USULAN PENELITIAN
Latar Belakang
Kualitas air adalah kadar, mutu, tingkat baik buruknya sesuatu (tentang
barang dan sebagainya). Kualitas suatu perairan dapat diketahui dengan mengukur
parameter fisika, kimia dan biologi perairan tersebut. Parameter fisika antara lain
parameter kimia antara lain seperti salinitas, derajat keasaman atau pH, oksigen
kelimpahan plankton. Zat hara atau nutrien utama yang digunakan untuk
mengetahui kualitas perairan yaitu nitrogen (N) dan fosfat (P).Di laut, nitrogen
terdapat dalam bentuk nitrogen molekular sebagai garam inorganik (nitrat, nitrit
senyawa tersebut adalah bentuk nutrien yang siap digunakan oleh fitoplankton
musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir, bahkan timbulnya jenis penyakit
gejala-gejala negatif yang secara dominan dari faktor manusia itu sendiri.
Pencemaran serta tercemarnya air sungai tidak hanya merugikan masyarakat yang
mendiami daerah bantaran sungai saja akan tetapi layaknya seperti air sungai yang
mengalir dari hulu ke hilir yang berarti turut membawa dampak-dampak negatif
tertentu sehingga tidak memenuhi baku mutu atau tidak dapat digunakan untuk
keperluan tertentu. Jadi pencemaran tidak hanya tergantung kepada wujud dari
bahan pencemar, namun juga tergantung kepada tujuan penggunaan air tersebut.
Masuknya bahan pencemar kedalam sungai dapat mengubah kondisi fisika dan
karena spesies yang ada dalam lingkungan tersebut tidak semua toleran terhadap
Bioindikator atau indikator biologis adalah jenis atau populasi makhluk hidup,
hewan, tumbuhan atau mikro- organisme yang kehadiran dan vitalitasnya dapat
parameter fisika dan kimia Salah satu biota yang memiliki peranan penting di
dalam perairan dan dapat dijadikan sebagai indikator biologi adalah plankton
kualitas lingkungan pada waktu tertentu. Indikator biologi dapat memantau secara
terhadap pencemaran air selain indikator kimia dan fisika. Organisme perairan
umurnya yang relatif lama mendiami suatu wilayah perairan. Dalam hal ini
(Effendi, 2003).
Bioindikator berasal dari dua kata yaitu bio dan indicator, bio artinya
mahluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan mikroba. Sedangkan indicator artinya
variable yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan
terjadi dari waktu ke waktu. jadi bioindikator adalah komponen biotik (mahluk
biotis yang dapat menunjukkan waktu dan lokasi, kondisi alam (bencana alam),
serta perubahan kualitas lingkungan yang telah terjadi karena aktifitas manusia.
lingkungan dan juga merupakan alat penting untuk mendeteksi perubahan dalam
alami suatu wilayah tertentu atau tingkat / tingkat kontaminasi (Aswafi, 2004).
selain sebagai dasar dari rantai makanan (primary producer) juga merupakan
salah satu parameter tingkat kesuburan suatu perairan. Keberadaan fitoplankton
memegang peranan penting dalam mata rantai makanan. Dominasi suatu jenis
fitoplankton pada badan air ditentukan oleh perbandingan jenis nutrien yang
telarut dalam badan air. Hal ini disebabkan setiap jenis fitoplankton mempunyai
respon yang berbeda terhadap pebandingan jenis nutrien yang ada terutama
nitrogen dan fosfor dalam badan air. Kelimpahan fitoplankton memiliki hubungan
tinggi pula. Meskipun lokasi pengamatan relatif berdekatan dan berasal dari massa
air yang sama, namun berbagai faktor seperti angin, arus, suhu, kedalaman dan
produsen primer yang menghasilkan bahan organik serta oksigen yang bermanfaat
tersebut berubah diantaranya pariwisata yang tidak sesuai dengan kaidah yang
seperti itu.
Salah satu cara untuk memantau kualitas air adalah melakukan pengukuran
produsen primer yang menghasilkan bahan organik serta oksigen yang bermanfaat
ini adalah :
Parparean?
Kabupaten Toba Samosir yang dibuka pada tahun 2018. Daerah wisata tidak luput
dari limbah domestik usaha dan juga sampah. Dilakukannya pengukuran kualitas
air ini untuk mengtahui status kualitas air dan hubungannya dengan keberadaan
Aktivitas manusia :
Perikanan tangkap
Pariwisata
Kualitas Parairan
Parameter biologi
Parameter Fisika – Kimia :
Fitoplankton
Suhu
Nitrogen total
Kecerahan perairan Identifikasi Fitoplankton
pH
Oksigen terlarut (DO)
Kecepatan Arus Analisis Data :
Fosfat Kelimpahan
Keanekaragaman
Keseragaman
Hubungan struktur komunitas Dominansi
fitoplankton dengan kualitas air
di Perairan Pantai Pasir Putih
Parparean Kabupaten Toba
Samosir.
air di Perairan Pantai Pasir Putih Parparean Kecamatan Porsea Kabupaten Toba
Samosir.
Manfaat penelitian
pariwisata setempat.
kualitas air pantai pasir putih di Pantai Pasir Putih Parparean Kecamatan
Deskripsi Lokasi
Secara Geografis Kabupaten Samosir terletak pada 20 24‘ – 20 25‘
Lintang Utara dan 980 21‘ – 990 55‘ BT. Secara Administratif Wilayah
Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh Kabupaten, yaitu di sebelah Utara berbatasan
hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir pada tahun 2003 berdasarkan hasil
Curah hujan tertinggi terjadi bulan November dengan rata-rata 440 mm dengan
jumlah hari hujan sebanyak 15 hari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni
sampai Agustus berkisar dari 31 sampai dengan 56 mm per bulan, dengan hari
hujan 5 sampai 7 hari. Kecamatan yang tertinggi rata-rata curah hujannya adalah
Harian sebesar 302 mm, sedangkan yang terendah adalah Nainggolan rata-rata
oleh arus. Sifat umum plankton, diantaranya plankton bergerak sedikit dengan
bantuan cilia/flagel tetapi tidak mempunyai daya menentang arus, dengan kata
Peristiwa melayang pada plankton dapat terjadi karena plankton dapat mengatur
berat jenis tubuhnya agar sama dengan berat jenis media (air), dengan cara
jenis fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang blooming,
organisme pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima
oleh perairan. Ini disebabkan karena fitoplankton adalah organisme pertama yang
yang terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya beban masukan yang ada
akan menyebabkan perubahan pada komposisi, kelimpahan, dan distribusi dari
produsen primer yang menghasilkan bahan organik serta oksigen yang bermanfaat
Suhu
kehidupan organisme suatu perairan. Standar baku mutu suhu menurut KepMen
LH No. 51 Tahun 2004 untuk biota laut adalah 28 - 32 oC. Suhu ekosistem air
Nitrogen Total
menuju ke arah pantai. Kisaran kadar nitrat 0,3-0,9 mg/l cukup untuk
Kecerahan
spektrum yang terlibat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak
lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai
nilai kecerahan suatu perairan, berarti dapat mengetahui pula sampai dimana
masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam perairan. Berkaitan dengan
keadaan nilai kecerahan yang diamati dapat dikatakan bahwa memiliki nilai
pH
8,5. Nilai pH ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologis
misalnya fotosintesis dan respirasi organisme, suhu dan keberadaan ion-ion dalam
DO (Dissolved Oxygen)
menetapkan nilai ambang batas oksigen terlarut untuk kehidupan biota laut adalah
≥ 5 ppm. Pada umumnya kandungan oksigen sebesar 5 ppm dengan suhu air
berkisar antara 20-30 oC relatif masih baik untuk kehidupan ikan-ikan, bahkan
apabila dalam perairan tidak terdapat senyawa-senyawa yang bersifat toksik (tidak
kehidupan organisme perairan. Kadar oksigen terlarut di dalam massa air yang
Kecepatan Arus
vertikal massa air. Secara umum, arus laut yang mempengaruhi karakteristik
perairan di Indonesia adalah arus laut yang dibangkitkan oleh angin dan pasut.
