PROPOSAL PENELITIAN
oleh :
NIM 1907777
PROGRAM STUDI
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit pada ikan ada yang berasal dari bakteri yang bernama
Aeromonas yang dapat menimbulkan gejala-gejala seperti hilangnya nafsu makan,
luka-pada tubuh, pendarahan pada bagian tertentu, perut membuncit, sisik atau
sirip terlepas, dan juga kerusakan pada jaringan dalam seperti hati, limfa, dan
ginjal, penyakit ini bernama Haemorrhagic Septicemia(Austin dan Austin, 1993),
Aeromonas biasanya menyerang beberapa jenis ikan air tawar seperti ikan mujair,
ikan mas,ikan nila dan ikan gurami (Pasaribu,dkk, 1990). Dalam waktu singkat,
penyakit ini bisa menimbulkan kematian pada ikan jika tidak segera diobati.
Maka penyakit ini harus diobati dengan cepat, salah satu obatnya bisa berasal
dari bahan alami yaitu dari daun pepaya karena terdapat beberapa bahan kimia
seperti senyawa alkaloid karppain, polifenol, flavanoid, dan enzim pemecah
protein yaitu enzim papain yang mampu memperlambat pertumbuhan bakteri dan
mampu menyembuhkan penyakit karena bersifat antibakteri (Razak, 1996). Dan
tujuan utama penggunaan daun pepaya sebagai pengobatan dari bakteri
Aeromonas adalah karena daun pepaya mudah didapatkan, termasuk kedalam obat
alami yang aman digunakan dan memiliki harga pasar yang relatif murah dari
pada antibiotik.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Ikan Mujair
2.1.1. Klasifikasi Ikan Mujair
Sifat adaptif yang ikan mujair miliki membuatnya bisa beradaptasi dengan
habitat baru. Banyak sebutan bagi ikan mujair, dalam bahasa Inggris disebut
common carp dan di Pulau Jawa biasa disebut ikan mujair. Ciri umum yang bisa
kita perhatikan di ikan mujair merupakan warna kekuningan di bagian dagunya
dan akan terlihat lebih jelas pada ikan berjenis kelamin jantan. Ikan mujair
mempunyai panjang tubuh 2-3 kali lipat tinggi badannya (Prafiadi, Maturahmah,
& Barat, 2020). Klasifikasi ikan mujair :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis mossambicus
(Sufyan et al., 2019)
2.1.2. Morfologi Ikan Mujair
Ciri morfologi adalah tanda yang memperlihatkan bentuk dan struktur suatu
organisme. Ciri-ciri ikan mujair adalah bentuk tubuh yang agak memanjang yang
agak pipih di bagian samping. Ikan mujair tertutup sisik kecuali beberapa tunggul
yang memiliki sedikit sisik, moncongnya terletak di terminal/ ujung tengah, bibir
ikan mujair memiliki dua pasang sungut dan ompong. Bagian dalam mulut
memiliki tiga baris gigi faring yang berbentuk seperti geraham. Sirip punggung
ikan mujair memanjang dari pangkal kepala (cephalic) hingga dubur, dan sirip
memiliki duri yang digunakan untuk melindungi diri. Sirip dorsal keras, bergigi di
ujungnya. Bagian belakang sirip dubur ikan mujair ini keras dan bergigi di
ujungnya. Sirip ekor terlihat seperti kipas simetris dan berwarna oranye
kemerahan.Sisik ikan nila berukuran relatif besar dan transparan dengan jenis
sisik (cycloids) yang ditemukan secara teratur. Terdapat bagian gurat sisi (linea
lateralis) di sepanjang tubuh dalam posisi melintang dari penutup insang hingga
ujung posterior pangkal ekor.
2.2. Bakteri Aeromonas sp.
2.2.1. Klasifikasi Bakteri Aeromonas sp.
Aeromonas hydrophila adalah bakteri uniseluler heterotrofik,
diklasifikasikan diantara protista prokariotik yang terkenal dengan tidak adanya
membran yang mengantarai nukleus dan sitoplasma. Motile Aeromonas
Septicemia (MAS) yang menyerang berbagai bagian tubuh dalam, contohnya hati,
limpa dan ginjal (Roberts, 2000). Biasanya penyakit ini mewujudkan wujudnya
pada ikan yang tidak dirawat dengan benar, waktu makan yang tidak sesuai dari
aspek kualitas dan kuantitas, sangat terkontaminasi parasit, dan air tambak yang
mutunya tidak optimal. kondisi kebutuhan vital ikan, misalnya kadar bahan
organik akibat pencemaran atau sejenisnya. Berikut adalah klasifikasi Aeromonas
hydrophila. (Kabata,1985) :
Filum : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudanonadeles
Famili : Vibrionaceae
Genus : Aeromonas
Spesies : Aeromonas hydrophila.
