Anda di halaman 1dari 13

Uji Efektivitas Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Pengobatan Infeksi

Bakteri Aeromonas sp. pada Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)

PROPOSAL PENELITIAN

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan Kelautan dan Perikanan

oleh :

Andi Diynan Hasya Fath Qabliyah

NIM 1907777

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS DAERAH SERANG

2021

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) adalah makhluk hidup yang berasal
dari air tawar yang mampu bertahan dari transisi kondisi lingkungan perairan.
Seperti kadar oksigen yang rendah dan perubahan salinitas yang cukup atau
ekstrim. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) adalah ikan yang telah
beradaptasi di Indonesia berkat kemampuan berkembangbiaknya yang pesat. Ikan
mujair tersebar hamper di seluruh perairan Indonesia seperti waduk, sungai
ataupun rawa.
Ikan mujair termasuk tipe ikan yang amat toleran terhadap perubahan suhu air
antara 14-32°C. Suhu air ideal yang baik untuk perkembangan ikan mujair berada
diantara 22-28°C. Ikan mujair bisa beradaptasi terhadap transisi kandungan
oksigen yang terlarut pada perairan (Arifin, 2016). Ikan mujair bisa beradaptasi
terhadap perlakuan fisik seperti seleksi, penampungan, penimbangan, dan
pengangkutan. Sifatnya yang pandai beradaptasi di kawasan baru, ikan mujair
dengan berbagai strain-nya tersebar hampir di seluruh penjuru dunia (Ndobe &
Ya, 2016).
Ikan mujair juga termasuk salah satu sumber protein hewani untuk memenuhi
gizi masyarakat Indonesia, sehingga ikan mujair ini mejadi sebuah komoditas ikan
yang berasal dari air tawar yang ramai dikembangkan di Indonesia (Rupina et al.,
2016). Karena ikan mujair sudah banyak dibudidayakan di Indonesia maka
masyarakat lebih mengetahui tentang ikan ini dan kandungannya, masyarakat
banyak yang sudah gemar untuk mengkonsumsi ikan ini sebagai makanan sehari-
hari mereka,karena itu banyak juga orang yang memilih untuk membudidayakan
ikan mujair dengan alasan mudah dipelihara dan memiliki banyak konsumen yang
menyukainya. Usaha budidaya pasti ada juga yang mengalami kerugian seperti
gagal panen, salah satu masalah yang membuat gagal panen adalah penyakit dan
hama yang dapat menghambat perkembangan usaha budidaya ikan mujair,
biasanya masalah penyakit lebih utama.

Salah satu penyakit pada ikan ada yang berasal dari bakteri yang bernama
Aeromonas yang dapat menimbulkan gejala-gejala seperti hilangnya nafsu makan,
luka-pada tubuh, pendarahan pada bagian tertentu, perut membuncit, sisik atau
sirip terlepas, dan juga kerusakan pada jaringan dalam seperti hati, limfa, dan
ginjal, penyakit ini bernama Haemorrhagic Septicemia(Austin dan Austin, 1993),
Aeromonas biasanya menyerang beberapa jenis ikan air tawar seperti ikan mujair,
ikan mas,ikan nila dan ikan gurami (Pasaribu,dkk, 1990). Dalam waktu singkat,
penyakit ini bisa menimbulkan kematian pada ikan jika tidak segera diobati.
Maka penyakit ini harus diobati dengan cepat, salah satu obatnya bisa berasal
dari bahan alami yaitu dari daun pepaya karena terdapat beberapa bahan kimia
seperti senyawa alkaloid karppain, polifenol, flavanoid, dan enzim pemecah
protein yaitu enzim papain yang mampu memperlambat pertumbuhan bakteri dan
mampu menyembuhkan penyakit karena bersifat antibakteri (Razak, 1996). Dan
tujuan utama penggunaan daun pepaya sebagai pengobatan dari bakteri
Aeromonas adalah karena daun pepaya mudah didapatkan, termasuk kedalam obat
alami yang aman digunakan dan memiliki harga pasar yang relatif murah dari
pada antibiotik.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana cara mengobati, memperbaiki struktur dan fungsi tubuh
ikan mujair yang terserang penyakit dari bakteri Aeromonas sp.
dengan daun pepaya.
1.2.2. Bagaimana kelangsungan hidup ikan yang diuji, gejala klinis, dan
kualitas air.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Untuk mengetahui cara mengobati, memperbaiki struktur dan
fungsi tubuh ikan mujair yang terserang penyakit dari bakteri
Aeromonas sp. dengan daun pepaya.
1.3.2 Untuk mengetahui kelangsungan hidup ikan yang diuji, gejala
klinis, dan kualitas air.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1. Sebagai informasi bagi masyarakat bahwa daun pepaya bisa
mengobati ikan yang terserang bakteri Aeromonas sp.
1.4.2. Sebagai informasi bahwa ikan bisa diobati dengan tumbuhan alami
seperti daun pepaya.

