Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN I

1.1 Latar belakang

Menurut Mudlofar et al, (2013), ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan komoditas air
tawar yang mempunyai nilai ekonomis. Selain itu, ikan mas juga diusahakan melalui karamba
jarring apung. Harga jual ikan mas di tingkat petani wilayah kota Pontianak pada tahun 2009
yaitu Rp 27.000-/kg. Hal ini dikarenakan ikan meruoakan salah satu sumber makanan yang
sangat disukai oleh sebagian masyarakat karena mengandung protein yang sangat tinggi. Tidak
hanya itu, ikan juga bisa ditemukan secara mudah dan bisa dibudidayakan oleh petambak. Ikan
mas juga memiliki keunggulan yang baik secara fisik, fisiologis maupun genetic.
Menurut Chen et al., (2019) faktor kunci yang diketahui mempengaruhi metabolisme
energi, pertumbuhan tubuh pada hewan, efek modulasi ini sebagian dimediasi melalui regulasi
dari asupan makanan merupakan perubahan suhu di lingkungan. Pada ikan sendiri, suhu
merupakan factor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, aktivitas metabolism, kegiatan
mencari makan dan lainnya. Suhu lingkungan yang berubah-ubah dapat mengganggu aktivitas
dalam tubuh ikan sehingga dapat menjadikan ikan mudah stress. Namun, suhu lingkungan
terjadi perubahan (tidak signifikan) ikan tidak akan terganggu karena tubuhnya akan secara
otomatis menyesuaikan diri. Namun, pengaruh suhu pada pemberian makan bisa sangat
bervariasi pada spesies ikan yang berbeda.

Paragraf 3 : Parafrase
Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang
memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Didalam ikan ini juga kaya akan kandungan protein yang
sangat penting bagi tubuh. Ikan mas juga mudah dibudidayakan karena memiliki kandungan
protein tinggi. Faktor-faktor pendukung pertumbuhan ikan mas yang perlu diperhatikan dalam
budidaya ikan mas salah satunya adalah suhu. Suhu merupakan faktor lingkungan yang
memiliki pengaruh cukup signifikan bagi laju pertumbuhan ikan, metabolism ikan, dan masih
banyak lagi. Namun, Ketika suhu berubah secara drastis dapat menyebabkan ikan menjadi
stress hingga mati. Oleh karena itu, stabilitas suhu perlu dijaga supaya tidak terjadi penurunan
atau kenaikan yang signifikan.

DAPUS

Chen, T., M. K. H. Wong, B. C. B. Chan dan A. O. L. Wong. 2019. Mechanisms for temperature
modulation of feeding in goldfish and implications on seasonal changes in feeding
behavior and food intake. Frontiers in Endocrinology. 10(133): 1-15.
Mudlofar, F., E. Yurisinthae, dan A. Santoso. 2013. Analisis usaha pembesaran ikan mas
(Cyprinus carpio) pada keramba jarring apung di Kelurahan Parit Mayor Kecamatan
Pontianak Timur. Jurnal Eksos. 9(3): 153-175.
LAPORAN 2

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Literatur 1
Menurut Lubis et al (2014), seiring meningkatnya populasi manusia dan seiring
membaiknya pendapatan menyebabkan penggunaan deterjen di masyarakat semakin
meningkat. Hal ini dapat terlihat dari penggunaan deterjen perkapita rata rata sebesar 8,232 kg
sejalan dengan pertumbuhan gross domestic product (GDP) setiap tahun. Adapun dampak
negatif terhadap akumulasi surfaktan pada badan perairan, terhambatnya transfer oksigen dan
lainnya karena penggunaan deterjen yang meningkat. Sumber yang banyak ditemukan di
lingkungan yaitu air limbah rumah tangga yang salah satu komponennya yang dapat
berdampak buruk bagi lingkungan berasal dari deterjen. Deterjen cair adalah jenis deterjen
yang sedang marak saat ini.

2.2 Morfologi Ikan Mas


Literatur 2:
Menurut Schultz (2009), ikan mas biasa memiliki bentuk tubuh yang dalam dan
penampilan yang berat atau. Ciri khasnya antara lain kepala pendek, moncong bulat, sirip
punggung panjang tunggal, ekor bercabang, dan sisik yang relatif besar. Mulut tidak bergigi dan
seperti pengisap, disesuaikan dengan bagian bawah makan, dan rahang atas menonjol sedikit
melewati rahang bawah. Ikan mas memiliki satu tulang belakang bergerigi di bagian depan sirip
punggung dan dubur serta dua pasang duri berdaging di kedua sisi mulutnya. Warna ikan mas
berkisar dari emas, zaitun hingga cokelat, dengan warna kekuningan di sisi bawah dan perut
serta warna kemerahan di sirip bawah. Setiap sisik di sisi atas ikan memiliki titik gelap
terkonsentrasi di pangkalnya dan tepi gelap yang mencolok. Remaja dan pejantan yang siap
kawin biasanya berwarna hijau tua atau abu-abu dengan perut gelap, dan betina lebih terang.