2.2.2. Morfologi Bakteri Aeromonas sp.
Aeromonas hydrophila adalah spesies bakteri yang ditemukan di hampir
semua lingkungan air tawar dan air payau, termasuk dalam kotoran mamalia,
katak, dan manusia. Bakteri ini Gram negatif, berbentuk batang 0,7-0,8 µm x 1,0-
1,5 µm, bergerak menggunakan flagela polar, sitokrom oksidase positif,
fermentatif dan oksidatif.
Aeromonas hydrophila memiliki bentuk batang pendek 23 mikrometer,
koloni berbentuk bulat, cembung, berwarna kekuningan dan menunjukkan variasi
biokimia. Aeromonas hydrophila umumnya hidup di perairan tawar yang banyak
mengandung bahan organik dan ama hidup di lingkungan 1530. pada pH antara
5,59. Aeromonas hydrophila menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Infeksi
biasanya dikaitkan dengan perubahan kondisi lingkungan, stres karena kepadatan
penduduk, malnutrisi, infeksi parasit, kualitas air yang buruk, dan fluktuasi suhu
air yang ekstrem. Serangannya akut, jika kualitas lingkungan perairan terus
memburuk, kematian yang ditimbulkan bisa mencapai 100%..
berlubang. Batang daun pepaya dengan warna atas hijau tua, sedangkan warna
bawah hijau muda.
2.3.3. Kandungan Kimia Daun Pepaya
Bahan antimikroba merupakan senyawa kimia atau hayati yg bisa
Mengganggu pertumbuhan & aktifitas mikroba (Marsul, 2005). Sedangkan bahan
antibakteri adalah senyawa yang bisa Mengganggu pertumbuhan atau bahkan
membunuh bakteri. Daun pepaya mengandung tocophenol, flavonoid, & enzim
papain yang mempunyai daya antimikroba, dan alkaloid carpain yg berfungsi
segabai antibakteri (Ardina, 2007). Disebutkan Amadioha (1998) ekstrak daun
pepaya bisa sebagai antifungal bagi powdery mildew fungsi (Erysiphe
cichoracearum DC). Tocophenol adalah senyawa fenol yang spesial dalam flora
pepaya. Senyawa fenol menaruh rasa & rona dalam flora , buah, & sayuran,
fungsinya melindungi flora berdasarkan agresi mikroorganisme, serangga, &
herbifora (Roller, 2003).
Fenol bisa Mengganggu membran sel bakteri & mengakibatkan lisisnya
sel bakteri (Nogrady, 1992 pada Rahman, 2008). Sisi & jumlah gugus hidroksil
dalam fenol diduga mempunyai interaksi menggunakan toksisitas nisbi terhadap
mikroorganisme menggunakan bukti bahwa hidroksilasi yg semakin tinggi pula
mengakibatkan tingginya toksisitas zat ini (Naim, 2004). Kepolaran gugus
hidroksil fenol sanggup menciptakan ikatan hidrogen yg larut pada air sebagai
akibatnya efektif menjadi desinfektan (Nogrady, 1992 pada Rahman, 2008). Sifat
toksit fenol menyebabkan struktur 3 dimensi protein bakteri terganggu & terbuka
lalu sebagai struktur rambang tanpa adanya kerusakan struktur kerangka kovalen,
sebagai akibatnya protein terdinaturasi. Deret asam amino protein tidak bisa
melakukan fungsinya (Hasim, 2003). Mekanisme toksisitas senyawa fenolik
dalam mikro 12 organisme merupakan menjadi inhibitor enzim bakteri,
kemungkinan melalui hubungan non khusus menggunakan protein. Kira-kira 2%
semua karbon yg difotosintesis sang tanaman (atau kira-kira 1×109 ton/tahun)
diubah sebagai flavonoid (Smith, 1972 pada Markham, 1988). Sebagian akbar
tanim asal berdasarkan flavonoid, sebagai akibatnya flavonoid adalah keliru satu
golongan fenol alam terbesar. Flavonoid masih ada pada seluruh tanaman hijau
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2. Partisipan
Partisipan pada penelitian ini adalah peneliti dan objek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA