Anda di halaman 1dari 10

1.

PENDAHULUAN
1.1 Lata Belakang

Pengetahuan fekunditas dan indeks gonad somatik (IGS) merupakan salah satu aspek yang
memiliki peran penting dalam biologi perikanan, dimana fekunditas berkaitan erat dengan studi
dinamika populasi, produksi serta stock recruitment.Fekunditas dapat menunjukkan
kemampuan induk untuk menghasilkan anak ikan di dalam suatu pemijahan. Peningkatan umur
ikan ternyata menentukan pula tingkat produksi larvanya.(Bagenal, 1978) dalam Enggar
Patriono, Endri Junaidi, dan Fifi Sastra (2010)

Fekunditas mempunyai hubungan atau keterpautan dengan umur, panjang, atau bobot
tubuh, dan spesies ikan.Semakin banyak makanan maka pertumbuhan ikan semakin cepat dan
fekunditasnya semakin besar.Hubungan antara fekunditas dan panjang total, serta antara
fekunditas dan bobot tubuh memperlihatkan adanya korelasi yang cukup kuat.Penentuan
fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang matang gonad pada TKG III dan
IV.Fekunditas diasumsikan sebagai jumlah telur yang terdapat dalam ovari pada ikan yang telah
mencapai TKG III dan IV. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan metodesub-contoh
bobot gonad atau disebut metode gravimetrik. Cara mendapatkan telur yaitu mengambil telur
ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan dan ditimbang.
Kemudian gonad tersebut diambil sebagian untuk ditimbang dengan menggunakan timbangan
elektrik, selanjutnya butiran telur dihitung (Fahriny Unus, et al, 2010)

Menurut Ghufron et al.,(2010) Fekunditas merupakan ukuran yang paling umum dipakai
untuk mengukur potensi produksi ikan.Karena,relative lebih mudah dihitung,yaitu jumlah telur
didalam ovarium ikan betina sebelum pemijahann.Jumlah telur yang terdapat didalam ovary ikan
dinamakan fekunditas individu,mutlak dan fekunditas total.Fekunditas indivdu adalah jumlah telur
dari generasi tahun itu yang dikeluarkan tahun itu pula.Sedangkan,fekunditas total adalah telur
yang dihasilkan ikan selama hidupnya.

PARAFRASE ISI SENDIRI

1.2 maksud dan tujuan

Adapun Maksud dari praktikum biologi perikanan materi fekunditas adalah praktikan dapat
mengetahui jumlah produksi telur pada ikan sampel.

Sedangkan tujuan dari praktikum biologi perikanan materi fekunditas adalah mampu
mendemonstrasikan secara makroskopis organ-organ baik secara eksternal maupun secara internal.
Mampu mendapatkan telur ikan, serta mengetahui cara menghitung telur ikan.
1.3 waktu dan tempat

Praktikum biologi perikanan materi fekunditas di laksanakan pada hari xx tanggal XX November 2015
pukul 06.00 sampai selesai di laboratorium reproduksi ikan, pembenihan dan pemuliaan ikan, gedung d
lantai 1, fakultas perikanan dan ilmu kelautan UB, malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele (Clarias batracus)


Menurut Sugiharto (2013), klasifikasi ikan lele (Clarias Gariepinus) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub-phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub-Class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias Gariepinus

Ikan lele tubuhnya licin dan tidak bersisik, dengan sirip dan sirip anus yang juga
panjang,yang terkadang menyatu dengan sirip ekor.Kepalanya keras menulang dibagian atas,
dengan mata yang kecil dan mulut yang lebar yangterletak diujung moncong, dilengkapi
dengan empat pasang sungut peraba yang amat bergunauntuk bergerak di air yang gelap, lele
memiliki alat pernafasan berupa insang. Insang tertutup atau terlindungi oleh tutup insang
(operkulum). Insang berwarna merahkarena banyak mengandung pembuluh darah. Lele
memiliki sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam,pada sirip-sirip dadanya. Lele
berkembang biak dengan telur, pembuahan terjadi diluar tubuhinduknya atau didalam air
(pembiakan eksternal). Pada sisi tubuh terdapat gurat sisi yangmemanjang dari belakang
tutup insang sampai ekor. Gurat sisi berfungsi untuk
mengetahuitekanan air (Wartono, 2011).

