spesifik Non spesifik
Antigen O
Humoral Selular
Lipopolisakarida
Limfosit B Limfosit T
Whole cell
Plasma Darah makrofag
Antibodi Antibodi
Viabilitas
Adhesi
Hambat Adhesi
Vaksin dapat
digunakan
Dimana:
N1 : Kepadatan populasi bakteri dalam media TSB (cfu/ml)
N2 : Kepadatan populasi bakteri yang dikehendaki (cfu/ml)
V1 : Volume suspense bakteri dalam TSB yang dibutuhkan
V2 : Volume media TSB yang digunakan
b. Pembuatan Pellet Antigen
Koloni bakteri dari medium dipindahkan ke dalam medium TSB cair 10
ml dan dipanaskan pada Waterbath shaker dengan suhu 60°C, 80°C ,dan 100°C
selama 2,5 jam. Pencucian dengan larutan PBS dilakukan sebanyak 3 kali,
kemudian disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Cairan yang
berada di bagian atas pada tabung sentrifuse (supernatan) dibuang. Endapan dicuci
dengan PBS dan sentrifugasi dilakukan 3 kali. Endapan (antigen whole cell)
dilarutkan dengan PBS sebanyak 2 ml. Selanjutnya, antigen di ujiviabilitasnya
pada medium selektif A. hydrophila secara goresan (Mulia et al., 2006).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan metode
heat-killed dengan suhu yang berbeda, yaitu perlakuan A, B, C sebesar 60°C,
80°C dan 100°C.
4.3.3 Perhitungan Kepadatan Bakteri
Kepadatan bakteri yang telah di inaktifkan menggunakan tingkat suhu
yang berbeda dapat dihitung menggunakan spektrofotometer (λ=625 nm)
mengacu pada standar McFarland (Putri et al., 2013).
4.3.4 Uji Viabilitas
Menurut Trilia et al. (2014), Uji viabilitas digunakan untuk memastikan
bakteri sudah inaktif ditandai bakteri tidak tumbuh pada media. Prosedur uji
viabilitas sebgai berikut:
Diisolasi pellet hasil pembuatan vaksin inaktif pada medium spesifik.
Diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam.
Dilihat hasil, Apabila koloni tidak tumbuh dapat digunakan sebagai vaksin
pada ikan yang untuk pencegahan infeksi bakteri A. hydrophila.
4.3.5 Isolasi Sel Epitel Ikan Lele (Clarias sp.)
Isolasi sel epitel menggunakan metode Weisler (1990). Pertama – tama
jaringan usus halus diambil dari ikan lele (Clarias sp.) dan dipisahkan dari
jaringan sekitarnya selanjutnya dipotong – potong ukuran 5 cm, kemudian lumen
usus dibuka dengan cara dipotong melintang dengan tujuan untk membersihkan
bagian dalam petri disk yang berisi PBS pH 7,4, selanjutnya bersihkan jaringan
usus dengan cara dikocok dengan pinset (sampai bersih dari organ lain). Angkat
dan rendam pada valcon 15ml yang berisi PBS pH 7,4 10 ml, dan dishaker water
bath pada suhu 37 °C, selama 15 menit (2 kali). Selanjutnya disentrifuge pada
2.500 rpm selama 15 menit. Hasilnya ambil sekitar 20 µl dan diteteskan / hapusan
pada kaca preparat. Dikeringkan dengan lampu bunsen, dicat dengan pewarna
giemsa, selanjutnya diambil dibawah mikroskop untuk melihat keberadaan sel
epitelnya. Selanjutnya ambil supernatan dan pindahkan ke valcon 15cc yang berisi
PBS pH 7,4 selanjutnya disentrifuge 1000 rpm selama 10 menit. Hasilnya buang
supernatan, pelet diambil dan ditambahkan PBS biasa sampai 5 ml pada valcon,
dan dikocok agar tercampur.Buang supernatan, endapan diambil sebagai hasil dari
isolasi sel epitel (siap digunakan untuk uji adesi dan uji hambat adhesi).
