Anda di halaman 1dari 8

EnviroScienteae Vol. 14 No.

1, April 2018 ISSN 1978-8096 (print)


Halaman 8-15 ISSN 2302-3708 (online)

KONSENTRASI AMONIAK, NITRAT DAN FOSFAT DI PERAIRAN


DISTRIK DEPAPRE, KABUPATEN JAYAPURA

Concentration of Ammonia, Nitrate and Phosphate in Depapre District Waters,


Jayapura Regency

Baigo Hamuna1), Rosye H. R. Tanjung2), Suwito3), Hendra K. Maury4)


1)
Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, FMIPA Universitas Cenderawasih /
bhamuna@yahoo.com.sg
2)
Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Cenderawasih / hefmitanjung@yahoo.co.id
3)
Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Cenderawasih / witomuh_papua@yahoo.com
4)
Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Cenderawasih / mauryhendra@gmail.com

Abstract

The determination of water quality status was needed as a reference to monitor water pollution.
The purpose of this study was to determine the concentration of ammonia, nitrate, and
phosphate in Depapre waters, Jayapura Regency. Sampling was carried out in October 2017
across five research stations, then the results were compared with water quality standards based
on KEPMEN-LH No. 51 Tahun 2004 for marine biotas. Based on the analysis of water quality
in Depapre waters obtained the following results are the ammonia content ranges from 0.8 to
11.6 mg/L, the content of nitrate ranged from 0.009 to 0.54 mg/L, and the phosphate content
ranged from 0.016 to 1.19 mg/L. These results indicate that the ammonia, nitrate and phosphate
concentration in Depapre Waters have exceeded the water quality standard. The concentration
of ammonia, nitrate, and phosphate is high enough and endanger the lives of marine biotas.

Keywords: ammonia; nitrate; phosphate; water quality; Depapre Waters

PENDAHULUAN dan biologis perairan secara keseluruhan.


Salah satu kondisi suatu perairan dikatakan
Status mutu suatu perairan merupakan telah tercemar adalah terdapatnya
tingkat kondisi mutu perairan yang kandungan ammonia, nitrat dan fosfat di
menunjukkan kondisi tercemar atau kondisi perairan dalam konsentrasi yang sangat
baik dalam waktu tertentu dengan tinggi.
membandingkan dengan baku mutu yang Ammonia, nitrat dan fosfat merupakan
telah ditetapkan. Bahan pencemar yang zat hara yang menunjang kesuburan
masuk ke wilayah pesisir dan laut bisa perairan. Kesuburan perairan dapat
berasal dari berbagai sumber. Keadaan fisik dikatakan sebagai salah satu faktor yang
bahan pencemar dari suatu sumber bisa menunjang dalam penentuan kualitas suatu
berbeda dari sumber yang lain dengan perairan (Damar, 2004 dalam Santoso,
komposisi yang berbeda-beda pula, sehingga 2006). Pengkayaan zat hara di lingkungan
dampak yang ditimbulkan terhadap perairan memiliki dampak positif, namun
lingkungan juga bervariasi. Menurut pada tingkatan tertentu juga dapat
Selanno (2009) dalam Gemilang et al. menimbulkan dampak negatif. Dampak
(2016) bahwa penambahan konsentrasi positifnya adalah adanya peningkatan
limbah baik yang berasal dari darat maupun produksi fitoplankton dan total produksi
dari aktivitas di laut akan berdampak ikan (Jones Lee dan Lee, 2005; Gypens et
terhadap perubahan komponen fisik, kimia al., 2009), sedangkan dampak negatifnya

8
Konsentrasi Amoniak, Nitrat Dan Fosfat Di Perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura (Hamuna, B. et al.)

