Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN 1

PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS DAN SUHU DINGIN MEDIA AIR

TERHADAP MEMBUKA MENUTUP OPERCULUM IKAN MAS

COVER

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Mudlofar, et al. (2013), komoditas air tawar yang mempunyai

nilai ekonomis dan diusahakan melalui KJA salah satunya adalah ikan Mas

(Cyprinus carpio) yang harga jual di tingkat petani wilayah kota Pontianak pada

tahun 2009 yaitu Rp 27.000,-/kg. Ikan merupakan salah satu sumber makanan

yang sangat disukai oleh sebagian masyarakat karena mengandung protein yang

sangat tinggi. Tidak hanya itu ikan bisa ditemukan secara mudah dan bisa

dibudidayakan oleh petambak. Ikan mas juga memiliki keunggulan yang baik

secara fisik, fisiologis maupun genetetik.

Menurut Chen, et al. (2019), perubahan suhu di lingkungan merupakan

faktor kunci yang diketahui mempengaruhi metabolisme energi, pertumbuhan

tubuh pada hewan, efek modulasi ini sebagian dimediasi melalui regulasi dari

asupan makanan. Pada ikan sendiri suhu merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan, aktivitas metabolisme, kegiatan mencari makan

dan lainnya. Suhu lingkungan yang berubah-ubah dapat mengganggu aktivitas


dalam tubuh ikan sehingga dapat menjadikan ikan mudah stress. Namun, suhu

lingkungan terjadi perubahan (tidak signifikan) ikan tidak akan terganggu karena

tubuhnya akan secara otomatis menyesuaikan diri.

Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu komoditas perikanan

air tawar yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Ikan mas juga kaya akan

kandungan protein yang sangat penting bagi tubuh. Kemudian, karena memiliki

kandungan protein tinggi, ikan mas juga mudah dibudidayakan. Dalam budidaya

ikan mas perlu diperhatikan factor-faktor pendukung pertumbuhan ikan mas

salah satunya yaitu suhu. Suhu merupakan faktor lingkungan yang memiliki

pengaruh cukup signifikan bagi laju pertumbuhan ikan, metabolisme ikan, dan

masih banyak lagi. Namun, Ketika suhu berubah secara drastis dapat

menyebabkan ikan menjadi stress hingga mati. Oleh karena itu, stabilitas suhu

perlu dijaga supaya tidak terjadi penurunan atau kenaikan yang signifikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh suhu panas terhadap bukaan operkulum ikan mas?

2. Bagaimana pengaruh suhu dingin terhadap bukaan operkulum ikan mas?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh suhu panas terhadap bukaan operkulum ikan mas.

2. Mengetahui pengaruh suhu dingin terhadap bukaan operkulum ikan mas.

1.4 Kegunaan

Kegunaan untuk mahasiswa yaitu dapat memperoleh ilmu mengenai

aktivitas atau pengaruh suhu bagi ikan mas (Cyprinus carpio). Selain itu,

kegunaan selanjutnya yaitu memberikan pengetahuan mengenai proses ketika


perubahan suhu air terjadi terhadap membuka dan menutupnya operkulum pada

ikan mas (Cyprinus carpio).

1.5 Tempat dan Waktu

Praktikum Fisiologi Hewan Air materi perhitungan nilai hematokrit pada

Ikan Mas akibat paparan deterjen dilaksanakan secara daring pada tanggal 8

November 2020 mulai pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.30 WIB melalui

Google Meet.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deksripsi dan Klasifikasi

Ikan Mas (Bhavya, et al., 2018)

Menurut Ali, et al. (2017), ikan mas merupakan salah satu jenis ikan yang

hidup pada perairan tawar. Ikan mas termasuk kedalam jenis ikan pemakan

segalanya atau disebut omnivora. Ikan mas termasuk salah satu jenis ikan yang

banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Untuk pemberian pakan ikan mas bisa

diperikan apa saja, baik itu pakan yang berupa pellet. Pakan tambahan bisa

seperti cincangan daging, ikan runcah maupun limbah makanan, selain itu bisa

juga diberikan pakan berupa dedaunan. Jenis dedaunan yang disukai ikan mas

diantaranya daun kangkung, daun ubi dan daun pepaya

Menurut Bhavya, et al. (2018), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berkut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Family : Cyprinidae

