Sejarah
Ide pembangunan proyek bendungan terbesar di Indonesia (Jatiluhur Multi Purpose Project) berawal
dari gagasan Prof. Dr. Ir. W. J. van Blommestein tahun 1948 (Ciujung sampai Kali Rambut di
Pekalongan), dan kemudian dikaji ulang oleh Ir. Van Scravendijk tahun 1955 serta menjadi Rencana
Induk Pengembangan Proyek Serbaguna Jatiluhur oleh Ir. Abdullah Angudi tahun 1960 (Gambar 2).
Rencana pembangunan Waduk Jatiluhur ditandai dengan peletakkan batu pertama oleh Presiden RI
pertama Ir. Soekarno pada tahun 1957 dan selesai pada tahun 1967.Penamaan Waduk Jatiluhur
secara resmi menjadi Waduk Ir. H. Djuanda merupakan sebuah penghargaan atas peran dan jasa
Perdana Menteri terakhir Indonesia, yaitu Ir. H. Djuanda dalam mewujudkan pembangunan
bendungan terbesar di Indonesia ini.
Sumber: https://jatiluhurdam.wordpress.com/2010/01/11/desain-bendungan-jatiluhur/
Fungsi Waduk Seiring sejarahnya yang panjang sejak dibentuk tahun 1957, pengelolaan Waduk
Jatiluhur sudah mengalami beberapa kali perubahan yaitu:
Waduk Jatiluhur dilingkupi oleh 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, Sukatani dan
Tegalwaru dengan jumlah total penduduk sebanyak 196.325 jiwa, dengan perincian, jumlah
penduduk Kecamatan Jatiluhur 63.634 jiwa; Sukasari 14.445 jiwa; Sukatani 70.883 jiwa dan
Tegalwaru 47.363 jiwa. Dari jumlah tersebut (196.325 jiwa), hanya sebagian kecil yang berprofesi di
sektor perikanan, baik pembudidaya KJA maupun nelayan, yaitu sekitar 4,16 % (4.715 jiwa), dengan
perincian sebagai berikut:
1. Sumber air untuk irigasi untuk wilayah Kabupaten Bekasi sampai Indramayu
2. Sumber air baku air minum; Penyediaan air baku air minum bagi PDAM Kab/Kota
Purwakarta, Karawang, Bekasi dan DKI Jakarta
3. Pembangkitan listrik dengan kapasitas 187,5 MW
4. Pengendali banjir; di kawasan persawahan di Pantai Utara Jawa Barat
5. Perikanan budidaya maupun tangkap (Pembudidaya ikan di Karamba Jaring Apung (KJA),
nelayan dan wisata pancing)
6. Sumber air untuk kegiatan industri
7. Pengembangan pariwisata dan olahraga air
B. Geografi