2.3 Sistem Pernapasan Ikan Mas


Literatur 1
Menurut Schultz (2009), ikan membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Namun, ikan
bisa mendapatkan semua oksigen yang dibutuhkannya dari air dengan menggunakan
insangnya. Air yang masuk melalui mulut ikan dipaksa melewati insang, dan oksigen
dikeluarkan dari air oleh insang. Untuk bernafas, ikan harus selalu mendapat air yang melewati
insangnya. Namun, untuk mendapatkan oksigen yang cukup, ikan tertentu harus terus bergerak
atau hidup di air dengan arus yang kuat.

Literatur 2
Menurut Schultz (2003), insang ikan adalah filamen berdinding tipis yang terbagi banyak
di mana kapiler terletak dekat dengan permukaan. Pada ikan hidup, insang merupakan organ
berbulu berwarna merah terang yang menonjol saat penutup insang ikan diangkat. Filamen
terletak di lengkungan tulang dan kebanyakan ikan memiliki empat lengkungan insang. Di
antara lengkungan, ada bukaan yang dilalui air. Di insang, karbon dioksida, gas buangan dari
sel, dilepaskan; pada saat yang sama, oksigen terlarut diambil ke dalam darah untuk diangkut
ke sel-sel tubuh. Ini terjadi dengan cepat dan sangat efisien sekitar 75 persen oksigen yang
terkandung dalam setiap tegukan air dihilangkan dalam waktu singkat. Karena ikan tidak
memiliki lubang di antara lubang hidung dan rongga mulutnya seperti halnya manusia, ia harus
bernapas melalui mulutnya. Saat ikan membuka mulutnya, aliran air ditarik masuk pemasukan
air ini, penutup insang dipegang erat, sehingga menutup bukaan insang. Kemudian ikan
menutup mulutnya dan mendorong air melewati insang dan keluar dari lubang luar dengan
menggunakan otot tenggorokan khusus. Saat air melewati insang, pertukaran gas terjadi yaitu
pada oksigen (yang telah diserap dari udara oleh air yang terpapar ke dalamnya) diambil
melalui dinding pembuluh darah halus di filamen insang, dan karbon dioksida dilepaskan.
Darah, teroksigenasi dengan baik, kemudian mengalir ke seluruh tubuh ikan. Kecepatan
bernapas ikan bervariasi menurut spesies yang berbeda. Beberapa jenis ikan memiliki
kecepatan pernapasan serendah 12 kali per menit, namun yang lain bernapas sebanyak 150
kali per menit. Jika ikan sedang mengerahkan tenaga, atau jika kandungan oksigen di air
menjadi rendah, laju pernapasan akan lebih cepat, dan ikan berlarian seperti pelari setelah
menyelesaikan jarak tempuh.

2.4 Respon Pernapasan Ikan Mas terhadap Deterjen


Literatur 1
Menurut Suparjo (2010), ketika ikan berada dalam air deterjen, jaringan insang tidak
dapat bekerja dengan baik dalam menyerap oksigen karena mengalami kerusakan. Frekuensi
pernafasan ikan dan konsumsi oksigen meningkat 2-3 kali kemudian diikuti dengan penurunan
ritme pernafasan, kehilangan keseimbangan dan akhirnya mati, ikan mati dengan mulut dan
operculum terbuka lebar yang menandakan terjadi sufofikasi pada deterjen di dalam
konsentrasi sublethal. Kerusakan ephithelium insang oleh deterjen dan akibat penyumbatan
saluran-saluran branchiolanya sehingga pertukaran gas terganggu merupakan penyebab
kematian ikan karena lemas. Bagian luar insang dan seluruh permukaan tubuh banyak dilapisi
oleh lendir timbul setelah diamati. Hal ini dikarenakan akibat dari usaha ikan untuk melakukan
“self defence” terhadap bahan yang masuk kedalam tubuh ikan, produksi lendir yang berlebihan
ini justru mengakibatkan terhambatnya pertukaran gas melalui insang. Tubuh ikan juga
berwarna pucat, lembar insang saling berlekatan dan mengalami pendarahan selain berlendir.

