Anda di halaman 1dari 8

Akuatik Jurnal Sumberdaya Perairan 61

ISSN 1978-1652

ANALISIS KLOROFIL-a DI PERAIRAN KURAU KABUPATEN BANGKA TENGAH


Analysis of Chlorophyll-a in the Kurau Sea of Bangka Tengah District

Evi Nurmala 1, Eva Utami 2, Umroh2


1
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FPPB Universitas Bangka Belitung
evinurmala2014@gmail.com
2
Staf Pengajar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FPPB Universitas Bangka Belitung

Abstrak

Perairan Kurau merupakan perairan yang memiliki potensi sumberdaya perairan yang besar, namun dari tahun ke tahun
mengalami penurunan. Penurunan hasil tangkapan ikan disebabkan oleh fitoplankton (klorofil-a) dan kualitas perairan yang tidak
menentu. Klorofil-a adalah pigmen yang selalu ditemukan dalam fitoplankton serta organisme yang dapat melakukan proses
fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi klorofil-a dan menganalisis hubungan klorofil-a dengan faktor
fisika dan kimia di Perairan Kurau Kabupaten Bangka Tengah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling.
Pengambilan data parameter fisika kimia dilakukan secara langsung di lapangan, sedangkan klorofil-a, nitrat dan phospat
dianalisis di laboratorium. Parameter lingkungan yang mempengaruhi klorofil-a yaitu suhu, kecerahan, kecepatan arus, potensial
hidrogen (pH), oksigen terlarut (DO), salinitas, nitrat, dan phospat. Metode analisis data yang digunakan yaitu koefisien korelasi.
Hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a pada masing-masing stasiun yaitu stasiun I sebesar 0,026 µg/L, stasiun II sebesar 0,025
µg/L , stasiun III sebesar 0,027 µg/L dan stasiun IV sebesar 0,028 µg/L. Konsentrasi klorofil-a tertinggi terdapat pada stasiun IV
sebanyak 0,028 µg/L dan hasil terendah pada staiun II sebanyak 0,025 µg/L. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa konsentrasi
klorofil-a di perairan Kurau termasuk kedalam kriteria rendah, karena faktor fisika dan kimia yang mempengaruhinya. Hubungan
parameter lingkungan dengan konsentrasi klorofil-a dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai koefisien korelasi yaitu
saling berkaitan atau berhubungan positif. Parameter lingkungan yang berkorelasi sangat kuat terhadap konsentrasi klorofil-a
yaitu nitrat sebesar 0,965 dan phospat sebesar 0,999.

Kata Kunci: fitoplankton, klorofil-a,parameter lingkungan

PENDAHULUAN serta semua organisme yang dapat melakukan proses


Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi fotosintesis. Klorofil-a dapat digunakan sebagai indikator
sumberdaya besar pada wilayah pesisir dan laut. Hal ini kesuburan dan daerah pemijahan ikan (fishing ground).
didukung dengan wilayah teritorial perairan yang luas, Klorofil-a pada fitoplankton dapat disebabkan oleh
sekaligus memiliki potensi berbagai jenis biota laut yang beberapa faktor antara lainnya yaitu aktivitas manusia atau
bernilai ekonomi tinggi (Bappenas, 2015). Masyarakat dari alam sendiri (faktor fisika-kimia). Faktor tersebut juga
Kepulauan Bangka Belitung lebih banyak melakukan dapat menyebabkan turunnya kesuburan perairan dan
penangkapan ikan di laut dibandingkan dengan budidaya. mengakibatkan turunnya hasil tangkapan dikarenakan pakan
Bangka Tengah merupakan salah satu kabupaten yang alami ikan atau fitoplsnkton. Oleh karena itu, perlu adanya
memiliki potensi perikanan laut yang besar. Tahun 2001 - kajian lebih lanjut mengenai faktor fisika-kimia dan bahan
2014 Kabupaten Bangka Tengah mengalami naik – turun organik (Nitrat dan Phospat) yang dapat mempengaruhi
hasil tangkapan masyarakat (BPS Provinsi Kepulauan konsentrasi klorofil-a yang dapat dijadikan salah satu acuan
Bangka Belitung, 2016). Desa Kurau merupakan salah satu dalam pengelolaan perairan tersebut. Tujuan dari penelitian
desa di Kabupaten Bangka Tengah yang memiliki potensi ini yaitu mengetahui konsentrasi klorofil-a dan menganalisis
perikanan laut. hubungan klorofil-a dengan faktor fisika kimia di Perairan
Perairan Kurau merupakan salah satu perairan yang Kurau Kabupaten Bangka Tengah.
banyak memiliki potensi perikanan laut diantaranya yaitu
ikan, cumi-cumi dan masih banyak lagi (BPS Provinsi METODE
Kepulauan Bangka Belitung, 2016). Hasil tangkapan ikan di Waktu dan Tempat
perairan kurau mengalami penurunan, hal tersebut Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 di
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu Perairan Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka
sedikitnya produsen primer perairan atau yang disebut Tengah (Gambar 1). Pengukuran sampel parameter kualitas
fitoplankton. air dilakukan secara langsung (in situ) dan tidak langsung
Fitoplankton merupakan organisme yang mempunyai (ex situ) sedangkan analisa fosfat dilakukan di Lembaga
peran penting sebagai produsen primer, keberadaanya di Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI-Jakarta), nitrat dilakukan
dalam suatu perairan tersebut terutama bagi ikan pemakan di Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
plankton (Rohayati et al., 2003). Produsen primer adalah dan klorofil-a dilakukan di Laboratorium Biologi, Fakultas
suatu proses pembentukan senyawa-senyawa organik Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka
melalui proses fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh Belitung
organisme pada tingkat rantai makanan yang lebih tinggi
(Yuliana, 2006). Fitoplankton memiliki pigmen yang
digunakan untuk fotosintesis yaitu klorofil-a. Klorofil-a
adalah pigmen yang selalu ditemukan dalam fitoplankton

Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017


Akuatik Jurnal Sumberdaya Perairan 62
ISSN 1978-1652

Tabel 2. Prosedur Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia


Perairan
Parameter Satuan Alat/metode Keterangan
Suhu °C Termometer Ex situ
Kecerahan cm Sechi disk Ex situ
Arus m/s bola arus/visual Ex situ
pH - pH meter Ex situ
DO mg/L Titrimetri-Winkler In situ
Salinitas ‰ Refraktometer Ex situ
Nitrat mg/L Spektrofotometer In situ
Phospat mg/L Spektrofotometer In situ
Klorofil-a µg/l Ekstraksi In situ

Analisa Sampel di Laboratorium


Gambar 1. Lokasi Penelitian Prosedur Analisa Klorofil-a
Alat dan Bahan Metode yang digunakan dalam analisis sampel ini yaitu
Alat yang digunakan pada saat penelitian yaitu water metode Spektrofotometri dari Lorenzen (1967) dalam
sampler (alat untuk pengambilan sampel air), kertas saring Roshisati (2002). Metode ini direkomendasi untuk perairan
selulose nitrat 0,45µm (menyaring sampel air), sentrifuge pesisir dan estuari, serta memiliki persamaan koreksi
(mengendapkan kertas saring) dan alat pengambilan terhadap pheopigmen (Aminot dan Rey, 2000 dalam
parameter fisika kimia perairan. Roshisati, 2002). Hasil pengukuran absorbansi contoh
Bahan yang digunakan yaitu sampel air dan untuk kemudian dihitung dengan menggunakan rumus Lorenzen
analisis klorofil, nitrat, phospat yaitu Aseton 90% (1967) dalam Roshisati (2002) sebagai berikut:
(menangkap klorofil-a), formalin (mengawetkan sampel
fitoplankton), dan yang lainnya disajikan pada Tabel 1. 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 − 𝑎 = 11,0 × 2,43 𝐸 663 𝑏𝑎 −
Tabel 1. Bahan yang digunakan pada analisis nutrien 𝑙
Parameter 𝐸 750 𝑏𝑎 − 𝐸 663 𝑎𝑎 − 𝐸 750 𝑎𝑎 × ×𝑠
𝑋×𝑙
No Bahan Utama
Kimia
Larutan asam karbonat
Katerangan :
1 Phospat Larutan pereaksi campuran I X : Volume yang difilter (l)
Larutan standar phospat s : Volume aseton (l)
Larutan buffer NH4Cl + NaOH l : Panjang Kuvet (cm)
11,0 : Koefisien absorbansi klorofil-a
Perangkat pereduksi (berisi
2,43 : Faktor untuk menghitung reduksi dalam
cadmium terlapisi tembaga)
absorbansi
Larutan asam klorida E : Panjang gelombang spektrofotometer yang
2 Nitrat
Larutan sulfanilamid digunakan
Larutan N-(1-naphthyl)-ethylene ba : Sebelum ditambah HCl
diamine dihidroklorida aa : Sesudah ditambah HCl
Larutan standar Nitrat Prosedur Analisa Nitrat
Menurut Hani (2006), kandungan nitrat terlarut didapat
Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel dengan persamaan regresi sebagai berikut:
Penentuan lokasi pengambilan sampel menggunakan Nitrit alami:
metode purposive sampling yaitu penentuan lokasi
berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan sesuai dengan 𝑌 = 0,2547 × 𝑋 + 0,0002
pertimbangan peneliti sendiri sehingga mewakili populasi
(Arikunto, 2006). Lokasi penelitian dilakukan berdasarkan
Keterangan:
Daerah Penangkapan Ikan. Lokasi pengambilan sampel Y : absorbansi nitrit alami
dilakukan di 4 stasiun penelitian. Setiap stasiun terdiri dari 3 X : konsentrasi nitrit alami
titik (sub stasiun). Pengambilan sampel air dilakukan mulai
Nitrit reduksi:
sekitar jam 14.00 – 15.00 WIB dengan menggunakan alat
transportasi kapal dan dipandu dengan alat GPS (Global
𝑌 = 0,9608 × 𝑋 + 0,0036
Positioning System) sehingga mencantumkan titik koordinat
lokasi pengambilan sampel air. Keterangan:
Prosedur Kerja Pengambilan Sampel di Lapangan Y : absorbansi nitrit reduksi
Prosedur kerja di lapangan meliputi pengukuran fisika-
X : konsentrasi nitrit reduksi
kimia perairan dan pengambilan sampel air, serta inkubasi
Konsentrasi Nitrat (KN):
sampel. Pengukuran fisika kimia perairan meliputi
pengukuran suhu, kecerahan, salinitas, pH, DO (Dissolved KN = Konsentrasi nitrit alami - Konsentrasi nitrit
Oxygen), nitrat dan phospat (Tabel 2). reduksi

Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017


Akuatik Jurnal Sumberdaya Perairan 63
ISSN 1978-1652

Analisa Data 0,025 µg/L, stasiun III yaitu 0,027 µg/L dan stasiun IV yaitu
Hubungan Antara Faktor Lingkungan terhadap 0,028. Konsentrasi klorofil-a tertinggi diperoleh pada
Konsentrasi Klorofil-a stasiun IV dan terendah pada stasiun II, namun perbedaan
Analisis yang digunakan untuk mengetahui karakteristik dan tersebut tidak berbeda jauh hasil pengukurannya.
parameter-parameter yang diukur yaitu menggunakan
analisis korelasi untuk mengetahui pengaruh faktor fisika 0,029 0,028
kimia perairan terhadap konsentrasi klorofil-a berdasarkan
lokasi pengambilan data. 0,028 0,027
0,026