4.3.6 Uji Adhesi
Menurut Sumarno (2000), uji adesi bakteri A. hydrophila dengan
kepadatan 10 8cfu/ml dibiakkan pada suhu 37°C selanjutnya cairan dipindahkan
ke valcon15 cc (penuangan, dekatkan dengan lampu bunsen) dan disentrifugasi
3.500 rpm selama 10 menit. Selanjutnya supernatan dibuang pelet/endapan
disuspensi dengan PBS. Setrifugasi terakhir (pencucian) pelet ditambahkan PBS
sampai ukuran 1 cc dan siap digunakan.
Siapkan 3 tabung valcon yang bersih (baru), masukkan sel epitel + sel
bakteri (20 µl : 50 µl) selanjutnya dishaker pada suhu 37°C selama 30 menit.
Siapkan kaca preparat secukupnya, lakukan pipeting dan buat apusan pada kaca
preparat yang sudah di tandai. Kaca preparat yang telah diberi sampel (adhesi)
selanjutnya dikeringkan dan dianginkan untuk selanjutnya dilakukan pewarnaan.
Selanjutnya kaca preparat dicat dengan pewarnaan giemsa selama 1 menit, bilas
dengan air, cuci dengan lugol selama 1 menit, bilas dengan air, cuci dengan aseton
alkohol 96 %, 1 menit, terakhir bilas dengan air, dan selanjutnya kaca preparat
dikerinkan diatas tissue dan dilakukan pengamatan terhadap model adeshi A.
hydrophila pada sel epitel. Selanjutnya hasil diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 1000x dan dilakukan perhitungan indeks adhesi yaitu jumlah rata- rata
adhesi bakteri per 10 sel epitel.
4.3.7 Uji Hambat Adhesi A. hydrophila
Metode uji hambat adesi menurut Sumarno (2000), pertama dilakukan
preparasi bakteri yag diperoleh dari kultur A. hydrophila dengan kepadatan
108cfu/ml. Kultur bakteri dicuci dengan PBS pH 7,4 dengan cara sentrifuge
3.500rpm 10 menit. Tambahkan sel epitel ikan leleyang sebelumnya telah
disiapkan masing – masing 50 µl dan dishaker pada suhu 37°C, 30 menit. Angkat
dan tambahkan sel bakteri masing – masing 50 µl dan di shaker dengan suhu
37°C, selama 30 menit (sampel siap). Siapkan kaca preparat dan ambil 20 µl
untuk selanjutnya dibuat apusan pada kaca preparat yang telah diberi label sesuai
dengan jumlah pengenceran. Selanjutnya kaca preparat dikering anginkan diatas
tissue dan dilakukan pengamatan terhadap model hambat adesi A. hydrophila
pada sel epitel dan diamati dibawah mikroskop perbesaran 1000x. Nilai hambat
adesi dinyatakan dalam bentuk nilai indeks hambat yaitu jumlah rata-rata hambat
adesi bakteri per 10 sel epitel.
Menurut Ayudi (2008), uji hambat adhesi menunjukkan bahwa semakin
tinggi volume antibodi yang disalurkan pada sel epitel, maka semakin sedikit
jumlah bakteri yang menempel sehingga indeks adhesinya semakin menurun.
Kemampuan bakteri untuk beradesi pada sel inang tergantung struktur atau
molekul yang dapat menempel yang disebut Adesin, yang memungkinkan
organisme tersebut menempel pada reseptor yang terdapat pada sel inang. Faktor
pelekatan yang dimiliki oleh bakteri intestina patogen, selain outer membrane
protein adalah fimbriae dan Lipopolisakarida (LPS) (Winarsih, 2012).
4.3.8 Parameter Penunjang
Pemeliharaan ikan lele selama 1 minggu dengan dilakukan pengamatan
harian pada pukul 08.00 WIB dan 15.00 WIB. Parameter yang diukur yaitu pH,
suhu, dan oksigen terlarut.
4.4 Analisis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan 3 perlakuan dan 3 kali pengulangan dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap
merupakan jenis rancangan percobaan yang paling sederhana. Pada umumnya,
rancangan ini biasa digunakan untuk percobaan yang memiliki media atau
lingkungan percobaan yang seragam atau homogen (MattjikdanSumertajaya,
2000). Hal ini tidak akan memberikan pengaruh pada respon yang diamati yang
disebakan media homogen. Oleh sebab itu, RAL banyak digunakan dalam
penelitian skala laboratorium, rumah kaca, dan peternakan.
