Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan tambakan (Helostoma teminckii) mempunyai habitat asli di wilayah
perairan tropis yang berarus tenang antara lain perairan rawa (Prianto et al., 2006)
dan hidupnya bersifat benthopelagik yang berarti hidup antara dasar dan
permukaan peraian (Rahman et.al., 2013). Ikan tambakan mempunyai beberapa
keunggulan diantaranya mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
perairan dengan kadar oksigen terlarutnya rendah dan mempunyai fekunditas
(jumlah telur) tinggi (Hasnidar, 2019).
Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, tetapi mereka masih
termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan
tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan
tambakan yang ukurannya lebih kecil dari ikan tambakan kebanyakan dan
bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa
dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon merah muda". (I. W.
Cahyanti et al., 2014).
Penentuan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dilihat pada perubahan struktur
butir telurnya, yang dibagi dalam 5 tingkat, yaitu: Tingkat I, II, III, IV dan V, di
mana secara morfologi komponen yang diamati adalah ovarium (betina) dan testes
(jantan) yang meliputi warna, struktur permukaan, pengisian terhadap rongga
abdomen dan ada tidaknya telur. Selanjutnya dikatakan oleh Yustina (2002) dan
Kusnandar (2003), pengamatan TKG secara morfologi meliputi warna, struktur
permukaan, pengisian gonad terhadap peritoneum, ada tidaknya telur, panjang dan
berat gonad (Ansyari, 2022).
Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk
kelangsungan populasi ikan dan dinamikanya. Dari data fekunditas kita dapat
menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan jumlah
ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur-telur
yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Fekunditas sangat tergantung pada
suplai makanan, terutama untuk mempertahankan musim pemijahan dan ukuran
tubuh ikan betina. Selain itu, ikan-ikan yang hidup di perairan rawa ataupun
2

sungai mempunyai hubungan dengan ketinggian air. Apabila pada tahun-tahun


tertentu permukaan air selalu tinggi, maka fekunditas ikan akan tinggi pula,
dibanding dengan permukaan air yang selalu rendah.
Fekunditas diasumsikan sebagai jumlah telur yang terdapat dalam ovari pada
ikan dengan TKG IV dan akan dikeluarkan pada waktu memijah. Telur diambil
dari ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya. Telur diawetkan dengan
larutan Gilson dan larutan formalin berkadar 4-10% akan tetapi jika yang
diawetkan hanya ovary saja maka larutan formalin berkadar 2-4 %, kemudian
dihitung dengan metode jumlah, metode volumetric, metode gravimetric, dan
metode bon vayer. (I. W. Cahyanti et al., 2014).

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa/i mengetahui fekunditas,
factor yang mempengaruhi nilai fekunditas dan cara mendapatkan telur dari ovari
induk ikan untuk dihitung nilai fekunditas pada ikan yang telah dipraktikumkan.

1.2. Manfaat
Manfaat dari pratikum ini yaitu diharapkan kepada mahasiswa/I dapat
menghitung jumlah telur dalam ovari induk ikan, paham akan pengaruh nilai
fekunditas pada suatu individu ikan yang selalu bervariasi.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Batasan fekunditas secara umum adalah jumlah telur yang terdapat dalam
ovari ikan yang sudah matang gonad dan akan dikeluarkan pada waktu mijah.
Pengetahuan tentang fekunditas dalam bidang budidaya perikanan sangat penting
artinya untuk memprediksi berapa banyak jumlah larva/benih yang akan
dihasilkan jika individu ikan itu mijah dan dalam bidang biologi perikanan adalah
untuk memprediksi berapa jumlah stok suatu populasi ikan yang hidup di suatu
lingkungan perairan.
Nilai fekunditas sutu individu ikan selalu bervariasi, karena dipengaruhi oleh,
umur/ukuran individu ikan, jenis dan jumlah dari makanan yang dimakan, sifat
ikan, kepadatan populsi, lingkungan hidup dimana ikan itu berada dan factor
fisiologi tubuh.
Tingkat kematangan gonad ikan jantan dan betina ditentukan berdasarkan
ciri-ciri morfologis meliputi warna, bentuk, ukuran gonad, posisi gonad di dalam
rongga perut (Effendie 1979).
Sesuai menurut Kamler (1992) dan Sukendi (2007) yang menyatakan bahwa
bahan dasar dalam proses pematangan gonad terdiri atas karbohidrat, lemak dan
protein. Sehingga dalam melakukan pematangan calon induk untuk usaha
pembenihan biasanya para pembenih selalu memberikan pakan yang mengandung
protein tinggi pada pellet yang diberikan. (Sukendi et al., 2012).
Menurut Effendi (1979) penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan
jantan dan betina ditentukan secara visual (morfologis) berdasarkan warna, bentuk
dan ukuran gonad. Perkembangan gonad secara kualitatif ditentukan dengan
mengamati TKG I-IV berdasarkan morfologi gonad, (Sukendi et al., 2012).
Menurut Andriyanto et al.,(2013), suhu merupakan factor lingkungan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan rata-rata dan menentukan waktu penetasan
serta berpengaruh langsung pada proses perkembangan embrio dan larva.
Perkembangan embrio dan larva merupakan hal yang harus diperhatikan, hal ini
berkaitan dengan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan. Suhu tinggi atau
rendah pada proses pembuahan ikan akan dapat mengakibatkan telur tidak
terbuahi serta dapat menyebabkan kematian (Wahyuningtias et al., 2015).
4

