Anda di halaman 1dari 15

Oseanologi d m Limnologi diIndonesia (2008) 34: 117-131 ISSN 0125-9830

PENYEBARAN FOSFAT DAN DETERJEN


DI PERAIRAN PESISIR DAN LAUT SEKITAR
CIREBON, JAWA BARAT
oleh
TJUTJU SUSANA DAN SUYARSO
Pusat Penelitian Oseanografi - LIP1

Received 29 January 2008, Accepted 16 April 2008

ABSTRAK

Senyawa fosfat yang berfungsi sebagai bahan pengisi deterjen, mengalir ke


dalam perairan pesisir dan laut sekitar Cirebon dari beberapa sungai di sekitamya.
Bertambahnya pasokan deterjen akan menyebabkan bertambahnya konsentrasi fosfat
dalam perairan, dan akan berdampak terhadap kualitas aimya. Untuk mengetahui
penyebaran fosfat sebagai dampak dari keberadaan deterjen dan menganalisis
pengaruhnya terhadap perairan dilakukan penelitian di perairan Cirebon pada bulan
Februari dan Juli 2007. Konsentrasi fosfat dan deterjen dianalisis secara kolorimetri,
beberapaparameter lingkungan yang terkait dengan kualitas airjuga diamati. Konsentrasi
fosfat dalam perairan Cirebon bervariasi antara 0,011 mgll - 0,11 mgll, dan deterjen
antara 0,0002 mgll - 0,005 1 mgll. Kondisi lingkungan menunjukkan kualitas air salah
satu sungai sudah berkurang. Deterjen dalamperairan pesisir dan laut sekitar Cirebon
berasal dari sumber tak tentu (non point source) yang terbawa dalam aliran sungai,
d m menyebabkan bertambahnya konsentrasi fosfat dalam perairan. Penyebaran fosfat
terjadi mulai dari aliran sungai yang berkonsentrasi lebih tinggi, seiring dengan deterjen
yang konsentrasinya lebih tinggi pula, menyebar ke arah muara kemudian laut dengan
konsenhasi yang semakin berkurang.

Kata kunci : Fosfat, deterjen, penyebaran, perairan pesisir dan laut, Cirebon.

ABSTRACT

DISTRIBUTIONS OF PHOSPHATE AND DETERGENT AT


COASTALAND SEA AROUND THE CIREBON WATERS, WEST JAVA. The
phosphate compounds as a builders of detergent, flow to coastal and sea around
the Cirebon waters from some rivers in its surrounding. Thergfore, $the detergent
supply is increased, the aesthetics and waters quality will change. To analyzed
phosphate distribution as impact of detergent and influence to waters quality
was observed in Cirebon waters on February and July 2007. The phosphate and
detergent concentrations was analyzed based on colorymetry methods, some
environmental parameters were also observed. The concentrations of phosphate
and detergent in Cirebon waters ranged from 0.011 mg/l - 0.11 mg/l and 0.0002
mg/l - 0.0051 mg/l, respectively. Evaluation of environmental parameters indicated
that the water quality one of some rivers was decreased. Detergent wastes at
coastal and sea around the Cirebon waters come from non point sources and
taken in rivers flow, caused the phosphate concentration in the waters was
increased. The phosphate distributions occurred from the river flow showed
that the concentration was higher, and than accompanied by detergent
concentration was higher too. Both of them were distributed to estuary then the
sea and the concentrations were decreased.

Key words : phosphate, detergent, distributions, coastal and sea waters, Cirebon.

PENDAHULUAN

Fosfat adalah bentuk persenyawaan fosfor yang berperan penting dalam


menuniang
- - kehidupan organisme akuatik. Secara alami fosfat dalamperairan berasal
dari pelapukanbat& mineral. Dalam air laut sendiri terdapat dalkbentuk organ&
dan anorganik yang berasal dari beberapa surnber, antartilain dekomposisi bahan
.,
oreanik (JEFFRIES &MILLS 1996).Fosfat dalam aliran suneai u antara lain berasal
dari buangan domestik dan industri yangmenggunakan deterjen berbahan dasar fosfat,
yaitu industri tekstil, iasa komersial pencucian, pewarnaan, industri kosmetik, industri
logam dan sebagainia. ~ o s f adal&
t deterjen berfungsi sebagaibahan peng&i untuk
mencegahmenempelnya kembali kotoranpadabahanyang sedang dicuci. Penggunaan
deterjen tersebut pads akhirnya akan mempercepatbertambahnyakonsentrasi fosfat
dalam badan air buangannya sehinggamemicu pertumbuhan algae (PAYTAN &
MCLAUGHLIN 2007). Algae yang berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada
permulaan air yang akanmenghambatpenetrasi oksigen dan cahayamataharisehgga
h a n g menguntnngkanbagi ekosistemperairan.Menurut penelitian HENDERSEN
& MARKLAND dalam GARNO (1994) 50 % fosfat yang terdapat dalam air
buangan di perairan Inggris berasal dari beberapa surnber, presentase paling tinggi
berasal dari deterjen.
Penelitian kualitas perairan ditinjau dari kandungan fosfat dalam perairan
pesisir sehubungan dengan limbah deterjen sedikit sekali. SUSANA (1996)
mendapatkan konsentrasi fosfat antara 0,02 - 0,3 mg/l dan deterjen 0,12 - 0,14
mgll di beberapa muara sungai perairan Teluk Jakarta. Sedangkan di muara sungai
Porong- SUSANA & SUSENO (1994) menda~atkankonsentrasi fosfat dan detenen
masing-masing antara 0,0034-0,042 mg/ 1 dan 0,03 - 0,22 mg/l.
Deterjen adalah zat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air dan meningkatkan daya pembersih dengan cara mengemulsi lemak
atau kotoran yang ada. Dalam batas-batas konsentrasi tertentu deterjen sangat
berbahaya bagi lingkungan perairan, karena dari beberapa kajian disebutkan bahwa
deterjen tersebut bersifat melarutkan bahan h a yang bersifat karsinogen (misalnya
3,4 benzopiren) sehingga menimbulkan gangguan terhadap masalah kesehatan
&INFIELD 1976).Komposisikimiadeterjen terdiri dari beberapabahanpenyusun,
antara lain surfaMan (senyawaalkilbenzensulfonat) yangberhgsiuntukmengangkat
kotoran yang menempel padapakaian. Penelitian masalah deterjen lebih banyak
dilakukan dalam sungai atau skala laboratoriumyang berhubungan dengan dayaracun
kandungan zat aktihya terhadap biota Sepertipenelitian CHAZANAH (2002) dalam
air Sungai Bojongsoang, dan IRJANTO & MACHBUB (2001) yang meneliti
beberapa zat pencemar dalam aliran Sungai Citarum. Di perairan pesisir, G ~ N
& ILGAR (2002) melakukan penelitian deterjen yang berhubungan dengan
keberadaan minyak di pantai Dardanella.
Perairan Cirebon yangberada di pantaiUtaraPulau Jawamerupakanperairan
pantai dan tempat bermuara beberapa sungaibesar dan ltecil.Dalam aliran sungainya
terdapat bermacam-macam ltandungan limbah yang antara lain berasal dari kegiatan
rumah tangga, pertanian, danindustrisekitamya Perairan Cireboninibanyakmendapat
pasokan bahan pencemar yang berasal dari daratan, di sepanjang pantai lokasi
penelitian dibatasi oleh persawahan dan pemukimanpenduduk yang menghasikan
sejumlah senyawa kimia tertentu sebagai buangannya, salah satunya adalah deterjen.
Dalamtulisanini dibahasmasalah fosfat danpenyebarannyadiperairanpesisir
-
dan laut sekitar Cirebon. sebagai damvak dari keberadaan deterien dalam aliran
<

sungai yang mengalir ke dalam perairan tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat
memberi gambaran tentang berbahayanya dampak . pemakaian
. detejen secara
berleb~han,karena senyawa fosfat dalam deterjen dapat mengganggukuali&s perairan
sekitamya.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan diperairanpesisirdan laut sekitar Cirebon (PANTURA)