Klorofil-a (µg/L)
0,027
𝑟 𝐽𝐾𝑥𝑦 0,026 0,025
𝑥𝑦 =
√ 𝐽𝐾𝑥𝑥 𝐽𝐾𝑦𝑦 0,025
Keterangan: 0,024
rxy = Koefisien korelasi 0,023
x = Faktor fisika kimia perairan (variabel bebas)
y = konsentrasi klorofil-a 0,022
JKxy = jumlah kuadrat x dan y I III II IV
JKxx = jumlah kuadrat x Stasiun
JK yy = jumlah kuadrat y Gambar 2. Hasil Rata-rata Konsentrasi Klorofil-a pada
Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai setiap Stasiun
kekuatan hubungan antara dua variabel dibuat kriteria
sebagai berikut: Hubungan Faktor Lingkungan Terhadap Konsentrasi
a. Jika 0 : tidak ada korelasi antara dua variabel Klorofil-a
b. Jika > 0 – 0,25 : korelasi sangat rendah Hubungan faktor fisika kimia perairan terhadap
c. Jika > 0,25 – 0,5 : korelasi cukup konsentrasi klorofil-a pada setiap stasiun menyatakan nilai
d. Jika > 0,5 – 0,75 : korelasi kuat koefisien determinasi (R2) untuk suhu dengan konsentrasi
e. Jika >0,75 – 0,99 : korelasi sangat kuat klorofil-a sebesar 0,8, nilai koefisien determinasi (R2)
f. Jika 1 : korelasi sempurna kecerahan dengan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,235, nilai
koefisien determinasi (R2) pH dengan konsentrasi klorofil-a
HASIL sebesar 0, nilai koefisien determinasi (R2) DO dengan
Sebaran Klorofil-a di DPI Perairan Kurau konsentrasi klorofil-a sebesar 0,106, nilai koefisien
Hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a pada lokasi determinasi (R2) salinitas dengan konsentrasi klorofil-a
penelitian yang dilakukan di perairan Kurau Kecamatan sebesar 0,4, nilai koefisien determinasi (R2) kecepatan arus
Koba, Kabupaten Bangka Tengah dapat dilihat pada dengan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,674, nilai koefisien
Gambar 2. Hasil pengukuran nilai rata-rata konsentrasi determinasi (R2) nitrat dengan konsentrasi klorofil-a sebesar
klorofil-a selama penelitian memperoleh hasil yang berbeda- 0,965, dan nilai koefisien determinasi (R2) phospat dengan
beda setiap stasiun. Hasil analisis konsentrasi klorofil-a konsentrasi klorofil-a sebesar 0,999. Hubungan tersebut
berkisar antara 0,025 µg/L – 0,028 µg/L. Stasiun I nilai disajikan pada Gambar 3.
konsentrasi rata-ratanya yaitu 0,026 µg/L, stasiun II yaitu

Gambar 3. Hubungan Faktor Lingkungan terhadap Konsentrasi Klorofil-a pada masing-masing stasiun

Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017


Akuatik Jurnal Sumberdaya Perairan 64
ISSN 1978-1652

PEMBAHASAN Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang dapat


Sebaran Klorofil-a di Perairan Kurau menentukan produktivitas primer atau kesuburan di perairan
Hasil pengukuran nilai klorofil-a pada keempat stasiun karena klorofil-a merupakan pigmen yang dimiliki oleh
diperoleh berkisar 0,025 µg/L – 0,028 µg/L. Hasil fitoplankton, dimana fitoplankton merupakan produsen
pengukuran dari setiap stasiun tidak berbeda jauh antar primer di perairan. Sebaran tinggi rendahnya konsentrasi
stasiun. Berdasarkan pengelompokkan kadar klorofil-a klorofil-a sangat berkaitan dengan kondisi lingkungan
menurut Effendi (2003), konsentrasi klorofil-a termasuk perairan. Berdasarkan penelitian Edward et al., (2003)
kedalam kelompok konsentrasi rendah, karena pada bulan terdapat perbedaan kandungan klorofil-a pada perairan laut,
Desember sampai dengan Maret masuk kedalam musim keadaan ini berkaitan dengan kondisi masing-masing
barat dimana pada musim ini kecepatan arus mempengaruhi perairan dan proses pencampuran dari bawah ke permukaan
pergerakan fitoplankton. Stasiun yang memiliki konsentrasi di laut.
klorofil-a tertinggi hingga terendah yaitu stasiun IV, stasiun
III, stasiun I dan stasiun II (Gambar 2). Tinggi rendahnya Hubungan Faktor Lingkungan terhadap Konsentrasi
kadar klorofil-a pada setiap stasiun karena disebabkan faktor Klorofil-a pada Setiap Stasiun
fisika kimia yang mempengaruhi pertumbuhan dan Hubungan faktor fisika kimia perairan terhadap
persebaran fitoplankton diperairan. Menurut Rasyid (2009), konsentrasi klorofil-a pada setiap stasiun menyatakan nilai
bahwa suatu perairan mempunyai persebaran yang sangat koefisien determinasi (R2) untuk suhu dengan konsentrasi
spesifik karena merupakan hasil akumulasi dari berbagai klorofil-a sebesar 0,8 berarti hubungan antara suhu dengan
faktor fisika, kimia dan biologi perairan serta kondisi dari konsentrasi klorofil-a sebesar 80%, sisanya dipengaruhi oleh
perairan tersebut seperti garis pantai, koordinat geografis faktor lainnya, yang berarti hubungan kedua variabel
serta morfologi perairan. berkorelasi kuat dan hubungan antara konsentrasi klorofil-a
Umumnya sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan dengan suhu bernilai koefisien korelasi (r) positif sehingga
Kurau merupakan sebagai akibat dari suplai parameter fisika konsentrasi klorofil-a dan suhu mempunyai hubungan
dan kimia perairan, meskipun lokasi penelitian jauh dari searah dimana jika nilai suhu meningkat, maka konsentrasi
daratan tetapi lokasi ini masih diperoleh nilai konsentrasi klorofil-a akan meningkat.
klorofil-a tergolong kelompok rendah. Keadaan tersebut Hasil pengukuran suhu menunjukkan peningkatan dari
disebabkan adanya proses sirkulasi masa air yang mungkin stasiun I sampai stasiun IV. Suhu pada lokasi penelitian
membawa sejumlah nutrien dari tempat lain, seperti yang berkisar antara 28 – 29 °C. Sebaran suhu permukaan
terjadi pada daerah arus naik (Arifin, 2009). perairan pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa secara
Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember, umum sebaran suhu dipermukaan perairan cenderung
dimana bulan ini termasuk kedalam Musim Barat homogen karena adanya proses pencampuran secara
(Desember – Febuari) (Hutabarata et al., 2008). Berdasarkan horizontal yang efektif di permukaan. Suhu yang diperoleh
hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a di perairan Kurau, merupakan suhu yang optimum untuk kehidupan plankton.
Kecamatan Koba termasuk kedalam kelompok rendah, hal Pengambilan data dilakukan pada permukaan perairan.
ini disebabkan faktor fisika dan kimia yang tidak menentu Berdasarkan Kep.MENLH No. 51 tahun 2004, suhu
sehingga pertumbuhan dan persebaran plankton tidak optimum untuk kehidupan biota laut atau fitoplankton yaitu
menentu. Stasiun IV memiliki nilai konsentrasi klorofil-a 28 - 30°C. Suhu yang diperoleh pada lokasi penelitian
yang rendah tetapi dibandingkan dengan hasil yang lain berpengaruh terhadap konsentrasi klorofil-a, hal ini dapat
stasiun IV memiliki konsentrasi tertinggi karena pada saat dilihat bahwa hasil analisis klorofil-a tidak berbeda jauh
pengambilan data terjadi turunnya hujan dan kecepatan antar stasiun. Hasil pengukuran suhu dengan konsentrasi
angin yang tinggi pula. Curah hujan mampu menambah klorofil-a tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu
unsur hara keperairan melalui deposit atmosfer. Berdasarkan perairan maka konsentrasi klorofil-a juga tinggi karena
data dari BMKG Provinsi Kepulauan Bangka Belitung semakin tinggi suhu dapat mempengaruhi proses
(2016) bahwa curah hujan pada bulan Desember Kabupaten metabolisme fitoplankton. Menurut Effendi (2003),
Bangka Tengah masih termasuk normal. Peningkatan peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan kecepatan
kecepatan angin juga dapat meningkatkan pencampuran proses metabolisme sel dan respirasi organisme air, dan
massa air secara vertikal yang menambahan kesuburan selanjutnya mengakibatkan peningkatan dekomposisi bahan
perairan karena pencampuran massa air dengan dasar laut organik mikroba. Menurut Nurdin (2000) bahwa suhu dapat
yang kaya akan unsur hara pada akhirnya meningkatkan mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara langsung
kandungan konsentrasi klorofil-a di perairan (Paramitha, maupun tidak langsung. Pengaruh langsung yaitu suhu
2014). berperan untuk mengontrol reaksi enzimatik dalam proses
Stasiun II memiliki konsentrasi klorofil-a terkecil yaitu fotosintesis. Suhu yang tinggi dapat menaikkan laju
0,025 µg/L dikarenakan rendah atau tidak adanya suplai maksimum fotosintesis, sedangkan pengaruh tidak langsung
nutrien. Faktor yang mempengaruhi tidak hanya suplai yakni dapat meruba stuktur hidrologi kolom perairan yang
nutrien saja kemungkinan adanya faktor lain yang pada gilirannya akan mempengaruhi distribusi fitoplankton.
mengakibatkan rendahnya konsentrasi klorofil-a pada Nilai koefisien determinasi (R2) untuk kecerahan
musim barat. Berdasarkan hasil pengukuran parameter dengan jumlah konsentrasi klorofil-a sebesar 0,235 berarti
fisika-kimia yang didapat (Lampiran 4) stasiun II memiliki hubungan antara kecerahan dengan konsentrasi klorofil-a
kecepatan arus dan kadar nitrat yang rendah. Kajian Simon sebesar 23,5%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya hal
Tubalawony (2007) menyebutkan bahwa perairan di daerah tersebut berarti hubungan kedua variabel berkorelasi sangat
tropis umumnya memiliki konsentrasi klorofil-a yang rendah namun nilai koefisien korelasi (r) yaitu positif
rendah karena keterbatasan nutrien dan kuatnya stratifikasi sehingga konsentrasi klorofil-a dan kecerahan mempunyai
kolom perairan akibat pemanasan permukaan perairan yang hubungan searah dimana jika nilai kecerahan meningkat,
terjadi hampir sepanjang tahun. maka konsentrasi klorofil-a akan meningkat pula.
Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017
Akuatik Jurnal Sumberdaya Perairan 65
ISSN 1978-1652