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21
September 2022 pukul 10.30 s/d 12.30 WIB yang membahas mengenai
“fekunditas dan diameter telur pada ikan tambakan (helostoma temminickii)”,
bertempat di Laboratorium Biologi Perairan.

3.2. Alat
Alat Praktikum yang digunakan pada praktikum adalah penggaris, gunting
bedah, timbangan, tisu, pinset, cup godang, plastic sampel, pensil 2b, penghapus,
nampan, dan buku penuntun praktikum digunakan untuk membantu
mempermudah praktikum, serta gambar ikan yang di praktikumkan kedalam
laporan sementara kelompok dan laporan pribadi praktikum.

3.3. Bahan
Bahan Praktikum yang digunakan pada praktikum ini adalah ovari ikan
tambakan (helostoma temminickii) dan formalin.

3.4. Metode Praktikum


Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan
metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain
itu praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku-
buku literatur yang berhubungan dengan hasil pengamatan selama praktikum
berlangsung.

3.5. Prosedur Praktikum


Prosedur praktikum dimulai dengan mengeluarkan gonad dari botol sampel
kemudian diletakan di tisu menggunakan pinset, keringkan gonad. Timbang berat
gonad tersebut, pisahkan bagian anterior, tengan dan posterior dari gonada sebelah
kanan dan kiri. Ambil sejumput dari masing-masing bagian tersebut, dan
ditimbang serta di catat. Hitung jumlah telur dari tersebut dengan menggunakan
metode langsung.
5
6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Setelah melakukan praktikum fekunditas dan diameter telur pada ikan
tambakan (Helostoma temminickii) maka didapatkan hasil sebabai berikut;

4.1.1. Ovari Ikan Tambakan (Helostoma temminickii)

Gambar 1. Ovari Ikan Tambakan (Helostoma temminickii)

4.1.2. Ovari Kanan Ikan Tambakan (Helostoma temminickii)

Anterior Tengah Posterior


Gambar 2. Ovari kanan Ikan Tambakan (Helostoma temminickii)

4.1.3. Ovari Kiri Ikan Tambakan (Helostoma temminickii)

Anterior Tengah Posterior


Gambar 3. Ovari kiri Ikan Tambakan (Helostoma temminickii)
7

4.2. Tabel Perhitungan Ikan Tambakan (Helostoma temminickii)

Tabel 1. Diameter Telur


Kiri Kanan
Anterior Tengah Posterior Anterior Tengah Posterior
30,5 28 30,5 - - -

35 24 36 - - -

25 31 32 - - -

Table 2. Perhitungan Fekunditas


Bagian Berat Frekuensi
Anterior 0,07 75
Kanan Tengah 0,05 210
Posterior 0,06 69
Anterior 0,04 156
Kiri Tengah 0,07 139
Posterior 0,04 152
Total 0,33 801