5. ANALISA DENGAN FILSAFAT
5.1 Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya
bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan
hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan. Filsafat ilmu kadang disebut sebagai filsafat khusus yaitu cabang
filsafat yang membahas hakikat ilmu, penerapan berbagai metode filsafat dalam
upaya mencari akar persoalan dan menemukan asas realitas yang dipersoalkan
oleh bidang ilmu tersebut untuk mendapatkan kejelasan yang lebih pasti. Dengan
demikian, penyelesaian masalah ilmunya menjadi lebih terarah.
5.2 Berfikir Secara Filsafat
1. Pengertian Berpikir Filsafat:
a. Kritis, Adalah sikap yang senantiasa mempertanyakan sesuatu (berdialog),
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, membedakan, membersihkan,
menyisihkan dan menolak, hingga akhirnya di temukan hakikat.
Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh vaksin heat-killed terhadap
bakteri A. hydrophilla, peneliti ingin mengetahui bagaimana uji viabilitas dan uji
hambat adhesi mampun meningkatkan antibodi. Peneliti ingin mengetahui
kandungan apa yang terkandung dalam vaksin heat-killed yang mampu
menurunkan patogentias bakteri.
b. Rasional, Sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya
adalah rasio (akal), selalu menggunakan nalar ketika berpikir atau bertindak atau
kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda
dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri.
Vaksin yang memiliki respon imun spesifik akan lebih mudah membentuk
antigen dan antibodi yang dikenali sebelumnya.
c. Logis, Sikap yang digunakan untuk melakukan pembuktian, berpikir sesuai
kenyataan atau kegiatan berpikir yang berjalan menurut pola, alur dan kerangka
tertentu. Dalam berpikir membutuhkan ketrampilan untuk bisa mengerti fakta,
memahami konsep, saling keterkaitan atau hubungan, sesuatu yang tersurat dan
tersirat, alasan, dan menarik kesimpulan.
Peneliti ingin melakukan pembuktian terhadap kualitas vaksin heat-killed
yang akan dibuat secara viabilitasnya, sehingga diakhir penelitian dapat
disimpulkan apakah vaksin tersebut layak digunakan atau tidak.
d. Konseptual, Merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia,
menyingkirkan hal-hal khusus, konkrit, individual, sehingga terbentuk konsep dan
teori yang terumuskan secara obyektif, permanen dan universal.
Peneliti menjelaskan secara konseptual dalam kerangka konsep penelitian.
e. Radikal, Berpikir mendalam atau sampai ke akar-akarnya sampai pada hakikat
atau substansi yang dipikirkan.
Peneliti menjelaskan akar masalah dimulai dari bagaimana penyakit MAS
menginfeksi ikan lele, karakteriktik patogen bakteri A.hydrophilla, cara
menanggulangi dengan vaksin.
f. Koheren dan konsisten, Berpikir secara konsisten; tidak acak; tidak kacau; dan
tidak fragmentaris, atau sesuai dengan kaidah berpikir logis, menganggap suatu
pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan
konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.
g. Sistematis, Pendapatnya saling berhubungan secara teratur dan terkandung ada
maksud dan tujuan tertentu.
Rencana tesis ini dijelaskan secara runtut dan sistematis mulai dari judul,
latar belakang, manfaat, tujuan, rumusan masalah, tijauan pustaka, kerangka
konsep dan hipotesis, metodologi, prosedur penelitian, hingga daftar pustaka.
h. Komperhensif, Mencakup atau menyeluruh dalam menjelaskan alam semesta
secara keseluruhan.
i. Bebas, Berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terkekang, bebas dari
prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius.
J. Tanggung Jawab, sesuatu yang harus bisa ditanggung jawabkan
kebenarannya.