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Ikan Mujair
2.1.1. Klasifikasi Ikan Mujair
Sifat adaptif yang ikan mujair miliki membuatnya bisa beradaptasi dengan
habitat baru. Banyak sebutan bagi ikan mujair, dalam bahasa Inggris disebut
common carp dan di Pulau Jawa biasa disebut ikan mujair. Ciri umum yang bisa
kita perhatikan di ikan mujair merupakan warna kekuningan di bagian dagunya
dan akan terlihat lebih jelas pada ikan berjenis kelamin jantan. Ikan mujair
mempunyai panjang tubuh 2-3 kali lipat tinggi badannya (Prafiadi, Maturahmah,
& Barat, 2020). Klasifikasi ikan mujair :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis mossambicus
(Sufyan et al., 2019)
2.1.2. Morfologi Ikan Mujair
Ciri morfologi adalah tanda yang memperlihatkan bentuk dan struktur suatu
organisme. Ciri-ciri ikan mujair adalah bentuk tubuh yang agak memanjang yang
agak pipih di bagian samping. Ikan mujair tertutup sisik kecuali beberapa tunggul
yang memiliki sedikit sisik, moncongnya terletak di terminal/ ujung tengah, bibir
ikan mujair memiliki dua pasang sungut dan ompong. Bagian dalam mulut
memiliki tiga baris gigi faring yang berbentuk seperti geraham. Sirip punggung
ikan mujair memanjang dari pangkal kepala (cephalic) hingga dubur, dan sirip
memiliki duri yang digunakan untuk melindungi diri. Sirip dorsal keras, bergigi di
ujungnya. Bagian belakang sirip dubur ikan mujair ini keras dan bergigi di
ujungnya. Sirip ekor terlihat seperti kipas simetris dan berwarna oranye
kemerahan.Sisik ikan nila berukuran relatif besar dan transparan dengan jenis
sisik (cycloids) yang ditemukan secara teratur. Terdapat bagian gurat sisi (linea

lateralis) di sepanjang tubuh dalam posisi melintang dari penutup insang hingga
ujung posterior pangkal ekor.
2.2. Bakteri Aeromonas sp.
2.2.1. Klasifikasi Bakteri Aeromonas sp.
Aeromonas hydrophila adalah bakteri uniseluler heterotrofik,
diklasifikasikan diantara protista prokariotik yang terkenal dengan tidak adanya
membran yang mengantarai nukleus dan sitoplasma. Motile Aeromonas
Septicemia (MAS) yang menyerang berbagai bagian tubuh dalam, contohnya hati,
limpa dan ginjal (Roberts, 2000). Biasanya penyakit ini mewujudkan wujudnya
pada ikan yang tidak dirawat dengan benar, waktu makan yang tidak sesuai dari
aspek kualitas dan kuantitas, sangat terkontaminasi parasit, dan air tambak yang
mutunya tidak optimal. kondisi kebutuhan vital ikan, misalnya kadar bahan
organik akibat pencemaran atau sejenisnya. Berikut adalah klasifikasi Aeromonas
hydrophila. (Kabata,1985) :
Filum : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudanonadeles
Famili : Vibrionaceae
Genus : Aeromonas
Spesies : Aeromonas hydrophila.
2.2.2. Morfologi Bakteri Aeromonas sp.
Aeromonas hydrophila adalah spesies bakteri yang ditemukan di hampir
semua lingkungan air tawar dan air payau, termasuk dalam kotoran mamalia,
katak, dan manusia. Bakteri ini Gram negatif, berbentuk batang 0,7-0,8 µm x 1,0-
1,5 µm, bergerak menggunakan flagela polar, sitokrom oksidase positif,
fermentatif dan oksidatif.
Aeromonas hydrophila memiliki bentuk batang pendek 23 mikrometer,
koloni berbentuk bulat, cembung, berwarna kekuningan dan menunjukkan variasi
biokimia. Aeromonas hydrophila umumnya hidup di perairan tawar yang banyak
mengandung bahan organik dan ama hidup di lingkungan 1530. pada pH antara
5,59. Aeromonas hydrophila menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Infeksi
biasanya dikaitkan dengan perubahan kondisi lingkungan, stres karena kepadatan

