COVER
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
nilai ekonomis dan diusahakan melalui KJA salah satunya adalah ikan Mas
(Cyprinus carpio) yang harga jual di tingkat petani wilayah kota Pontianak pada
tahun 2009 yaitu Rp 27.000,-/kg. Ikan merupakan salah satu sumber makanan
yang sangat disukai oleh sebagian masyarakat karena mengandung protein yang
sangat tinggi. Tidak hanya itu ikan bisa ditemukan secara mudah dan bisa
dibudidayakan oleh petambak. Ikan mas juga memiliki keunggulan yang baik
tubuh pada hewan, efek modulasi ini sebagian dimediasi melalui regulasi dari
asupan makanan. Pada ikan sendiri suhu merupakan faktor yang dapat
lingkungan terjadi perubahan (tidak signifikan) ikan tidak akan terganggu karena
air tawar yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Ikan mas juga kaya akan
kandungan protein yang sangat penting bagi tubuh. Kemudian, karena memiliki
kandungan protein tinggi, ikan mas juga mudah dibudidayakan. Dalam budidaya
salah satunya yaitu suhu. Suhu merupakan faktor lingkungan yang memiliki
pengaruh cukup signifikan bagi laju pertumbuhan ikan, metabolisme ikan, dan
masih banyak lagi. Namun, Ketika suhu berubah secara drastis dapat
menyebabkan ikan menjadi stress hingga mati. Oleh karena itu, stabilitas suhu
perlu dijaga supaya tidak terjadi penurunan atau kenaikan yang signifikan.
1.3 Tujuan
1.4 Kegunaan
aktivitas atau pengaruh suhu bagi ikan mas (Cyprinus carpio). Selain itu,
Ikan Mas akibat paparan deterjen dilaksanakan secara daring pada tanggal 8
November 2020 mulai pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.30 WIB melalui
Google Meet.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Ali, et al. (2017), ikan mas merupakan salah satu jenis ikan yang
hidup pada perairan tawar. Ikan mas termasuk kedalam jenis ikan pemakan
segalanya atau disebut omnivora. Ikan mas termasuk salah satu jenis ikan yang
banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Untuk pemberian pakan ikan mas bisa
diperikan apa saja, baik itu pakan yang berupa pellet. Pakan tambahan bisa
seperti cincangan daging, ikan runcah maupun limbah makanan, selain itu bisa
juga diberikan pakan berupa dedaunan. Jenis dedaunan yang disukai ikan mas
Menurut Bhavya, et al. (2018), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berkut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Subfamily : Cyprininae
Genus : Cyprinus
bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung
tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang
sungut berukuran pendek. Ikan mas memiliki sisik berukuran relatif besar dan
digolongkan dalam tipe sisik sikloid. Ikan Mas mempunyai bentuk tubuh pipih
bilateral dan bentuk kepala pipih dorso lateral, serta panjang kepala ¼ kali
panjang total tubuh. Panjang total tubuh ikan yang diamati berkisar antara 20-23
cm. Tubuh berwarna hitam kekuningan pada bagian dorsal dan berwarna
Menurut Hasrati dan Rini (2011), secara morfologis, ikan mas mempunyai
bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung
tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang
sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi
oleh sisik berukuran besar dengan tipe sisik sikloid, berwarna hijau, biru, merah,
rasnya. Saat ini, banyak sekali jenis ikan mas yang beredar di kalangan petani,
baik jenis yang berkualitas tidak terlalu tinggi hingga jenis yang unggul. Setiap
daerah memiliki jenis ikan mas favorit, misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang
yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-
pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab
itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya
terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan,
dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup
pada ikan, bekerja dengan mekanisme difusi permukaan dari gas-gas respirasi
(oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air. Oksigen yang terlarut dalam
dari sel dan jaringan untuk dilepaskan ke air di sekitar insang. Struktur histologi
insang terdiri dari beberapa lamela primer dan satu lamela primer terdiri dari
cenderung hampir sama. Sel-sel pernapasan ikan hanya terdiri dari dua atau tiga
lapis epitel yang terletak di membran basal. Sel-sel terbungkus oleh selaput
Menurut Tartanpale, et al. (2012), naik dan turunnya suhu lingkungan itu
variasi alam akan secara langsung mempengaruhi suhu air dan ikan ektotermik.
