Anda di halaman 1dari 10

Warman JURNAL AGROQUA

Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais... Vol. 13 No. 2, Desember 2015

UJI KUALITAS AIR MUARA SUNGAI LAIS UNTUK PERIKANAN


DI BENGKULU UTARA

Indra Warman
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Ratu Samban
Arga Makmur Bengkulu Utara

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang uji kualitas air muara sungai Lais, Bengkulu Utara.
Penelitian bertujuan mengetahui kualitas perairan dan potensi pemanfaatan untuk perikanan.
Penentuan status kualitas air berdasarkanstandar National Sanitation Foundation Water
Quality Index (NSF-WQI). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk
menggambarkan objek yang diteliti dengan data atau variable dan gejala atau keadaan, tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu. Hasil yang diperoleh menunjukkan kualitas
air muara sungai Lais berdasarkan Water Quality Indexs (WQI) adalah pada kisaran normal
(medium) dengan nilai 60 (50-70 normal). Namun untuk peruntukannya berpedoman pada
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, dimana kriteria memenuhi baku mutu air kelas empat.
Sehingga untuk saat ini belum memungkinkan dimanfaatkan bagi kepentingan perikanan
karena masih tingginya fosfat 3.32 mg/l dan Facel coliform 6,755.56 jml/100 ml. Namun
perairan muara sungai Lais memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai lokasi kegiatan
perikanan dengan perbaikan, pengelolaan dan infrastuktur dengan memperhatikan dimensi
lingkungan secara kontinu serta mengikutsertakan peran aktif masyarakat sekitar. Sehingga
perairan muara sungai Lais dapat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat sekitar dimasa
sekarang dan akan datang.
Kata kunci: Water Quality Index, Potensi Peruntukan, Muara Sungai Lais
PENDAHULUAN dapat menyebabkan sungai meluap, keruh
atau kekeringan, sedangkan faktor yang
Sungai merupakan suatu bentuk perairan
berasal dari manusia seperti pembuangan
yang dicirikan arus mengalir dari hulu ke
limbah dari berbagai aktifitas industri,
hilir hingga muara. Sungai juga merupakan
pertanian, perkebunan dan limbah domistik
suatu bentuk ekosistem aquatik yang
(limbah rumah tangga).
mempunyai peran penting dalam daur
Bagian yang paling akhir akan
hidrologi dan berfungsi sebagai daerah
menampung limbah tersebut adalah daerah
tangkapan air (catchementarea) bagi daerah
disekitar. Oleh manusia sungai menjadi sekitar muara, hal ini karena pertemuan
tempat melakukan berbagai aktifitas dan aliran air sungai dan laut akan terakumulasi
sumber kehidupan seperti air minum, di daerah muara karena air yang datang dari
pengairan pertanian, perkolaman dan hulu akan ditahan oleh air laut sebelum
kegiatan lainnya. secara perlahan bergabung dengan air laut.
Sehingga semua limbah yang telah diterima
Kualitas air sungai dipengaruhi faktor
sungai diperkirakan akan berada pada muara
alam dan faktor manusia. Faktor alam yang
yang dapat mengakibatkan menurunnya
mempengaruhi sungai seperti hujan deras,
kualitas air di muara sungai.
banjir, musin kemarau, letusan gunung api
dan lain sebagainya. Adanya faktor tersebut
24
Warman JURNAL AGROQUA
Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais... Vol. 13 No. 2, Desember 2015