> -
pada bulan Febmari dan Juli 2007. Sebelum dilakukan pen.gambilan contoh. vosisi
stasiunpengamatanditentukan dengan mengunakan alat ~ e o g r u ~ h ~po&oning
cnl
System (GPS) Garmin IIIPlus. Pembuatanpeta dasardan petatutupan lahan dalam
penelitiandianalisis dan didigitasi dari citraLdsat 7 EMliput&~pri12001pada
path 121raw 65 yang disertai denganpengujian lapangan (ground truth). Pengolahan
citra yang meliputi rektifikasi, klasifikasi hingga menjadi peta dilakukan dengan
perangkat ERMAPPER vers.6.2.Informasi yang diperoleh untukmengetahui kondisi
penggunaan lahan di perairan sekitar Cirebon.
Contoh air laut diambil dengan menggunakan tabung Nansen volume 1000
ml dari 20 stasiunpengamatan yang terdiri dari 4 stasiun di sungai, dan 16 stasiun di
muara dan laut. Keempat stasiun di sungai tersebut meliputi sungai-sungaiKapetakan,
Bondet, Sukalilo, danPengarengan. Gambar 1menunjukkanposisistasiunpenelitian
di sungai, muara dan hut. Parameter yang diukur meliputi fosfat, deterjen dan
parameter lingkungan (pH, oksigen terlarut, senyawanitrogen).

Gambar 1. Peta stasiun pengambilan contoh di perairan wilayah pesisir dan


laut sekitar Cirebon, 2007.
Figure 1. Map of sampling stations at the coastal and sea waters around
Cirebon, 2007.
Contoh air laut tersebut dialirkan ke dalam botol sesuai dengan kebutuhan.
Derajat keasaman @H)air laut diukur langsung di lapangan dengan menggunakan
alat pH-meter. Contoh air laut yang
. -
akan diukur konsentrasi oksigennya dialirkan ke
dalak botol bertutup asahan, segera difksasi dengan larutannatriumhidroksida
(NaOH) dan mangan ldorida (MhCl,) untuk kemudian ditentukan konsentrasinya di
laboratorium secara titrasi oksidimetri. Contoh air laut untuk fosfat dan nitrogen
dialirkan ke dalam botol polietilen, pengukuran konsentrasinya dilakukan di
laboratorium berdasarkan metode kolorimetri dengan - menggunakan
-- alat
spektrofotometer pada beberapa panjang gelombang yang spesifik untuk masing-
masingparameter
-. tersebut (STRICKLAND &PARSON 1968).
Contoh air laut untuk pengulcuran
- - konsentrasi deterjendialirkan ke dalam
botol gelas untuk kemudian dianalisis denganmetodekolorimetri setelah sebel~umya
diekstraksi terlebih dahulu dengan
- kloroform. Absorbansi diukur setelah teriadi
senyawa kompleks benvarna biru, konsentrasi deterjen dihitung berdasarkan kurva
baku lamtan standarLinierAki1Sulfonat PAS) dalam berbagai konsentrasi (APHA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perairan Cirebon pada umumnya merupakan perairan laut dangkal,


ltedalamannya antara0,5 meter (di sekitar garispantai)hingga 12meter (padajarak
7,5 km dari garis pantai) pada saat surut, sehingga lereng dasarperairansangat landai.
Letak geografis seperti itu menlul&mkan senyawa kimia yang berasal dari daratan
melalui aliran sungai akanmudahterakumulasidi dalamnya.
Pada umumnya konsentrasi fosfat d m deterjen dalam sungai-sungai yang
diamati lebih tinggi dibandingkan dengan di pantai dan laut (Tabel 1). Di perairan
pantai dan laut Cirebon diperolehvariasi konsentrasi fosfat antara 0,011 mgil- 0,11
mg/l, dan detej e n antara 0,0002 mgll - 0,005 1 mgll sebagaimana tampak dalam
Tabel 1. Namun demikian, konsentrasinya berbeda-beda di antara keempat sungai
yang diamati, ltarenaltomposisi kimia dari buangan yangmengalir ke dalam masing-
masing sungai berbedajenis dan sumbemya.Aliran limbah yang berasal dari daerah
pertanian misalnya, umumnya banyak mengandung pestisida dan pupuk yang
mengandung fosfat, sedangkan dari daerah domestik dan perkotaan lebih banyak
mengandung senyawa o r g a d (HASLAM 1995).Konsentrasi fosfat dan deterjen di
Sungai Sukalilo palingtinggi dibandinglcansungai-sungai lainnya, rata-rata O,59 mg/l
dan 0,016 mg/l masing-masinguntuk fosfat dan deteden. Dibandingkan dengan di
muara-muara sungai Teluk Jakarta dan Sungai Porong maka konsentrasi fosfat di
sungai ini lebih tinggi (SUSANA & SUSENO 1994; SUSANA 1996).
Tabel 1. Rata-rata konsentrasi fosfat, deterjen dan parameter lingknngan di perairan pesisir dan laut sekitar
Cirebon, 2007.

