Anda di halaman 1dari 9

Pengukuran Faktor Fisik Kimia dan Jenis Organisme Sungai Tungkal Tanjung

Jabung Timur

Ika Thalia Nissa1*, Andre Yendriko1, Agria Yolanda1, Yulia Sari1, Naritha Gina1
Mahasiswa Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi, Jambi1*
Kampus Pinang Masak, Jln. Raya Jambi-Muaro Bulian KM.15 Mendalo Darat-36361
Email : ikathalian@gmail.com

ABSTRACT

Sungai merupakan salah satu tipe ekosistem perairan umum, salah satu ekosistem air tawar yang
memiliki karakteristik aliran air yang besar dan memanjang. Kehadiran organisme di daerah sungai
dipengaruhi oleh factor fisik kimia . Penelitian dilaksanakan Pelabuhan penyebrangan Roro Kuala
Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kota Jambi pada oktober 2017 dengan metode analisis
langsung kelapangan. Parameter yang dilakukan untuk mengetahui factor fisik kimia dalam praktikum
ini adalah menentukan suhu udara, suhu air, ph air, salinitas kelembaban udara, BOD, DO, kedalaman
dan intensitas cahaya.

Dari pengamatan lapangan sungai ini dipengaruhi oleh pasang surut yang berpengaruh terhadap kadar
salinitas dan suhu yang terdapat di perairan, dengan nilai DO 3 mg/L dan nilai BOD 4,5 mg/l. Selain
itu, terdapat 5 jenis organisme yang ditemukan pada Sungai Pengabuan yakni Chonerhinos naritus,
Balanus sp., Littorini sp., Euglena sp. dan Merismopedia.

Key Word : sungai, factor fisik & kimia, organisme

PENDAHULUAN
Sungai merupakan salah satu ekosistem baik oleh aktifitas alam maupun
air tawar yang memiliki karakteristik aktifitas manusia di Daerah Aliran
aliran air yang besar dan memanjang yang Sungai (DAS).
mengalir secara terus-menerus dari hulu Kuala tungkal memiliki jenis
menuju hilir dan selalu berubah dari sungai yang relatif besar dan masuk
waktu ke waktu atau bersifat dinamis dalam kawasan pantai Timur Sumatra
bergantung dengan kondisi lingkungan. dan bermuara langsung ke selat berhala
Sungai merupakan salah satu tipe diantaranya yaitu, sungai pengabuan,
ekosistem perairan umum yang sungai tungkal, sungai betara dan sungai
memiliki peranan penting bagi kecil lainnya. Sungai pengabuan terletak
kehidupan biota dan juga kebutuhan di perbatasan darat langsung dengan
manusia untuk berbagai macam provinsi Riau tepatnya berbatasan dengan
kegiatan seperti transportasi dan industri dua kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir
yang dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kecamatan Reteh dan kecamatan Kota

1
Baru, Kuala Tungkal kabupaten Tanjung Tempat dan Waktu Pengamatan
Jabung Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Sungai pengabuan merupakan Oktober 2017 di Pelabuhan penyebrangan
sungai yang langsung berbatasan Roro Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung
dengan laut dan memiliki sistem Jabung Barat, Kota Jambi. Alat yang
perairan hulu, yang dipengaruhi oleh digunakan dalam penelitian ini adalah
pasang surut sehingga berkaitan dengan Thermometer, pH meter, Higrometer,

kualitas air (Tanjabbarkab, 2017). Secchy disk, Refraktometer, Lux meter,


DO Kit, penggaris, botol gelap, botol
Kehadiran organisme di daerah sungai
sampel, alat tulis, planktonet, ziplock
merupakan salah satu faktor pendukung
plastik dan alat tangkap ikan. Bahan yang
yang penting dalam ekosistem sungai,
digunakan dalam penelitian ini adalah
tentunya kehadiran organisme
alkohol 70%, formalin 10%, aquades,
berpegaruh pada kondisi lingkungan
BOD kit dan buku-buku Identifikasi
yang ada di daerah sungai. Terutama
plankton. Sedangkan parameter yang
kondisi fisik dan kimia yang
diamati pada penelitian adalah:
mendukung keberlangsungan hidup
a. Pengukuran Faktor Fisika Kimia
organisme. Ada beberapa parameter
Air
yang mempengaruhi kualitas fisik dan
Pengukuran suhu, kelembaban udara,
kimia air yaitu diantaranya suhu, salinitas, kecerahan, DO dan pH, dan
salinitas, nilai DO, pH dan lainnya yang warna air ditentukan secara visual
berpengaruh terhadap keberlangsungan langsung di lapangan. Sedangkan
hidup organisme sungai. untuk BOD dianalisis di
Hal inilah yang mendasari Laboratorium Bioteknologi dan
dilakukannya pengamatan faktor fisik Rekayasa.
dan kimia serta mengamati jenis b. Pengamatan Organisme Sungai
organisme yang terdapat pada ekosistem Pengamatan keberadaan organisme
sungai, dengan tujuan untuk mengetahui dilakukan pada bagian tepi kawasan
dan menambah informasi terkait dengan ekosistem danau. Untuk