Subfamily : Cyprininae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cryprinus carpio


2.2 Morfologi Ikan Mas

Menurut Putri, et al. (2014), secara morfologi, ikan mas mempunyai

bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung

tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang

sungut berukuran pendek. Ikan mas memiliki sisik berukuran relatif besar dan

digolongkan dalam tipe sisik sikloid. Ikan Mas mempunyai bentuk tubuh pipih

bilateral dan bentuk kepala pipih dorso lateral, serta panjang kepala ¼ kali

panjang total tubuh. Panjang total tubuh ikan yang diamati berkisar antara 20-23

cm. Tubuh berwarna hitam kekuningan pada bagian dorsal dan berwarna

kekuningan pada bagian ventral

Menurut Hasrati dan Rini (2011), secara morfologis, ikan mas mempunyai

bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung

tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang

sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi

oleh sisik berukuran besar dengan tipe sisik sikloid, berwarna hijau, biru, merah,

kuning keemasan atau kombinasi dari wama-warna tersebut sesuai dengan

rasnya. Saat ini, banyak sekali jenis ikan mas yang beredar di kalangan petani,

baik jenis yang berkualitas tidak terlalu tinggi hingga jenis yang unggul. Setiap

daerah memiliki jenis ikan mas favorit, misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang

paling digemari adalah ikan mas Majalaya

2.3 Sistem Pernafasan Ikan Mas

Menurut Inayah, et al. (2017), fisiologi dapat didefenisikan sebagai ilmu

yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-

sel organisme. Fisiologi mencoba menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia

yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Oksigen sebagai bahan

pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab
itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya

memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen

terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan,

dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup

Menurut Pertiwi, et al. (2017), insang merupakan organ respirasi utama

pada ikan, bekerja dengan mekanisme difusi permukaan dari gas-gas respirasi

(oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air. Oksigen yang terlarut dalam

air diabsorbsi ke dalam kapiler-kapiler insang dan difiksasi oleh hemoglobin

untuk selanjutnya didistribusikan keseluruh tubuh. Karbondioksida dikeluarkan

dari sel dan jaringan untuk dilepaskan ke air di sekitar insang. Struktur histologi

insang terdiri dari beberapa lamela primer dan satu lamela primer terdiri dari

beberapa lamela sekunder. Ukuran panjang dan lebar lamela sekunder

cenderung hampir sama. Sel-sel pernapasan ikan hanya terdiri dari dua atau tiga

lapis epitel yang terletak di membran basal. Sel-sel terbungkus oleh selaput

epidermis yang tipis dan bersifat semipermeable

2.4 Respon Operkulum terhadap Suhu Panas

Menurut Tartanpale, et al. (2012), naik dan turunnya suhu lingkungan itu

mempengaruhi hewan yang hidup di lingkungan tersebut. Suhu atmosfer karena

variasi alam akan secara langsung mempengaruhi suhu air dan ikan ektotermik.

kenaikan suhu air berdampak pada laju operkular ikan. Peningkatan terjadi pada

laju pernapasan maupun detak operkular pada temperatur 35˚C. Peningkatan

suhu, peningkatan laju metabolisme ikan dan kebutuhan oksigennya, tetapi

menurunkan kelarutan oksigen dalam air. Kecenderungan yang berlawanan ini

dapat menyebabkan penipisan oksigen ke tingkat yang mematikan. Untuk itu

perlu dilakukan penjagaan suhu air dan suhu lingkungan.