Kecerahan dari hasil pengukuran di lokasi penelitian sedikitnya bahan organik yang ada di perairan dan lokasi
berkisar 5,733 m - 6,533 m. Kondisi kecerahan yang jauh dari darat dan sungai.
diperoleh pada lokasi penelitian baik untuk kehidupan Barus (2004) menyatakan bahwa fluktuasi pH sangat
fitoplankton. Menurut Kep.MENLH No 51 tahun 2004 nilai dipengaruhi oleh proses respirasi, semakin banyak
kecerahan suatu optimum untuk kehidupan plankton adalah karbondioksida yang dihasilkan dari proses respirasi, maka
sekitar 5 (lima) meter. Rendanya kecerahan pada stasiun III pH akan semakin rendah dan sebaliknya jika aktivitas
disebabkan oleh awan gelap yang menutupi perairan. Nilai fotosintesis semakin tinggi maka akan menyebabkan pH
kecerahana yang rendah menggambarkan nilai kekeruhan semakin tinggi. Menurut Kusumaningtyas (2014) dalam
yang tinggi. Kekeruhan yang tinggi menyebabkan Paramitha (2014), pH semakin meningkatkan ke arah laut
rendahnya intensitas cahaya yang masuk ke perairan, lepas, tinggi rendahnya pH dapat dipengaruhi oleh sedikit
sehingga proses fotosintesis fitoplankton terhambat dan banyaknya bahan organik dari darat. Berdasarkan literatur
pertumbuhannya tidak optimal (Wulandari, 2009). Rifardi (2012) dalam Paramitha (2014), proses biologi
Tingginya nilai kecerahan pada stasiun IV karena pada seperti fotosintesis mempengaruhi nilai pH di perairan
pengambilan data kondisi hujan namun cuaca cerah. karena proses ini membutuhkan CO2 yang diambil dari
Tingginya nilai kecerahan perairan memudahkan sinar perairan, akibatnya pH menjadi meningkat meskipun
matahari masuk ke dalam perairan secara optimum, demikian peningkatan ini disebabkan proses biologi yang
sehingga proses fotosintesis fitoplankton dapat berjalan akhirnya mempengaruhi proses reaksi kimia anorganik.
dengan baik. Kecerahan mempangaruhi nilai konsentrasi Nilai koefisien determinasi (R2) untuk DO dengan
klorofil-a dimana jika kecerahan tinggi maka nilai jumlah konsentrasi klorofil-a sebesar 0,106 berarti
konsentrasi klorofil-a juga tinggi, karena fitoplankton hubungan antara DO dengan konsentrasi klorofil-a sebesar
melakukan proses fotosintesis membutuhkan bantuan sinar 10,6%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hasil
matahari atau cahaya. Kecerahan sendiri dipengaruhi oleh tersebut berarti hubungan kedua variabel berkorelasi sangat
kandungan sedimen yang ada di perairan sehingga apabila rendah, namun koefisien korelasi (r) positif sehingga
nilai kecerahan tinggi klorofil-a juga tinggi begitu pula konsentrasi klorofil-a dan DO mempunyai hubungan searah
sebaliknya. Tingkat kecerahan yang tinggi ini sangat dimana jika nilai DO meningkat, maka konsentrasi klorofil-
berguna bagi fitoplankton untuk melakukan proses a akan meningkat pula, hal tersebut didukung oleh
fotosintesis sehingga dapat berkembangbiak dengan baik. pernyataan Effendi (2003) bahwa sumber utama oksegen
Produktivitas plankton akan meningkat dengan semakin dalam perairan adalah dari proses fotosintesis.
meningkatnya intensitas matahari ke dalam perairan, Hasil pengukuran DO (Oksigen Terlarut) menunjukkan
sehingga kelimpahan plankton akan semakin meningkat pula naik turun dari stasiun I hingga stasiun IV. Stasiun I sampai
dan akan mengurangi tingkat penetrasi cahaya matahari ke stasiun III mengalami penurunan, namun pada stasiun IV
dalam perairan. Berdasarkan uraian tersebut maka kecerahan mengalami peningkatan kembali (Lampiran 4). Kandungan
air merupakan suatu variabel dari kelimpahan plankton dan DO rendah disebabkan karena aktifitas respirasi yang lebih
intensitas matahari. Kecerahan merupakan parameter yang tinggi daripada fotosintesis. DO pada lokasi penelitian
saling berkaitan dengan produktifitas perairan sehubungan berkisar antara 5,2 – 5,4 mg/L. Berdasarkan Kep.MENLH
dengan proses fotosintesis dan proses respirasi biota No. 51 tahun 2004 bahwa organisme perairan dapat hidup
perairan terutama plankton (Dwirastina et al. 2015). baik pada konsentrasi oksigen >5 mg/L. Hasil pengukuran
Kecerahan rendah pada perairan mengakibatkan proses DO pada lokasi penelitian merupakan DO yang baik untuk
fotosintesis fitoplankton terhambat dan pertumbuhan kehidupan organisme. Stasiun IV memiliki nilai DO tinggi
fitoplankton tidak optimal. Menurut Goldman dan Horne dan konsentrasi klorofil-a tinggi, hal tersebut karena DO
(1983) dalam Dwirastina et al. (2015) yang menyatakan menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi serta
bahwa faktor utama penentu tingkat pertumbuhan sangat penting bagi kelangsungan dan pertumbuhan
fitoplankton adalah suhu, cahaya dan nutrien. organisme air. Tinggi rendahnya DO pada perairan
Hubungan faktor fisika kimia perairan terhadap disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Effendi (2003),
konsentrasi klorofil-a pada setiap stasiun menyatakan nilai DO berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman,
koefisien determinasi (R2) untuk pH dengan konsentrasi tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan
klorofil-a sebesar 0 berarti hubungan antara pH dengan (turbulance) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan
konsentrasi klorofil-a sebesar 0% sisanya dipengaruhi oleh limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Pengambilan
faktor lainnya, yang berarti tidak ada korelasi antara dua data dilakukan pada musim barat dimana pada musim ini
variabel. angin sangat kencang dan musim penghujan. Kadar oksigen
Potensial Hidrogen (pH) dari hasil pengukuran stasiun terlarut di dalam air dihasilkan oleh adanya proses
I sampai stasiun IV diperoleh yaitu 8. pH yang baik untuk fotosintesis fitoplankton dan difusi oksigen dari atmosfir.
kehidupan biota perairan khususnya plankton berkisar antara Nilai koefisien determinasi (R2) untuk salinitas dengan
7 – 8,5 (Mustifani, 2013). pH yang didapatkan dipengaruhi jumlah konsentrasi klorofil-a sebesar 0,4 berarti hubungan
oleh suhu, DO, dan kandungan ion-ion dalam perairan. pH antara salinitas dengan konsentrasi klorofil-a sebesar 40%,
yang diperoleh merupakan pH yang baik untuk kehidupan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hasil tersebut
plankton, namun dari hasil pengukuran konsentrasi klorofil- berarti hubungan kedua variabel berkorelasi cukup, namun
a menunjukkan kondisi rendah kesuburannya atau nilai koefisien korelasi (r) yaitu positif sehingga konsentrasi
sedikitnya fitoplankton yang ada diperairan. pH pada lokasi klorofil-a dan salinitas mempunyai hubungan searah dimana
penelitian tidak memiliki hubungan pada konsentrasi jika nilai salinitas meningkat, maka konsentrasi klorofil-a
klorofil-a karena pH memiliki nilai korelasi (r) dan koefisien akan meningkat pula. Menurut Sachlan (1982) dalam
determinasi (R2) bernilai nol yang artinya pH pada lokasi Yuliana et al.(2012), salinitas yang sesuai dengan
penelitian menunjukkan tidak adanya perubahan disebabkan fitoplankton adalah lebih dari 20‰ yang memungkinkan

Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017


Akuatik Jurnal Sumberdaya Perairan 66
ISSN 1978-1652

fitoplankton dapat bertahan hidup, memperbanyak diri, dan 96,5% dan 99,9%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya.
aktif melakukan proses fotosintesis. Hasil tersebut berarti hubungan kedua variabel berkorelasi
Salinitas yang diperoleh dari hasil pengukuran yaitu sangat kuat karena hubungan antara klorofil-a dengan nitrat
berkisar 26,667‰ – 27,333‰. Hasil pengukuran dari stasiun dan phospat menunjukkan keeratan dan hubungan
I hingga stasiun IV tidak berbeda jauh. Salinitas yang baik konsentrasi klorofil-a dengan nitrat dan phospat memiliki
untuk kehidupan plankton di laut berkisar 30‰ - 35‰. Hasil nilai koefisien korelasi (r) yaitu positif sehingga konsentrasi
pengukuran pada lokasi penelitian dikatakan rendah, karena klorofil-a dengan nitrat dan phospat mempunyai hubungan
pada pengambilan data air laut mengalami pasang, suhu searah dimana jika nilai nitrat dan phospat meningkat, maka
rendah sehingga penguapan air laut rendah. Perubahan konsentrasi klorofil-a akan meningkat pula.
salinitas di perairan bebas relatif kecil dibandingkan Hasil pengukuran nitrat dan phospat pada empat
perairan pantai yang memiliki masukkan massa air tawar stasiun mengalami kenaikan, namun pada stasiun II nilai
dari sungai. Menurut Paramitha (2014) zona intertidal nitrat mengalami penururan. Kandungan nilai nitrat pada
dengan kondisi daerah yang terbuka, pada saat air laut surut keempat stasiun berkisar antara 1,4 – 1,667 mg/L. Menurut
dan tergenang pada saat pasang atau aliran air akibat hujan Volenweider (1969) dalam Effendi (2003) berdasarkan hasil
lebat mengakibatkan kisaran salinitas menurun dan pengukuran nilai nitrat termasuk kekelompok mesotrofik
meningkatkan pada saat siang disebabkan adanya yang artinya pada lokasi penelitian kandungan nutrien nitrat
penguapan. Salinitas disuatu perairan akan menentukan dalam keadaan sedang. Kandungan nilai phospat pada
konsentrasi dan distribusi klorofil-a, hal tersebut sesuai keempat stasiun berkisar 0,020 – 0,040 mg/L. Menurut
dengan pernyataan Handayani et al. (2005) dalam Paramitha Jollenweider (1968) dalam Mustofa (2015), kadar phospat
(2014) yang menyatakan bahwa salinitas yang rendah termasuk kedalam mesotrofik yang artinya kandungan
berkorelasi kuat dengan kenaikan klorofil. Salinitas dapat phospat pada perairan dalam keadaan rendah. Berdasarkan
mempengaruhi keberadaan fitoplankton karena salinitas Kep. MENLH No. 51 tahun 2004, kadar phospat yang baik
mempunyai zat yang diperlukan untuk menunjang untuk kehidupan biota laut adalan 0,015 mg/L. Stasiun IV
kehidupan fitoplankton. Menurut Kennish (1990), salinitas memiliki konsentrasi klorofil-a yang tinggi dibanding
secara langsung mempengaruhi laju pembelahan sel dengan stasiun lainnya sedangkan stasiun II memiliki
fitoplankton, juga keberadaan, distribusi dan produkivitas konsentrasi klorofil-a terendah , hal tersebut dipengaruhi
fitoplankton. Salinitas dapat mengubah karakter fotosintesis oleh kadar zat hara yang ada di perairan. Menurut Nybakken
melalui perubahan sistem karbondioksida. (1988) kadar unsur hara (Nitrat dan Phospat) ini sangat kecil
Nilai koefisien determinasi (R2) untuk kecepatan arus dalam air laut, sehingga merupakan faktor pembatas bagi
dengan jumlah konsentrasi klorofil-a sebesar 0,674 berarti pertumbuhan fioplankton. Kadar nitrat dan phospat di laut
hubungan antara kecepatan arus dengan konsentrasi klorofil- dengan kadar nitrat dan phospat di perairan pantai sangat
a sebesar 67,4%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lainny. berbeda. Perairan pantai kadar nitrat - phospat lebih tinggi
Hasil tersebut berarti hubungan kedua variabel berkorelasi dibandingkan dengan perairan laut, karena perairan pantai
kuat dan hubungan konsentrasi klorofil-a dengan kecepatan dapat menerima pasokan air dari daratan yang dapat
arus ini memiliki nilai koefisien korelasi (r) positif sehingga menambah bahan organik masuk ke perairan. Kelimpahan
konsentrasi klorofil-a dan kecepatan arus mempunyai plankton sangat dipengaruhi oleh nutrien yang ada di
hubungan searah dimana jika nilai kecepatan arus perairan karena untuk kebutuhan yang diperlukannya.
meningkat, maka konsentrasi klorofil-a akan meningkat Menurut Hani (2006) kadar nitrat dan phospat di perairan
pula. apabila meningkat maka biomassa fitolankton akan
Kecepatan arus dari hasil pengukuran pada lokasi meningkat, karena kebutuhan yang diperlukan oleh
penelitian berkisar antara 0,2 – 0,767 m/s. Hasil pengukuran fitoplakton untuk melakukan proses metabolisme tercukupi.
kecepatan arus yang diperoleh dapat dilihat bahwa Tinggi rendahnya kadar nitrat dan phospat di perairan
kecepatan arus memiliki hubungan erat dengan persebaran dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu pasang
klorofil-a, hal tersebut dapat diketahui bahwa kecepatan arus surut serta arah angin dan arus air. Nitrat dan phospat
memiliki nilai koefisien determinasi dan korelasi yang tinggi merupakan faktor penentu dari kelimpahan fitoplankton.
dan bernilai positif. Kecepatan arus yang baik untuk Pengaruh nutrien terhadap fitoplankton pada kenyataannya
plankton yaitu 0,5 m/s (Yusuf et al., 2012). Hasil tersebut tidak selalu diikuti oleh peningkatan kelimpahan dari
diperkuat oleh Effendi et al., (2012) bahwa pada saat plankton, hal ini dapat disebabkan oleh komposisi unsur
kecepatan arus permukaan melemah, konsentrasi klorofil-a hara yang tidak sesuai dengan kebutuhan plankton,
semakin rendah. Arus permukaan terjadi karena adanya keberadaan unsur hara yang tidak mampu bertahan terhadap
angin yang bertiup diatasnya. Kecepatan arus ini kondisi atau tingkat optimal bagi produktivitas perairan, dan
berpengaruh terhadap persebaran plankton dan juga terjadi penyuburan yang berlebihan akibat adanya beban
berpengaruh kepada oksigen terlarut (DO) di perairan. masukan unsur hara dari daratan atau sungai (Basmi, 1995).
Semakin kuat arus di perairan maka DO di perairan juga
semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Kecepatan arus SIMPULAN DAN SARAN
merupakan parameter yang sangat penting sehubungan Simpulan
dengan distribusi fitoplankton, sehingga nilai klorofil-a Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
sangat berpengaruh terhadap kecepatan arus. Oksigen disimpulkan bahwa: (1)Konsentrasi klorofil-a di Perairan
terlarut merupakan peubah kualitas perairan yang penting Kurau, Kabupaten Bangka berkisar 0,025 µg/L – 0,028
bagi kehidupan biota perairan. µg/L, dimana konsentrasi ini menunjukkan bahwa
Nilai koefisien determinasi (R2) untuk nitrat dan kesuburan perairan tergolong rendah, (2) Hubungan klorofil-
phospat dengan jumlah konsentrasi klorofil-a masing- a dengan parameter fisika – kimia di Perairan Kurau,
masing sebesar 0,965 dan 0,999 berarti hubungan antara Kecamatan Koba dari hasil analisis korelasi (r) dan nilai
nitrat dan phospat dengan konsentrasi klorofil-a sebesar koefisien determinasi (R2) saling berkaitan atau
Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017
Akuatik Jurnal Sumberdaya Perairan 67
ISSN 1978-1652