Dengan adanya penelitian ini, peneliti ingin membuktikan sendiri dari
penelitian sebelumnya mengenai efektifitas vaksin heat-killed yang sudah
dilakukan pada penelitian sebelumnya. Sesuai dengan prosedur yang sesuai dan
terdapat pada literatur – literatur jurnal atau buku. Semua yang ditulis dalam
penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
5.3 Landasaran Ontologi
Pembicaraan tentang Ontologi berkisar pada persoalan bagaimanakah kita
menerangkan tentang hakekat dari segala sesuatu? Perbincangan tentang hakekat
berarti tentang kenyataan yang sebenarnya, bukanlah kenyataan semu ataupun
kenyataan yang mudah berubah-ubah. Para filosof terutama era klasik dan
pertengahan berbicara mengenai pengertian apa itu Ontologi? Secara etimologi,
Ontologi berasal dari kata Yunani, On=being, dan Logos=logic. Sehingga
Ontologi dapat dipahami sebagai ilmu yang membahas tentang yang ada, yang
tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ia berusaha mencari inti dari setiap
kenyataan. (Muhajir, 2001). Ontologi menurut Suriasumantri (1990) membahas
mengenai apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan
kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan:
a. Apakah objek ilmu yang akan ditelaah?
b. Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut?
c. Bagaimana hubungan antara objek dan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, dan mengindra) yang dapat menghasilkan pengetahuan?
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri Aeromonas
hydrophilla dan Clariap sp. Bakteri Aeromonas hydrophilla yang menginfeksi
ikan akan diberi perlakuan dengan menggunakan vaksin inaktif heat killed. yang
dapat meningkatkan sistem imun dan resistensi terhadap patogenitas bakteri A.
hydriphilla pada ikan lele. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menghasilkan suatu vaksin heat killed yang lebih efisien, lebih murah dan berguna
bagi masyarakat perikanan dalam budidaya ikan.
5.4 Landasan Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasardasarnya,
serta pertanggungjawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Epistemologis membahas tentang terjadinya dan kesahihan atau kebenaran ilmu.
Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia berhubungan satu sama lain dan tolok ukur
keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda, Telaah epistemologi akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a) Bagaimana prosedurnya?
b) Hal-hal apa yang harus di perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan
yang benar?
c) Apa yang disebut kebenaran itu sendiri?
d) Apakah kriterianya?
e) Cara/tehnik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan
yang berupa ilmu?.
Penelitian ini terdapat kebenaran pengetahuan yang berasal dari penelitian
sebelumnya dimana berperan dalam melakukan riset / penelitian yang mengkaji
beberapa referensi dari jurnal, artikel, buku dan media online. Pada penelitian
sebelumnya terdapat suatu kasus patogenitas A.hydrophilla yang menginfeksi ikan
lele dan merugikan pembudidaya.
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu persiapan alat dan
objek. Objek ikan lele yang terinfeksi bakteri A. hydrophilla yang diberikan
vaksin heat-killed dengan perlakuan yang berbeda kemudian diuji viabilitas dan
uji daya hambat adhesi sel epitel.
5.5 Landasan Axiology
Axiologi berasal dari kata : Axios = Nilai (Value); Logi = Ilmu; Axiologi
adalah ilmu yang mengkaji tentang nilai-nilai. Axiologi (teori tentang nilai)
sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan bagi manusia.
Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi
metode ilmiah dengan norma-norma moral?
Dengan demikian Aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolok ukur
kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normative dalam penelitian dan
penggalian, serta penerapan ilmu (Wibisono, 2001).
Pengetahuan ini digunakan untuk menekan tingkat infeksi dari penyakit
MAS pada ikan lele dan penggunaan vaksin yang ramah lingkungkan tidak
menimbulkan resitu berlebihan yang marak digunakan para pembudidaya dalam
menanggulangi penyakit pada ikan lele khususnya bakteri. Apalagi Ikan Lele
merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia
yang menjadi favorit masyarakat dari semua kalangan dan memiliki protein yang
cukup tinggi. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tolak ukur untuk
meningkatkan komiditi perikanan budidaya dalam meminimalisir penyakit
bakteri pada ikan yang marak terjadi pada kolam budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Kordi, M. G. H. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal Edisi Revisi. Andi.
Yogyakarta.19-21 hlm.
Rauta, P R., B Nayak., G A Monteiro dan Marilia Mateus. 2017. Design and
characterization of plasmids encoding antigenic peptidesof Aha1 from
Aeromonas hydrophila as prospective fish vaccines. Journal of
Biotechnology.241 (2017) 116–126.