Menurut Rivaldy, et al. (2017), ikan sebagai hewan ektotermal

(poikilotermal) sangat bergantung kepada suhu. Kenaikan suhu meningkatkan

laju metabolisme dalam tubuh, yang pada hakekatnya dapat menaikkan

kecepatan reaksi kimiawi. Setiap ikan diketahui mempunyai kisaran suhu optimal

yang pada suhu tersebut ikan tumbuh maksimal. Kenaikan suhu 37,8°C - 38,5 °C

ikan beseng sudah nampak mulai melompat serta terlihat pergerakan operkulum

pada ikan beseng sudah terlihat cepat. Setiap jenis ikan biasanya mempunyai

kisaran suhu di perairan yang cocok. Namun bila terjadi perubahan suhu, respon

yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme tubuhnya

terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya. Respon yang

diperlihatkan oleh ikan biasanya berupa perubahan tingkah laku maupun

pergerakan ikan

2.5 Respon Operkulum terhadap Suhu Dingin

Menurut Yustiati, et al. (2017), Cold-shock stress terjadi ketika ikan

diaklimatisasi dengan suhu air atau kisaran suhu kemudian terkena penurunan

suhu yang cepat, hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan fisiologis serta

perilaku ikan. Suhu rendah akan menekan proses metabolisme sehingga menjadi

rendah. Metabolisme yang rendah akan membuat ikan pasif, maka tingkat sisa

metabolisme yang dikeluarkan dari tubuh menjadi rendah. Penurunan suhu

menyebabkan aktivasi laju respirasi dan metabolisme ikan gurami cenderung

menurun, seiring dengan penurunan suhu air media hidup ikan. Penurunan suhu

berdampak pada penurunan konsumsi oksigen dan menurunnya produk

metabolisme yang dapat bersifat racun.

Menurut Trantanpale, et al. (2012), naik dan turunnya suhu lingkungan itu

mempengaruhi hewan yang hidup di lingkungan tersebut. Suhu atmosfer karena


variasi alam akan secara langsung mempengaruhi suhu air dan ikan ektotermik.

Penurunan suhu air berdampak pada laju operkular ikan air. Suhu sekitar 15˚C

menunjukkan kecenderungan penurunan laju pernafasan dan denyut operkular.

Pola laju respirasi ikan cenderung menurun seiring dengan laju penurunan suhu.

Pola ini sesuai dengan kenyataan yang selama ini terjadi, yaitu bahwa perlakuan

penurunan suhu dapat menekan respirasi dan aktivitas ikan. Untuk itu perlu

dilakukan penjagaan suhu air dan suhu lingkungan.

3. METODE

3.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum Fisiologi Hewan Air adalah

sebagai berikut.

Alat: 1. Beaker glass Bahan: 1. Ikan mas 4 ekor

2. Wadah plastik 2. Stok air panas

3. Water bath 3. Stok es batu

4. Termometer Hg

5. Hand counter

6. Timer / stopwatch

7. Palu

8. Freezer

3.1.1 Alat dan Fungsinya

Fungsi dari alat – alat yang digunakan pada saat praktikum Fisiologi

Hewan Air adalah sebagai berikut.

Toples bening : Untuk wadah pengujian


Wadah plastic : Untuk tempat ikan sebelum dan sesudah diamati
Water bath : Untuk pemanas air
Termometer Hg : Untuk mengukur suhu air
Hand counter : Untuk menghitung berapa kali bukaan pada

operculum ikan
Timer / stopwatch : Untuk menghitung atau mengamati waktu
Freezer : Untuk membentuk dan menjaga suhu dingin pada

es batu
Palu : Untuk memecahkan bongkahan es batu

3.1.2 Bahan dan Fungsinya

Fungsi dari bahan - bahan yang digunakan pada saat praktikum Fisiologi

Hewan Air adalah sebagai berikut.