Sungai air Lais merupakan salah satu adalah untuk mengetahui kualitas air muara
sungai di kabupaten Bengkulu Utara yang sungai Lais dan potensi pemanfaatanya
memiliki kondisi seperti yang telah diuraikan untuk kegiatan perikanan. Sedangkan
diatas. Sungai ini menjadi penerima berbagai manfaatnya adalah untuk mendapatkan
limbah yang dihasilkan oleh pemukiman, informasi dan memberikan solusi
perkebunan, pertanian dan lain sebagainya di pemanfaatan dan pengelolaan untuk
sepanjang aliran sungai dari hulu hingga kesejahteraan masyarakat sekitar muara
muara. Bagian hulu banyak terdapat sungai dimasa sekarang dan akan datang.
perkebunan dan pertanian yang umumnya
menggunakan bebagai bahan kimia baik
METODOLOGI PENELITIAN
pupuk, herbisida dan pestisida dan lain-lain.
Di sebagian badan sungai ada pemukiman Penelitian dilakukan di perairan muara
penduduk dengan sampah domestiknya. sungai Lais, kecamatan Lais kabupaten
Semua akumulasi tersebut akan diterima Bengkulu Utara. Analisis air dilakukan di
oleh sungai baik secara langsung maupun lapangan dan di laboratorium Kesehatan
tidak langsung. Tentu akan dapat Daerah (kesda) Provinsi Bengkulu.
menurunkan kualitas air sungai. Penelitian ini dilakukan bulan Desember
Keberadaan sumberdaya sebenarnya 2014 sampai Januari 2015.
merupakan suatu karunia yang mesti kita
manfaatkan, namun harus memperhatikan Prosedur Kerja
kaidah-kaidah pemanfaatan yang penuh Data penelitian dikumpulkan dari hasil
perhitungan dan beretika. Membiarkan pengukuran langsung di lapangan dan hasil
potensi sungai dan muara dengan ketakukan analisis air di laboratorium. Penentuan titik
yang berlebihan bukan juga suatu solusi. sampling berdasarkan alur arus muara sungai
Artinya komitmen memanfaatkan sungai Lais yang dipengaruhi pasang surut air laut.
dengan penuh perhitungan dan kehati-hatian Ditetapkan 3 stasiun pengamatan yaitu
dengan manajemen pemanfaatan atau Stasiun I bagian muara pada jarak 650 meter
pengelolaan yang memikirkan masa depan dari muara pada koordinat S 03o 31' 47.7" E
serta sepenuhnya mendukung perekonomian 102 o 02' 36.7", Stasiun II bagian tengah
masyarakat sekitar, jauh lebih baik berjarak 1.900 meter dari muara pada
ketimbang menempatkan kekhawatiran pada koordinat S 03o 31' 15.4" E 102o 03' 09.0",
lini depan, dengan membiarkan untuk tidak dan stasiun III bagian hulu (batas pengaruh
bernilai. pasang surut) berjarak 2.950 meter dari
Sebenarnya muara sungai Lais memiliki muara pada koordinat S 03o 31' 20.4"
potensi dan peluang cukup besar untuk E 102o 03' 30.2". Pada masing-masing
dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan stasiun diambil 3 titik sampling, sehingga
perikanan terpadu seperti kerambang jaring jumlah keseluruhan 9 sampling.
apung (KJA), lomba selaju sampan, wisata Pengambilan sampel dilakukan pada
keliling perairan, olah raga air, perahu motor saat musim hujan mengantisipasi
dan lain-lain. Kondisi perairan yang cukup kemungkinan kondisi terburuk keadaan air
tenang, air yang cukup jernih, lebarnya muara sungai Lais, agar sampel yang diambil
sungai dan vegetasi tumbuhan yang masih merupakan kondisi terburuk perairan saat
asli menjadi andalan. penelitian. Selanjutnya diambil sampel air
Untuk itu, perlu dilakukan penelitian dan dilakukan pengukuran parameter air
tentangUji Kualitas Air Muara Sungai Lais meliputi;
untuk Perikanan, adapun tujuan penelitian
25
Warman JURNAL AGROQUA
Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais... Vol. 13 No. 2, Desember 2015

Suhu, pH, DO terlarut diukur dilokasi 4. Setelah diperoleh hasil WQI selanjutnya
penelitian. Sedangkan untuk uji yang lain dilihat kategori index kualitas air tersebut
dilakukan di laboratorium Labkesda Propinsi apakah tergolong sangat baik (excellent),
Bengkulu. Seperti BOD5, Total solid, baik (good), normal (medium), buruk
kekeruhan, fosfat, nitrat dan facel coliform. (bad) atau sangat buruk (very bad).
Kemudian dianalisis secara deskriptif
Analisis Data dengan membandingkan standar
Data dianalisis dengan menggunakan peruntukan air menurut PP 82 Tahun
aplikasi Water Quality Index Calculator 2001 tentang Pengelolan Kualitas Air dan
yang diakses melalui Pengendalian Pencemaran Air untuk
http://www.water-research.net/index.php/ mengetahui status peruntukannya.
water-treatment/water-monitoring/monitorin Kemudian dianalisis kesesuaian
g-the-quality-of-surfacewaters dengan parameter kualitas air untuk kegiatan
mengikuti faktor koefisien yang telah ada. perikanan.

Water Quality Factors and Weights HASIL DAN PEMBAHASAN


Factor Weight a. Analisis Kualitas Air
Dissolved oxygen 0.17
Berdasarkan hasil pengukuran sembilan
Fecal coliform 0.16 parameter kualitas air yang telah dilakukan,
pH 0.11 selanjutnya diolah dengan aplikasi (software)
Biochemical oxygen WQI, adapun hasilnya disajikan pada tabel 4.1.
0.11 Dari hasil analisis kualitas air muara sungai
demand
Lais menggunakan standar kualitas air water
Temperature change 0.10 quality index (WQI) menunjukkan nilai sebesar
Total phosphate 0.10 60. Kategori ini, berarti perairan muara sungai
Lais tergolong normal (medium)
Nitrates 0.10
Namun berdasarkan PP 82 tahun 2001
Turbidity 0.08 tentang Pengelolan Kualitas Air dan
Total solids 0.07 Pengendalian Pencemaran Air muara sungai Lais
saat ini tidak ada yang memenuhi baku mutu air
yang ada karena rata-rata fosfat dan facel
Adapun langkah analisis data sebagai
coliform masih sangat tinggi yaitu 3,32 mg/l dan
berikut : 1.700 jml/100 ml. Namun pada stasiun II
1. Data hasil pengamatan lapangan dan kisarannya memenuhi baku mutu air kelas IV,
pengujian laboratorium ditabusikan dan hal ini mungkin karena agak jauhnya lokasi
selanjutnya dirata-ratakan. stasiun II dari pemukiman sehingga diperkirakan
2. Hasil rata-rata tersebut dimasukan dalam aktifitas domistik sehari-hari masyarakat kurang
aplikasi Water Quality Index Calculator dilokasi tersebut. Akan tetapi muara sungai Lais
3. Selanjutnya Water Quality Index memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai
Calculator akan mengkonversi nilai kegiatan perikanan, lebih jelasnya diuraikan
parameter tersebut ke dalam indek sebagai berikut:
kualitas air dan selanjutnya dikonversi ke
total Index Kualitas Air hingga diperoleh
status air.

26
Warman JURNAL AGROQUA
Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais... Vol. 13 No. 2, Desember 2015

Tabel 1. Nilai Rata-rata Parameter yang diuji dan Skor Water Quality Index serta Baku Mutu
Air Berdasarkan PP 82 Tahun 2001.
Parameter Satuan Baku Baku Baku Baku Rata-r Weight Nilai
Mutu Mutu Mutu Mutu ata WQI
Air Air Air Air
Kelas I Kelas 2 Kelas Kelas 4
3
O
Suhu C Devias Devias Devias Deviasi 26,45 0.10 14
i3 i3 i3 3
pH - 6-9 6-9 -9 5-9 7,03 0.11 89
Total solid mg/l 1000 1000 1000 2000 3,50 0.07 80
Turbiditas JTU 50 50 400 400 7,52 0.08 81
DO % sat 6 4 3 0 89,85 0.17 95
**
BOD mg/l 2 3 6 12 3,24 0.11 66
Total Phospat mg/l 0,2 0,2 1 5 3,32 0.10 20
Nitrat mg/l 10 10 20 20 0,03 .010 97
Facel Coliform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000 1.700 0.16 12
Total Nilai WQI 60
Sumber : Data Penelitian dan PP Nomor. 82 Tahun 2001
* mg/l ** % sat (untuk nilai WQI)

Suhu Selanjutnya Kordi dan Baso (2010)


Kisaran suhu rata-rata di muara sungai menyatakan kisaran suhu optimal bagi kehidupan
sebesar 26,45 OC. Suhu parairan dipengaruhi oleh ikan di perairan tropis adalah antara 28 OC – 32
O
intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam C. Sedangkan pada suhu 18 OC – 25 OC ikan
perairan. Suhu selain berpengaruh terhadap berat masih mampu bertahan hidup namun mengalami
jenis, viskositas dan densitas air, berpengaruh penurunan nafsu makan. Sementara di bawah
juga terhadap kelarutan gas dan unsur-unsur suhu tersebut ikan akan mengalami kematian di
dalam air. Cahaya yang masuk ke perairan akan wilayah tropis, karena kedinginan.
mengalami penyerapan dan mengalami Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
perubahan menjadi energi panas. menunjukan bahwa suhu perairan muara sungai
Suhu badan air juga dipengaruhi oleh Lais rata-rata berada pada kisaran cukup sesuai
musim, lintang (latitude), ketinggian dari dengan kondisi normal dan baik bagi hidupnya
permukaan air laut, sirkulasi udara, penutupan biota air. Walupun cenderung pada kisaran
awan, aliran air dan kedalaman air (Kordi, 2009). minimum namun masih memungkinkan bagi
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses biota untuk dapat beraktifitas dengan baik.
fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu juga Sehingga cukup memungkinkan untuk
mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme dimanfaatkan bagi pemeliharaan biota aquatik.
dan penyebaran, baik di laut maupun di perairan
tawar. Suhu berperan mengendalikan kondisi pH
perairan, berpengaruh terhadap kehidupan dan pH rata-rata perairan muara sungai Lais
pertumbuhan biota air. Kisaran suhu optimum adalah 7,03. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa
bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah parameter antara lain aktivitas biologi, suhu,
20 OC – 30 OC (Effendi, 2003). Perubahan suhu kandungan oksigen dan ion-ion. Dari aktivitas
air yang drastis dapat mematikan biota air karena biologi dihasilkan gas CO2 yang merupakan hasil
terjadi perubahan daya angkut nutrisi dalam respirasi. Semakin banyak CO2 yang dihasilkan
darah. dari respirasi, reaksi bergerak dan melepaskan
27
Warman JURNAL AGROQUA
Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais... Vol. 13 No. 2, Desember 2015

ion H+ yang menyebabkan pH air turun. Namun karena berada pada nilai yang tidak berpengaruh
sebaliknya dengan aktifitas fotosintesis yang bagi kepentingan perikan dan lain sebagainya.
membutuhkan banyak CO2 menyebabkan pH air
naik. Nilai pH pada perairan alami berkisar antara Kekeruhan (turbiditas)
4 sampai 9. Kekeruhan air rata-rata muara sungai Lais
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan sebesar 7,52 JTU. Kekeruhan menggambarkan
perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad sifat optik air yaitu banyaknya cahaya yang
renik. Perairan asam akan kurang produktif, diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
malahan dapat membunuh hewan budidaya. Pada terdapat di dalam air (Barus, 2001;Effendi,
pH rendah, kandungan oksigen terlarut akan 2003). Pada Peraturan Pemerintah Nomor 82
berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen Tahun 2001 tidak ada mensyaratkan tertentu
menurun, aktifitas pernapasan naik dan selera untuk turbiditas.
makan berkurang (Kordi, 2009). Selanjutnya Menurut Supriyadi dalam Isnaini (2011),
dikatakan sebagian besar biota akuatik sensitif batas standar turbiditas air untuk keperluan
terhadap perubahan pH dan lebih menyukai nilai rekreasi dan olah raga air adalah < 25 JTU,
pH sekitar 7-8,5. Secara umum nilai pH antara sedangkan untuk keperluan sebagai sumber baku
7-9 merupakan indikasi sistem perairan yang air bersih adalah < 20 JTU. Selanjutnya dikatakan
sehat (WHO, 1993). bahwa persyaratan kekeruhan yang diberikan izin
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan untuk badan air untuk berbagai keperluan
menunjukkan bahwa pH di muara sungai Lais haruslah dihubungkan dengan nilai-nilai estetika
berada pada ambang yang cukup baik bagi dan kesehatan untuk peruntukannya.
kehidupan biota air yaitu berada pada kisaran 6,6 Kecerahan juga mempengaruhi
– 7,2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor produktivitas primer, apabila kecerahan
82 tahun 2001, untuk parameter pH nilai antara 6 berkurang maka proses fotosintesis akan
– 9 adalah kriteria air kelas satu, yang dapat terhambat sehingga oksigen dalam air berkurang,
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti dimana oksigen dibutuhkan organisme akuatik
wisata air, perikanan, peternakan dan lain-lain. untuk melakukan aktifitas metabolisme (Barus,
2001).
Total Solid Kekeruhan pada sungai yang sedang banjir
Hasil penelitian nilai rata-rata total solid lebih disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi
muara sungai Lais sebesar 3,5 mg/l. Hal ini yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan
menunjukkan bahwa nilai total solid muara permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air
sungai Lais masih berada pada ambang batas pada saat hujan. Menurut Lloyd dalam Kordi. K
yang diperbolehkan. Berdasar Peraturan Menteri (2009) menyatakan peningkatan nilai turbiditas
Kesehatan RI Nomor pada perairan dangkal dan jernih sebesar 25 NTU
416/MENKES/PER/IX/1990 dan Peraturan dapat mengurangi 13 – 15 % produktivitas
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 mensyaratkan primer. Selanjutnya dikatakan peningkatan
batas padatan terlarut adalah sebasar 1000 mg/l. turbiditas sebesar 5 NTU di danau dan sungai
Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada dapat mengurangi produktivitas primer
perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi berturut-turut sebesar 75 % dan 3 – 13 %.
jika berlebihan dapat meningkatkan nilai
kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat Oksigen Terlarut/Dissolved Oxygen (DO)
penetrasi cahaya matahari ke dalam air yang pada Kelarutan oksigen (DO) dipengaruhi oleh
akhirnya berpengaruh pada proses fotosintesis di temperatur, tekanan atmosfir, padatan tersuspensi
perairan (Effendi, 2003). Selanjutnya dikatakan dan salinitas serta turbulensi air (Wardhana,
bahwa ratio antara padatan terlarut dan 2001; Effendi, 2004). Kadar oksigen juga
kedalaman rata-rata perairan merupakan salah berfluktuasi secara harian (diurnal) dan
satu cara untuk menilai produktivitas perairan. musiman, tergantung pada percampuran (mixing)
Sehingga dari hasil penelitian menunjukkan dan pergerakan air (turbulence) massa air,
bahwa perairan muara sungai Lais cukup baik
28
Warman JURNAL AGROQUA
Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais... Vol. 13 No. 2, Desember 2015

aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah yang BOD5 (Biochemical Oxyen Demand)
masuk ke badan air.
Hasil pengukuran didapatkan jumlah Hasil analisis dilaboratorium menunjukkan
oksigen terlarut sebesar 89.85 % sat (Tabel 4.1), BOD5 rata-rata sebesar 3,24 mg/l (Tabel 4.1),
atau sebesar 7,2 mg/l. Ini berarti masih dalam dengan kisaran sebesar 2,10 mg/l – 4,23 mg/l.
kondisi normal bahkan termasuk cukup baik. Nilai ini menunjukan angka yang lebih tinggi bila
Menurut PP 82 Tahun 2001 mensyaratkan kadar dibandingkan dengan peruntukan air kelas satu
oksigen terlarut minimum adalah 6,0 mg/l untuk yaitu 2 mg/l. Namun untuk peruntukan air kelas
air kelas satu, 4,0 mg/l untuk air kelas dua dan 3,0 dua, tiga dan empat masih tergolong baik.
mg/l untuk air kelas tiga. Sehingga untuk DO Menurut PP 82 tahun 2001 bahwa nilai BOD
terlarut muara sungai Lais tergolong baik. untuk air kelas satu, dua, tiga dan empat adalah 2
Masih cukup baiknya kondisi perairan mg/l, 3 mg/l, 6 dan 12 mg/l.
muara sungai Lais disebabkan aktifitas Biochemical Oxygen Demand (BOD5)
masyarakat yang berada disekitar lokasi tidak didefinisikan sebagai penggunaan oksigen
terlalu berlebihan. Hal ini ditambah lagi jumlah terlarut oleh mikroorganisme untuk
penduduk yang masih tergolong tidak padat mendegradasi material organik di suatu perairan
sehingga aktifitas limbah domestik belum begitu (Wardhana, 2001). Kebutuhan oksigen
memberatkan badan air. Adapun aktifitas mengindikasikan pencemaran organik di
penduduk yang berada dihulu belum begitu perairan. Menurut Fardiaz (1992) bahwa air
berpengaruh karena secara umum ratio penduduk murni mempunyai nilai BOD5 sebesar 1 mg/l dan
yang berada di bantaran sungai masih jarang. Di air yang mempunyai nilai BOD5 3 mg/l masih
sepanjang sungai mulai dari hulu hingga muara dianggap bersih.
masih banyak ditumbuhi vegetasi tumbuhan baik WHO (1993) memberikan standar kadar
alami maupun perkebunan masyarakat. maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk
Menurut Zonneveld dalam Kordi dan Baso kepentingan air minum dan menopang kehidupan
(2010) kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai organisme akuatik adalah 3,0 mg/l – 6,0 mg/l.
kepentingan pada dua aspek yaitu kebutuhan Berdasarkan hasil analisis BOD5 muara sungai
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan Lais masih pada ambang yang cukup dapat
konsumtif yang tergantung pada metabolisme mendukung kehidupan biota akuatik.
ikan. Selanjutnya dikatakan perbedaan kebutuhan
oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari Fosfat
spesies tertentu adalah disebabkan adanya Kandungan fosfat perairan muara sungai
perbedaan struktur molekul sel darah ikan. Lais tinggi dengan rata-rata 3,32 mg/l. Tingginya
Meskipun beberapa jenis ikan mampu nilai fosfat di perairan muara sungai Lais diduga
bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi akibat tingginya penggunaan deterjen dan
oksigen 3 ppm, namun konsentrasi minimum sejenisnya oleh masyarakat yang beraktifitas di
yang masih baik adalah 5 ppm. Pada konsentrasi sekitar muara sungai seperti mandi dan mencuci
di bawah 4 ppm beberapa jenis ikan masih serta masyarakat dihulu yang pada akhirnya
mampu bertahan hidup namun nafsu makannya terakumulasi di muara. Kemudian juga diduga
sudah mulai menurun. (Kordi dan Baso, 2010). berasal dari penggunaan pupuk oleh aktifitas
Selanjutnya dikatakan bahwa konsentrasi yang pertanian dan perkebunan yang berada dekat
baik dalam budidaya perairan adalah antara 5 – 7 dengan pinggir sungai atau terbawa arus.
ppm. Effendi (2003) menyatakan fosfor banyak
Kelarutan oksigen dalam badan air dapat digunakan sebagai pupuk, sabun atau deterjen,
digunakan sebagai indikator terjadinya polusi bahan industry keramik, minyak pelumas, produk
limbah pada badan air. Sedangkan untuk minuman dan makanan, katalis dan sebagainya.
keperluan rekreasi atau parawisata air tidak ada Sedangkan Sastrawijaya (2009) menyatakan
batas kandungan yang dianjurkan (Isnaini, 2011). fosfor memasuki perairan berasal dari kotoran,
limbah, sisa pertanian, kotoran hewan dan sisa
tanaman serta hewan yang mati.
29
Warman JURNAL AGROQUA
Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais... Vol. 13 No. 2, Desember 2015