Tabel 1. The average concentrations of phosphate, detergent and environment parameters at coastal and sea
waters around Cirebon waters, 2007.
. . .. . . . . . ,.. .

-
:
.
... .- . , ~~
. ebruaty
, , . : .
Parameters
' ,
.... , ...
~ ~
-, Jut? .. . .. . . . . .
.. Rivers --, . .
.. . .
..~ River .. , : .. . . ,. .
. .
: si I sz I SF. IS
.~
.
..
4 Coastal .Sea S1 I
S2 , . . S 3 ; I:: - 5 4 . - - 'Cpistal . . . S&

Phosphate(mg1l) 0.114 0.101 0.557 0.099 0.042 0.038 0.069 0.048 0.621 0.17 0.035 0.049
Deterjen (mgll) 0.0006 0.0007 0.011 0.0010 0.001 0.002 0.0009 0.0007 0.021 0.0032 0.0011 0.0006
PH 6.78 7.71 6.36 6.54 7.91 7.84 7.68 7.23 6.03 6.90 7.42 7.34
Oxygen (mgll) 2.57 5.06 n.d 2.4 5.31 6.20 6.45 6.08 n.d 4.16 6.85 5.88
Nitrate ((mgll) 0.596 0.311 0.018 0.048 0.0048 0.0016 0.047 0.0091 0.015 0.014 0.0044 0.0043
Nitrite (mgll) 0.232 0.039 0.05 0.045 0.0016 0.0012 0.019 0.056 0.0035 0.0065 0.00178 0.0014
Ammonia(mgll) 0.062 0.049 0.062 0.086 0.071 0.090 0.066 0.067 0.035 0.057 0.058 0.010
Salinity (960) 1.92 2.41 1.91 20.14 29.64 30.99 0.56 17.22 2.32 22.31 32.34 32.44