berhubungan positif, sedangkan parameter yang berkorelasi Hani, D. Y. Q. 2006. Distribusi Vertikal Klorofil-a dan
sangat kuat yaitu nitrat dan phospat. Hubungannya dengan Nutrien di Perairan Laut Bali
dan Selat Lombok. [Skripsi]. Prodi Ilmu dan
Saran Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Hasil dari analisis menunjukkan konsentrasi Kelautan. IPB, Bogor.
klorofil-a rendah pada bulan Desember. Diharapkan perlu
diadakan penelitian lebih lanjut di daerah tersebut dengan Hutabarat, S dan Evans, S.M. 2008. Pengantar Oseanografi.
memperhitungkan parameter oseanografi lainnya seperti UI-Press.Rasyid, A. 2009. Distribusi Klorofil-a pada
pasang surut, musim dan faktor lainnya yang dapat Musim Perailihan Barat – Timur di Perairan
mempengaruhi kesuburan perairan. Hasil penelitian Spermonde Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Sains
menunjukkan konsentrasi rendah, untuk mengatasi hal dan Teknologi. Vol. 9(2): 125-132.
tersebut masyarakat harus menjaga kealamiahan perairan
dengan tidak melakukan aktivitas yang berdampat negatif Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004
terhadap perairan supaya pakan alami atau produsen primer tentang Baku Mutu Air Laut.
di perairan tidak semakin berkurang.
Kennish, M. J. 1990. Ecology ef Estuaries; anthropogenic
UCAPAN TERIMA KASIH effects. Boca Raton, CRC Press.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eva Utami,
M.Si dan Ibu Umroh S.T., M.Si selaku pembimbing Mustifani. 2013. Kelimpahan Fitoplankton di Muara Sungai
penelitian dan semua pihak yang telah membantu. Baturusa Kota Pangkalpinang Kepulauan Bangka
Belitung. [Skripsi]. Manajemen Sumberdaya
DAFTAR PUSTAKA Perairan, Universitas Bangka Belitung. Bangka.

Arifin, R. 2009. Distribusi Spasial dan Temporal Biomassa Mustofa, A. 2015. Kandungan Nitrat dan Phospat sebagai
Fitoplankton (Klorofil-a) dan Keterkaitannya dengan Faktor Tingkat Kesuburan Perairan Pantai. Jurnal
Kesuburan Perairan Estuari Sungai Brantas, Jawa DISPROTEK. Vol. 6(1): 13-19.
Timur. [Skipsi]. Program Studi MSP. FKIP. IPB.
Bogor. Nurdin, S. 2000. Kumpulan Literatur Fotosintesis pada
Fitoplankton. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Universitas Riau. Pekanbaru. 50 hal.
Praktik, Ed Revisi VI. Penerbit: PT. Rineka Cipta,
Jakarta. Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan
Ekologis. Cetakan Kedua. Diterjemahkan oleh H. M
Bappenas. 2015. Seri Analisis Pembangunan Wilayah Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. dan S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://simreg.bappenas.go.id [Diakses 18 Oktober Jakarta.
2016, Pukul 08.00 WIB].
Paramitha, A. 2014. Studi Klorofil-a di Kawasan Perairan
Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Belawan Sumatera Utara. [Skripsi]. Program Studi
2016. Nilai Penangkapan Ikan Menurut MSP. Fakultas Pertanian, USU. Medan.
Kabupaten/Kota, 2001-2014. http://babel.bps.go.id
[Diakses 18 Oktober 2016, Pukul 08.00 WIB]. Rohayati, T., Hilda., dan Husna. 2003. Produktivitas Primer
Dan Komunitas Plankton Di Danau Buatan Kawasan
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Pemukiman Ogan Permata Indah Jakabaring
Ekosistem Air Darat. Medan: USU Press Palembang. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan
Budidaya Perairan [Desember 2003]. Vol.1(1): 1-14.
Basmi, J. 1995. Planktonologi: Organisme Penyusun
Plankton, Klasifikasi dan Terminologi, Hubungan Roshisati, I. 2002. Distribusi Spasial Biomassa Fitoplankton
Antara Fitoplankton dan Zooplankton, Siklus (Klorofil-a) di Perairan Teluk Lampung Pada Bulan
Produksi Umumnya di Perairan. Fakultas Perikanan Mei, Juli dan September 2001. [Skipsi]. Program
IPB, Bogor. BMKG Provinsi Kepulauan Bangka studi MSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Belitung. 2016. Buletin Iklim Edisi November 2016. IPB. Bogor.

Dwirastina, M dan Wibowo, A. 2015. Karakteristik Fisika- Tubalawony, S. 2007. Klorofil-a dan Nutrien Serta
Kimia Dan Struktur Komunitas Plankton Perairan Interelasinya dengan Dinamika Massa Air Di
Sungai Manna, Bengkulu Selatan. Jurnal Perairan Barat Sumatera dan Selatan Jawa-Sumbawa.
LIMNOTEK Vol. 22(1): 76 – 85. IPB. http://www.damandiri.or.id [diakses 28 Maret
2017].
Edward dan Tarigan, M. S. 2003. Perangaruh Musim
Terhadap Fluktuasi Kadar Fosfat dan Nitrat di Laut Wulandari, D. 2009. Keterikatan Antara Kelimpahan
Banda. Jurnal Makara Sains. Vol.7(2):82-89. Fitoplankton Dengan Parameter Fisika Kimia Di
Estuari Sungai Brantas (Porong), Jawa Timur.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kasinus. Yogyakarta

Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017


Akuatik Jurnal Sumberdaya Perairan 68
ISSN 1978-1652

[Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Kaitannya dengan Kondisi Kualitas Perairan dan
IPB, Bogor. Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Kawasan
Taman Nasional Laut Karimun Jawa. Jurnal Buletin
Yuliana., Adiwilaga, E. M., Harris, E dan Pratiwi, T.M. Oseanografi Marina. Vol. 1: 63 – 74.
2012. Hubungan Antara Kelimpahan Fitoplankton
Dengan Parameter Fisika Kimia Perairan Di Teluk
Jakarta. Jurnal Akuatik Vol. 3(2): 169-179.

Yusuf, M., Handoyo, G., Muslim., Wulandari, S. Y., dan


Setiyono, H. 2012. Karakteristik Pola Arus dalam

Volume 11 Nomor 1 Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai