Abstrak
Kegiatan pembenihan Ikan Mas hingga sampai saat ini masih diusahakan dan telah
berkembang pesat. Pengelolaan pembudidayaan Ikan Mas ini perlu menjadi perhatian terkait
dengan efisiensi dan produktivitas usaha serta kualitas ikan yang dihasilkan. Beberapa
macam usaha maupun penelitian telah banyak dilakukan sebagai bentuk upaya peningkatan
produktivitas dan perbaikan serta peningkatan kualitas genetik ikan mas seperti program
seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui perlakuan hormonal maupun manipulasi kromosom
(Nurasni, 2012). Poliploidisasi merupakan teknik manipulasi kromosom yang berfungi
sebagai peningkatan dan perbaikan kualitas ikan agar mendapatkan benih-benih yang
mempunyai varietas unggul. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah alah untuk
menghasilkan individu unggul dalam pertumbuhan steril (3n) dan fertile (4n). Kejut suhu
panas dilakukan dengan cara memanaskan air pemijahan hingga mencapai suhu 38-40°C
selama 2-3 menit. Sedangkan kejut suhu dingin dapat dilakukan dengan cara menurunkan
suhu air pemijahan hingga mencapai suhu 0-4°C selama 30-60 menit. . Pada suhu air 20-
22°C, telur ikan mas umumnya menetas dalam rentang waktu 3-4 hari. Akan tetapi, pada
suhu air yang lebih tinggi seperti 25-28°C, telur ikan mas dapat menetas dalam waktu 2-3
hari. Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kegiatan poliploidisasi bertujuan untuk menambah kromosom dari haploid (n) menjadi
triploid (3n) dan tetraploid (4n)
Pendahuluan
Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah ikan yang berasal dari Cina dan termasuk salah
satu ikan budidaya yang pertama kali dikonsumsi (Flajšhans & Hulata, 2007). Kegiatan
pembenihan Ikan Mas hingga sampai saat ini masih diusahakan dan telah berkembang pesat.
Pengelolaan pembudidayaan Ikan Mas ini perlu menjadi perhatian terkait dengan efisiensi
dan produktivitas usaha serta kualitas ikan yang dihasilkan. Meskipun usaha pembenihan
Ikan Mas telah lama digeluti namun kebutuhan benih hingga saat ini masih belum bisa
mencukupi (Kelabora, 2010).
Beberapa macam usaha maupun penelitian telah banyak dilakukan sebagai bentuk
upaya peningkatan produktivitas dan perbaikan serta peningkatan kualitas genetik ikan mas
seperti program seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui perlakuan hormonal maupun
manipulasi kromosom (Nurasni, 2012). Manipulasi kromosom diterapkan agar menghasilkan
spesies dengan gen yang sudah dimodifikasi. Teknik ini sering dilakukan pada budidaya ikan
air tawar. Manipulasi kromosom dilakukan selama siklus nukleus dalam pembelahan sel,
dasarnya adalah penambahan atau pengurangan set haploid (n) atau diploid (2n). Teknik
manipulasi kromosom buatan (artificial) pada ikan yang fertilisasinya internal dapat
dilakukan dengan memanipulasi salah satu gamet sebelum fertilisasi atau telur terfertilisasi
pada beberapa periode pembelahan (cleavage) (Xu et al., 2015).
1
Laporan Praktikum Acara 3 1 Mart 2024
Genetika dan Pemuliaan Ikan
2
Laporan Praktikum Acara 3 1 Mart 2024
Genetika dan Pemuliaan Ikan
Pengamatan tetraploidisasi
Tabel 1.1 Hasil pengamatan tetraploidisasi
No Waktu pengamatan Hasil Fase embriogenesis
pengamatan
Pembahasan
Poliploidisasi merupakan teknik manipulasi genetik yang diaplikasikan pada ikan
guna mendapatkan hasil benih yang mempunyai kromosom triploid (3n) atau tetraploid (4n).
Triploidisasi bertujuan agar benih yang dihasilkan kromosom triploid, sedangkan
tetraploidisasi dilakukan untuk menghasilkan benih dengan jumlah kromosom (4n). Tujuan
dari triploidisasi dan tetraploidisasi adalah untuk meningkatkan performa dari pertumbuhan
ikan dan mendapatkan benih yang bervarietas unggul. Menurut Septihandoko & Lamid
(2020), Ikan mas hasil triploidisasi dan tetraploidisasi mempunyai derajat penetasan yang
tinggi, abnormalitasnya rendah, dan keberhasilan induksi poliploidi lebih tinggi. Perlakuan
kejut suhu panas ini dapat digunakan dan diproduksi secara luas untuk proses poliploidisasi
pada ikan mas (Cyprinus carpio Linn.) ataupun pada spesies ikan lain.
Telur ikan mas yang baik memiliki ciri ciri telur yang berwarna kuning dan
transparan. Selain itu juga, telur ikan mas yang baik mempunyai ukuran yang seragam dan
ukurannya tidak
3
Laporan Praktikum Acara 3 1 Mart 2024
Genetika dan Pemuliaan Ikan
terlalu kecil. Telur ikan mas yang baik teksturnya kenyal dan tidak mudah pecah. Menurut
Sutarjo (2014), indikator yang dapat dijadikan sebagai acuan kualitas telur dan sperma yang
baik adalah banyaknya telur yang dapat bertahan hidup setelah dibuahi oleh sel sperma.
Selain itu, kualitas telur yang unggul juga dapat mempercepat proses penetasan. Telur yang
baik mempunyai warna putih bening dan bentuknya bulat atau bulat lonjong.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam triploidisasi dan tetraploidisasi ikan
mas adalah dengan menggunakan metode kejut suhu. Kejut suhu panas merupakan teknik
yang sudah sering digunakan dalam triploidisasi dan tetraploidisasi ikan mas. Menurut Putri
et al., (2021) triploidisasi dan tetraploidisasi ialah salah satu cara guna memperoleh benih
yang memiliki varietas unggul dari segi kuantitas dan kualitas, menghasilkan pertumbuhan
ikan yang lebih cepat, resisten terhadap serangan penyakit, memperoleh ikan dengan kualitas
genetik yang baik dan toleransi terhadap lingkungan. Kejut suhu panas dilakukan dengan cara
memanaskan air pemijahan hingga mencapai suhu 38-40°C selama 2-3 menit. Sedangkan
kejut suhu dingin dapat dilakukan dengan cara menurunkan suhu air pemijahan hingga
mencapai suhu 0-4°C selama 30-60 menit.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk telur menetas
Telur yang dihasilkan membutuhkan waktu untuk menetas. Waktu yang diperlukan
telur ikan mas menetas bergantung pada suhu air dan jenis ikan mas itu sendiri. Pada suhu air
20-22°C, telur ikan mas umumnya menetas dalam rentang waktu 3-4 hari. Akan tetapi, pada
suhu air yang lebih tinggi seperti 25-28°C, telur ikan mas dapat menetas dalam waktu 2-3
hari. Menurut Mukti (2005), jenis telur ikan mas yang memiliki sifat melekat (adhesif)
kemungkinan besar sebagai satu faktor kualitas telur yang menyebabkan rendahnya derajat
penetasan pada telur ikan mas. Sifat telur ikan mas yang melekat adalah memerlukan tempat
pelekatan atau substrat yang baik. Telur ikan mas yang adhesif dapat melekat pada substrat
atau antara telur yang satu dengan telur yang lain, sering mengakibatkan telur-telur tersebut
tidak dapat menetas karena difusi oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen juga
menjadi salah satu penyebab adanya kematian pada telur atau embrio yang sedang
berkembang. Telur ikan mas akan menetas dalam jangka waktu 2–3 hari.
Fertilization Rate (FR) pada telur ikan mas mengindikasikan persentase telur yang
berhasil dibuahi oleh sperma. Menurut Sutarjo (2014), derajat penetasan atau daya tetas
merupakan persentase jumlah telur yang menetas dari total telur yang dibuahi. Pengamatan
pada telur ini dilakukan mulai dari fertilisasi hingga proses pembuahan. Telur yang menetas
ditandai dengan adanya gerakan memutar dipermukaan air, sedangkan telur yang tidak
berhasil menetas berwarna kuning keruh dan tenggelam didasar air. FR pada ikan mas
umumnya berkisar antara 80-90%. Akan tetapi, FR yang baik belum tentu menjamin bahwa
telur tersebut dapat menetas dan berkembang menjadi larva yang sehat. Kualitas telur ikan
mas juga dapat dilihat secara visual seperti ukuran, bentuk, dan warna.
Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kegiatan poliploidisasi bertujuan untuk menambah kromosom dari haploid (n) menjadi
triploid (3n) dan tetraploid (4n), guna menghasilkan benih ikan yang berkualitas dan
bervarietas unggul.
4
Laporan Praktikum Acara 3 1 Mart 2024
Genetika dan Pemuliaan Ikan
DAFTAR PUSTAKA
Alawi, H., Nuraini, N., & Sapriana, S. (2012). Induksi Triploid Ikan Selais (Kryptopterus
lympok) Menggunakan Kejutan Panas. Jurnal Perikanan dan Kelautan , 14 (01).
https://jpk.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPK/article/view/12
Aidil, D., Zulfahmi, I., & Muliari. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Derajat Penetasan Telur
dan Perkembangan Larva Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var.
sangkuriang). JESBIO, 5(1), 30–33.
http://jfkip.umuslim.ac.id/index.php/jesbio/article/view/160
Mukti, AT (2005). Perbedaan Keberhasilan Tingkat Poliploidisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio
Linn.) Melalui Kejutan Panas. Berkala Penelitian Hayati Jurnal Penelitian Biologis,
10(2), 133-138. https://ojs.berkalahayati.org/index.php/jurnal/article/view/447
Nurasni, A. (2012). Pengaruh Suhu dan Lama Kejutan Panas Terhadap Triploidisasi Ikan
Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Indonesian Journal Of Applied Sciences, 2(1).
http://journal.unpad.ac.id/ijas/article/view/2728
Putri, R. D. S. H., Amir, Z. M., Lufri, L., Ahda, Y., & Razak, A. (2021). Kajian Variasi
Poliploidi pada Ikan Lele Afrika (Clarias gariepinus). BIOEDUSAINS: Jurnal
Pendidikan Biologi dan Sains, 4(2), 239-245.
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/BIOEDUSAINS/article/view/1892
Septihandoko, K., & Lamid, M. (2020). Hibridisasi Ikan Karper (Cyprinus carpio) Rajadanu
dengan Ikan Karper Merah Muntilan di Laboratorium Pengujian Kesehatan Ikan dan
Lingkungan (LPKIL) Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Samakia : Jurnal Ilmu
Perikanan, 11(2), 71–78. https://doi.org/10.35316/jsapi.v11i2.718
Sutarjo, G. A. (2014). Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dengan Krioprotektan Dimethyl
Sulfoxide Terhadap Kualitas Telur Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn.) Pada Proses
Kriopreservasi. Gamma, 9(2), 20-30. https://eprints.umm.ac.id/45017/