Anda di halaman 1dari 11

Struktur Komunitas Fitoplankton Di Perairan Muara Sungaitohor

Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau

By

Nurry Yanasari1), Joko Samiaji2), Sofyan Husein Siregar2)


Email : nurry.yanasari19@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kualitas perairan, struktur komunitas
fitoplankton serta hubungan antara kualitas perairan dengan kelimpahan
fitoplankton di perairan muara Sungaitohor Kabupaten Kepulauan Meranti
Provinsi Riau. Metode yang digunakan adalah metode survei. Analisis sampel dan
identifikasi fitoplankton dilaksanakan di Laboratorium Biologi Laut Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Berdasarkan hasil penelitian, analisis
regresi korelasi menunjukkan hubungan yang sangat lemah antara pH dengan
kelimpahan fitoplankton sedangkan analisis regresi korelasi menunjukkan
hubungan yang cukup atara salinitas dengan kelimpahan fitoplankton.
Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 25 ind/L — 75 ind/L, sedangkan nilai
indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara 0,81 — 1,89 pada kategori sedang,
untuk nilai indeks keseragaman (E) berkisar antara 0,12 — 0,30 pada kategori
rendah dan untuk indeks dominansi (C) berkisar antara 0,29 — 0,67 pada kriteria
sedang dimana tidak ada jenis yang mendominansi. Berdasarkan sampel yang
diidentifikasi didapatkan 11 genus fitoplankton adalah: Leptocylindrus,
Protoperidinium, Trichodesmium, Isthmia, Gonyaulax, Nitzschia, Cestum,
Skeletonema, Thalassiosira, Stephanopyxis, Streptotheca. Genus yang dijumpai
pada setiap stasiun yaitu Protoperidinium.

Kata Kunci : Fitoplankton, Struktur Komunitas, Sungaitohor.

1
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Structure of Phytoplankton Community In Sungaitohor Kepulauan Meranti
District, Riau Province

By

Nurry Yanasari1), Joko Samiaji2), Sofyan Husein Siregar2)


Email : nurry.yanasari19@gmail.com

ABSTRACT

This research was conducted in October 2016 until January 2017 by


using survey method. The purpose of this research was to determine the water
quality, the structure of phytoplankton community and the relationship between
the water quality with the abundance of phytoplankton in Sungaitohor Estuary
Kepulauan Meranti District, Riau Province. Identification and analysis of
phytoplankton was conducted at Marine Biology Laboratory Faculty of Fisheries
and Marine University of Riau. The correlation regression analysis showed that
the relationship between pH and phytoplankton abundance were very low,
meanwhile correlation regression analysis between salinity and phytoplankton
abundance was fair. The abundance of phytoplankton ranged between 25 - 75
ind/l, diversity index (H ') ranged from 0,81 – 1,89 (medium category), uniformity
index (E) ranged from 0,12 – 0,30 (low category) and dominance index (C)
ranged from 0,29 – 0,67 (medium category). The identification found 11 genera
of phytoplankton i.e. : Leptocylindrus, Protoperidinium, Trichodesmium, Isthmia,
Gonyaulax, Nitzschia, Cestum, Skeletonema, Thalassiosira, Stephanopyxis and
Streptotheca. Protoperidinium was found in each stations.

Keywords : Phytoplankton, Community Structure, Sungaitohor.


1
Student Faculty of Fisheries and Marine University of Riau
2
Lecturer Faculty of Fisheries and Marine University of Riau
PENDAHULUAN cenderung memiliki produktivitas yang
Sungaitohor merupakan salah satu tinggi (Samiaji, 2013).
desa yang ada di kecamatan Tebingtinggi Keberadaan fitoplankton laut sangat
Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, tergantung oleh cahaya matahari yang
Provinsi Riau. Desa Sungaitohor merupakan mendukung proses fotosintesis. Proses
daerah penghasil sagu dan perairan lautnya fotosintesis oleh fitoplankton akan
digunakan sebagai sarana transportasi laut. menghasilkan oksigen. Selain cahaya,
Terdapat juga kawasan mangrove Desa kondisi parameter perairan laut juga
Sungaitohor di perairan pantainya juga berpengaruh bagi kelangsungan hidup
menjadi tempat restorasi bahari, dimana fitoplankton seperti suhu, pH, salinitas,
pemanfaatan wilayah mangrove sebagai kecerahan, kecepatan arus, oksigen terlarut,
tempat ekowisata bahari sedang diupayakan nitrat dan phospat.
oleh pemerintah. Perairan Muara Perairan Muara Sungaitohor
Sungaitohor merupakan daerah yang Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan
mendapat pengaruh dari aktifitas manusia daerah yang mendapat pengaruh dari
terutama dari kegiatan kilang sagu dan aktifitas manusia terutama dari kegiatan
perkebunan. kilang sagu dan perkebunan. Adanya
Plankton adalah organisme yang aktivitas tersebut dapat menyebabkan
hidup melayang di perairan, serta perubahan kualitas perairan dari tahun
kemampuan renangnya sangat lemah ketahun. Perubahan pada perairan dapat
sehingga pergerakanya sangat dipengaruhi diakibatkan secara alami ataupun karena
oleh adanya arus air di sekitarnya. Plankton aktivitas manusia seperti air buangan limbah
terdiri dari plankton hewani (zooplankton) sagu, pupuk dan lain sebagainya yang
dan plankton nabati (fitoplankton) yang menyebabkan menurunnya kualitas perairan.
biasanya mempunyai ukuran yang sangat Penurunan kualitas perairan dapat
mikroskopis (Nurrachmi et al., 2012). mempengaruhi kelimpahan fitoplankton.
Fitoplankton merupakan tumbuhan Berdasarkan hal tersebut maka perlu
mikroskopik yang hidup melayang-layang di dilakukan penelitian tentang kelimpahan
dalam perairan. Keberadaan fitoplankton fitoplankton sebagai informasi tentang
sangat diperlukan dalam menjaga struktur komunitas fitoplankton.
kelangsungan hidup ekosistem perairan dan Penelitian ini bertujuan untuk
memegang peranan penting dalam rantai mengetahui kualitas perairan, struktur
makanan di laut. Selain sebagai dasar dari komunitas fitoplankton serta hubungan
rantai makanan (primary producer) juga antara kualitas perairan dengan kelimpahan
merupakan salah satu parameter tingkat fitoplankton di perairan Muara Sungaitohor
kesuburan suatu perairan. Terdapat Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi
hubungan positif antara kelimpahan Riau.
fitoplankton dengan produktivitas perairan.
Jika kelimpahan fitoplankton di suatu
perairan tinggi maka perairan tersebut
METODELOGI PENELITIAN perhitungan statistik yakni uji regresi
Waktu dan Tempat dengan menggunakan aplikasi komputer
Penelitian ini dilaksanakan dari untuk melihat hubungan pH dan salinitas
bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017. perairan terhadap kelimpahan fitoplankton.
Pengambilan sampel dengan menggunakan
plankton net no.25 dilakukan pada 5 stasiun Pengambilan Sampel Fitoplankton
di perairan Muara Sungaitohor Kabupaten Pengambilan sampel fitoplankton
Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Analisis dilakukan berdasarkan petunjuk Samiaji et
sampel dan identifikasi fitoplankton al. (2013), Sampel fitoplankton dan
dilaksanakan di Laboratorium Biologi Laut pengukuran kualitas perairan dilakukan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas secara langsung di lapangan dengan
Riau. menggunakan alat yang telah disediakan.
Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan
pada setiap stasiun penelitian, dilaksanakan
pada pagi hari pukul 08:00 WIB hingga sore
hari pukul 16:00 WIB, dengan
menggunakan plankton net no.25 sebanyak
100L air yang disaring. Sampel air yang
tersaring sebanyak 50 ml dipindahkan dalam
botol sampel berukuran 100 ml selanjutnya
diawetkan dengan menggunakan lugol 4 %
sebanyak 2-3 tetes dan diberi label
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
kemudian disimpan dalam box yang
kemudian dibawa ke laboratorium untuk
Metode Penelitian
diamati.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei dengan
Identifikasi Sampel Fitoplankton
mengamati kawasan penelitian dan
Identifikasi fitoplankton dilakukan di
melakukan pengambilan sampel secara
Laboratorium Biologi Laut Fakultas
langsung di lapangan kemudian dilanjutkan
Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
dengan analisis di Laboratorium Biologi
Pekanbaru. Botol sampel yang diamati
Laut Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas
digoyang secara perlahan-lahan hingga
Perikanan dan Kelautan.
fitoplankton homogen, kemudian sampel
Data yang diperoleh dari
diambil dengan menggunakan pipet tetes
pengambilan sampel disajikan dalam bentuk
sebanyak 0,06 ml lalu diteteskan pada object
tabel dan grafik dibahas secara deskriptif
glass dan ditutup dengan menggunakan
yang dihubungkan dengan pH dan salinitas.
cover glass. Selanjutnya diamati di bawah
Sedangkan kelimpahan fitoplankton, indeks
mikroskop dengan menggunakan metode
keanekaragaman, indeks keseragaman dan
sapuan dan perbesaran 10 x 10 atau seluas
indeks dominansi dihitung dengan
bidang pandang sebanyak 3 kali pengamatan
menggunakan aplikasi komputer. Dilakukan
pada setiap sampel. Fitoplankton yang Keterangan :
ditemukan kemudian dipotret dengan H’ = Indeks keanekaragaman
menggunakan kamera dokumentasi. Pi = Proporsi individu jenis ke-1 terhadap
Identifikasi fitoplankton mengacu pada buku jumlah individu semua jenis (Pi=ni/N)
identifikasi Davis (1995), Yamaji (1979) Ni = Jumlah individu / spesies jenis ke –
dan Wendy (2017). i (individu)
N = Jumlah total individu
Analisis Data S = Jumlah genera
Dari data yang diperoleh kemudian Kriteria :
dilakukan analisis data untuk mengukur H’ < 1 : Indeks keanekaragaman rendah
kelimpahan fitoplankton, indeks 1 < H’ < 3: Indeks keanekaragaman sedang
keanekaragaman, indeks keseragaman dan H’ > 3 : Indeks keanekaragaman tinggi
indeks dominansi dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut : Indeks Keseragaman (E)
Penyebaran jumlah individu pada
Kelimpahan Fitoplankton masing-masing organisme dapat ditentukan
perhitungan kelimpahan fitoplankton dengan membandingkan nilai indeks
menggunakan rumus (APHA, 1995) : keseragaman dengan nilai maksimumnya.
𝐗 𝟏 Analisis indeks keseragaman fitoplankton
𝐍 =𝐙𝐱 𝐱
𝐘 𝐕 menggunakan rumus sebagai berikut (Odum,
Keterangan : 1971) :
N = Kelimpahan individu fitoplankton 𝐇′
E=
(individu/liter) 𝐇𝐦𝐚𝐤𝐬

Z = Jumlah individu fitoplankton


Keterangan :
X = Volume air sampel yang tersaring(50
E = Indeks Keseragaman
ml)
H’ = Indeks Keanekaragaman
Y = Volume 1 tetes air (0,06 ml)
Hmaks = log2 S
V = Volume air yang disaring (100 L)
Log 2 = 3,3219
S = Jumlah Spesies
Indeks Keanekaragaman (H’)
Kriteria :
Indeks ini digunakan untuk
Menurut Krebs (1985), besarnya
mengetahui keanekaragaman jenis
Indeks Keseragaman suatu populasi berkisar
fitoplankton. Persamaan yang digunakan
antara 0 – 1 dengan kriteria sebagai berikut :
untuk menghitung indeks ini adalah
0- 0,4 : Keseragaman jenis rendah
berdasarkan rumus Shannon dan Wiener
0,4 - 0,6 : Keseragaman jenis sedang
(1963), yaitu :
0,6- 1,0 : Keseragaman jenis tinggi

Indeks Dominansi (C)


Menurut Odum (1971) indeks
dominasi adalah angka yang
menggambarkan komposisi jenis organisme HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu komunitas. Semakin besar nilainya Parameter Kualitas Air
berarti semakin besar pula kecenderungan Proses pengambilan sampel
jenis tertentu mendominasi kelimpahannya. dilakukan pada 5 stasiun dengan masing-
Indeks dominasi dihitung menggunakan masing stasiun diambil 3 titik sampling,
rumus sebagai berikut: dilakukan pengukuran kualitas air untuk
𝐧𝐢 2 mengetahui kondisi lingkungan stasiun pada
C=
𝐍
saat pengambilan sampel.
Keterangan :
Pengukuran kualitas perairan yang
C = Indeks Dominansi
dilakukan bersamaan dengan pengambilan
ni = jumlah individu jenis ke – 1
sampel menunjukkan adanya perbedaan nilai
N = jumlah total individu
pH yang berkisar antara yaitu 5,6 — 6, 4.
Kriteria :
Hal tersebut diduga terjadi perubahan karena
Kriteria indeks dominasi menurut Krebs
percampuran air dari Selat Air Hitam. Hal
(1985) adalah :
ini dapat mendukung kehidupan fitoplankton
C < 0,5 : dominasi jenis rendah
dikarenakan pH ideal untuk kehidupan
0,5 < C < 1 : dominasi jenis sedang
fitoplankton diperairan berkisar 6,5 – 8,0
C>1 : dominasi jenis tinggi
(Arisyana dan Yuliana, 2012).
Sementara suhu diperairan kawasan
Analisis Regresi Korelasi
Muara Sungaitohor berkisar 29,9–32˚C.
Analisis regresi korelasi adalah analisis
Nilai tersebut merupakan nilai yang normal
yang digunakan untuk melihat hubungan
bagi perkembangan plankton di perairan
antara dua variabel untuk melihat
tropis yaitu 21—35˚C (Wardoyo, 1983).
keterkaitanya. Dengan menggunakan
Suhu di perairan ini masih baik bagi
persamaan regresi korelasi (Sugiyono, 2005)
pertumbuhan fitoplankton, meskipun bukan
:
pada nilai optimumnya. Kisaran suhu
𝐘 = 𝐚 + 𝐛𝐱
optimum bagi pertumbuhan fitoplankton laut
Keterangan :
adalah 20 - 30˚C (Effendi, 2003).
Y = Variabel terikat (Kelimpahan
Salinitas di perairan ini berkisar
fitoplankton)
antara 24 – 29,5 ppt, adanya fluktuasi
a,b = Konstanta
salinitas ini dikarenakan perairan di sekitar
x = Variabel bebas (pH dan salinitas)
mendapat pengaruh dari adanya industri
Kriteria :
kilang sagu, pelabuhan dan Selat Air Hitam.
0 : Tidak ada korelasi antara
Tingginya salinitas dapat menghambat
dua variabel
pertumbuhan fitoplankton karena menurut
>0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
Retland dan Iverson (2007) tingkat
>0,25 – 0,5 : Korelasi cukup
pertumbuhan fitoplankton lebih tinggi pada
>0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
perairan dengan salinitas yang rendah
>0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat
sehingga biomassa fitoplankton cenderung
1 : Korelasi sempurna
tinggi pada perairan bersalinitas rendah.
Nilai DO berkisar antara 4,1 – 5,7 terbanyak didapat dari kelas
ppm. Penurunan oksigen terlarut pada setiap Bacillariophyceae.
stasiun diduga disebabkan tingginya Dominasi Bacillariophyceae
aktivitas dekomposisi bahan organik. Tinggi (Diatom) diduga karena fitoplankton yang
rendahnya oksigen terlarut dalam perairan termasuk dalam kelas ini mempunyai
juga dipengaruhi oleh faktor suhu, tekanan adaptasi yang tinggi dan ketahanan hidup
dan konsentrasi berbagai ion yang masuk pada berbagai kondisi perairan termasuk
pada perairan (Yazwar, 2008). kondisi ekstrim. Menurut Odum (1998),
Nilai kecerahan berkisar antara 9 – banyaknya kelas Bacillariophyceae
41 cm. Rendahnya nilai kecerahan (Diatom) di perairan disebabkan oleh
disebabkan karena perairan Muara kemampuannya beradaptasi dengan
Sungaitohor merupakan perairan dengan lingkungan, tahan terhadap kondisi ekstrim
substrat berlumpur dan mendapat pengaruh serta mempunyai daya reproduksi yang
air buangan limbah kilang sagu. Menurut tinggi.
Yazwar (2008) bahwa kecerahan Samiaji et al. (2013) menyatakan
berpengaruh langsung terhadap bahwa pada waktu tertentu populasi suatu
perkembangan dan pertumbuhan jenis fitoplankton dapat tumbuh atau
fitoplankton. melimpah sehingga muncul jenis yang
paling banyak. Munculnya spesies atau
Komposisi Fitoplankton populasi ini kadang dengan tiba-tiba,
Berdasarkan hasil identifikasi maka kemudian hilang lagi dan keberadaanya
didapatkan sebarab fitoplankton pada digantikan dengan jenis lain.
masing-masing stasiun dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2. Sebaran Fitoplankton pada setiap
stasiun
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan 11 genus fitoplankton.
Komposisi jenis terbanyak terdapat pada
stasiun 2 dengan jumlah 6 genus yang
teridentifikasi sedangkan genus yang
No Genus Stasiun
I II III IV V
1 Laptocylindrus + - - - -
2 Protoperidinium + + + + +
3 Trichodesmium + - - - -
4 Isthmia + - - - +
5 Streptotheca + - - - -
6 Gonyaulax - + + + +
7 Nitzschia - + + + +
8 Cestum - + - - -
9 Skeletonema - + - - -
10 Thalassiosira - + - - -
11 Stephanopyxis - - - + -
Komposisi 5 6 3 3 4
Kelimpahan Fitoplankton Struktur Komunitas Fitoplankton
Tabel 4. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’),
80 75
Indeks Keseragaman (E) dan Indeks
70
Dominansi (C)
Kelimpahan Fitoplankton (ind/L)

60
50 44 Stasiun H' C E
40 I 1,6 0,37 0,14
25 28 26
30
II 1,89 0,29 0,14
20
10 III 0,94 0,58 0,12
0 IV 0,81 0,67 0,18
I II III
Stasiun IV V V 0,97 0,52 0,30
Gambar 1. Rata-rata Kelimpahan Keterangan H’ : Indeks Keanekaragaman
Fitoplankton di Muara Sungaitohor C : Indeks Dominansi
Berdasarkan hasil perhitungan E : Indeks Keseragaman
kelimpahan fitoplankton tertinggi yaitu pada Indeks keanekaragaman (H’)
stasiun III dengan nilai kelimpahan 75 fitoplankton di Perairan Muara Sungaitohor
ind/L. Tingginya kelimpahan di stasiun III Kabupaten Kepulauan Meranti berkisar
diduga karena tingginya unsur hara pada antara 0,81 — 1,89, indeks keanekaragaman
daerah tersebut dan parameter fisika-kimia tertinggi yakni pada stasiun II dengan nilai
yang mendukung untuk pertumbuhan dan 1,89. Rendah ataupun tingginya indeks
perkembangan fitoplankton. Limining dan keanekaragaman pada setiap stasiun
Hendra (2009) menyatakan bahwa unsur dikarenakan adanya genus yang
hara berpengaruh pada pertumbuhan mendominasi terlihat dari indeks dominansi
plankton. pH perairan pada setiap stasiun tertinggi yaitu 0,67. sedangkan indeks
mempunyai nilai yang berbeda sehingga keseragaman berkisar antara 0,12 — 0,30
diduga memberi pengaruh terhadap dimana ini menyatakan bahwa nilai
fitoplankton. keseragaman tergolong rendah. Menurut
Hal ini sesuai dengan pendapat Pirzan et al. (2005) yang menyatakan bahwa
Yuliana dan Tamrin (2006) bahwa apabila keseragaman mendekati nol berarti
ketersediaan unsur hara dan cahaya dapat keseragaman antar spesies di dalam
digunakan dalam perkembangan komunitas tergolong rendah dan sebaliknya
fitoplankton. Menurut Pakpahan (2013) keseragaman yang mendekati satu dapat
dalam Siregar (2015) perbedaan kelimpahan dikatakan keseragaman antar spesies
disebabkan oleh perbedaan pengaruh tergolong merata atau sama.
kegiatan sekitar perairan dan kondisi pada Nilai indeks dominansi (C)
setiap stasiun, dimana setiap lokasi memiliki fitoplankton di Muara Sungaitohor
pengaruh antropogenik yang berbeda dan Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi
pasokan unsur hara mempengaruhi Riau pada seluruh stasiun memperlihatkan
pertumbuhan fitoplankton di perairan. nilai yang rendah (baik) yang berarti tidak
terjadi dominansi genus tertentu di perairan
tersebut. Apabila nilai dominansi mendekati
nilai 1 berarti di dalam komunitas terdapat punya peranan penting baik kehidupan
genus yang mendominansi genus lainnya, organisme air maupun dalam pengaturan
sebaliknya apabila mendekati nilai 0 berarti ketersediaan unsur hara dalam perairan itu
di dalam struktur komunitas tidak terdapat sendiri. Salinitas disuatu perairan menjadi
genus yang secara ekstrim mendominasi faktor utama sebagai penentu keberadaan
genus lainnya (Basmi, 2000). Faktor utama tumbuhan dan organisme laut. Salinitas
yang mempengaruhi jumlah organisme, seringkali menjadi suatu indikasi penting
keseragaman jenis dan dominansi antara lain untuk menentukan sirkulasi dan