penduduk, malnutrisi, infeksi parasit, kualitas air yang buruk, dan fluktuasi suhu
air yang ekstrem. Serangannya akut, jika kualitas lingkungan perairan terus
memburuk, kematian yang ditimbulkan bisa mencapai 100%..

2.3. Daun Pepaya


2.3.1. Klasifikasi Daun Pepaya
Pepaya (Carica papaya) adalah tanaman asli Meksiko bagian selatan dan
bagian utara Amerika Selatan, tanaman ini telah menyebar ke benua Afrika dan
Asia dan India, tanaman ini telah tersebar di berbagai negara kepulauan tropis,
termasuk Indonesia di abad ke-17. Menurut Steenis (1978), klasifikasi tanaman
pepaya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magholiophiyta
Kelas : Magholiopsida
Ordo : Brassicates
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
2.3.2. Morfologi Daun Pepaya
Daun memiliki morfologi helaian dan tangkai daun. Tulang daun memiliki
5 tulang rusuk atau tulang induk yang disertai saraf lateral atau yang disebut
percabangan bertulang dan urat daun atau disebut rusuk. Finger notch atau
palmatifidus masing-masing Apex folii atau ujung daunnya acutus atau runcing.
Bentuk dan struktur tubuh bagian luar tanaman pepaya, termasuk tanaman yang
berumur berbunga dikelompokkan ke dalam tanaman buah-buahan semusim,
tetapi dapat tumbuh lebih dari satu tahun Sistem perakaran memiliki akar
tunggang dan akar bercabang yang tumbuh mendatar ke segala arah sampai
kedalaman 1 meter atau lebih, memanjang sekitar 60 sampai 150 cm atau lebih
dari pusat batang tanaman (Suprapti, 2005).
Batang tumbuhan berbentuk bulat dan lurus, bagian tengahnya berlubang dan
tidak berkayu, ruas batang tempat melekatnya batang daun yang panjang, bulat,

berlubang. Batang daun pepaya dengan warna atas hijau tua, sedangkan warna
bawah hijau muda.
2.3.3. Kandungan Kimia Daun Pepaya
Bahan antimikroba merupakan senyawa kimia atau hayati yg bisa
Mengganggu pertumbuhan & aktifitas mikroba (Marsul, 2005). Sedangkan bahan
antibakteri adalah senyawa yang bisa Mengganggu pertumbuhan atau bahkan
membunuh bakteri. Daun pepaya mengandung tocophenol, flavonoid, & enzim
papain yang mempunyai daya antimikroba, dan alkaloid carpain yg berfungsi
segabai antibakteri (Ardina, 2007). Disebutkan Amadioha (1998) ekstrak daun
pepaya bisa sebagai antifungal bagi powdery mildew fungsi (Erysiphe
cichoracearum DC). Tocophenol adalah senyawa fenol yang spesial dalam flora
pepaya. Senyawa fenol menaruh rasa & rona dalam flora , buah, & sayuran,
fungsinya melindungi flora berdasarkan agresi mikroorganisme, serangga, &
herbifora (Roller, 2003).
Fenol bisa Mengganggu membran sel bakteri & mengakibatkan lisisnya
sel bakteri (Nogrady, 1992 pada Rahman, 2008). Sisi & jumlah gugus hidroksil
dalam fenol diduga mempunyai interaksi menggunakan toksisitas nisbi terhadap
mikroorganisme menggunakan bukti bahwa hidroksilasi yg semakin tinggi pula
mengakibatkan tingginya toksisitas zat ini (Naim, 2004). Kepolaran gugus
hidroksil fenol sanggup menciptakan ikatan hidrogen yg larut pada air sebagai
akibatnya efektif menjadi desinfektan (Nogrady, 1992 pada Rahman, 2008). Sifat
toksit fenol menyebabkan struktur 3 dimensi protein bakteri terganggu & terbuka
lalu sebagai struktur rambang tanpa adanya kerusakan struktur kerangka kovalen,
sebagai akibatnya protein terdinaturasi. Deret asam amino protein tidak bisa
melakukan fungsinya (Hasim, 2003). Mekanisme toksisitas senyawa fenolik
dalam mikro 12 organisme merupakan menjadi inhibitor enzim bakteri,
kemungkinan melalui hubungan non khusus menggunakan protein. Kira-kira 2%
semua karbon yg difotosintesis sang tanaman (atau kira-kira 1×109 ton/tahun)
diubah sebagai flavonoid (Smith, 1972 pada Markham, 1988). Sebagian akbar
tanim asal berdasarkan flavonoid, sebagai akibatnya flavonoid adalah keliru satu
golongan fenol alam terbesar. Flavonoid masih ada pada seluruh tanaman hijau