kenaikan suhu air berdampak pada laju operkular ikan. Peningkatan terjadi pada
kecepatan reaksi kimiawi. Setiap ikan diketahui mempunyai kisaran suhu optimal
yang pada suhu tersebut ikan tumbuh maksimal. Kenaikan suhu 37,8°C - 38,5 °C
ikan beseng sudah nampak mulai melompat serta terlihat pergerakan operkulum
pada ikan beseng sudah terlihat cepat. Setiap jenis ikan biasanya mempunyai
kisaran suhu di perairan yang cocok. Namun bila terjadi perubahan suhu, respon
pergerakan ikan
diaklimatisasi dengan suhu air atau kisaran suhu kemudian terkena penurunan
suhu yang cepat, hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan fisiologis serta
perilaku ikan. Suhu rendah akan menekan proses metabolisme sehingga menjadi
rendah. Metabolisme yang rendah akan membuat ikan pasif, maka tingkat sisa
menurun, seiring dengan penurunan suhu air media hidup ikan. Penurunan suhu
Menurut Trantanpale, et al. (2012), naik dan turunnya suhu lingkungan itu
Penurunan suhu air berdampak pada laju operkular ikan air. Suhu sekitar 15˚C
Pola laju respirasi ikan cenderung menurun seiring dengan laju penurunan suhu.
Pola ini sesuai dengan kenyataan yang selama ini terjadi, yaitu bahwa perlakuan
penurunan suhu dapat menekan respirasi dan aktivitas ikan. Untuk itu perlu
3. METODE
Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum Fisiologi Hewan Air adalah
sebagai berikut.
4. Termometer Hg
5. Hand counter
6. Timer / stopwatch
7. Palu
8. Freezer
Fungsi dari alat – alat yang digunakan pada saat praktikum Fisiologi
operculum ikan
Timer / stopwatch : Untuk menghitung atau mengamati waktu
Freezer : Untuk membentuk dan menjaga suhu dingin pada
es batu
Palu : Untuk memecahkan bongkahan es batu
Fungsi dari bahan - bahan yang digunakan pada saat praktikum Fisiologi
Dalam percobaan perlakuan suhu panas, ada langkah - langkah yang harus
1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua
wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati
2. Ambil ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam salah satu
3. Isi beaker glass dengan air secukupnya (± ½ volumenya), lalu ukur suhunya
5. Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui
counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga
kali untuk masing–masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji
berikutnya sampai semua ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang
diinginkan dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi
sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada
kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point
5.
8. Setelah selesai dengan perlakuan ii, dilanjutkan dengan perlakuan iii dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang
diinginkan dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi
sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada
kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point
5.
Dalam percobaan perlakuan suhu dingin, ada langkah - langkah yang harus
dan dua wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati
kemudian ambil ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam salah satu
wadah plastik yang telah diberi media air. Setelah itu, isi toples bening dengan air
perlakuan yang pertama yaitu T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC), yang kedua
T2 = untuk suhu 3 ºC di bawah suhu kamar dan yang terakhir T3 = untuk suhu 6
ºC di bawah suhu kamar. Setelah itu, masukkan satu persatu ikan uji ke dalam
membuka & menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan
menggunakan hand counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang
sebanyak tiga kali untuk masing–masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada
kertas lembar kerja yang telah tersedia. Setelah selesai dengan ikan uji pertama
lalu dilanjutkan dengan ikan uji berikutnya sampai semua ikan teramati. Ikan
yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah
perlakuan kedua dengan mengatur suhu air pada toples bening agar sesuai
dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah es balok dari freezer yang
telah dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan saat pengamatan
berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Setelah itu, kembali
masukkan satu persatu ikan uji ke dalam toples bening yang sudah diketahui
tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stop watch
sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing–masing
ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas. Setelah selesai dengan perlakuan
kedua, dilanjutkan dengan perlakuan ketiga dengan mengatur suhu air pada
toples bening agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah
es balok dari freezer yang telah dipecahkan dengan palu sedikit demi sedikit.
Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran
toleransi ± 0,5 ºC. Setelah itu masukkan satu persatu ikan uji ke dalam toples
bening yang sudah diketahui suhunya kemudian hitung banyaknya membuka &
menutup operkulum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand
counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali
untuk masing–masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja
operculum terhadap suhu panas. Ikan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
ikan mas (Cyprinus carprio) dengan jumlah 2 ekor. Dalam 1 perlakuan, dilakukan
3 kali pengulangan suhu yaitu suhu 0ºC, 3ºC dan 6ºC dengan waktu selama 1
menit tiap suhu dan tiap suhu dilakukan 3 kali perlakuan berturut-turut. Praktikum
pengujian pada suhu 0ºC yaitu, pada ikan 1 dimenit pertama didapatkan hasil 84
kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan hasil 85 kali bukaan operculum
dan dimenit ketiga didapatkan hasil 91 kali bukaan operculum. Sedangkan pada
kedua didapatkan hasil 79 dan dimenit ketiga didapatkan hasil 82 kali bukaan
operculum. Hasil dari pengujian pada suhu 3ºC yaitu, pada ikan 1 dimenit
hasil 113 kali bukaan operculum dan dimenit ketiga didapatkan hasil 114 kali
kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan hasil 89 dan dimenit ketiga
didapatkan hasil 90 kali bukaan operculum. Hasil dari pengujian pada suhu 6ºC
yaitu, pada ikan 1 dimenit pertama didapatkan hasil 92 kali bukaan operculum,
dimenit kedua didapatkan hasil 115 kali bukaan operculum dan dimenit ketiga
didapatkan hasil 116 kali bukaan operculum. Sedangkan pada ikan 2, dimenit
hasil 92 dan dimenit ketiga didapatkan hasil 94 kali bukaan operculum. Hasil
operculum ikan mas Ketika Suhu semakin panas proses metabolisme pada
tubuh ikan akan semakin meningkat laju respirasinya akan juga membutuhkan
terhadap perubahan suhu air, beberapa spesies mampu hidup pada suhu air
mencapai 29oC, sedangkan jenis lain dapat hidup pada suhu air yang sangat
dingin, akan tetapi kisaran toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas.
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami
terjadi induksi suhu dalam suhu perairan maka akan ada tekanan terhadap
perairan dan ekosistem, ikan pun secara otomatis akan mendapatkan tekanan.
Saat tekanan akan terjadi respon pada ikan dengan yaitu beradaptasi terhadap
operculum terhadap suhu dingin. Ikan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
ikan mas (Cyprinus carprio) dengan jumlah 2 ekor. Dalam 1 perlakuan, dilakukan
3 kali pengulangan suhu yaitu suhu 0ºC, -3ºC dan -6ºC dengan waktu selama 1
menit tiap suhu dan tiap suhu dilakukan 3 kali perlakuan berturut-turut. Praktikum
pengujian pada suhu 0ºC yaitu, pada ikan 1 dimenit pertama didapatkan hasil 90
kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan hasil 85 kali bukaan operculum
dan dimenit ketiga didapatkan hasil 96 kali bukaan operculum. Sedangkan pada
ikan 2, dimenit pertama didapatkan hasil 104 kali bukaan operculum, dimenit
kedua didapatkan hasil 84 dan dimenit ketiga didapatkan hasil 96 kali bukaan
operculum. Hasil dari pengujian pada suhu -3ºC yaitu, pada ikan 1 dimenit
hasil 80 kali bukaan operculum dan dimenit ketiga didapatkan hasil 82 kali
kali bukaan operculum, dimenit kedua didapatkan hasil 55 dan dimenit ketiga
didapatkan hasil 70 kali bukaan operculum. Hasil dari pengujian pada suhu -6ºC
yaitu, pada ikan 1 dimenit pertama didapatkan hasil 63 kali bukaan operculum,
dimenit kedua didapatkan hasil 74 kali bukaan operculum dan dimenit ketiga
hasil 35 dan dimenit ketiga didapatkan hasil 61 kali bukaan operculum. Hasil
operculum ikan mas. Ketika suhu semakin turun maka mengakibatkan bukaan
dan tutupan operculum yang semakin lambat. Hal itu ditunjukkan dari hasil
perhitungan bahwa semakin turun suhu semakin turun juga nilai dari bukaan dan
makan semakin lambat bukaan operculum pada ikan mas. Bukaan operculum
ikan paling banyak yaitu 104 kali pada suhu 0 OC dan paling lambat 35 kali pada
suhu -6OC. Hasil Pengamatan Pengaruh Perubahan Suhu Dingin Media Air
Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Ikan Mas disajikan pada Tabel 1
dan Tabel 2.
Descriptives
Suhu Dingin
95%
Confidence
Interval for
Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Suhu Kamar 8 80,38 8,070 2,853 73,63 87,12 72 94
Suhu 3˚C Di 8 68,13 7,060 2,496 62,22 74,03 57 79
Bawah Suhu
Kamar
Suhu 6˚C Di 8 47,13 15,634 5,527 34,05 60,20 24 69
Bawah Suhu
Kamar
Total 24 65,21 17,495 3,571 57,82 72,60 24 94
Tabel 1
ANOVA
Suhu Dingin
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between 4524,33 2 2262,16 18,884 0,000
Groups 3 7
Within 2515,62 21 119,792
Groups 5
Total 7039,95 23 0
8
Tabel 2
Penjelasan deskriptif
Menurut Hermawan, et al. (2013), metode pemingsanan ikan dapat
aktifitas dan tingkat konsumsi oksigen ikan. Menurut Panase, et al. (2018),
gerakan operculum number (OMN) juga digunakan untuk mengevaluasi efek cold
bahwa OMN berkurang sementara suhu turun. Hal ini karena molekul oksigen
lebih banyak larut ke dalam air yang mengakibatkan ikan tidak bergerak ke
tempat lain atau tidak ada kemampuan berenang. Di sisi lain, saat file ikan yang
terkena sengatan panas atau suhu yang lebih tinggi mengakibatkan peningkatan
dari OMN.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Pada suhu ruang (0OC) bukaan operculum ikan 1 yaitu 90 kali, 85 kali dan 96
kali, sedangkan pada ikan 2 yaitu 104 kali, 84 kali dan 96 kali. Pada suhu -3 OC
bukaan operculum pada ikan 1 yaitu 75 kali, 80 kali dan 82 kali, sedangkan pada
ikan 2 yaitu 84 kali, 55 kali dan 70 kali. Pada suhu -6 OC bukaan operculum pada
ikan 1 yaitu 63 kali,74 kali dan 72 kali, sedangkan pada ikan 2 yaitu 50 kali, 35
tutupan operculum ikan mas. Ketika suhu semakin turun maka mengakibatkan
Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu pada kegiatan
praktikum ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan di persiapkan
terlebih dahulu, agar praktikan dapat berjalan dengan baik. Selain itu, para
perlindungan diri yang lengkap seperti jas laboratorium, sarung tangan lateks,
sepatu, dan masker serta ikan yang digunakan harus masih segar dan bebas
dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A.W., Y. Koniyo dan Juliana. 2017. Subtitusi tepung kulit singkong pada
pakan untuk pertumbuhan dan sintasan benih ikan mas. Jurnal ilmiah
Perikanan dan Kelautan. 5(2).
Azwar, M., Emiryati dan Yusnaini. 2016. Critical Thermal dari Ikan Zebrasoma
scopas yang berasal dari Perairan Pulai Hoga Kabupaten Wakatobi. Jurnal
Sapa Laut. 1(2):60-66
Chen, T., M.K.H Wong., B.C.B. Chan dan A.O.L. Wong. 2019. Mechanisms for
Temperature Modulaton of Feeding in Goldfish and Implications on
Seasonal Changes in Feeding Behavior and Food Intake. Frontiers in
Endocrinology. 10
Panase, P., Saenphet, S., & Saenphet, K. (2018). Biochemical and physiological
responses of Nile tilapia Oreochromis niloticus Lin subjected to cold shock
of water temperature. Aquaculture Reports, 11, 17-23.
Suwetja, K., F. Mentang dan S.W.Pade. 2016. Studi teknik penanganan Ikan Mas
(Cyprinus Caprio-L) hidup dalam wadah tanpa air. Jtech. 4(1):37-41.
LAMPIRAN