Dapus:
Lubis, S.D.P.S., B. Utomo dan R. Ezraneti. 2014. Uji toksisitas deterjen cair terhadap ikan mas
(Cyprinus carpio L.). Jurnal Aquacoastmarine. 2(3): 69-75.
Schultz, Ken. 2003. Ken Schultz’s Field Guide to Freshwater Fish. Hoboken: Wiley.
Schultz, Ken. 2009. Ken Schultz's Essentials of Fishing: The Only Guide You Need to Catch
Freshwater and Saltwater Fish. Hoboken: Wiley.
Suparjo, Mustofa Niti. 2010. Kerusakan jaringan insang ikan nila (Oreochromis niloticus L)
akibat deterjen. Jurnal Saintek Perikanan. 5(2): 1 – 7.
LAPORAN 3

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Literatur 1
Menurut Yulvizar et al (2014), ikan mas (Cyprinus carpio) bernilai ekonomis tinggi dan
merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang paling banyak dibudidayakan. Ikan
mas saat ini memiliki banyak strain atau ras. Interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam,
musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik yang menyebabkan
perbedaan sifat dan ciri-ciri dari ras. Selain itu, bentuk tubuh dan warnanya juga penyebab
perbedaan sifat dan ciri-ciri dari ras. Rasa gurih, tidak tercemar bau tanah, respon terhadap
pakan, dan ukuran yang lebih panjang merupakan keunggulan kompetitif dari ikan mas
indigenous Jantho yang berasal dari Kabupaten Aceh.

2.1 Deksripsi dan Klasifikasi


Gambar Ikan Mas : 1 literatur

(Skelton 1993)

Paragraf 1 : Deskripsi Ikan Mas (1 literatur)


Menurut Kloskowski (2011), ikan mas Cyprinus carpio adalah salah satu spesies ikan
yang tersebar paling luas di dunia. Ikan mas diyakini berasal dari Eropa Timur dan Asia
Tengah, tetapi telah berhasil diperkenalkan ke semua benua kecuali Antartika, baik ke
perairan alami maupun sebagai spesies budidaya. Ikan mas Cyprinus carpio hidup di air
tawar. Di danau dan kolam dangkal eutrofik setelah mencapai kepadatan kritis, ikan mas
dapat memediasi transisi dari air jernih yaitu kondisi yang didominasi makrofit ke keadaan
keruh dengan fitoplankton yang melimpah. Cara makan ikan mas yaitu dengan menyedot
organisme makanan bersama dengan sedimen, dan mengeluarkan bahan yang tidak
sesuai selain itu dapat mengakibatkan pencabutan atau konsumsi vegetasi air yang
terendam, peningkatan nutrisi dan tingkat kekeruhan dan resuspensi fisik dari sel-sel alga
yang menetap dari sedimen.

Paragraf 2 : Klasifikasi Ikan Mas (1 literatur)


Menurut Sirisidthi, et all (2015), klasifikasi ikan mas yaitu:
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Infrakingdom : Deuterostomia
Phylum : Chordata
Infraphylum : Gnathostomata
Superclass : Osteichthyes
Class : Actinopterygii
Subclass : Neopterygii
Infraclass : Teleostei
Superorder : Ostariophysi
Order : Cypriniformes
Superfamily : Cyprinoidea
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus corpio

DAPUS

Kloskowski, Janusz. 2011. Impact of common carp Cyprinus carpio on aquatic communities:
direct trophic effects versus habitat deterioration. Fundam. Appl. Limnol. 178(3): 245-255

Sirisidthi, K., P. Kosai, K. Juraungkoorskul and Wanee Jiraungkoorskul. 2015. Review of


structure and coloration of ornamental koi (Cyprinus carpio) scale and its significance.
Advances in Environmental Biology. 9(11): 86-94.

Skelton, Paul. 1993. A Complete Guide to the Freshwater Fishes of Southern Africa. Cape
Town: Struik Publishers.
Yulvizar, C., I. Dewiyanti dan C.N. Defira. 2014. Seleksi bakteri berpotensi probiotik dari ikan
mas (Cyprinus carpio) indigenous Jantho berdasarkan aktivitas antibakteri secara in
vitro. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 6(2): 44-48.

mpact of common
carp Cyprinus carpio
on aquatic
communities: direct
trophic effects versus
habitat
deterioration
Janusz Kloskowski
mpact of common
carp Cyprinus carpio
on aquatic
communities: direct
trophic effects versus
habitat
deterioration
Janusz Kloskowski
mpact of common
carp Cyprinus carpio
on aquatic
communities: direct
trophic effects versus
habitat
deterioration
Janusz Kloskowski

Anda mungkin juga menyukai