Ikan mas : Sebagai bahan ujicoba atau sampel uji


air panas : Sebagai pengubah suhu pada air sesuai dengan perlakuan
Es batu : Sebagai pengubah suhu pada air sesuai dengan perlakuan

3.2 Cara Kerja

Dalam percobaan perlakuan suhu panas, ada langkah - langkah yang harus

diperhatikan antara lain :

1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua

wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati

2. Ambil ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam salah satu

wadah plastic yang telah diberi media air

3. Isi beaker glass dengan air secukupnya (± ½ volumenya), lalu ukur suhunya

dengan thermometer dan catat hasilnya

4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu:

i) T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)

ii) T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar

iii) T3 = untuk suhu 6 ºC di atas suhu kamar

5. Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui

suhunya (perlakuan i) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup


operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand

counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga

kali untuk masing–masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas

lembar kerja yang telah tersedia.

6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji

berikutnya sampai semua ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati

dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan

7. Setelah selesai dengan perlakuan i, dilanjutkan dengan perlakuan ii dengan

mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang

diinginkan dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi

sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada

kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point

5.

8. Setelah selesai dengan perlakuan ii, dilanjutkan dengan perlakuan iii dengan

mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang

diinginkan dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi

sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada

kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point

5.

9. Tabulasikan data pengamtan pada tabel.

3.2.2 Suhu Dingin

Dalam percobaan perlakuan suhu dingin, ada langkah - langkah yang harus

diperhatikan. Pertama, siapkan sebuah toples bening sebagai wadah perlakuan

dan dua wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati

kemudian ambil ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam salah satu

wadah plastik yang telah diberi media air. Setelah itu, isi toples bening dengan air

secukupnya (± ½ volumenya), lalu ukur suhunya dengan thermometer dan catat


hasilnya. Selanjutnya lakukan pengamatan yang dilakukan dengan tiga

perlakuan yang pertama yaitu T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC), yang kedua

T2 = untuk suhu 3 ºC di bawah suhu kamar dan yang terakhir T3 = untuk suhu 6

ºC di bawah suhu kamar. Setelah itu, masukkan satu persatu ikan uji ke dalam

toples bening yang sudah diketahui suhunya kemudian hitung banyaknya

membuka & menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan

menggunakan hand counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang

sebanyak tiga kali untuk masing–masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada

kertas lembar kerja yang telah tersedia. Setelah selesai dengan ikan uji pertama

lalu dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai semua ikan teramati. Ikan

yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah

disediakan. Setelah selesai dengan perlakuan pertama, dilanjutkan dengan

perlakuan kedua dengan mengatur suhu air pada toples bening agar sesuai

dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah es balok dari freezer yang

telah dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan saat pengamatan

berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Setelah itu, kembali

masukkan satu persatu ikan uji ke dalam toples bening yang sudah diketahui

suhunya, kemudian hitung banyaknya membuka & menutup operculum ikan

tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stop watch

sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing–masing

ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas. Setelah selesai dengan perlakuan

kedua, dilanjutkan dengan perlakuan ketiga dengan mengatur suhu air pada

toples bening agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah

es balok dari freezer yang telah dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit.

Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran

toleransi ± 0,5 ºC. Setelah itu masukkan satu persatu ikan uji ke dalam toples

bening yang sudah diketahui suhunya kemudian hitung banyaknya membuka &
menutup operkulum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand

counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali

untuk masing–masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja

yang telah tersedia lalu tabulasikan data pengamtan pada tabel.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Pengaruh Perubahan Suhu Panas Media Air

Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Ikan Mas

Praktikum fisiologi hewan air 2020 dilakukan pengujian tentang bukaan

operculum terhadap suhu panas. Ikan yang digunakan pada praktikum ini yaitu

ikan mas (Cyprinus carprio) dengan jumlah 2 ekor. Dalam 1 perlakuan, dilakukan

3 kali pengulangan suhu yaitu suhu 0ºC, 3ºC dan 6ºC dengan waktu selama 1

menit tiap suhu dan tiap suhu dilakukan 3 kali perlakuan berturut-turut. Praktikum

tersebut didapatkan hasil yang berbeda-beda setiap pengulangan. Hasil dari

pengujian pada suhu 0ºC yaitu, pada ikan 1 dimenit pertama didapatkan hasil 84

kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan hasil 85 kali bukaan operculum

dan dimenit ketiga didapatkan hasil 91 kali bukaan operculum. Sedangkan pada

ikan 2, dimenit pertama didapatkan hasil 67 kali bukaan operculum, dimenit

kedua didapatkan hasil 79 dan dimenit ketiga didapatkan hasil 82 kali bukaan

operculum. Hasil dari pengujian pada suhu 3ºC yaitu, pada ikan 1 dimenit

pertama didapatkan hasil 86 kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan

hasil 113 kali bukaan operculum dan dimenit ketiga didapatkan hasil 114 kali

bukaan operculum. Sedangkan pada ikan 2, dimenit pertama didapatkan hasil 80

kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan hasil 89 dan dimenit ketiga

didapatkan hasil 90 kali bukaan operculum. Hasil dari pengujian pada suhu 6ºC

yaitu, pada ikan 1 dimenit pertama didapatkan hasil 92 kali bukaan operculum,

dimenit kedua didapatkan hasil 115 kali bukaan operculum dan dimenit ketiga
didapatkan hasil 116 kali bukaan operculum. Sedangkan pada ikan 2, dimenit

pertama didapatkan hasil 82 kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan

hasil 92 dan dimenit ketiga didapatkan hasil 94 kali bukaan operculum. Hasil

perlakukan menunjukkan bahwa suhu mempengaruhi bukaan dan tutupan

operculum ikan mas Ketika Suhu semakin panas proses metabolisme pada

tubuh ikan akan semakin meningkat laju respirasinya akan juga membutuhkan

oksigen lebih banyak sehingga bukaan operculumnya lebih cepat.

Menurut Azwar, et al. (2016), secara keseluruhan ikan lebih toleran

terhadap perubahan suhu air, beberapa spesies mampu hidup pada suhu air

mencapai 29oC, sedangkan jenis lain dapat hidup pada suhu air yang sangat

dingin, akan tetapi kisaran toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas.

Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami

kenaikan kecepatan respirasi. Menurut Iha, et al. (2018), ikan memiliki

kemampuan berbeda-beda dalam menoleransi suhu dalam suatu perairan, ketika

terjadi induksi suhu dalam suhu perairan maka akan ada tekanan terhadap

perairan dan ekosistem, ikan pun secara otomatis akan mendapatkan tekanan.

Saat tekanan akan terjadi respon pada ikan dengan yaitu beradaptasi terhadap

lingkungannya atau dengan cara berpindah tempat (shifting) dengan berenang

ke kedalaman dan ketempat lainnya yang masih terjangkau.

4.2 Hasil Pengamatan Pengaruh Perubahan Suhu Dingin Media Air

Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Ikan Mas

Praktikum fisiologi hewan air 2020 dilakukan pengujian tentang bukaan

operculum terhadap suhu dingin. Ikan yang digunakan pada praktikum ini yaitu

ikan mas (Cyprinus carprio) dengan jumlah 2 ekor. Dalam 1 perlakuan, dilakukan

3 kali pengulangan suhu yaitu suhu 0ºC, -3ºC dan -6ºC dengan waktu selama 1
menit tiap suhu dan tiap suhu dilakukan 3 kali perlakuan berturut-turut. Praktikum

tersebut didapatkan hasil yang berbeda-beda setiap pengulangan. Hasil dari

pengujian pada suhu 0ºC yaitu, pada ikan 1 dimenit pertama didapatkan hasil 90

kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan hasil 85 kali bukaan operculum

dan dimenit ketiga didapatkan hasil 96 kali bukaan operculum. Sedangkan pada

ikan 2, dimenit pertama didapatkan hasil 104 kali bukaan operculum, dimenit

kedua didapatkan hasil 84 dan dimenit ketiga didapatkan hasil 96 kali bukaan

operculum. Hasil dari pengujian pada suhu -3ºC yaitu, pada ikan 1 dimenit

pertama didapatkan hasil 75 kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan

hasil 80 kali bukaan operculum dan dimenit ketiga didapatkan hasil 82 kali

bukaan operculum. Sedangkan pada ikan 2, dimenit pertama didapatkan hasil 84

kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan hasil 55 dan dimenit ketiga

