Novita Rahmayanti
4443170070
Kelompok 2
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Tahun 2010, produksi ikan lele meningkat sangat signifikan yaitu dari
produksi sebesar 144.755 ton pada tahun 2009 menjadi 242.811 ton pada
tahun 2010 atau naik sebesar 67,74 persen. Adapun proyeksi produksi ikan
lele nasional dari tahun 2010 hingga tahun 2014 ditargetkan mengalami
peningkatan sebesar 450 persen atau rata-rata meningkatsebesar 35 persen per
tahun yakni pada tahun 2010 sebesar 270.600 ton meningkatmenjadi 900.000
ton pada tahun 2014 (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2010).
Daya tetas telur ikan akan menentukan kualitas larva yang dihasilkan,
menurut Bobe dan Labbé (2010) bahwa kualitas telur dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain status nutrisi induk jantan/betina, penanganan/
manajemen induk saat pemijahan (tingkat pembuahan), faktor stress dan
kondisi lingkungan seperti suhu, lama pencahayaan dan salinitas. Salah satu
faktor yang berperan signifikan dalam memepengaruhi penetasan telur ikan
adalah Suhu. Suhu mempunyai pengaruh penting dalam upaya penyerapan
kuning telur, pembentukan organ serta tingkah laku dari larva (Nwosu et al
2000).
Dalam klasifikasi, ikan lele termasuk famili Clariide, yaitu jenis ikan yang
mempunyai bentuk kepala gepeng dan mempunyai alat pernafasan tambahan.
Adapun sistematika dan klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Tekstol
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Silurodea
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Anatomi dan morfologi Secara umum ikan lele memiliki tubuh licin
berlendir, tidak bersisik, bersungut dan berkumis. Ikan lele (Clarias sp.)
merupakan salah satu ikan budidaya yang dapat dipijah secara buatan yaitu
dengan menggunkan hormon. Kesulitan dalam yang sering dihadapi dalam
pemijahan buatan yaitu masih rendahnya fertilisasi sperma yang dihasilkan yang
mengakibatkan rendahnya daya tetas telur sehingga produksi larva rendah .
( Nurman 1998)
2.3 Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Ikan Lele (Clarias sp)
Budidaya ikan lele dapat memanfaatkan lahan kritis yang tidak dapat
dimanfaatkan misalnya lahan pertanian, dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya
ikan lele. Menurut Kordi (2005), ikan lele juga dapat dipelihara diberbagai wadah
dan lingkungan perairan mengalir, bak, kolam terpal, kolam tanah, di sawah, di
bawah kandang ayam (mina-ayam), keramba, dan keramba jaring apung.
Ikan lele termasuk ikan yang tahan terhadap kualitas air yang minim atau
kualitas air yang kurang baik bahkan ikan lele dapat hidup pada kondisi oksigen
yang sangat rendah, hal ini disebabkan karena ikan lele mempunyai alat bantu
pernafasan berupa arborescant yang dapat mengambil oksigen langsung dari
udara. Dalam usaha budidaya ikan, kualitas air merupakan salah satu faktor
penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan.
Menurut Mulyanto (1992), bahwa kondisi air sebagai media hidup biota
air, harus disesuaikan dengan kondisi optimal bagi biota yang dipelihara. Kualitas
air tersebut meliputi kualitas fisika, kimia dan biologi. Faktor fisika misalnya
suhu, kecerahan dan kedalaman. Faktor kimia diantaranya pH, DO, CO2 dan
NH3. Sedangkan faktor biologi adalah yang berhubungan dengan biota air
termasuk ikan. Apabila kualitas air tidak stabil atau berubah-ubah maka dapat
berdampak buruk terhadap ikan yang dibudidayakan, akibatnya ikan dapat stress,
sakit bahkan mati bila tidak mampu bertoleransi terhadap perubahan lingkungan.
Oleh sebab itu biasanya diperlukan tindakan khusus atau rekayasa manusia
agar kondisi kualitas air tetap stabil. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
perubahan kualitas air terhadap pertumbuhan ikan lele yang dipelihara di kolam
dan mengetahui kualitas air yang sesuai untuk pemeliharaan ikan lele. Kegunaan
penelitian ini adalah diperolehnya kualitas air yang sesuai dan bertoleransi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan benih ikan lele di kolam pemeliharaan.
2.4 Adaptasi Ikan Lele (Clarias sp)
Ikan lele (Clarias sp) merupakan ikan air tawar yang dapat hidup dan
beradaptasi di kolam dengan air yang jernih atau di air yang keruh dan berlumpur
seperti rawa, sungai, sawah, dan tempat berlumpur lain yang kandungan
oksigennya sedikit. Hal ini disebabkan karena ikan lele mempunyai alat
pernapasan tambahan yang disebut labirin yang memungkinkan lele mengambil
oksigen langsung dari udara untuk pernafasannya. 9 (Jensen 1990)
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Column 1 2 0,358602 0,179301 0,059838
Column 2 2 0,626344 0,313172 0,04797
Column 3 2 0,212831 0,106415 0,017838
ANOVA
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
Between
Groups 0,043988 2 0,021994 0,525143 0,637461 9,552094
Within
Groups 0,125646 3 0,041882
Total 0,169634 5
Tabel 3. Data Anova
BAB IV
4. 1. Hasil
Pada percobaan kali ini menggunakan ikan lele yang dipisahkan pada 3
buah aquarium yang merupakan di aquarium pertama tidak terdapat penambahan
dan pengurangan suhu, aquarium kedua menggunakan penambahan suhu sebesar
+8°C dan aquarium ketiga menggunakan penurunan suhu sebear -8°C.
Stres akibat peningkatan suhu air pada ikan berdampak terhadap kinerja
dan kesehatan ikan berupa gangguan fungsi sel-sel darah, salah satunya yaitu
eritrosit (El-Sherif et al 2009).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Amri, K. dan Khairuman, 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia
Pustaka, Depok. 75 hlm.
Bagenal TB and Braun E. 1978. Eggs and early life history. In methods for
assessments of fish production in fresh water. T.B. Bagenal (Ed.)
Oxford London: Blackwell Scientific Publication, pp: 165-201.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. 163 hal.
El-Sherif M.S. and El-Feky A.M.I. 2009. Performance of nile tilapia
(Oreochromis niloticus) fingerlings. II. Influence of different water
temperature. Int. J. Agric. Biol. 11: 301-305.
Gracia-lo pez MV,Kiewek-marti and Maldonado-garcu M.2004 don dogarci M.
2004. Effects of temperature and salinity on artificially reproduced
eggs and larvae of the leopard grouper Mycteroperca rosacea.
Aquaculture, 237 (1-4): 485–498.
Hakim AE and Gamal EG. 2009. Effect of Temperature on Hatching and Larval
Development and Mucin Secretion in Common Carp, Cyprinus
carpio (Linnaeus, 1758). Global Veterinaria, 3(2): 80-90.
Hernowo.2004.Pembenihan dan Pembesaran Lele di Pekarangan, Sawah dan
Longyam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Khordi MG, Tancung AB.2005. Pengelolaan Kualitas Air. Penerbit Rineka Citpta.
Jakarta. 208 halaman.
Lesmana D. S. 2002. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya:
Jakarta
F tab. : 9.5520945
Hipotesis :
Karena F hit < F tab, maka didapatkan gagal tolak H0. Sehingga tidak ada
pengaruh perlakuan perubahan suhu terhadap ikan Platy