adalah terjadinya penurunan kandungan METODE PENELITIAN


oksigen di perairan, penurunan biodiversitas
dan terkadang memperbesar potensi muncul Pengambilan sampel air laut dilakukan
dan berkembangnya jenis fitoplankton pada bulan Oktober 2017 yang berlokasi di
berbahaya yang lebih umum dikenal dengan perairan Distrik Depapre, Kabupaten
istilah Harmful Algal Blooms atau HABs Jayapura, Provinsi Papua. Adapun stasiun
(Howart et al., 2000 dalam Risamasu dan pengambilan sampel air laut sebanyak 5
Prayitno, 2011; Gypens et al., 2009). Oleh stasiun dengan karakteristik yang berbeda
karena itu, konsentrasi ammonia, nitrat dan antar tiap stasiun, yaitu:
fosfat telah diatur dalam Keputusan Menteri 1) Perairan pantai wisata Harlem;
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. 2) Perairan pesisir Kampung Tablasupa
Apabila konsentrasinya di perairan telah (pemukiman penduduk berada di
melebihi baku mutu yang telah ditentukan, perairan);
maka dipastikan akan mengakibatkan 3) Perairan Pulau Dua;
menurunnya kualitas perairan dan akan 4) Perairan lokasi pembangunan pelabuhan
berdampak negatif bagi biota laut yang ada Depapre;
di perairan tersebut. 5) Perairan Kampung Depapre (pemukiman
Wilayah perairan pesisir dan laut penduduk berada di daratan).
Distrik Depapre termasuk dalam wilayah Sampel air laut yang telah diambil
administrasi Kabupaten Jayapura, Provinsi kemudian dimasukkan kedalam
Papua. Dalam perkembangannya, wilayah memasukkan sampel air laut ke dalam botol
pesisir dan laut Distrik Depapre telah Niskin dan disimpan dalam coolbox untuk
mengalami pengembangan untuk berbagai dianalisis di Laboratorium Kesehatan
macam kepentingan dan peruntukan sebagai Daerah Kota Jayapura, Provinsi Papua.
bentuk perkembangan pembangunan daerah Metode pengujian dan analisis konsentrasi
di khawatirkan akan memberikan pengaruh ammonia berdasarkan SNI 19-6964.3-2003,
pada lingkungan sekitarnya. Menurut konsentrasi nitrat berdasarkan SNI 19-
Gholizadeh et al. (2016) bahwa setiap 6964.7-2003, sedangkan konsentrasi fosfat
perubahan dalam ekosistem rentan akibat berdasarkan Standard Method 2005, Section
kegiatan antropogenik yang dapat 4500-P.C.
membahayakan habitat ikan dan organisme Analisis data hasil pengujian
air lain. Oleh karena itu, perubahan kualitas laboratorium dilakukan secara deskriptif,
lingkungan akibat kegiatan antropogenik yaitu dengan membandingkan hasil yang
maupun akibat faktor alam secara perlahan diperoleh dengan baku mutu kualitas air laut
akan memberikan dampak langsung maupun berdasarkan Keputusan Menteri Negara
tidak langsung kepada biota perairan dan Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004
juga akan berdampak pada manusia sebagai tentang Baku Mutu Air Laut yang
pengkonsumsinya. dikhususkan untuk kehidupan biota laut.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi ammonia, nitrat dan
fosfat di perairan Distrik Depapre, HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Jayapura. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi Konsentrasi Ammonia Total (NH3-N)
dasar bagi pemerintah daerah dan
masyarakat tentang kualitas air laut sehingga Limbah merupakan salah satu masalah
dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang harus ditangani dengan baik karena
untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran limbah dapat mengandung bahan kimia yang
di perairan laut dalam rangka perencanaan berbahaya dan beracun. Bonnin et al. (2008)
dan pengelolaan pesisir dan laut Kabupaten bahwa salah satu bahan kimia yang umum
Jayapura. terkandung dalam limbah adalah ammonia.

9
EnviroScienteae Vol. 14 No. 1, April 2018: 8-15

Kadar ammonia dalam air laut sangat dari pengaruh aktifitas di daratan, sedangkan
bervariasi dan dapat berubah secara cepat. konsentrasi ammonia tertinggi pada stasiun
Menurut Pescod (1973) dalam Marlian 1 yaitu pada perairan pantai Harlem yang
(2016), ammonia di perairan merupakan merupakan pantai wisata. Apabila
petunjuk adanya penguraian bahan organik, dibandingkan dengan konsentrasi ammonia
terutama protein. di perairan lain di Papua, maka didapatkan
Hasil analisis konsentrasi ammonia di hasil yang relatif sama dengan konsentrasi
perairan Kabupaten Jayapura menunjukkan ammonia total di perairan Teluk Youtefa
nilai yang cukup tinggi, yaitu berkisar 0,8 ± Jayapura yang berkisar antara 0,5 ± 16,1
11,6 mg/L (Gambar 1). Konsentrassi mg/L di perairan laut dan 1,2 ± 10,1 mg/L di
ammonia terendah dijumpai pada stasiun 3 sekitar muara sungai (Erari et al., 2012),
yaitu pada perairan Pulau Dua, diduga serta lebih tinggi dibandingkan di perairan
karena merupakan pulau yang tidak Maruni Manokwari yang berkisar antara 0,1
berpenghuni dan perairan yang cukup jauh ± 2,4 mg/L (Silalahi et al.,2017).