Menurut Perkin dalam Isnaini (2011) kegiatan masyarakat sekitar sungai baik
kandungan fosfat di perairan umunya tidak lebih pertanian, peternakan maupun aktiftas
dari 0,1 mg/l, kecuali pada perairan yang sehari-hari.
menerima limbah dari rumah tangga dan industri Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen
tertentu, serta daerah pertanian yang mendapat di perairan alami dan merupakan nutrien utama
pemupukan fosfat. Selanjutnya dikatakan bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Tanaman
pembentuk bahan deterjen biasanya air dan fitoplankton lebih mudah menggunakan
menggunakan bahan polifosphat misalnya nitrogen dalam bentuk nitrat, maka semua
natrium trifosfat. Hampir setengah dari fosfat nitrogen baru tersedia jika telah dalam bentuk
yang terkandung dalam limbah rumah tangga nitrat. Pembentukan nitrat sangat tergantung pada
berasal dari deterjen (Berutu, 2001). adanya oksigen dalam proses oksidasi oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 bakteri Nitrobacter yang bertugas mengubah
memberikan standar kadar fosfat peruntukan air nitrit menjadi nitrat secara aerob. (Arfiati dalam
kualitas satu, dua dan tiga sebesar 0,2 mg/l, 02 Isnaini, 2011). Sedangkan menurut Sastrawijaya
mg/l dan 1 mg/l. Sedangkan peruntukan air kelas (2009), nitrat dapat terbentuk karena tiga proses,
empat sebesar 5 mg/l. Menurut Boyd dalam yakni badai listrik, organisme pengikat nitrogen,
Effendi, (2003), menyatakan fosfor pada perairan dan bakteri yang menggunakan amoniak.
alami jarang melebihi 1 mg/l. Sehingga perairan Selanjutnya dinyatakan bahwa nitrat menurunkan
muara sungai Lais tergolong tidak baik untuk oksigen terlarut, penurunan populasi ikan, bau
keperluan peruntukan kelas satu, dua dan tiga. busuk, rasa tidak enak dan kurang sehat untuk
Sementara peruntukan kelas empat masih rekreasi.
memenuhi. Namun penentuan kualitas air tidak Nitrat merupakan sumber nitrogen bagi
hanya berpedoman pada satu parameter saja, tumbuhan yang selanjutnya dikonversi menjadi
sehingga perlu dicermati. protein. (Effendi, 2003). Selanjutnya dinyatakan
Menurut Fardiaz (1992), tingginya nilai bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami
fosfat suatu perairan tidak beracun bagi hewan air hampir tidak pernah melebihi dari 0,1 mg/l, bila
dan tidak menggangu kesehatan manusia. kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan
Kemudian Effendi (2003) menyatakan fosfor terjadinya pecemaran yang berasal dari aktifitas
tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan dan manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat untuk
ikan. Keberadaan fosfat di perairan sangat keperluan air minum sebaiknya tidak melebihi 10
penting terutama berfungsi dalam pembentukan mg/l (Davis dan Cornwell dalam Effendi, 2003).
protein dan metabolisme bagi organisme. Namun
tingginya fosfat dikhawatirkan menyebabkan Facel coliform
terjadinya eutrofikasi berupa ledakan jumlah Pada Tabel 4.1. menunjukkan facel coliform
Algae (blooming) yang berakibat buruk bagi sebesar 1.700 jml/100 ml. Jumlah ini
budidaya biota. mengindikasikan perairan muara sungai Lais
telah tercemar tinja (kotoran) manusia dan hewan
Nitrat mamalia. PP 82 Tahun 2001, memberikan
Hasil uji kadar Nitrat (NO3) perairan muara kriteria mutu air kelas satu jumlah fecal coliform
sungai Lais, masih tergolong rendah yaitu dengan adalah 100 MPN/100 ml. (Most Probable
rata-rata sebesar 0,03 mg/l. Menurut PP 82 Number/Nilai Duga Terdekat). Sedangkan untuk
Tahun 2001 mensyaratkan kadar nitrat 10 mg/l mutu kelas dua, tiga dan empat adalah 1000
untuk air bersih dan sebesar 20 mg/l untuk jml/100 ml, 2000 jml/100 ml.
peruntukan air kelas tiga dan kelas empat. Berdasarkan nilai ini menunjukkan saat ini
Ditinjau dari kadar nitrat yang merupakan salah perairan muara sungai Lais tidak memenuhi
satu indikator kesuburan, maka perairan muara syarat untuk dimanfaatkan untuk kegiatan
sungai Lais baik untuk peruntukan pariwisata dan perikanan dan wisata air. Karena tingginya facel
perikanan. Ini menguatkan dugaan bahwa sangat coliform dikhawatirkan bila masuk tubuh
sedikit polutan yang masuk ke perairan muara manuasia dapat menyebabkan penyakit. Coli
sungai Lais. Hal mungkin masih sedikitnya fecal adalah bakteri yang berasal dari kotoran
30
Warman JURNAL AGROQUA
Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais... Vol. 13 No. 2, Desember 2015