2.2 pengertian fekunditas

Menurut Effendie (2002) dalam Miazwir (2012), Fekunditas adalah jumlah telur yang dihasilkan
ikan pada saat memijah.Untuk menghitung jumlah telur dalam gonad ikan biasanya diambil tingkat
kematangan gonadnya sudah tinggi atau bisa dilihat secara visual adalah yang terlihat butiran-butiran
telur yang terpisah-pisah.Secara umum fekunditas meningkat sesuai dengan ukuran berat tubuh ikan
betina (Moyle dan Cech, 1982 dalam Miazwir, 2012). Fekunditas secara tidak langsung digunakan untuk
memperkirakan banyaknya ikan yang akan dihasilkan (Effendie, 2002 dalam Miazwir, 2012).

Fekunditas diasumsikan sebagai jumlah telur yang terdapat dalam ovari pada ikan yang telah
mencapai TKG III dan IV. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan metode sub-contoh bobot
gonad atau disebut dengan metode gravimetrik (Unus dan Sharifudin, 2010). Fekunditas ikan dapat
G
ditentukan dengan menggunakan metode grafimetrik dengan rumus F= xN dengan F adalah
Q
fekunditas (butir), G adalah bobot tubuh (g), Q adalah gonad contoh (g) dan N adalah jumlah telur pada
gonad contoh (butir) (Effendie, 1997 dalam Unus dan Sharifuddin, 2010).

2.3 faktor yang mempengaruhi fekunditas

Besar kecilnya fekunditas dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan dan kondisi lingkunan, serta
dapat juga dipengaruhi oleh diameter telur (Djuhanda, 1981 dalam Unus dan Sharifuddin, 2010). Jumlah
fekunditas pada spesies yang sama dapat dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur, lingkungan, dan ukuran
diameter telur. Fekunditas ikan cenderung meningkat dengan bertambahnya ukuran badan, yang
dipengaruhi oleh jumlah makanan dan faktor-faktor lingkungan lainnya seperti musim dan suhu (Ali,
2005 dalam Unus dan Sharifuddin, 2010).

Menurut Andy Omar (2005) dalam Junaidi et. al. (2010), fekunditas pada suatu spesies ikan
berbeda antara satu individu dengan individu lainnya.Fekunditas mempunyai keterpautan dengan umur,
panjang atau berat tubuh ikan dan spesies ikan.Pertambahan berat dan panjang ikan cenderung
meningkatkan fekunditas secara linear.Fekunditas dan diameter sel telur juga dapat dipengaruhi oleh
faktor genetis, lingkungan dan musim.

2.4 macam-macam fekunditas

Menurut Nikolsky (1963) dalam Wahyuningsih dan Barus (2006), jumlah telur yang terdapat
dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Fekunditas individu adalah jumlah telur dari
generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Menurut Royce (1972) dalam Wahyuningsih
dan Barus (2006), menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama
hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. (Wahyuningsih dan
Barus, 2006).

Menurut Alfa Rico(2013) Terdapat beberapa jenis Fekunditas diantaranya :

1. Fekunditas individu adalah jumlah telur yang dikeluarkan dari generasi tahun itu dan
akan dikeluarkan pada tahun itu pula.
2. Fekuindita relatif adalah jumlah telur per atuan panjang dan berat.
3. Fekunditas total adalah jumlah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya.

Fekunditas secara langsung dapat memberi penaksiran jumlah anak ikan yang akan
dihasilkan dan kan menentukan jumlah ikan dalam suatu kelas umur. Fekunditas merupakan
suatu subyek yang dapat menyesuaikan terhadap beberapa macam kondisi terutama respon
terhadap makanan.

