Anda di halaman 1dari 4

PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PROBLEM BANGSA

(KORUPSI, DEKADENSI MORAL DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN)


A. Pancasila sebagai Solusi Mengatasi Masalah Korupsi
 Korupsi secara harafiah diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,
dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Tim Penulis Buku Pendidikan
anti korupsi, 2011).
 Dalam Buku Pendidikan anti korupsi (2011), secara garis besar penyebab korupsi dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal: merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat dirinci
menjadi:
a. Aspek Perilaku Individu
• Sifat tamak/rakus manusia.
• Moral yang kurang kuat
• Gaya hidup yang konsumtif.
b. Aspek Sosial
2. Faktor eksternal, pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku.
a. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi karena:
• Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa ditimbulkan oleh
budaya masyarakat.
• Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat sendiri.
• Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.
• Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila
masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan.
b. Aspek ekonomi
c. Aspek Politis
d. Aspek Organisasi
• Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
• Tidak adanya kultur organisasi yang benar
• Kurang memadainya sistem akuntabilitas
• Kelemahan sistem pengendalian manajemen
• Lemahnya pengawasan
 Cara/pendekatan penyelesaian korupsi:
1. Pendekatan eksternal yang dimaksud adalah adanya unsur dari luar diri manusia yang memiliki
kekuatan ‘memaksa’ orang untuk tidak korupsi.
2. Pendekatan internal adalah kekuatan yang muncul dari dalam diri individu dan mendapat
penguatan melalui pendidikan dan pembiasaan.
 Membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar Pancasila adalah membangun mentalitas
melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat.
 Nilai-nilai Pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu mampu
menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila
bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan mudah
menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi.
 Perbuatan korupsi terjadi karena hilangnya kontrol diri dan ketidakmampuan untuk menahan diri
melakukan kejahatan. Kebahagiaan material dianggap segala-galanya dibanding kebahagiaan
spiritual yang lebih agung, mendalam dan jangka panjang. Keinginan mendapatkan kekayaan
dan kedudukan secara cepat menjadikannya nilai-nilai agama dikesampingkan.
 Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna tentu tidak akan
merendahkan dirinya diperhamba oleh harta, namun akan menyerahkan diri sebagai hamba
Tuhan. Buah dari pemahaman dan penghayatan nilai ketuhanan ini adalah kerelaan untuk diatur
Tuhan, melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang-Nya.
 Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam konteks Pancasila,
karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain. Dengan demikian, akan menjadi kekuatan moral besar manakala
keseluruhan nilai Pancasila yang meliputi nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
dan keadilan dijadikan landasan moril dan diterapkan dalam seluruh kehidupan berbangsa
dan bernegara, terutama dalam pemberantasan korupsi.
B. Pancasila Sebagai Solusi Dekadensi Moral
Menurut Santoso (2013), dekadensi moral adalah penurunan atau kemerosotoan moral pada
seseorang yang diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu.
 Faktor-Faktor Penyebab Dekadensi Moral
Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya dekadensi moral adalah sebagai berikut : 

1. Kemajuan teknologi.
2. Memudarnya kualitas keimanan.
3. Pengaruh lingkungan.
4. Hilangnya kejujuran.
5. Hilangnya Rasa Tanggung Jawab.
6. Tidak Berpikir Jauh ke Depan
7. Rendahnya Disiplin.
8. Lemahnya kontrol, baik dari diri sendiri, keluarga maupun sesama masyarakat.

Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir pancasila di implikasikan di dalam


kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di Negara kita namanya ketidak adilan,
terorisme, koruptor serta kemiskinan. Karena di dalam pancasila sudah tercemin semuanya norma-
norma yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara. Sehingga tercapailah cita-cita sang
perumus Pancasila yaitu menjadikan pancasila menjadi jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan
bangsa dan Negara.

Menurut Megawangi (2003), hal yang paling penting lainnya adalah keluarga. Keluarga adalah
tempat pertama dan utama di mana seseorang anak dididik dan dibesarkan. Apabila keluarga gagal
untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi terbaik, dan kemampuan-
kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi lembaga-lembaga lain untuk memperbaiki kegagalan-
kegagalannya”

Namun pada dasarnya moral berasal dari individu itu sendiri. Moralitas individu lebih merupakan
kesadaran tentang prinsip baik yang bersifat ke dalam dan tertanam dalam diri manusia yang akan
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak. Seorang yang memiliki moralitas individu yang baik akan
muncul dalam sikap dan perilaku seperti sopan, rendah hati, tidak suka menyakiti orang lain, toleran,
suka menolong, bekerja keras, rajin belajar, rajin ibadah dan lain-lain. Moralitas ini muncul dari
dalam, bukan karena dipaksa dari luar. Bahkan, dalam situasi amoral yang terjadi di luar dirinya,
seseorang yang memiliki moralitas individu kuat akan tidak terpengaruh. Sehingga untuk menangani
masalah kemerosotan moral seseorang yang terpenting adalah berasal dari kesadaran dari diri sendiri
(Kohleberg, 1995).

C. Pancasila Sebagai Solusi Dekadensi Moral


Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi paru-paru dunia, salah satunya karena
mempunyai wilayah hutan yang luas. Indonesia mempunyai hutan hujan tropis dengan
keanekaragaman jenis tumbuhan yang melimpah ruah. Namun, saat ini keadaan hutan di Indonesia
benar-benar memprihatinkan. Hampir setengah dari hutan di Indonesia dibabat habis oleh para
pembalak liar. Begitu pula dengan sumber daya alam yang ada di Indonesia, para pengusaha terlalu
sibuk menguras sumber daya yang ada tanpa memperhatikan bagaimana cara menjaga lingkungan
agar tetap terjaga kelestariannya dan tidak rusak karenanya.

Berbicara tentang pengelolaan lingkungan hidup tentu tidak bisa dilepaskan dari masalah
aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam hal pengelolaan lingkungan hidup. Sebab Pancasila ini merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh. yang memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia,
bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian dan
keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia
dengan manusia.
Aplikasi Nilai-Nilai Pancasila

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila ke V yang harus
diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai
berikut :

1. Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius,


2. Sila Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan
3. Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan terkandung nilainilai kerakyatan
5. Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan
sosial

Anda mungkin juga menyukai