sebagai akibatnya selalu ditemukan dalam setiap ekstrak tanaman


(Markham,1988).
Flavonoid & flavonol disintesis flora pada responnya terhadap infeksi
mikroba, sebagai akibatnya secara in vitro efektif terhadap mikroorganisme.
Senyawa ini adalah antimikroba lantaran kemampuannya menciptakan kompleks
menggunakan protein ekstra seluler terlarut dan dinding sel mikroba. Flavonoid
yg bersifat lipofilik akan Mengganggu membran mikroba. Flavonoid bersifat anti
inflamasi sebagai akibatnya bisa mengurangi peradangan dan membantu
mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan dalam luka
(Rahman, 2008). Carpain adalah senyawa alkaloid yg spesial dihasilkaan sang
flora pepaya. Alkaloid adalah senyawa nitrigen heterosiklik. Alkaloid bersifat
toksit terhadap mikroba, sebagai akibatnya efektif membunuh bakteri & virus,
menjadi antiprotozoa & anti diare, bersifat detoksifikasi yg sanggup menetralisir
racun pada tubuh. Alkaloid diketahui sanggup menigkatkan daya tahan tubuh.
Mekanisme kerja berdasarkan alkaloid dihubungkan menggunakan kemampuan
berinteraksi menggunakan DNA (Naim, 2004).

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


3.1.1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Karena penelitian ini
termasuk pada penelitian yang bersifat eksperimental, maka akan
menggunakan Rancangan Aacak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan
perendaman ikan mujair dengan larutan daun pepaya (yang segar dan
dikeringkan akan dicacah dan ditambahkan akuades lalu diperas) dengan
jumlah konsentrasi ppm yang berbeda. Konsentrasi yang akan digunakan
berdasarkan dari penelitian terdahulu.
3.1.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanan setelah didapatkannya persetujuan dari
Kaprodi UPI Kampus Serang.

3.2. Partisipan
Partisipan pada penelitian ini adalah peneliti dan objek penelitian.

3.3. Populasi dan sampel


3.3.1. Populasi pada penelitian ini merupakan ikan mujair yang terserang
penyakit dari bakteri Aeromonas sp.
3.3.2. Sampel yang digunakan pada penelitian ini merupakan ikan mujair yang
terserang penyakit dari bakteri Aeromonas sp. dan akan diobati dengan daun
pepaya.

3.4. Instrumen penelitian


3.4.1. Alat
1. Kolam Ikan
2. Jarum Suntik
3. Alat Tulis
4. Alat Dokumentasi
3.4. 2. Bahan
1. Ikan Mujair
2. Bakteri Aeromonas sp.
3. Daun Pepaya
4. Aquades

3.5. Prosedur penelitian


3.5.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
memperhatikan atau mengamati struktur tubuh ikan, kelangsungan hidup dan
gejala ikan terhadap penyakit, dan keefektivitasan daun pepaya dalam
mengobati ikan.
3.5.2. Tahap Pengumpulan Data
Tahapannya terdiri dari, mengumpulkan ikan, lalu disuntikan bakteri
Aeromonas patogen, melakukan penelitian seperti yang sudah direncanakan,

menganalisis data yang didapat dari penelitian, dan mengumpulkan hasil


penelitian.