2.5 cara mendapatkan telur

Menurutunus dan sharifuddin (2010), Cara mendapatkan telur yaitu mengambil telur ikan
betina dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan dan ditimbang. Kemudian gonad
tersebut diambil sebagian untuk ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik, selanjutnya
butiran telur dihitung. Gonad tersebut diawetkan dengan larutan Gilson untuk melarutkan dinding
gonad sehingga butiran telur terlepas. Larutan Gilson dapat melarutkan jaringan-jaringan pembungkus
telur sehingga memudahkan dalam perhitungan butir-butir telur (fekunditas).

Menurut Permana (2013) , Untuk mengetahui penyebaran diameter telur dilakukan


pengukuran diameter telur dengan mengambil butiran pada bagian anterior, tengah, dan
posterior pada ovarium sebelah kanan dan kiri. Serta perkembangan telur ditandai dengan
ukuran diameter telurnya.Untuk menghitung telur ada beberapa metoda yang dapat
digunakan.Setiap metoda memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu sebelum
memutuskan untuk memilih metoda dalam menghitung nilai fekunditas ikan harus dikenali
dengan baik sifat dari setiap spesies ikan yang diteliti agar pada pelaksanaan menghitung
nilai fekunditas ikan tidak terjadi kesalahan.

2.6 Cara Menghitung Telur

Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1995), Fekunditas ikan dapat dihitung dengan beberapa cara,
yaitu metode jumlah, metode volumetric, metode grafimetrik atau metode berat, dan metode von
boyer.

a. Metode jumlah
Metode jumlah merupakan metode yang paling teliti.Sebab perhitungan telur dilakukan satu
per satu atau secara sensus.Tetapi metode ini hanya dapat dilakukan pada ikan-ikan yang
mempunyai jumlah telur sedikit sehingga metode ini kurang efisien karena banyak
menghabiskan waktu dan tenaga.Apabila metode ini dilakukan pada ikan-ikan yang
mempengaruhi jumlah telur sangat banyak maka langkahnya adalah mengeluarkan telur dari
ovarium, kemudian direndam dalam larutan formalin 10% atau cairan Gilson.Telur
dibersihkan dari jaringan yang melekat kemudian dibarkan kering di udara dan barulah
dilakukan perhitungan.

b. Metode volumetrik
Metode volumetric dilakukan dengan mengukur volume seluruh telur dengan cara
pemindaha air. Kemudian sebagian kecil jumlah telur tersebut diambil dan diukur
volumenya dan jumlah telurnya sedangkan fekunditasnya dapat di ukur dengan rumus
sebagai berikut:

Dimana : F = fekunditas
V= volume jumlah jumlah seluruhnya
v= volume jumlah telur sebagian
n= jumlah telur

c. Metode grafimetrik
Metode ini disebut juga metode berat.Cara melakukannya seperti metode volumetrik, hanya
pengukuran volume diganti dengan berat. Rimusnya adalah sebagai berikut:

Dimana: F= fekunditas
W= berat seluruh telur
w= berat sampel telur
n= jumlah telur sampel

d. Metide von boyer


Metode ini dilakukan dengan cara mengukur garis tengah (diameter) rata-rata telur dan
mengukur volume telur keseluruhan, lalu dibandingkan dengan table von boyer (panjang
telur dibagi dengan jumlah telur sama dengan diameter rata-rata telur). Diameter telur diukur
dengan menggunakan alat seperti inistar yang berskala inci atau millimeter.Sejumlah telur-
telur dijajarkan sehingga membentuk panjang tertentu.Diameter rata-rata dari telur tersebut
adalah panjang jajaran telur dibagi dengan jumlah telur.Cara melakukan pengukuran ini
diulang-ulang paling sedikit sebanyak tiga kali.

Menurut Murtidjo (2001, )Fekunditas ikan dapat dihitung dengan beberapa cara sebagai
berikut:
1. Metode jumlah
Penghitungan fekunditas telur dengan metode jumlah dilakukan dengan cara menghitung
telur yang dipijahkan satu per satu. Cara ini memang cuku akurat, namun hanya dapat
dilakukan untuk ikan-ikan air tawar yang telurnya relatif sedikit.Untuk ikan-ikan air tawar
yang telurnya banyak, penghitungan fekunditas telur dengan metode jumlah ini sangat tidak
efisien.
2. Metode volumetrik
Penghitungan fekunditas telur dengan metode volumetrik dilakukan dengan cara mengukur
volume seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air. Selanjutnya, telur
diambil sebagian kecil, diukur volumenya, dan jumlah telur dihitung.Dengan bantuan rumus
berikut ini, fekunditas telur dapat diketahui.

Keterangan: F = fekunditas
V= volume jumlah jumlah seluruhnya
v= volume jumlah telur sebagian kecil telur
n= jumlah telur dari sampel telur (v)

3. Metode gravimetrik
Penghitungan fekunditas telur dengan metode gravimetric dilakukan dengan cara mengkur
berat seluruh telur yang dipijahkan dengak teknik pemindahan air. Selanjutnya, telur diambil
sebagian kecil, diukur beratnya, dan jumlah telur dihitung. Dengan bantuan rumus berikut
ini, fekunditas telur dapat diketahui:

Dimana: F= fekunditas
W= berat telur seluruhnya
w= berat sampel sebagian kecil telur
n= jumlah telur dari sampel telur (v)

4. Metode von bayer


Penghitungan fekunditas telur dengan metode von bayer dilakukan dengan cara menghitung
garis tengah rataan telur, mengukur volume telur keseluruhan, dan selanjutnya
dibandinhgkan dengan table von bayer. Garis tengah telur diukur dengan mistar berskala
millimeter yang dipasang pada kayu bersudut. Sejumlah telur disejajarkan, sehingga
membentuk panjang tertentu.Garis tengah rataan telur adalah panjang jajaran telur dibagi
dengan jumlah butir telur.Penghitungan fekunditas telur dengan metode von bayer paling
sedikit dilakukan 3(tiga) penyampelan.

2.7 cara mengawetkan telur

Menurut Slembrouck et al, (2005) dalam Saputra et al (2012) telur adhesif akan
menempel satu sama lainnya atau pada substrat melalui selaput lendir yang lengket dan menutupi
seluruh permukaanya. Gumpalan telur menghambat masuknya oksigen pada telur sehingga bisa
menghambat perkembangan telur dan akan berdampak terhadap daya tetas telur akan kecil.

Menurut Farahita et al (2012), caviar adalah produk perikanan yang terbuat dari telur
ikan yang direbus dalam larutan garam 5%. Caviar nilem merupakan produk perikanan yang
mudah mengalami permbusukan sehingga diperlukan pengawetan yang baik dan benar.
Pengawetan bertujuan untuk menghambat aktifitas enzim dan mikroorganisme yang dapat
menimbulkan kemunduran mutu suatu produk. Salah satu teknik pengawetan yang banyak
dilakukan terhadap produk perikanan adalah dengan menggunakan penyimpanan suhu dingin.
Selain itu juga bisa menggunakan penggaraman.
2.8 sifat telur

Effendie (1997) dalam KEMENDIKBUD (2013) mengelompokkan telur ikan berdasarkan kepada
kualitas kulit luarnya, yaitu antara lain :

a. Non adhesive : Telur mungkin sedikit adhesive pada waktu pengerasan cangkangnya, namun
kemudian sesudah itu telur sama sekali tidak menempel pada apapun juga. Sebagai contohnya telur ikan
salmon.

b. Adhesive : Setelah proses pengerasan cangkangnya telur itu bersifat lengket sehingga akan mudah
menempel pada daun, akar tanaman, sampah, dll. Contohnya adalah telur ikan mas (Cyprinus carpio).

c. Bertangkal : Sungguh-sungguh merupakan keragaman yang khas dari bentuk adhesive, terdapat suatu
bentuk tangkai kecil untuk menempelkan telur pada substrat. Telur macam demikian terdapat pada ikan
smelt.

d. Telur berenang : Pada telur ini terdapat filamen yang panjang untuk menempel pada substrat atau
filamen tersebut untuk membantu telur terapung sehingga sampai ke tempat untuk menempel
didapatkan. Contohnya pada telur ikan hiu (Scylliorhinus) e. Gumpalan lendir : Telur-telur diletakkan
pada rangkaian lendir atau gumpalan lendir seperti pada ikan perch atau sebangsa ikan lele.

Menurut Santoso1995, Ikan lele lokal (Clarias Batracus), terutama pejantannya mempunyai sifat
mengasuh anak-anaknya. Namun pada ikan mas, ia tidak menghiraukan lagi kelangsungan hidup anak-
anaknya. Tabiat atau kebiasaan lain ikan mas di alam adalah selalu mencari tempat yang aman
(terutama di tempat yang ditumbuhi rumput) karena sifat telur ikan menempel (adhesif). Oleh karena
itu para petani ikan di Jerman sebelum melakukan pemijahan terlebih dahulu mencari tanaman air atau
rerumputan untuk ditanam di dasar kolam. Sedangkan di Negara kita (Indonesia) para petani
memepergunakan ijuk sebagai alat penempel telur yang lazim didebut kakaban. Selain ijik dapat pula
menggunakan bahan lain misalnya tali rapia atau tumbuhan aie eceng gondok (Echornia crasipes).

2.9 hubunga fekunditas dengan panjang berat ikan

Menurut Wahyuningsih dan Barus (2006):


Ø Fekunditas dengan panjang
Fekunditas sering dihubungkan dengan panjang dari pada dengan berat, karena panjang
penyusutannya relatif kecil sekali tidak seperti berat yang dapat berkurang dengan mudah.
Seringkali para peneliti memplotkan fekunditas mutlak dengan panjang ikan dan hubungan itu
ialah :
F = a Lb
Dimana F = fekunditas, L = panjang ikan, a dan b merupakan konstanta yang didapat dari data.
Persamaan tersebut kalau ditransformasikan ke logaritma akan mendapatkan persamaan regresi
garis lurus :
Log F = log a + b log L
Ø Fekunditas dengan berat
Pengunaan penghitungan fekunditas yang dikorelasikan dengan berat yang dituliskan dengan
persamaan :
F = a + bW
dalam beberapa hal hasilnya baik, tetapi ternyata bahwa korelasi antara fekunditas dengan berat
adalah tidak linier. Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa berat gonad pada awal
kematangan berbeda dengan berat akhir dari kematangan itu karena perkembangan telur yang
dikandungnya. Selama dalam proses perkembangan tersebut terjadi pengendapan kuning telur
yang berangsur-angsur serta terjadi hidrasi pada waktu hampir mendekati pemijahan.

Menurut Mulfizar et al.,2012 Faktor kondisi dihitung untuk menilai kesehatan ikan secara
umum,produktivitas dan kondisi fisiologi dari populasi ikan. Faktor kondisi ini mencerminkan
karakteristik morfologi tubuh,kandungan lipid dan tingkat pertumbuhan. Secara umum nilai
faktor kondisiketiga jenis ikan yang diteliti tidak berbeda. Namun, nilai faktor kondisi yangdi
peroleh ikan belanak lebih besar dibandingkan kedua jenis ikan lain. Ikandengan faktor kondisi
yang lebih tinggi diharapkan akan memiliki fekunditas lebih tinggi daripada ikan dengan faktor
kondisi lebih rendah. yang menyatakan ikan belanaktermasuk kedalam kelompok ikan yang
mempunyai fekunditas yang cukup tinggi, halini merupakan daya adaptasi ikan tersebut untuk
mempertahankan populasinya di alam.

Anda mungkin juga menyukai