didapatkan hasil 70 kali bukaan operculum. Hasil dari pengujian pada suhu -6ºC

yaitu, pada ikan 1 dimenit pertama didapatkan hasil 63 kali bukaan operculum,

dimenit kedua didapatkan hasil 74 kali bukaan operculum dan dimenit ketiga

didapatkan hasil 72 kali bukaan operculum. Sedangkan pada ikan 2, dimenit

pertama didapatkan hasil 50 kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan

hasil 35 dan dimenit ketiga didapatkan hasil 61 kali bukaan operculum. Hasil

perlakukan menunjukkan bahwa suhu mempengaruhi bukaan dan tutupan

operculum ikan mas. Ketika suhu semakin turun maka mengakibatkan bukaan

dan tutupan operculum yang semakin lambat. Hal itu ditunjukkan dari hasil

perhitungan bahwa semakin turun suhu semakin turun juga nilai dari bukaan dan

tutupan operculum ikan mas.

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa semakin rendah suhu air

makan semakin lambat bukaan operculum pada ikan mas. Bukaan operculum

ikan paling banyak yaitu 104 kali pada suhu 0 OC dan paling lambat 35 kali pada

suhu -6OC. Hasil Pengamatan Pengaruh Perubahan Suhu Dingin Media Air
Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Ikan Mas disajikan pada Tabel 1

dan Tabel 2.

Descriptives
Suhu Dingin
95%
Confidence
Interval for
Mean
Std. Std. Lower Upper
  N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Suhu Kamar 8 80,38 8,070 2,853 73,63 87,12 72 94
Suhu 3˚C Di 8 68,13 7,060 2,496 62,22 74,03 57 79
Bawah Suhu
Kamar
Suhu 6˚C Di 8 47,13 15,634 5,527 34,05 60,20 24 69
Bawah Suhu
Kamar
Total 24 65,21 17,495 3,571 57,82 72,60 24 94
Tabel 1

ANOVA
Suhu Dingin
Sum of Mean
  Squares df Square F Sig.
Between 4524,33 2 2262,16 18,884 0,000
Groups 3 7
Within 2515,62 21 119,792    
Groups 5
Total 7039,95 23     0
8
Tabel 2

Penjelasan deskriptif
Menurut Hermawan, et al. (2013), metode pemingsanan ikan dapat

dilakukan dengan cara menggunakan zat anestesi atau dapat juga

menggunakan penurunan suhu. Suhu air yang rendah dapat menurunkan

aktifitas dan tingkat konsumsi oksigen ikan. Menurut Panase, et al. (2018),

gerakan operculum number (OMN) juga digunakan untuk mengevaluasi efek cold

shock yang mana digunakan sebagai tingkat respirasi. Temuan menunjukkan

bahwa OMN berkurang sementara suhu turun. Hal ini karena molekul oksigen

lebih banyak larut ke dalam air yang mengakibatkan ikan tidak bergerak ke

tempat lain atau tidak ada kemampuan berenang. Di sisi lain, saat file ikan yang

terkena sengatan panas atau suhu yang lebih tinggi mengakibatkan peningkatan

dari OMN.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:

1. Pada suhu ruang (0OC) bukaan operculum ikan 1 yaitu 90 kali, 85 kali dan 96

kali, sedangkan pada ikan 2 yaitu 104 kali, 84 kali dan 96 kali. Pada suhu -3 OC

bukaan operculum pada ikan 1 yaitu 75 kali, 80 kali dan 82 kali, sedangkan pada

ikan 2 yaitu 84 kali, 55 kali dan 70 kali. Pada suhu -6 OC bukaan operculum pada

ikan 1 yaitu 63 kali,74 kali dan 72 kali, sedangkan pada ikan 2 yaitu 50 kali, 35

kali dan 61 kali.