ekosistem yang terdapat di daerah penangkapan jenis hewan dilakukan

sungai pengabuan kuala tungkal, secara aktif dengan menggunakan

kabupaten Tanjung Jabung Barat. insect net / jaring serangga.


Spesimen yang tertangkap dimasukkan
METODE PENELITIAN
kedalam kedalam botol sampel yang

2
berisi alkohol 70 %. Pengamatan plankton Tabel 1. Hasil sampling organisme sungai

dilakukan di Laboratorium Bioteknologi


Pembahasan
dan Rekayasa.
Berdasarkan pengamatan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan pada faktor fisik dan kimia
Hasil
di sungai pengabuan, didapatkan hasil
Setelah dilakukan penelitian di Sungai
yang tentunya dapat dijadikan sebagai
Pengabuan Kuala Tungkal, kabupaten
salah satu faktor pendukung dan faktor
Tanjung Jabung Barat maka didapat
penentu terhadap kehadiran organisme
hasil pengukuran parameter kualitas air
serta penentuan kualitas air yang
sebagai berikut:
Nilai
terdapat pada sungai tersebut. Pada
No Parameter Ket
/satuan pengukuran faktor fisik terdapat
Analisis di
1 Suhu udara 30°C beberapa parameter yaitu pada
lapangan
Analisis di pengukuran suhu udara dan suhu di air
2 Suhu air 29°C
lapangan
Analisis di didapatkan hasil bahwa suhu berkisar
3 pH air 6,9
lapangan antara 29-30°C, rentang suhu yang
Analisis di
4 Salinitas 1
lapangan didapatkan merupakan suhu yang
Kelembaban Analisis di
5 75% optimal dan layak untuk mendukung
udara lapangan

6 BOD
4,5 mg/L Analisis di keberadaan organisme yang mendiami
O2 Lab
Analisis di sungai ini, terutama pada keberadaan
7 DO 3 mg/L
Lab fitoplankton dan ikan, hal ini sesuai
Analisis di
8 Kedalaman 49 cm dengan (Nurhayati dan suyarso, 2008)
lapangan
Analisis di
9 Intensitas cahaya 2182 lux bahwa nilai rentang suhu air pada
lapangan
Tabel 1. Hasil analisa faktor fisik-kimia sungai yaitu berkisar 29,75-31°C.
Sedangkan faktor biologi, meliputi jenis Selain itu suhu juga memiliki
organisme yang di peroleh pada saat pengaruh penting terhadap perairan
praktikum di Sungai Pengabuan, Kuala yaitu terkait dengan produktivitas
Tungkal Tanjung Jabung Barat yaitu: perairan, aktivitas organisme serta
mempengaruhi metabolisme dan
No Famili Jenis Jumlah perkembangan organisme (Islami,
Chonerhinos
1 Tetraodontidae 1
naritus 2013). Selain itu biasanya suhu juga
2 2
3 1 berpengaruh pada kadar salinitas air,
4 Euglenaceae Euglena sp. 1
5 Chroccocalles Merismopedia 1 dimana semakin tinggi suhu semakin

3
tinggi salinitas yang diperoleh karena (Salinitas) yang terkandung pada air,
disebabkan oleh semakin tingginya dimana semakin tinggi jarak pasang
evaporasi yang dihasilkan, nilai salinitas maka semakin banyak input air yang
yang dimiliki perairan air tawar yang masuk dan bercampur pada daerah
kondisinya dekat dengan laut yaitu 1%. muara sungai, sedangkan semakin
Nilai yang dihasilkan pada saat rendah jarak surut maka semakin sedikit
pengamatan yaitu 1% hal ini sesuai input air atau terjadinya penurunan air
dengan kadar maksimal nilai salinitas pada daerah muara sungai, sehingga hal
air tawar yang posisinya berdekatan ini yang mempengaruhi kondisi salinitas
dengan laut. Selain itu kondisi pasang pada daerah muara sungai pengabuan.
surut juga mempengaruhi pada kondisi Penentuan kualitas air tentunya
sungai ini dimana posisi letak sungai berpengaruh pada faktor kimia yang
pada saat pengamatan yaitu di daerah menjadi penentu yaitu pada pengukuran
muara sungai yang berbatasan langsung pH, DO dan BOD. Hal ini tentunya
dengan laut, dimana daerah pasang memiliki pengaruh yang besar karena
surut sangat memiliki peran besar berkaitan dengan tingkat kualitas
terhadap pengaruh suhu dan salinitas, perairan yang berdampak pada
pada saat pengamatan berlangsung kelangsugan hidup organisme dan
sedang terjadi surut dengan nilai aktivitas manusia yang masih
ketinggian surut 1,6 meter, pada suhu menggunakan air sungai sebagai sumber
30°C didapatkan nilai salinitas 1%, hal air utama.
ini tentunya memiliki pengaruh anatra Pada pengukuran pH air
satu dengan yang lain dimana kondisi didapatkan nilai 6,9, dapat
surut akan menyebabkan turunnya dikategorikan bahwa nilai keasaman
kondisi permukaan air laut sehingga yang diperoleh masih normal dan masih
tingkat salinitas air juga menurun dan memenuhi syarat sebagai air yang
dihasilkan nilai salinitas yang rendah masih dapat digunakan sebagai sumber
pada saat pengamatan yang dilakukan air yang digunakan untuk aktivitas
pada daerah muara sungai pengabuan. manusia, dimana menurut Mahyudin
Hal ini didukung oleh Salamun (2006) (2015) bahwa nilai kisaran pH air
bahwa tingkat pasang surut akan sungai yaitu berkisar 6,5-7,5 dan
berpengaruh pada kondisi kadar garam dipengaruhi oleh adanya kandungan

4
bahan organik dan anorganik yang berada di perairan. Sedangkan pada
berada pada sungai yang mempengaruhi faktor kimia BOD (Biological oxygen
tingkat keasaman suatu perairan. demand) menunjukkan jumlah oksigen
Pengukuran intensitas cahaya terlarut yang dibutuhkan oleh organisme
juga mempengaruhi terhadap organisme hidup untuk memecah atau
yanng terdapat di perairan salah satunya mengoksidasi bahan - bahan buangan di
pada fitoplankton yang memerlukan dalam air.
cahaya sebagai pendukung terhadap Nilai konsentrasi BOD
produktivitas primer. berdasarkan perbandingan kriteria kelas
Pengukuran faktor kimia lain baku mutu air menurut PP No. 82
yang mempengaruh kualitas air sungai Tahun 2001 yaitu terbagi atas 4 kategori
yaitu nilai DO dan BOD, pada dimana masing-masing kategori
pengamatan nilai DO (Dissolved memiliki rentang nilai batasan, apabila
oxygen) sangat berpengaruh terhadap dikaitkan dengan hasil yang didapatkan
kualitas perairan sungai sesuai dengan yaitu 4,5 mg/l bahwa berdasarkan nilai
pendapat Mahyudi (2015) menegaskan batas ambang mutu BOD sungai
bahwa kandungan nilai oksigen terlarut kategori II sebesar 3 mg/L, hal ini
berkisar antara 6-8 mg/l, makin rendah menandakan bahwa hasil yang
nilai DO (Dissolved Oxygen) maka diperoleh tidak sesuai dengan syarat
makin tinggi tingkat pencemaran mutu yang ditetapkan, dapat dikatakan
ekosistem tersebut, pada pengamatan bahwa mutu air yang terdapat pada
yang dilakukan didapatkan nilai DO daerah sungai pengabuan tidak dapat
yaitu 3 mg/L, hal ini apabila dikaitkan dikatakan layak memenuhi syarat mutu
dengan syarat yang ditetapkan bahwa air peruntukannya dapat digunakan
nilai DO yang dihasilkan tidak sesuai untuk prasarana/sarana rekreasi air,
atau tidak memenuhi nilai syarat yang pembudidayaan ikan air tawar,
telah ditetapkan sehingga dapat peternakan ,air untuk mengairi
dikatakan bahwa tingkat penurunan pertanaman, dan atau peruntukkan lain
oksigen tinggi akibat meningkatnya yang mempersyaratkan mutu air yang
pencemaran air tinggi pada daerah sama dengan kegunaan tersebut. Hal ini
sungai, hal ini berdampak pada dapat dipengaruhi oleh tingginya faktor
menurunnya jumlah organisme yang cemaran yang terjadi pada perairan,

5
sehingga menyebabkan nilai BOD dan 2015). Seluruh organisme yang menjadi
DO yang rendah dan tidak memenuhi makanan alami ikan buntal tidak hanya

standar mutu yang ditetapkan. tersedia dari dalam perairan namun juga
dari daerah mangrove yang terdapat
Ada 5 organisme yang
berbagai jenis crustaceae salah satunya
ditemukan selama pengamatan yakni
kepiting.
Chonerhinos naritus, Balanus sp.,
Balanus sp. atau Teritip merupakan
Littorini sp., Euglena sp. dan
kelompok hewan yang masuk ke dalam
Merismopedia. Chonerhinos naritus atau golongan crustacea. Hewan ini bertelur dan
ikan buntal kuning merupakan salah satu
larvanya bersifat planktonik. Ketika larva
jenis ikan buntal yang biasa ditemukan di telah menemukan cangkang yang sesuai,
perairan tawar. Ikan buntal kuning tersebar
teritip akan menetap, sesil dan tidak
di beberapa Negara asia seperti China, berpindah-pindah. Di lokasi praktikum
Thailand, India, Vietnam, Myanmar,
lapangan, teritip ditemukan menempel pada
Malaysia dan Indonesia . Ikan ini sering beton yang menjadi bagian dari pelabuhan
ditemukan pada daerah pesisir seta di
roro. Teritip hanya dapat hidup diperairan
sekitaran area mangrove. Menurut Nasir et asin dan sebagian hidup di daerah intertidal
al (2017) pada bagian air payau sepanjang
(daerah pasang surut) (Puspasari et al,
sungai merupakan tempat tumbuh dan 2000). sungai pelabuhan roro merupakan
berkembang bagi larva dan juvenile ikan
daerah perairan payau yang dipengaruhi
buntal kuning sedangkan ketika dewasa oleh pasang surut air dan salinitas yang
ikan buntal kuning akan menuju ke pesisir
rendah dimana pada kondisi ini teritip
atau laut terbuka. Hal ini disebabkan karena mampu hidup dengan baik. Teritip yang
saat ikan buntal kuning akan bertelur, ikan
menempel pada bangunan pelabuhan dan
ini akan menuju ke hulu sungai dimana kapal menjadi salah satu dampak negatif
kadar salinitasnya lebih rendah
keberadaan teritip karena semakin lama
dibandingkan daerah pesisir. teritip yang menempel akan menyebabkan
Keberadaan dari ikan buntal kuning
bangunan pelabuhan dan besi dari kapal
sangat dipengaruhi oleh keberadaan menjadi lapuk dan akhirnya hancur.
organisme lain pada perairan. Makanan
Littorina sp. merupakan hewan yang
alami dari ikan buntal kuning adalah jenis- termasuk dalam golongan gastropoda.
jenis ikan (Sciaenidae dan Sillaginedae),
Biasanya, Littorina sp. dapat ditemukan
makanan pelengkap adalah udang-udangan pada daerah pasang surut seperti perairan
(Penaeus), makanan tambahan adalah siput
payau, ekosistem mangrove dan pesisir
(Phasianella), makanan pengganti adalah (Tupan, 2009). Littorina sp. memiliki
kepiting (Charybdissp.) (Abidin dan Aklis,

6
ukuran tubuh atau cangkang yang kecil Selanjutnya, alga Merismopedia sp.
yakni sekitar ±2,5 cm dan pola yang tidak merupakan alga yang termasuk kedalam
terlalu jelas. Peran ekologi dari gastropoda golongan Cyanophyta atau alga hijau biru.
adalah sebagai pengontrol populasi Alga ini ditemukan di perairan tawar yang
makroalga. Kestabilan populasi makroalga tenang dan juga diperairan payau. Sel-sel
dapat dijaga dengan adanya keberadaan Merismopedia berbentuk bulat atau elips
Gastropoda seperti Littorina sp. terutama dan memiliki panjang 3-6 μm dan lebar 4,5
sebagai bahan makanannya. Selain itu, μm. Sel tersebut umumnya ditemukan
Littorina sp. juga berperan sebagai dalam bentuk colonial- coenobic, yaitu
dekomposer pada suatu ekosistem perairan. koloni dengan bentuk organisasi sel yang
Ada 2 jenis alga yang ditemukan, teratur (John et al, 2002). Pada ekosistem,
Salah satunya adalah Euglena sp. Alga ini Merismopedia sp. memiliki peran sebagai
termasuk kedalam divisi Euglenophyta produsen serta penghasil senyawa yang
yakni organisme bersel tunggal dengan bermanfaat bagi organisme lain di perairan
susunan sel eukariota. Alga ini dapat hidup (Bell, 1992).
diperairan tawar maupun payau yang kaya
akan bahan-bahan organik. Euglena sp. KESIMPULAN
memiliki bentuk tubuh yang
Berdasarkan pengamatan faktor fisik
menggelendong dengan ujung berbentuk
kimia yang di lakukan di sungai
meruncing, tubuhnya dilapisi dengan
pengabuan diketahui bahwa sungai ini
pelikel berbeda dengan tumbuhan yang
dipengaruhi oleh pasang surut yang
lapisan terluarnya (dinding sel) dilapisi
dengan selulosa, dan seharusnya memiliki 2 berpengaruh terhadap kadar salinitas

buah atau lebih flagel yang muncul pada dan suhu yang terdapat di perairan.
bagian lubang apikal. Namun saat Sedangkan untuk pengukuran nilai DO
pengamatan yang dilakukan dengan dan BOD pada perairan, didapatkan
menggunakan mikroskop flagel ini tidak indikasi bahwa kualitas air menurun
tampak dengan jelas sehingga terlihat tidak atau telah tercemar yang ditunjukkan
memiliki flagel. Ciri khas Euglena sp yaitu dengan nilai DO 3 mg/L dan nilai BOD
dapat bergerak dengan cepat dan memiliki
4,5 mg/l yang melebihi baku mutu
tipe klorofil a, b, dan karoten (Kasrina et
berdasarkan mutu air sungai
al, 2012). Dalam rantai makanan, Euglena
berdasarkan Peraturan Pemerintah
sp. merupakan salah satu organisme yang
NO.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
berada pada tingkat produsen karena
bersifat autotrof. Kualitas Air.

7
Selain itu, terdapat 5 jenis organisme Kota Kepanjen Kabupaten
yang ditemukan pada Sungai Pengabuan Malang. Jurnal P-AL. Vol 6
yakni Chonerhinos naritus, Balanus sp., (2):1-10
Littorini sp., Euglena sp. dan Nasir,A., Samsur,M., Mohammed,M. 2017.
Merismopedia. The status of yellow pufferfish,
Xenopterus naritus from the
Southwest coast of Sarawak,
DAFTAR PUSTAKA
Northwestern Borneo, Malaysia.
Abidin Dan Aklis. 2015. Kebiasaan
Jurnal Bioflux. Vol. 10(3).
Makanan Alami Ikan Buntal
Kuning (Chonerhinos Naritus) Nurhayati dan Suyarso. 2008.
Diestuari Sungai Indragiri, Riau. Gambaran Oseanografi dan
Jurnal Btl. Vol. 13 (1). Hal : 11-14 Variabilitas Lingkungan di
Bell, PR. 1992. Green plants their origin Perairan Cirebon, Jawa Barat.
and diversity. Portland : Sioscorides Oseanologi dan Limnologi di
press. Indonesia.
Puspasari, Yamaguchi, dan Angsupanich.
Islami M, M. 2013. Pengaruh Suhu dan
2000. Reexamination of a little
Salinitas terhadap Bivalvia.
known mangrove barnacle. Sessile
Jurnal Oseana. Vol 38 (2):1-10
organism. Vol 13. Hal : 1-13
John, D.M., B.A. Witthon., A.J. Brook.
2002. The freshwater algal flora of Salamun.2008. Instrusi Air Laut Sungai
the British. England : Cambridge Gangsa. Jurnal Teknik Keairan.
University press. Vol 1 (1)
Tanjabbarkab.2017. Topografi dan
Kasrina, Sri dan Wahyu. 2012. Ragam Jenis
Mikroalga Di Air Rawa Kelurahan Demografi Tanjung Jabung
Bentiring Permai Kota Bengkulu Barat.
Sebagai Alternatif Sumber Belajar http://tanjabbarkab.go.id/site/top
Biologi Sma. Jurnal Exacta. Vol. ografi/. Diakses pada tanggal 10
10 (1). November 2017, pukul 21.00
Mahyudin., Soemarno dan Tri B.P. WIB
2015. Analisis Kualitas Air Dan Tupan, C. 2009. Tingkah Laku Pergerakan
Strategi Pengendalian Gastropoda Littorina scabra Pada
Pencemaran Air Sungai Metro di Pohon Mangrove Sonneratia Alba

8
Di Perairan Pantai Tawiri, Pulau
Ambon. Jurnal Triton. Vol. 5(1).
Hal.:28-33

Anda mungkin juga menyukai