adanya perusakan habitat alami seperti percampuran sebagai akibat adanya interaksi
pengkonversian lahan mangrove menjadi antara masuknya air tawar dan air laut
tambak atau peruntukan lainnya, pecemaran (Nurhayati dan Suyarso, 2000).
kimia dan organik, serta perubahan iklim
(Widodo, 1997). KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hubungan Kelimpahan Fitoplankton Hasil penelitian perairan kawasan
dengan Parameter Kualitas Air Pantai Sungaitohor ditemukan 11 genus
Dari analisis regresi korelasi fitoplankton yaitu Leptocylindrus,
sederhana antara salinitas dengan Protoperidinium, Trichodesmium, Isthmia,
kelimpahan menunjukkan nilai positif yang Gonyaulax, Nitzschia, Cestum, Skeletonema,
menunjukan bahwa ada hubungan yang Thalassiosira, Stephanopyxis, Streptotheca.
signifikan dengan persamaan matematis y = Genus yang dijumpai pada setiap stasiun
- 60.634 + 3.629x dengan nilai koefisien yaitu Protoperidinium.
determinasi (R2) sebesar 0,1285 dan Berdasarkan hasil perhitungan nilai
koefisien korelasi (r) sebesar 0,3585 hal ini kelimpahan, menunjukan kelimpahan
menunjukkan korelasi yang cukup. Korelasi tertinggi di stasiun III dengan nilai 75 ind/L,
sederhana antara pH dengan kelimpahan sedangkan nilai indeks keanekaragaman
menunjukkan nilai positif yang berarti ada (H’) terdapat pada kategori sedang pada
hubungan yang signifikan dengan setiap stasiun, untuk nilai indeks
persamaan matematis y = - 9.135+ 7.9719x keseragaman (E) terdapat pada kategori
dengan nilai koefisien determinasi (R2) rendah dan untuk indeks dominansi (C)
sebesar 0,0134 dan koefisien korelasi (r) terdapat pada kriteria sedang dimana tidak
sebesar 0,1158 hal ini menunjukkan ada jenis yang mendominansi. Untuk hasil
korelasi yang sangat lemah. analisis regresi korelasi salinitas dengan
Salinitas dan pH diperlukan bagi kelimpahan fitoplankton menunjukkan
pertumbuhan fitoplankton pada Muara hubungan yang cukup sedangkan kerelasi
Sungaitohor Kabupaten Kepulauan Meranti antara pH dengan kelimpahan fitoplankton
Provinsi Riau. Kedua paramater perairan menunjukkan hubungan yang sangat lemah.
tersebut cukup berperan bagi kelangsungan
hidup fitoplankton. Hal ini didukung dengan
Syafriadiman (2009) menyatakan bahwa pH
Saran Davis, G. C. 1995. The Marine and
Perlu dilakukan pengambilan sampel Freshwater Plankton. Michigan State
secara kontinyu pada lokasi stasiun yang University Press. USA. 526p.
sama di beberapa kedalaman untuk melihat
penyebaran fitoplankton pada kedalaman Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
tertentu. Sebaiknya dilakukan pula Pengelolaan Sumberdaya Air dan
penelitian mengenai parameter lainnya Lingkungan Perairan. Penerbit
seperti kecepatan arus, debit air, oksigen Kanisius. Yogyakarta.
terlarut, dan pasang surut yang ikut Kreb, C. J. 1985. The Eksperimental
mempengaruhi penyebaran fitoplankton di Analysis of Distribution and
Muara Sungaitohor, Kabupaten Kepulauan, Abudance. Third Edition. New
Meranti Provinsi Riau. York : Harper & Row Publisheri.