Gambar 1. Konsentrasi ammonia di perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura

Berdasarkan baku mutu, konsentrasi yang terlalu tinggi, maka dapat diduga
ammonia di perairan Depapre telah adanya pencemaran perairan.
melampaui standar baku maksimum Tingginya konsentrasi ammonia total
konsentarasi ammonia di perairan laut untuk di perairan Distrik Depapre sebagian besar
biota laut sebagaimana dalam Keputusan diduga berasal dari limbah pemukiman dan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 pembuangan manusia dan hewan dalam
tahun 2004, yaitu sebesar 0,3 mg/L. bentuk urin, dimana pemukiman penduduk
Konsentrasi ammonia yang diperoleh sebagian besar berada di wilayah pesisir dan
tersebut menunjukkan bahwa perairan laut. Selain itu, secara alami senyawa
Kabupaten Jayapura dalam kondisi tercemar ammonia di perairan juga dapat berasal dari
dengan tingginya konsentrasi ammonia. hasil metabolisme hewan dan hasil proses
Sebagaimana diketahui bahwa ammonia dekomposisi bahan organik oleh bakteri.
merupakan salah satu parameter pencemaran Menurut Alabama (2008) dalam
organik di perairan dan dapat bersifat toksik Fathurrahman dan Aunurohim (2014) bahwa
bagi biota jika konsentrasinya melebihi ammonia yang berada di perairan sebagian
ambang batas maksimum. Hal ini dipertegas besar merupakan hasil dan proses
oleh Alarest dan Sartika (1987) dalam metabolisme organisme akuatik dan proses
Widiadmoko (2013), jika konsentrasi pembusukan bahan organik atau sampah
ammonia di perairan terdapat dalam jumlah organik seperti sampah rumah tangga dan
lain-lain oleh bakteri yang terbawa arus.

10
Konsentrasi Amoniak, Nitrat Dan Fosfat Di Perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura (Hamuna, B. et al.)

Selain itu, menurut Effendi (2003) bahwa didukung oleh ketersedian nutrien (Effendi,
sumber ammonia di perairan juga 2003).
merupakan hasil pemecahan nitrogen Hasil analisis menunjukkan bahwa
organik (protein dan urea) dan nitrogen konsentrasi nitrat di perairan Distrik
anorganik yang terdapat dalam air. Lebih Depapre cukup tinggi yang berkisar antara
lanjut menurut Effendi (2003), 0,009 ± 0,54 mg/L (Gambar 2). Konsentrasi
meningkatnya kadar ammonia di laut nitrat terendah pada stasiun 2 yaitu pada
berkaitan erat dengan masuknya bahan perairan Kampung Tablasupa, sedangkan
organik yang mudah terurai (baik yang konsentrasi nitrat tertinggi pada stasiun 1
mengandung unsur nitrogen maupun tidak yaitu pada perairan pantai Harlem.
mengandung unsur nitrogen). Berdasarkan konsentrasi nitrat yang
diperoleh, maka perairan Depapre termasuk
Konsentrasi Nitrat (NO3-N) dalam perairan oligotrofik dengan kadar
nitrat antara 0 ± 1 mg/L (Effendi, 2003).
Nitrat (NO3-N) adalah bentuk nitrogen Konsentrasi nitrat yang diperoleh pada
utama di perairan alami. Nitrat merupakan penelitian ini relatif hampir sama dengan
salah satu nutrient senyawa yang penting perairan Papua lainnya, seperti dilaporkan
dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. oleh Silalahi (2017) bahwa konsentrasi nitrat
Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan di perairan Maruni Manokwari yang berkisar
dapat menstimulasi pertumbuhan dan antara 0,1 ± 0,8 mg/L.
perkembangan organisme perairan apabila

Gambar 2. Konsentrasi nitrat di perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura

Berdasarkan Keputusan Menteri Fakta ini ditemukan di seluruh stasiun


Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun penelitian yang mengindikasikan bahwa
2004, disebutkan bahwa baku mutu perairan Distrik Depapre mengalami tekanan
konsentrasi nitrat air laut yang layak untuk berupa pengkayaan nitrogen atau nitrat.
kehidupan biota laut adalah 0,008 mg/L. Sebagai imbasnya, potensi terjadinya
Dibandingkan dengan baku mutu, eutrofikasi atau ledakan populasi (blooming)
konsentrasi nitrat dalam penelitian ini jauh alga sangat besar. Hal ini dipertegas oleh
lebih tinggi atau berada di atas baku mutu. Effendi (2003) bahwa konsentrasi nitrat
Konsentrasi nitrat di periaran Distrik yang lebih dari 0,2 mg/L dapat
Depapre tersebut juga telah melampaui mengakibatkan terjadinya eutrofikasi
konsentrasi nitrat pada perairan alami, (pengayaan) perairan dan selanjutnya
dimana konsentrasi nitrat hampir tidak menstimulir pertumbuhan algae dan
pernah lebih dari 0,1 mg/L (Effendi, 2003). tumbuhan air secara pesat (blooming).

11
EnviroScienteae Vol. 14 No. 1, April 2018: 8-15

Tentunya hal ini sangat merugikan karena merupakan salah satu senyawa nutrien yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan sangat penting di laut. Menurut Thomas
biodiversitas ekosistem perairan setempat. (1955) dalam Kadim et al. (2017), fosfat
Secara alami konsentrasi nitrat dalam menjadi faktor pembatas yang sangat
air laut hanya beberapa mg/L dan merupakan penting di perairan produktif dan tidak
salah satu senyawa yang berfungsi dalam produktif, fosfor memainkan peranan
merangsang pertumbuhan biomassa laut penting dalam determinasi jumlah
sehingga secara langsung mengontrol fitoplankton. Di perairan, unsur fosfor tidak
perkembangan produksi primer sehingga ditemukan dalam bentuk bebas sebagai
berhubungan erat dengan kesuburan suatu elemen, melainkan dalam bentuk senyawa
perairan (Susana, 2004 dalam Murtiono et anorganik yang terlarut (ortofosfat dan
al., 2016). Cukup tingginya konsentrasi polifosfat) dan senyawa organik yang berupa
nitrat di perairan Distrik Depapre dapat partikulat (Sastrawijaya, 1991 dalam
disebabkan oleh masukan bahan organik Purnamaningtyas, 2014).
yang tinggi dari aktivitas daratan yang dapat Berdasarkan hasil analisis, konsentrasi
berupa erosi daratan, masukan limbah rumah kandungan fosfat pada stasiun pengukuran
tangga, limbah pertanian berupa sisa berkisar 0,016 ± 1,19 mg/L. Konsentrasi
pemupukan dan lainnya yang terbawa fosfat tertinggi ditemukan pada stasiun 1
langsung ke perairan laut ataupun melalui yaitu pada perairan pantai Harlem,
aliran sungai. Menurut Casali et al. (2007), sedangkan terendah pada stasiun 3 yaitu
dampak dari kegiatan pertanian akan pada perairan Pulau Dua yang berjarak
menghasilkan limpasan, sedimen nitrat dan cukup jauh dari wilayah pesisir. Menurut
fosfat. Selanjutnya Cloern (2001) Hutagalung dan Rozak (1997), pola sebaran
menyatakan bahwa hampir semua nitrat di yang menunjukkan konsentrasi yang lebih
perairan laut bersumber dari aliran sungai tinggi ke arah pantai ini disebabkan oleh
yang dihasilkan oleh aktivitas pertanian, dekatnya perairan dari sumber masukan
pertambakan, industri dan buangan rumah fosfat dari daratan. Pengaruh daratan
tangga atau limbah penduduk. terhadap masukan fosfat ke perairan tersebut
terlihat sangat besar.
Konsentrasi Fosfat (PO4-P)

Fosfat (PO4-P) merupakan salah satu


unsur esensial bagi metabolisme dan
pembentukan protein. Fosfat yang

Gambar 3. Konsentrasi fosfat di perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura

12
Konsentrasi Amoniak, Nitrat Dan Fosfat Di Perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura (Hamuna, B. et al.)

Konsentrasi fosfat yang diperoleh mengandung fosfat yang telah berlangsung


pada penelitian ini menandakan bahwa dalam waktu yang lama.
konsentrasi fosfat di perairan Distrik
Depapre telah melebihi standar baku mutu
air laut untuk biota laut sebagaimana dalam KESIMPULAN
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 2004, yaitu 0,015 mg/L. Berdasarkan hasil penelitian,
Sama halnya dengan konsentrasi nitrat, konsentrasi ammonia, nitrat dan fosfat pada
tingginya konsentrasi fosfat dapat berbahaya semua stasiun penelitian telah melampaui
bagi biota laut yang hidup dalam perairan. nilai ambang batas maksimum baku mutu
Sebagai imbasnya, potensi terjadinya yang telah ditetapkan dalam Keputusan
eutrofikasi atau ledakan populasi (blooming) Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51
alga sangat besar. Menurut Anhwange et al. tahun 2004. Konsentrasi ammonia berkisar
(2012) bahwa tingkat maksimum fosfat yang antara 0,8 ± 11,6 mg/L, konsentrasi nitrat
disarankan untuk sungai dan perairan yang berkisar antara 0,009 ± 0,54 mg/L, dan
telah dilaporkan adalah 0,1 mg/L. Perairan konsentrasi fosfat berkisar antara 0,016 ±
yang nilai konsentasi fosfatnya lebih dari 0,1 1,19 mg/L. Senyawa fosfat di perairan
mg/L sebagai perairan eutrof, dimana berasal dari sumber alami Sebagian besar
perairan ini sering terjadi blooming sumber pencemaran ammonia, nitrat dan
fitoplankton (Subarijanti, 2005 dalam fosfat di perairan Distrik Depapre berasal
Kadim et al., 2017). Kondisi tersebut dari hasil aktifikas masyarakat, melalui
selanjutnya dapat berpengaruh terhadap pembuangan limbah domestik rumah tangga
turunnya konsentrasi oksigen dalam badan hingga dampak dari aktifitas pertanian dan
air sehingga menyebabkan kematian ikan perkebunan. Selain itu, ammonia, nitrat dan
dan fosfat akan kembali terdeposisi ke dalam fosfat di perairan juga berasal dari sumber
pori sedimen melalui berbagai proses antara alami. Walaupun belum ada kasus terjadinya
lain sedimentasi dan adsorpsi (Carignan eutrofikasi di perairan Distrik Depapre,
1982 dalam Purnamaningtyas, 2014). namun kondisi tersebut sangat
Di perairan laut, fosfat berada dalam mengkhawatirkan karena ammonia, nitrat
bentuk anorganik dan organik terlarut serta dan fosfat dalam konsentrasi yang tinggi di
partikulat fosfat yang dibutuhkan untuk perairan, maka dipastikan akan
proses pertumbuhan dan metabolisme menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang
fitoplankton dan organisme laut lainnya sangat berbahaya bagi biota laut lainnya.
dalam menentukan kesuburan perairan,
kondisinya tidak stabil karena mudah
mengalami proses pengikisan, pelapukan DAFTAR PUSTAKA
dan pengenceran. Senyawa fosfat di perairan
berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, Affan, J. M. (2010). Analisis potensi
buangan dari hewan dan pelapukan sumberdaya laut dan kualitas perairan
tumbuhan serta hancuran bahan organik dan berdasarkan parameter fisika dan
mineral-mineral fosfat (Moriber, 1974 kimia di pantai timur. Kabupaten
dalam Affan, 2010). Selain secara alami dan Bangka Tengah. Jurnal Spektra, 10(2),
melihat kondisi sekitar lokasi penelitian 99-113.
yang belum terdapatnya kawasan industri,
maka sumber fosfat di perairan Distrik Anhwange, B. A., Agbaji, E. B., & Gimba,
Depapre diduga juga bersumber dari hasil E. C. (2012). Impact assessment of
aktifitas manusia, seperti buangan limbah human activities and seasonal
domestik dan kegiatan lainnya serta variation on River Benue, within
limpahan air dari aktifitas pertanian atau Makurdi Metropolis. International
perkebunan masyarakat yang banyak