Arus-arus laut di kedalaman laut yang lebih dalam lebih banyak dipengaruhi oleh
keadaan pasang surut dan sifat-sifat fisik lainnya seperti perbedaan temperatur,
Fosfat
tersebut. Unsur fosfat sering dijadikan sebagai faktor pembatas di dalam suatu
perairan karena unsur ini dibutuhkan oleh fitoplankton dalam jumlah yang besar,
perairan yang oligotrofik, 0,01-0,03 adalah mesotrofik dan 0,03-0,1 mg/L adalah
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli yang
Samosir.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning
sebagai transportasi dalam pengambilan sampel, plankton net dengan mesh size
perairan, botol sampel 100ml sebagai tempat sampel, mikroskop untuk mengamati
sampel plankton, SRC (Sedgwick Rafter Counter Cell) sebagai tempat untuk
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air yang akan
ujung pantai pasir putih parparean. Stasiun II daerah tengah pantai pasir putih
parparean. Stasiun III daerah ujung yang airnya mengalir ke arah aliran sigura-
sigura. Pengambilan sampel plankton dilakukan sebanyak tiga kali dengan rentang
waktu sekali dalam dua minggu. Pengambilan sampel dilakukan di setiap stasiun
sebanyak tiga kali pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB karena untuk melihat
sampling aktif dengan cara menyaring air menggunakan plankton net dengan
Disetiap stasiun, plankton net pada suatu titik, ditarik menuju ke titik lain
menggunakan perahu nelayan. Plankton net ditarik untuk jarak 30 meter. Sampel
air hasil penyaringan dimasukkan dalam botol sampel 100 ml kemudian diberikan
lugol sebanyak 4 tetes, kemudian ditutup rapat dan diberi label. Selanjutnya botol
perlahan namun thermometer tersebut masih menyentuh air dan kemudian diamati
diukur secara manual dengan menggunakan bola duga dan stopwatch serta
meteran, pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter sedangkan
nitrogen total dilakukan dengan Uji Lab di Laboratorium. Air sampel diambil
sebanyak ± 1 L dari setiap stasiun untuk dilakukan uji untuk mengetahui nilai
fosfat dan nitrogen total. Kemudian sampel air tersebut disimpan dalam container
box.
dilakukan homogenisasi dengan cara mengocok botol sampel agar tidak ada yang
diteteskan pada Sedgewick Rafter Counting (SRC) dan diamati dengan mikroskop
Analisis Data
Dimana :
Keterangan :
H’ = Keanekaragaman jenis
Dimana:
sedang).
(keanekaragaman tinggi).
H’ = Indeks keragaman
Hmax = log2 S
dengan ketentuan:
Dimana :
C = Indeks Dominansi
s = jumlah jenis
Kriteria indeks dominasi menurut Krebs (1985) adalah :
Fi = Pi / ∑P
Keterangan:
Fi = frekuensi jenis
Keterangan:
Fi = frekuensi jenis i
Metode Storet
(2013) :
Keterangan :
untuk menentukan status perairan yang diukur dengan formula Sagala (2013) :
X = (C + 3D - B – 3A) / (A + B + C + D)
masyarakat umum untuk memperoleh data kualitas air yang kompleks. Metode
Kriteria :
sejumlah besar variabel, maka dengan analisis ini peneliti tersebut dapat
sehingga bisa diperoleh dimensi yang lebih sedikit namun memberikan informasi
Ira. 2014. Kajian Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia di
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu
Perikanan dan Sumberdaya Perairan. 119-123.
Kusumawati, I., F. Diana, L. Humaira. 2018. Studi Kualitas Air Budidaya Latoh
(Caulerpa racemosa) di Perairan Lhok Bubon Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Akuakultura. 2(1): 2579-4752.
Sugianto, D. N dan Agus, ADS. 2007. Studi Pola Sirkulasi Arus Laut di Perairan
Panta Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Ilmu Kelautan. 12(2):79-92.