Note :
n.d : no detected
S1 : KapetakanRiver
S2 : Bondet River
S3 : Sukalilo River
S4 : Pengarengan River
Keberadaan fosfat sebagai salah satu komponen zat hara dalam perairan
dapat berasal dari beberapa sumber, antara lain dari deterjen. Sungai Sukalilo
mengalir melalui perkotaan Cirebon sehingga buangan deterjen yang berasal
dari rumah tangga akan memperkaya ketersediaan fosfat dalam sungai tersebut.
LEE & JONES (2007) mendapatkan 50 - 60 % fosfat yang terdapat dalam air
buangan rumah tangga di perairan Amerika berasal dari deterjen.
Deterjen sebagai sumber polutan tersebut termasuk dalam kategori sumber
tidak tentu (nonpoint source), yaitu sumber pencemaran yang tidak dapat diketahui
secara pasti keberadaannya misalnya buangan yang berasal dari rumah tangga,
pertanian, sedimentasi dan bahan pencemar lain yang sulit dilacak surnbernya
(ARMS 1990). Di perairan pesisir Dardanella, G ~ V E N& ILGAR (2002)
mendapatkan konsentrasi deterjen antara 0,0080- 0,0227 mgll, suatu kisaran yang
cukup tinggi bila dibandingkan dengan yang diperoleh di perairan Cirebon, karena
penelitiannya berhubungan dengan keberadaan polutan minyak.
Secara geografis wilayah Cirebon merupakan daerah pesisir yang kualitas
aimya mudah terpengaruh oleh pasokan buangan yang berasal dari daratan.
Berdasarkan analisis Citra, lahan terluas di kawasan Cirebon adalah berupa sawah
yang menggunakan sejumlah besar pupuk fosfat dalam pengolahannya (Gambar
2). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber polutan deterjen yang
mengalir ke dalam sungai-sungai di kawasan Cirebon berasal dari nonpointsource,
termasuk di dalamnya senyawa fosfat yang merupakan bahan pengisi deterjen.
Penelitian KOHLER (2006) di Inggris menyatakan bahwa fosfat dalam
perairan berasal dari beberapa sumber, yaitu 10 % dari proses alamiah di lingkungan
air itu sendiri, 11 % dari deterjen, 7 % dari indnstri, 17 % dari pupuk pertanian, 23
% dari limbah manusia, dan 32 % dari limbah peternakan. Sedangkan di Sungai
Po, KOHLER (2006) juga inenyatakan bahwa sungai di Itali tersebut mendapat
pasokan 67 % fosfat dari suinber tertentu (point source) dan 29 % dari nonpoint
source, sedangkan dalam Sungai Minnesota 30 - 90 % fosfat berasal dari non
point source.
Penyebaran fosfat di perairan Cirebon umuinnya menunjuMtan variasi
konsentrasi yang semakin berkurang dengan semakin jauhnya jarak dari mulut
sungai, kondisi yang sama terjadi jugapada deterjen. Gambar 3 dan 4 menunjukkan
pola penyebaran fosfat dan deterjen yang hampir serupa, yaitn menyebar dari
arah sungai menuju pantai dan selanjutnya ke laut dengan konsentrasi yang
semakin berkurang. Kondisi ini menunjukkan bahwa kedua senyawa kimia tersebut
umumnya berasal dari daratan yang terbawa dalam aliran sungai, dalam ha1 ini
Sungai Sukalilo merupakan sungai yang paling tinggi konsentrasi fosfat dan
deterjennya dibanding ke einpat sungai lainnya (Tabel 1).
Gambar 2. Peta tutupan lahan kawasan Cirebon dan sekitarnya, 2001.
Figure 2. Map of land cover of Cirebon and its surrounding area, 2001.
PENYEBAMN
FOSFAT
DAN D~TERJEN
Dl PEKAIRAN
PESISIR
DAN LAUT
SEKITAR
CIRI:BON,
JAWABARAT

Gambar 3. Pola penyebaran fosfat di perairan pesisir dan laut sekitar


Cirebon, 2007.

Figure 3. The distribution of phosphate at coastal and sea waters around


Cirebon, 2007.
Lcgcnda:

(Satuon: rngll)
. 0.0250
0,0100

,, -
0.0001
BFcbntari 2007
. .~~
L~ I Juii 2007

Gambar 4. Pola penyebaran deterjen di perairan pesisir dan laut sekitar


Cirebon, 2007.

Figure 4. The distribution of detergent at coastal and sea waters around


Cirebon, 2007.
Secara umum, pasokan bahan pencemar yang inasuk ke dalam perairan laut
berasal dari industri dan domestik melalui aliran sungai, kemudian mengalir ke dalam
hgkungan laut melalui pengadukan atau turbulensi clan arus laut (DAHURI & DAMAR
dalam ANONlM 2006). Untuk wilayah-wilayah laut yang luas dan terbuka, bahan
pencemar ini akan terurai dan terbuang ke perairan laut yang lebih luas sehingga
dapat merninimalkanlonsentrasi alcumulasinyadalamsuahtbadan perairan (ANONIM
2006). Perairan Cirebon yang diamati merupakan perairan dangkal dan luas, lokasi
pengamatan tidak terlalujauhjaraknyadari pantai, sehingga fosfat dandeterjen akan
mudah terakumulasi di dalamnya. Penelitian KETCHUM dalam GARNO (1994)
mengemukakanbahwa terjadi korelasi positif antara fosfat anorganik dengan biomasa
algae dari berbagai badan air di perairan Long Island.
D m a k deterien dalamoerairan adalah bila konsentrasinva berlebih maka
kandungan bensendalam deterjenakanbersenyawadenganklor yang terdapat dalam
air laut, membentuk senyawa organoklorin
- yang
. - bersifat karsinogen (LTNFELD
1976). p ah an pencemar-deterjen ini altan terbawa oleh arus laucke wilayah laut
lainnya, apabilaterbawake perairan laut terbuka konsentrasinya akanjauh berkurang.
PenelitianNURHAYATI & SWARSO (Inpress) menyatakan kecepatan
arus rata-rata di perairan sekitar Cirebon umumnya cukup h a t , bahkan pada
beberapa stasiun kekuatan arus hampir mencapai 50 cmldet, walaupunlcejadiannya
tidak berlangsung lama. Pengan~hmusiln tidak terlalu besar terhadap penyebaran
fosfat dan deterjen, umumnya sedilut lebih tinggi konsentrasinya padamusim barat
(Tabel 1).Hal uu terjadi karena curah hujanpada saat penelitian tidak terlalu tinggi,
sehingga pengenceran yang biasanya dapat menambah itandungan nubisi fosfat dan
bahan kimia lainnya dalam perairan, tidak terlalu banyalt juga. Bila mengacu kepada
batasan-batasan nilai sebagaimana dicantumkan dalam Tabel 2, maka dampaknya
terhadap perairan Cirebon sejauh ini belum menimbulkan perubahan yang berarti.

Tabel 2. Rata-rata konsentrasi fosfat, deterjen, dan parameter lingknngan di


perairan pesisir dan laut sekitar Cirebon, 2007.
Table 2. The average of phosphate, detergent, and environmental parameters
concentrations at coastal and sea waters around Cirebon waters, 2007.
Parameters , , I February I July I Average1 Normal I Sources
Phosphate (mg/l) 0.048 0.037 0.043 0.02 - 0.2 SINGBAL et al. 1967
Detergent 0.0019 O.ooO8 0.0014 1 mg~l ANONIM(2004)
Degree ofAcidity (pH) 7.87 7.37 7.62 7.0- 8.5 ANONIM(2004)
Dissolve oxygen (mgll) 5.81 6.77 6.29 >5 ANONIM (2004)
Nitrate (mgll) 0.05 1 0.016 0.033 0-0.422 SHARP (1983)
Nitrite (mg/l) 0.014 0.004 0.009 0-0.028 SHARF'(1983)
Ammonia (mg/l) 0.082 0.16 0.121 0-0.352 SHARP(1983)
Dampak keberadaan deterjen dalam sungai tampaknyaberpengmh terhadap
kualitas air di dalamnya.Kondisi initampak di Sungai Sukahlo yang dicinkan dengan
air sungai yang bemamakehitaman dan bau menusuk yang ditimbulkan oleh gas
hidrogen sulfida (H,S) dan fosfor. Timbulnya gas ini sebagai akibat rendahnya
konsentrasi oksigen hi dalamnya, atau bahkan sudah habis, sehingga bakteri aerob
akan mati semua. Tingginya konsentrasi fosfat rata-rata di sungai ini dibandingkan
dengan sungai-sungailainnyamemangtidak langsung berbahayabagi organisme air
di dalamnya, namunpenambahan fosfat yang berasal dari deterjen bersama-sama
dengan nitrogen dan fosfat yang berasal dari bahan buangan domest~klainnya akan
merangsang pertumbuhan tumbuhan air dan algae untuk berkembang secara pesat
(PAYTAN & MCLAUGHLIN 2007). Sejalan dengan itu maka kebutuhan akan
oksigen pun menjadi bertambah untuk digunakan dalam proses respirasi organisme
di dalamnya, sehinggamengakibatkanrendahnyakonsentrasi oksigen dalam sungai
ini. Kondisi demikianbisamenyebabkankematian organisme airsecaramasalsebagai
&bat kekurangan oksigen, terutamapadaw a h malam hari karenaproduksi oksigen
tidak ada sedangkan respirasi terus berlangsung (STUM & ZOLINGER dalam
GARNO 1994).
Walaupun tidak tampak banyak busa yang ditimbulkan oleh deterjen,
tampaknya konsentrasi deterjen sebesar 0,016 mg/l dalam Sungai Sukalilo sudah
menyebabkanperubahankualitas air di dalamnya. Penelitian CHAZANAH (2002)
dalam Sungai Bojongsoang lebih tinggi lagi konsentrasinya, yaitu antara 2 - 5 mgtl,
demikianjuga IRIANTO & MACHBUB (200 1)yang melakukan penelitianbeberapa
zat pencemar dalam aliran Sungai Citarum,mendapatkan konsentrasi deterjen antara
0 - 2,25 mg/l.
Salah satuciri berubahnyakualitasair adalahrendahnyanilai pH. Air Sungai
Sukalilo bersifat asam (pH < 7), baikpadamusim barat maupun timw, kondisi ini
akan berpengaruh terhadap komunitas biologi perairan. Selain itu konsentrasi oksigen
di dalamnyajuga tidak terdeteksi sebagaimanatampak dalamTabel1. Di sungai-
sungai lainnya tidak menimbulkan perubahan kualitas air yang berarti, tampak dari
nilai pH yang bervariasi antara 6,54- 7,68, dan konsentrasi oksigen antara 2,40 -
6,45 mg/l (Tabel 1).Variasi nilai pH dan konsentrasi oksigen dalam sungai-sungai
tersebut masih dalam batas aman untuk lehidupan biota di dalamnya bila mengacu
kepada ANONIM (2004) sebagaimana dicantumkan dalam Tabel 2.
Selain pH dan oksigen, senyawa nitrogen dapat mengindikasikan baik
b d y a k u a l i t a s air. Dalam beberapa sungai yang diamati umumnyadidorninasi oleh
bentuk nitrat, konsentrasi paling tinggi (0,596 mg/l) terdapat di Sungai Kapetakan
(Tabel 1). Nitrat adalah hasil akhir proses oksidasi biokimia dari ammonia yang
terbentuk sebagai hasilpemecahanprotein (SHARP 1983).Konsentrasi nitrat yang
berlebihan dalam suatuperairan dapat meningkatkan pertumbuhan algae dantnmbuhan
PENYEBARAN
FOSFAT
DAN DETERIEN DAN LAUTSEKITAR
Dl PERAIRAN PESISIR CIREBON, JAWABARAT