13
EnviroScienteae Vol. 14 No. 1, April 2018: 8-15

journal of Science and


Technology, 2(5), 248-254. Gholizadeh, M. H., Melesse, A. M., &
Reddi, L. (2016). A comprehensive
Bonnin, E. P., Biddinger, E. J., & Botte, G. review on water quality parameters
G. (2008). Effect of catalyst on estimation using remote sensing
electrolysis of ammonia techniques. Sensors, 16(8), 1298.
effluents. Journal of Power
Sources, 182(1), 284-290. Gypens, N., Borges, A. V., & Lancelot, C.
(2009). Effect of eutrophication on
Casalí, J., Giménez, R., Díez, J., Álvarez- air±sea CO2 fluxes in the coastal
Mozos, J., de Lersundi, J. D. V., Goñi, Southern North Sea: a model study of
M., Campo, M. A., Chahor, Y., the past 50 years. Global Change
Gastesi, R., & López, J. (2010). Biology, 15(4), 1040-1056.
Sediment production and water quality
of watersheds with contrasting land Hutagalung, H. P., Setiapermana, D., &
use in Navarre (Spain). Agricultural Riyono, S. H. (1997). Metode analisis
Water Management, 97(10), 1683- air laut, sedimen dan biota. (Buku, 2).
1694. P2O (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oceanologi). Jakarta:
Cloern, J. E. (2001). Our evolving Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
conceptual model of the coastal (LIPI).
eutrophication problem. Marine
ecology progress series, 210, 223-253. Jones-Lee, A., & Lee, F. G. (2005).
Eutrophication (Excessive
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air, bagi Fertilization), water encyclopedia:
pengelolaan sumber daya dan surface and agricultural water.
lingkungan perairan. Cetakan Kelima. Hoboken, NJ: Wiley, p.107-114.
Yogjakarta: Kanisius.
Kadim, M. K., Pasisingi, N., & Paramata, A.
Erari, S. S., Mangimbulude, J., & Lewerissa, R. (2017). Kajian kualitas perairan
K. (2012). Pencemaran Organik di Teluk Gorontalo dengan
Perairan Pesisir Pantai Teluk Youtefa menggunakan metode
Kota Jayapura, Papua. In Prosiding STORET. DEPIK Jurnal Ilmu-Ilmu
Seminar Nasional Kimia Unesa. (pp. Perairan, Pesisir dan Perikanan, 6(3),
327-340). Surabaya, 25 Pebruari 2012. 235-241.

Fathurrahman, F., & Aunurohim, A. (2014). Kementerian Negara Lingkungan Hidup.


Kajian Komposisi Fitoplankton Dan (2004). Keputusan menteri negara
Hubungannya Dengan Lokasi lingkungan hidup no: 51 tahun 2004
Budidaya Kerang Mutiara (Pinctada tentang baku mutu air laut. Deputi
Maxima) Di Perairan Sekotong, Nusa Menteri Lingkungan Hidup: Bidang
Tenggara Barat. Jurnal Sains dan Seni Kebijakan dan Kelembagaan LH
ITS, 3(2), E93-E98. Jakarta.

Gemilang, W. A., & Kusumah, G. (2017). Marlian, N. (2016). Analisis variasi


Status Indeks Pencemaran Perairan konsentrasi unsur hara nitrogen, fosfat
Kawasan Mangrove Berdasarkan dan silikat (N, P dan Si) di Perairan
Penilaian Fisika-Kimia Di Pesisir Teluk Meulaboh Aceh Barat. Acta
Kecamatan Brebes Jawa Tengah. Aquatica: Aquatic Sciences
EnviroScienteae, 13(2), 171-180. Journal, 3(1).

14
Konsentrasi Amoniak, Nitrat Dan Fosfat Di Perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura (Hamuna, B. et al.)

Murtiono, L. H., Yunianto, D., & Nuraini,


W. (2016). Analisis kesesuaian lahan
budidaya kerapu sistem keramba
jaring apung dengan aplikasi sistem
informasi geografis di perairan Teluk
Ambon Dalam. Jurnal Teknologi
Budidaya Laut, 6, 1-16.

Purnamaningtyas, S. E. (2014). Distribusi


Konsentrasi Oksigen, Nitrogen Dan
Fosfat Di Waduk Saguling, Jawa
Barat. LIMNOTEK-Perairan Darat
Tropis di Indonesia, 21(2), 125-134.

Risamasu, F. J., & Prayitno, H. B. (2012).


Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat
dan Silikat di Perairan Kepulauan
Matasiri, Kalimantan Selatan. ILMU
KELAUTAN: Indonesian Journal of
Marine Sciences, 16(3), 135-142.

Santoso, A. D. (2011). Kualitas Nutrien


Perairan Teluk Hurun,
Lampung. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 7(2), 140-144.

Silalahi, H. N., Manaf, M., & Alianto, A.


(2017). Status mutu kualitas air laut
pantai maruni kabupaten
manokwari. Jurnal Sumberdaya
Akuatik Indopasifik, 1(1), 33-42.

Widiadmoko, W. (2013). Pemantauan


Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia
di Perairan Teluk Hurun. Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung. Politeknik Negeri
Lampung. Bandar Lampung.

15

Anda mungkin juga menyukai