Ucapan Terima Kasih Limining, P. dan Hendra, S. 2009.


Penulis mengucapkan terimakasih Kelimpahan dan Komposisi
kepada kedua orangtua dan keluarga. Fitoplankton di Danau Sentani,
Penulis juga mengucapkan terimakasih Papua. Jurnal Limnotek. 161 (2).
kepada Dr. Ir. Joko Samiaji, M.Sc dan Dr. Riset Pemacuan Stok Ikan. Hal :
Ir. Sofyan Husein Siregar, M.Phill atas saran 89.
dan bimbingannya serta dana riset unggulan Nurrachmi, I., J. Samiaji. dan S. H. Siregar.
Universitas Riau Tahun 2016 dan berbagai 2012. Bahan Kuliah Planktonologi
pihak yang telah memberikan bantuan dan Laut. Laboratorium Biologi Laut.
dukungan dalam penyusunan jurnal ini. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Riau.
Daftar Pustaka Pekanbaru (tidak diterbitkan).
APHA (American Public Health
Association). 1989. Standard Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology.
Method for the Axaminatin df Third Edition. W.B. Saunders Co.
Water and Wastwater. American Philadelphia and London. 546 p.
Public Control Federation. 19 th
Edition, Washington DC. American Pakpahan, L. S. 2013. Konsentrasi Nitrat
Public Health Association Inc. dan Fosfat Serta Kelimpahan
Arisyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Diatom Di Perairan Bekas
Perairan. Bumi Aksara. Jakarta. 278 Pertambangan Timah Kelurahan
Hal. Sungai Lakam Kabupaten Karimun
Provinsi Kepulauan Riau. (Skripsi).
Basmi, J. 2000. Planktonologi : Plankton Fakultas Perikanan dan Ilmu
Sebagai Bioindikator Kualitas Kelautan. Universitas Riau. (Tidak
Perairan. Fakultas Perikanan dan Dipublikasikan).
Ilmu Kelautan. IPB. Hal : 40.
Retland, J. N., R.L. Iversion,. 2007. Pada Era Industrialisasi. Pidato
Phytoplankton Biomass in a Pengukuhan Guru Besar Tetap
Subtropical Estuary : Distribution , Bidang Ilmu Manajemen Kualitas
Size Composisi and Carbond : Air. Universitas Riau. Pekanbaru.
Chlorophyll Ratios. Estuaries and
Coasts, 30(5) : 878-885. Wardoyo, S.T.H. 1983. Metode Pengukuran
Kualitas Air. Training. Penyusunan
Samiaji, J. 2013. Bahan Kuliah Analisis Mengenai Dampak
Planktonologi Laut. Fakultas Lingkungan. PUSDI – PSL. Institut
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pertanian Bogor. 60 p.
Universitas Riau. Pekanbaru (tidak
diterbitkan). Wendy, G.M.D. dan G.M. Guiry. 2017.
AlgaeBase. World-wide electronic
Samiaji, J. Nurrachmi, I. dan Siregar, S. H. publication, National University of
2013. Penuntun Praktikum Ireland, Galway.
Planktonologi. Fakultas Perikanan http://www.algaebase.org; searched
dan Ilmu Kelautan. Universitas on 09 February 2017.
Riau. Pekanbaru. 32 hal (tidak
diterbitkan). Yamaji, I. 1979. Illustration of Marine
Plankton of Japan. Hoikiska Publ.
Shannon, C. E. dan W. Weaver 1963. The Co. Ltd. Japan. 572 p.
Mathematical Theory. Univ of
Illinois Press. ISBN 0-486-24061-4. Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton
dan Keterkaitannya dengan Kualitas
Siregar, E. D. Y. 2015. Struktur Komunitas Air di Danau Toba. Universitas
Diatom Planktonik di Perairan Pantai Sumatra Utara.
Sekitar Kota Dumai Provinsi Riau.
(Skripsi). Fakultas Perikanan dan Yuliana dan Tamrin. 2006. Struktur
Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Komunitas dan Kelimpahan
(Tidak dipublikasi). Fitoplankton dalam Kaitannya
dengan Parameter Fisika Kimia
Sugiyono. 2005. Analisa Statistik Korelasi Perairan di Danau Laguna, Ternate,
Linier Sederhana. Maluku Utara. Prosiding Seminar
Nasional. Limnologi. Hal : 200-208
Syafriadiman. 2009. Teknik Pengelolaan
Kualitas Air Budidaya Perikanan

Anda mungkin juga menyukai