air lainnya.Tingginyakonsentrasinitrat di SungaiKapetakanini tampaknyaberkaitan


dengan
- pemanfaatan
- sungai tersebut olehmasyarakat sekitar yang banyak digunakan
untuk MCK. SHARP (1983) menyatakanbahwa konsentrasi nitrat yang tinggi dalam
suatubadan air dapat disebabkan oleh banyaknyalimbahmanusia Hal serupaterjadi
di Sungai Cisadane,yang konsentrasi nitratnyamcncapai 0,359 mgtl scbagai dampak
dari banyahyapetemakanyangmembuang limbahnyakc dalam sungai,dan aMivitas
penduduk yang melaksanakanMCK di sepanjang Sungai Cisadane (SUSANA 2004).
Bila mengacu kepada batasan dari SHARP (1983) dalam Tabel 2, maka variasi
konsentrasi senyawa nitrogen di perairan Cirebon d m sungai yang mengalir ke
dalamnyamash b a k

KESIMPULAN

Fosfat dalam perairan Cirebon antara lain berasal dari deterjen yang
mcrupakan sumber bahan pcncemar nonpointsource. Deterjen yang mengandung
fosfat dalam aliran Sungai Sukalilo yang mengalir ke dalam pcrairan Cirebon,
mcnyebabkanperubahan kualitas air di dalamnya yang dicirikan dengan rcndahnya
derajat keasaman (pH) dan konsentrasi oksigen bahkan tidak terdetcksi. Penyebaran
fosfat dan deterjen semakin rendah konsentrasinya ke arah laut. Pengamh m u s h
tidak terlalu tampak tcrhadap penyebaran fosfat dan deterjen dalamperairan Cirebon,
konsentrasi keduanya sedikit lebih tinggi pada saat musim barat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamyakepada Puslit


Oseanografi-LIP1atas danadan fasilitas yang diberikan.Penelitian ini dibiayai melalui
Program Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Kelautan tahun anggaran 2007. Ucapan
terima kasih disampaikan pula kepada semuapihak yang telah membantu ,sehmgga
penelitian ini dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

ANONIM 2004. Keputusan Mcnteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 1. tentang


Baku Mutu Air Laut untuk kchidupan Biota Laut : 11hal.
ANONIM 2006. Laporan akhir. Naskah Akademis Dalam Rangka Menuju
Perbaikan Kebijakan Lingkungan Pada Aktivitas Industri Maritim.
DepartemenKelautandan Perikanan : 8 -20.
APHA 1992. Standard Methods for the examination ofwater and waste water. 18 th
ed. American Public Health Association.Washington, DC: 536 - 539.
ARMS, K. 1990. Environmental Science. Saunders College Publishing : 358 -
374.
CHAZANAH, M. 2002. Biodegradasi surfaktan linear alkyl bensen sulfonat yang
tekandung dalam deterjen pada reactor batch aerob. Tesis. Program
magister teknik lingkungan program pasca sarjana Institut Teknolgi
Bandung.
GARN0,Y.S. 1994.Dampak lirnbah deterjen terhadap kualitas dan organisme air.
Dalam : PRANOTO (eds.). Prosiding seminar sehari Teknologi
Pengolahan Limbah Bahan Berracun dan Berbahaya (B3) Industri.
BPPT, Jakarta : 103 - 110.
GWEN, K.C. andR. ILGAR2002. Oil and detergent pollution on coastal areas of
Dardanelles.Journal of the BlackSeaIMediteranean 8 (1) : 1 - 8.
HASLAM, S.M. 1995.River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley
and Sons, Chichester, U.K : 253 pp.
IRIANTO dan MACHBUB 200 1. Fenomena Hubungan Debit Air dan Kadar Zat
Pencemar DalarnAir Sungai (Studi kasus : Sub DPS Citarum hulu). http: //
www.pusair.pu.go.id.
JEFFRIES, M. and MILLS, D. 1996. Freshwater Ecology, Principles and
Applicstions. John Willey & Sons. Chichester. U.K: 285 pp.
KOHLER, J. 2006. Detergent phosphates :An EU Policy Assesment. Journal of
Business Chemistry 3 (2) : 18 - 24.
LINFIELD, M. 1976. Anionic Surfactans. Marcel Dekker, New York : 252 pp.
LEE, G. F and JONES, A. 2007 Detergent phosphate bans and eutrophication.
Environmental Science and Technology 20 : 330 - 337.
Dl PERAIMN PESIS~RDAN LAUTSEKITAR
PENYEBAMN FOSFAT DAN DETERIEN CIREBON.
JAWA BAMT

NURHAYATI dan SUYARSO.Vaniabilitas lingkungan oseanografi di perairanpantai


Cirebon. Manuslaipt.
PAYTAN, A and K. MCLAUGHLIN 2007. Phosphorus in Our Waters.
Oceanography (20) 2 : 200 - 208.
STRICKLAND, J.D.H. and T.R. PARSONS 1968. A Practical Hand Book of
Seawaterhalysis. Fish. Sea. Res. Bull. 167 Canada: 1-311.
SUSANA.T dan SUSENO 1994.Deterjen dan fosfat di perairan muara Kali Porong.
Dalam : H.P. HUTAGALLJNG D.SETIAPERMANA, SULISTIJO (eds).
Makalah Penunjang Seminar Pemantauan Pencemaran Laut. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta :47 - 57.
SUSANA,T. 1996.Perkiraan kadar fosfat dalam perairan yang mengandung limbah
detejen. Dalam : D.P. PRASENO, W. S. ATMADJA, I. SUPANGAT,
RUYITNO, B.S. SOEDIBJO (eds.). Inventarisasi cicln evaluasi
lingkungan pesisir: Oseanograj?, geologi, biologi don ekologi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. LIP1Jakarta (1996): 1 - 9.
SHARP, J.H. 1983The distributionsof inorganic nitrogen and dissolvedparticulated
organic nitrogen in the sea. In :E.J. CARPENTER & D.G CAPONE (eds).
Nitrogen in the Marine Environment. Academic Press, New York : 1 -
29.
SINGBAL, S.Y.; S.P.PONDEKAR and C.V.G.REDDY 1967. Chemical
Characteristics of the inshore water in Velsao bay (Goa). Mahasagar, Bull
19 : 35-39.
SUSANA, T. 2004. Kadar nitrogen di perairan sekitar Sungai Cisadane. Dalam:
A. ISNANSETYO; I.Y.B. LELONO; E. SETYOBUDI; SURYANTI; R.H.
MURTI, SUBEDJO; N.W.YUWON0 dan B.H. PURWANTO (eds).
Prosiding Seminar hasilpenelitian pertaninn, perikanan clnn kelautan.
Yogyakarta : 348 - 355.

Anda mungkin juga menyukai