4.3. Pembahasan

4.3.1. Fekunditas Pada Ikan Tambakan (Helostoma temminickii)


Ikan yang umurnya relatif lebih muda dan baru pertama kali memijah,
fekunditasnya juga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan yang berumur
relatif lebih tua yang telah memijah beberapa kali. Selain itu, adanya fluktuasi
fekunditas juga dapat disebabkan ikanikan yang didapat memiliki ukuran yang
tidak sama, sehingga ikan yang berukuran lebih besar juga akan mempunyai
fekunditas yang lebih besar.
Hubungan antara fekunditas dengan panjang total memperlihatkan bahwa
semakin panjang badan ikan semakin besar pula fekunditasnya. Spesies ikan yang
mempunyai fekunditas besar, pada umumnya memijah di daerah permukaan
sedangkan spesies yang fekunditasnya kecil biasanya melindungi telurnya dari
8

pemangsa atau menempelkan telurnya pada tanaman atau habitat lainnya. (W.
Cahyanti et al., 2021).
Nilai fekunditas dipengaruhi oleh bobot gonad dan panjang tubuh ikan,
dimana panjang dan bobot gonad yang besar akan memiliki fekunditas yang besar
pula. Menurut Unus dan Sharifuddin (2010), menyatakan bahwa jumlah telur
yang dihasilkan pada spesies yang sama dapat dipengaruhi oleh ukuran tubuh,
umur, dan lingkungan. (Auliyah & Oli’i, 2018)

4.3.2. Cara Mendapatkan Telur Dari Ovari Individu Ikan


Cara mendapatkan telur dari ovari individu ikan untuk dihitung nilai
fekunditasnya dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu, Telur diambil dari induk ikan
betina yang sudah matang gonad sempurna dan siap untuk dikeluarkan pada
waktu mijah. Telur-telur itu dikeluarkan dengan cara menstriping induk ikan
betina yang masih hidup dan siap mijah. Telur telur yang keluar ditampung pada
suatu wadah selanjutnya dihitung jumlahnya dengan memakai metoda tertentu.
Dengan cara ini berkemungkinan masih terdapat telur-telur yang tertinggal di
dalam ovari dan tidak dapat dihitung jumlahnya.
Induk ikan dimatikan dan ovari dan diawetkan dengan formalin. Kemudian
semua telur yang terdapat dalam kantong ovari diambil untuk dihitung jumlahnya
dengan metode tertentu. Dapat juga dilakukan melalui pengambilan sub-sampel
ovary sesuai metode yang dilakukan untuk selanjutnya dihitung nilai
fekunditasnya.

4.3.3. Pengawetan Telur


Pengawetan telur dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu :
1. Menggunakan Bahan Pengawet
a. Larutan formalin
Larutan formalin yang sering digunakan berkadar 4-10% tergantung
ukuran individu ikan. Untuk individu ikan berukuran besar pada sisi tubuh
sebelah kanan atas diberi torehan 1-2 cm agar larutan pengawet cepat
masuk kedalam daging. Akan tetapi jika yang dawetkan hanya ovary saja
makan formalin yang diberikan berkadar 2-4%. Biasanya dapat tahan
selama 1 bulan.
9

b. Larutan Gilson
Larutan ini berfungsi untuk mengeraskan telur, dapat melepaskan serta
menghancurkan jaringan ovari.
2. Melalui Proses Pendinginan
Cara pendinginan merupakan cara yang efektif untuk mencegah pembusukan
telur dalam ovari maka sebaiknya mulai dari lapangan sampai ke laboratorium
telur dan ikan harus disimpan pada tempat yang diberi es batu. Bila ada es yang
mencair sharus segera diganti.

4.3.4. Metoda Perhitungan Telur


Menghitung telur ada beberapa metoda yang dapat digunakan. Setiap
Metode memiliki kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu sebelum
memutuskan untuk memilih metoda dalam menghitung nilai fekunditas harus
mengenali dengan baik sifat dari spesies ikan yang diteliti.
1. Metode jumlah
Menghitung secara langsung satu per satu telur yang ada pada individu Metoda
ini efektif diterapkan pada individu-individu dari spesies ikan yang memiliki nilai
fekunditas terbatas seperti spesies ikan yang menyimpan telur di dalam mulut atau
pada kantong di kepala.
2. Metode volumetrik
Ovari dikering udarakan dan kemudian diukur volumenya dengan teknik
mindahan air dengan bantuan gelas ukur Ambil sebagian kecil dari ovari itu (sub-
sampel) sebanyak minimal 3 kali ulangan dengan ukuran yang sama, kemudian
hitung jumlah telurnya disetiap pengambilan itu.
3. Metode Gravimetrik
Cara kerjanya sama dengan metode Volumetrik, hanya saja pengukurannya
dengan satuan berat. Dengan asumsi berat setiap butir telur sama. Cara ini
dilakukan untuk menghilangkan pengaruh kelembaban. Jadi ovari harus benar-
benar kering.
4. Metode Von Bayer
Perhitungan nilai fekunditas dengan metoda ini adalah terlebih dahulu dicari
nilai rataan diameter telur yang ada dalam ovari Nilai yang didapat dibandingkan
dengan data Tabel Von Bayer.
10

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa fekunditas
merupakan jumlah telur dalam ovary induk ikan betina yang dikeluarkan saat
musim memijah. Berdasarkan perhitungan yang didapatkan bahwa Berat rataan
telur ikan yaiutu 0,055 memiliki berat total ovari 8,479 dan nilai frekuensi
(butiran) 133,5 .

5.2. Saran
Agar praktikum dilaboratorium biologi perikanan dapat berjalan dengan
lancar dan dengan baik maka diharapkan para praktikan yang melakukan
praktikum untuk dapat mengikuti segala aturan yang telah diterapkan supaya tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan. Serta saat melakukan praktikan pengumpulan
data diharapkan sangat hati-hati mencatat segala data yang diperoleh dengan baik
agar tidk terjadi keliruan saat pembuatan hasil laporan.
11

DAFTAR PUSTAKA

Ansyari, P. (2022). TELAAHAN ASPEK REPRODUKSI IKAN TAMBAKAN


(Helostoma teminckii) DI PERAIRAN RAWA MONOTON DANAU
PANGGANG. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah, 7(April), 86–
94.

Auliyah, N., & Oli’i, Y. U. (2018). Hubungan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan
Fekunditas Ikan Huluu (Gurius margaritacea). Gorontalo Fisheries Journal, 1(2),
22–29.

Cahyanti, I. W., Arifin, O. Z., Subagja, J., & Kristanto, A. H. (2014). Ikan tambakan
merupakan ikan penghuni asli Asia Tenggara, mulai dari Thailand sampai
Indonesia. Ikan tambakan telah diintroduksi ke India, Sri Lanka, Denmark, dan
Columbia dan Amerika Tengah (Gambar 9.2). ASLI PERAIRAN INDONESIA, 1112.

Cahyanti, W., Subagja, J., Kusdiarti, K., Irawan, D., & Arifin, O. Z. (2021).
KERAGAAN BIOREPRODUKSI TIGA GENERASI IKAN TAMBAKAN
(Helostoma temminckii Cuvier, 1829). Media Akuakultur, 16(1), 1.
https://doi.org/10.15578/ma.16.1.2021.1-6

Hasnidar, H. (2019). Aspek biologi reproduksi ikan molly, Poecilia latipinna (Lesueur
1821) di tambak Bosowa Kabupaten Maros. Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(3), 375–
390.

Sukendi, S., Putra, R. M., & Asiah, N. (2012). Pematangan Gonad Calon Induk Ikan
Sepat Mutiara (Trichogaster leeri Blkr) Dalam Keramba Dengan Padat Tebar
Berbeda. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 18(1), 71–82.

Wahyuningtias, I., Diantari, R., & Arifin, O. Z. (2015). Pengaruh suhu terhadap
perkembangan telur dan larva ikan tambakan (Helostoma temminckii). E-Jurnal
Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, 4(1), 439–448.
12

LAMPIRAN
13

Lampiran 1. Alat

P
enggaris, Pensil, Gunting Bedah Timbangan
Penghapus

Tisu Pinset
Serbet

Buku Penuntun Praktikum

Lampiran 2. Bahan

Ovari
14

Lampiran 3. Hasil

Diameter Telur Ikan Telur Ikan


15

Lampiran 4. Perhitungan
0,33
Berat rataan telur ( w )= =0,055
6
Berat total ovarI (W) = 8,479
801
Frekuensi (butiran) =133,5
6
W
( X )= x
w
8,479
( X )= (133,5)
0,055
( X ) =154,16 ( 133,5 )
( X ) =20.580,84

Diameter Telur Ukuran Milimeter


 Anterior
30,5 x 0,025 = 0,7625
35 x 0,025 = 0,875
25 x 0,025 = 0,625
 Tengah
31 x 0,025 = 0,775
24 x 0,025 = 0,6
28 x 0,025 = 0,7
 Posterior
30,5 x 0,025 = 0,7625
36 x 0,025 = 0,9
32 x 0,025 = 0,8

Anda mungkin juga menyukai