2. Kesimpulan dari grafik

3. Hasil perlakukan menunjukkan bahwa suhu mempengaruhi bukaan dan

tutupan operculum ikan mas. Ketika suhu semakin turun maka mengakibatkan

bukaan dan tutupan operculum yang semakin lambat.


5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu pada kegiatan

praktikum ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan di persiapkan

terlebih dahulu, agar praktikan dapat berjalan dengan baik. Selain itu, para

praktikan agar mempersiapkan diri materi-materi yang akan dipraktekkan, agar

dalam kegiatan praktikum tidak terhambat. Jangan lupa menggunakan

perlindungan diri yang lengkap seperti jas laboratorium, sarung tangan lateks,

sepatu, dan masker serta ikan yang digunakan harus masih segar dan bebas

dari penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A.W., Y. Koniyo dan Juliana. 2017. Subtitusi tepung kulit singkong pada
pakan untuk pertumbuhan dan sintasan benih ikan mas. Jurnal ilmiah
Perikanan dan Kelautan. 5(2).

Azwar, M., Emiryati dan Yusnaini. 2016. Critical Thermal dari Ikan Zebrasoma
scopas yang berasal dari Perairan Pulai Hoga Kabupaten Wakatobi. Jurnal
Sapa Laut. 1(2):60-66

Bhavya,C., K. Yogendra., KM. Mahadevan dan N. Madhusudhana. 2018. Acute


toxicity test of synthesized calcium zincate nanoparticles in common carp
Cyprinus carpio. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies.
6(3): 267-271.

Chen, T., M.K.H Wong., B.C.B. Chan dan A.O.L. Wong. 2019. Mechanisms for
Temperature Modulaton of Feeding in Goldfish and Implications on
Seasonal Changes in Feeding Behavior and Food Intake. Frontiers in
Endocrinology. 10

Hasrati, E dan R. Rusnawati. 2011. Kajian penggunaan daging ikan i'ias


(Cyprinus Carpio Linn) terhadap tekstur dan cita rasa bakso daging sapi.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 7(1).
Hermawan, V. B., Raharjo, E. I., & Hasan, H. (2013). Teknik Pembiusan
Menggunakan Suhu Rendah Pada Sistem Kering Terhadap Ikan Tengadak
(Barbonemus schwanenfeldii). Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian dan Kajian
Ilmu Perikanan dan Kelautan, 2(2).

Iha, L., & Ramli, M. (2018). RESPON IKAN Plectroglyphidodon lacrymatus


TERHADAPKENAIKAN SUHU. Jurnal Sapa Laut (Jurnal Ilmu Kelautan),
2(2).

Inayah. 2017. Pengaruh detergen terhadap respon fisiologi laju pertumbuhan


tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila pada skala laboratorium. 1(1) :
44-50.

Lubis, S.D.P.S., B. Utomo dan R. Ezraneti. 2014. Uji Toksisitas detergen cair


terhadap ikan mas (Cyprinus carpio L.)  Aquacoastmarine. 4(3).

Panase, P., Saenphet, S., & Saenphet, K. (2018). Biochemical and physiological
responses of Nile tilapia Oreochromis niloticus Lin subjected to cold shock
of water temperature. Aquaculture Reports, 11, 17-23.

Pertiwi, S. L., Zainuddin dan E. Rahmi. 2017. Gambaran histologi sistem


respirasi ikan gabus (Channa striata). Jurnal Jimvet. 1(3): 291-298

Putri, D. S. J., M. N. Abulias dan D. Bhagawati. 2014. Studi kekerabatan ikan


familia Cyprinidae yang tertangkap di Sungai Serayu Kabupaten
Banyumas. Scripta Biologia. 1(2): 129-135.

Suwetja, K., F. Mentang dan S.W.Pade. 2016. Studi teknik penanganan Ikan Mas
(Cyprinus Caprio-L) hidup dalam wadah tanpa air. Jtech. 4(1):37-41.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Panas Terhadap

Bukaan Operculum Ikan

Lampiran 2. Data Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Dingin Terhadap

Bukaan Operculum Ikan

Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum Mandiri

Anda mungkin juga menyukai