3.6. Analisis data


Melakukan analisis terhadap data dengan memakai analisys of variance
(Anova) untuk mengetahui pengaruh perendaman dengan ekstrak daun pepaya
untuk mengobati ikan mujair yang terserang penyakit Aeromonas sp..
Mengamati parameter kualitas air pada awal dan akhir penelitian, dengan
melakukan pengukuran suhu, pH, dan DO (oksigen terlarut). Data gejala
klinis, uji zona hambat dan uji in vitro akan dilakukan analisis secara
deskriptif.

DAFTAR PUSTAKA

Aliyas., S Ndobe., dab Z. R. Ya’la. 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup


Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang dipelihars pada Media Bersalinitas. Jurnal Sains
dan Teknologi Tadulako. 5 (1): hal 19-27
Amadioha AC. 1998. Control of powdery mildew in pepper (Capsicum annum L.)
by leaf ekstracts of papaya (Carica papaya L.). journal of Herbs, Spices and
Medicinal Plants 6: 41-46.
Ardiana, Lintang. 2007. Persepsi ketidaknyamanan yang Ditinjau dari Psikologi
Lingkungan antara Stress, Kebisingan, Kepadatan Penduduk dan Polusi pada Masa
Dewasa di Kota Besar Indonesia, Jurnal F.Psi UI. Universitas Indonesia.
Arifin, Zainal. 2016. Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, dan Prosedur),
Cetakan Kedelapan, Jakarta: Rosda Karya.
Austin, B. dan Austin, D.A. 1993. Bacterial Fish Pathogens, Disease in Farm and
Wild Fish. Ed ke-2. London: Ellis Herwood.
Hasyim. 2003. Menanam Rumput Memanen Antibiotik. Kompas 2003
No.127/Tahun ke-39.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Disease of Fish Cultured in The Tropic. Pacific.
Biological Station. London and Philadelphia.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, 15, Penerbit ITB, Bandung.
Marsul. 2005. Benefit of Papaya Leveas For Catfish. Media Penyuluhan
Perikananpati.cblogpot.com. Diakses on 22 Oktober 2021.
Naim, R., 2004, Senyawa Antimikroba dari Tanaman [Online].
Tersedia:://www2.kompas.com/kompascetak/0409/15/sorotan/1265264. Diakses
22 Oktober 2021.
Nogrady,Th. 1992. dalam Rahman. 2008. Kimia Medisinal: Pendekatan secara
Biokimia. Bandung: ITB.
Paget,G.E.
Pasaribu, F. H., N, D., & M, P. 1990.
Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Bercak Merah. Balai Penelitian Perikanan
Air Tawar. Bogor.

Prafiadi, S., Maturahmah, E., & Barat, P. (2020). VARIASI MORFOMETRIK


IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) PADA EKOSISTEM RAWA
(LENTIK WATER) DI WILAYAH PRAFI, MASNI DAN SIDEY, KABUPATEN
MANOKWARI. 2(2), 58–66. https://doi.org/10.31540/biosilampari.v2i2.888 .
Diakses 21 Oktober 2021.
Rahman. 2008. Kimia Medisinal: Pendekatan secara Biokimia. Bandung: ITB.
Paget,G.E.
Razak, (1996). Perubatan Tradisional Antara Manfaat dan Risiko.
http://www.prn2.usm.my/mainsite/bulletin/kosmik/1996/kosmik4.html .SNI 01-
6138-1999. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila. KKP. Jakarta. Diakses 21
Oktober 2021.
Roller, S. 2003. Natural Antimicrobials for the Minimal Processing of Foods.
Washington DC: CRC Press. pp. 211.
Rupina W, Trianto HF, Fitrianingrum I. 2016. Efek Salep Ekstrak Etanol 70% Daun
Karamunting Terhadap Reepitelisasi Luka Insisi Kulit Tikus Wistar.
Kedokteran Indonesia 4(1): 26-30.
Smith. 1972., dalam Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, 15, Penerbit ITB, Bandung.
Suprapti, M.Lies. 2005. Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Yogyakarta:
Penerbit Kasinus.
Van Steenis, C.G.G.J. 1978. FLORA. Jakarta: Pradnya Paramita.
Webb, A., & Maughan, M. (2007). Pest fish profiles. Oreochromis mossambicus –
Mozambique tilapia. ACTFR, James Cook University, 12 pp.

Anda mungkin juga menyukai