manusia dan hewan mamalia. Bakteri ini masuk Sedangkan Boyd dalam Effendi (2003),
ke perairan bila ada buangan faces yang masuk ke menyatakan kadar fosfat pada perairan alami
perairan. Kalau terdekteksi di dalam air, maka air jarang melebihi 1 mg/l. Keberadaan fosfor secara
itu kemungkinan tercemar sehingga tidak bisa berlebihan yang disertai dengan keberadaan
dijadikan sebagai sumber air minum nitrogen dapat menstimulir pertumbuhan algae di
(Sastrawijaya, 2009), dengan demikian perairan perairan. Keberadaan fosfat sangat penting
muara sungai Lais terindikasi tercemar tinja. terutama dalam pembentukan protein dan
Kemudian Fardiaz (1992) menjelaskan E. metabolisme bagi organisme. Oleh karena itu,
coli adalah salah satu bakteri yang tergolong perairan yang mengandung kadar fosfat yang
coliform dan hidup secara normal di dalam tinggi melebihi batas normal akan menyebabkan
kotoran manusia maupun hewan E. coli terjadinya eutrofikasi. Walaupun demikian fosfat
merupakan indikator bahwa air telah tercemar tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan dan
kotoran manusia dan hewan. Ini dimungkinkan ikan.
oleh adanya masyarakat disekitar bantaran yang Kemudian tinggi Facel coliform juga
menjadikan sungai sebagai WC umum mereka. menjadi masalah karena cukup tinggi. Sebab PP
82 Tahun 2001 mensyarakat untuk keperluan
Peruntukan Yang direkomendasikan/tidak perikanan dan wisata air maximal pada kisaran
direkomendasikan 2000 jml/100 ml. Ini menunjukan bahwa masih
adanya masyarakat menggunakan sungai sebagai
Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap
WC.
kualitas air muara sungai Lais dapat dilihat Tingginya kadar facel coliform mengganggu
matrik peruntukan muara sungai Lais pada tabel kenyamanan dalam melakukan aktifitas di sekitar
2. muara sungai Lais. Karena kekhawatiran
terhadap bakteri yang terdapat di badan air karena
Kajian Peruntukan Budidaya Perikanan di sinyalir akan menjadi penyebab penyakit.
Pada prinsipnya, semua lingkungan perairan Untuk kegiatan budidaya parameter seperti DO
yang di dalamnya terdapat kehidupan biota air terlarut, pH, suhu, amoniak, nitrit dan nitrat,
dapat digunakan untuk budidaya biota air menjadi faktor utama, sedangkan faktor biologi
tertentu. Namun, parameter kualitas air lebih dihubungkan dengan keberadaan
merupakan faktor pembatas terhadap jenis biota mikroorganisme sebagai pakan alami seperti
air yang dibudidayakan di suatu perairan.Hasil plankton, baik fito maupun zoo.
penelitian nilai fosfat muara sungai Lais sebesar
3,32 mg/l. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan PP 82 Tahun 2001, bahwa
kadar fosfor muara sungai Lais melebihi standar Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yang diperbolehkan. Bahkan cukup tinggi hal ini dilakukan di muara sungai Lais dapat
diduga karena banyaknya penggunaan deterjen disimpulkan sebagai berikut :
oleh masyarakat sekitar, baik secara langsung 1. Status muara sungai Lais menurut standar
maupun tidak langsung. Seperti kegiatan mandi, Indek Kualitas Air (Water Quality Index)
mencuci dan buangan limbah domistik. dalam kondisi normal (medium) dengan nilai
Kemungkinan lain adalah penggunaan pupuk 60 (50-70 normal). Namun berdasar PP 82
pertanian, dan lain-lain. Untuk itu perlu Tahun 2001 secara umum tidak ada yang
diwaspadai agar masyarakat tidak membuang memenuhi kriteria peruntukan karena
limbah domistik secara langsung ke sungai. tingginya rata facel coliform yaitu 6.755,56
Barus (2004) menyatakan bahwa kadungan jml/ml dan fosfat 3.32 mg/l.
fosfat yang terdapat diperairan umum tidak lebih
dari 0,1 mg/l, kecuali pada perairan yang 2. Berdasarkan PP 82 Tahun 2001, untuk saat ini
menerima limbah dari rumah tangga dan industri perairan muara sungai Lais, belum memenuhi
atau daerah pertanian yang mendapat pemupukan kriteria untuk dimanfaatkan sebagai lokasi
fosfat. kegiatan perikanan dan wisata air, karenan
31
Warman JURNAL AGROQUA
Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais... Vol. 13 No. 2, Desember 2015

tingginya facel coliform dan fosfat, namun Program Studi Biologi Pascasarjana
stasiun II memenuhi kriteria baku mutu air Universitas Indonesia.
kelas empat, hal ini mungkin karena lokasi Khairuman dan Khairul, A. 2008. Buku Pintar
agak jauh dari pemukiman. Untuk itu perlu Budi daya 15 Ikan Komsumsi. PT. Agro
perbaikan, pengelolaan dan infrastruktur serta Media Pustaka. Jakarta.
perhatian dimensi lingkungan agar dapat Kordi, K., M., G. 2009. Budi Daya Perairan.
dimanfaatkan untuk kesejahteraan Buku Kedua. PT. Citra Aditya Bakti.
masyarakat sekitar. Bandung.
Kordi, K, M. G dan Andi Baso, T. 2010.
Saran Pengelolaan Kualitas Air. Dalam Budi daya
1. Perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.
terutama parameter fosfat dan fecal coliform Kumar, P and Srivastava G. 2013. Water Quality
karena kedua parameter tersebut tergolong Index With Missing Parameters. Ijret Vol 2
tinggi. issue 4. Department HBTI Kanpur. India
2. Sangat perlu dilakukan monitoring yang Monalisa, S,. S,. Minggawati, I. 2010. Kualitas
secara continu atau berkelanjutan untuk Air yang Mepengaruhi Pertumbuhan Ikan
mempertahankan perairan muara sungai Lais Nila (Oreochromis sp.) di Kolam Beton dan
agar tetap terjaga dengan lebih Terpal. Journal of Tropical Fisheries (2010)
mengikutsertakan masyarakat disekitar muara 5(2): 526-530.
sungai Lais secara aktif. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 416
Tahun1990. Tentang Syarat-syarat dan
DAFTAR PUSTAKA Pengawasan Kualitas Air.
Peraturan Pemerintah. 2001. Peraturan
Agustiningsih, D. Sasongko B.S, dan Sudarno. Pemerintah Republik Indoneria Nomor 82
2012. Analisis Kualitas Air dan Strategi Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presitasi Pradana, Nirwana dan Suryo. 2013. Kajian
Vol 2 No. 2 September 2012.UNDIP Bioekologi dan Strategi Pengelolaan
Semarang. Ekosistem Mangrove : Studi Kasus di Teluk
Barus, T.A. 2001. Pengantar Limnologi Studi Awur Jepara. Journal of Marine Research.
Tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Volume 2, Nomor 1 Tahun 2013, Hal 56-61.
Program Studi Biologi USU FMIPA. UNDIP Semarang.
Medan. Pramitha A.,S. Aunorohim dan Trisnawati, I.
Berutu, P. 2001. Kajian Parameter Fisika, Kimia, 2010. Analisis Kualitas Air Sungai Aloo,
dan Biologi Dalam Kaitannya dengan Sidoarjo Berdasarkan Keanekaragaman dan
Keberadaan Ikan di Kawasan Perairan Komposisi Fitoplankton. Jurnal Biologi
Danau Toba Sumatera Utara. Tesis Program FMIPA Institut Teknologi Sepuluh
Pascasarjana, Program Studi Ilmu November Surabaya.
Lingkungan. Universitas Gadjah Mada. Sastrawijaya, T. 2009. Pencemaran Lingkungan.
Yogyakarta. Rineka Cipta. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Silalahi, J. 2010. Analisis Kuatas Air dan
Pengelolan Sumber Daya dan Lingkungan Hubungannya dengan Keanekaragaman
Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau
Fardiaz, S. 1992. Polusi air dan Udara. Kanisius. Toba. Tesis Sekolah Pascasarjana
Yogyakarta. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Isnaini, A. 2011. Penilaian Kualitas Air dan Srivastava, R. Kumar, P. 2013. Water Quality
Kajian Potensi Situ Salam Sebagai Wisata Index with Missing Parameters. Journal Ijret
Air di Universitas Indonesia, Depok. Tesis Volume 2. ISSN 2319-1163. Kanpur. India
Syofyan, I,. Usman dan Nasution, P. 2011. Studi
Kualitas Air Untuk Kesehatan Ikan dalam
32
Warman JURNAL AGROQUA
Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais... Vol. 13 No. 2, Desember 2015

Budidaya Perikanan pada Aliran Sungai Wardhana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran
Kampar Kiri. Jurnal Perikanan dan Keluatan Lingkungan Ed. III. Penerbit Andi.
16,1 (2011): 64-70. Universitas Riau. Yogyakarta.
Tatangindatu, Kalesaran dan Rompas. 2013. WHO (World Health Organization). 1993.
Parameter Fisika Kimia Air Pada Areal Guidelines for Drinking Water Quality 2 nd
Budidaya Ikan di Danau Tondano Edition. Vol. 1
Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan. Vol. 1 http://www.water-research.net/index.php/water-t
No. 2. reatment/water-monitoring/moni-toring
-the-quality-of-surfacewaters diakses
18/11/2014

Tabel 2. Peruntukan muara sungai Lais untuk direkomendasi/tidak direkomendasi

Peruntukan Indikator Keterangan Treatment


1. Air Minum x diperbolehkan Setelah air disuling dan dimasak hingga
jika mendidih *)

2. Mandi/berenang x khawatir air Jika mandi/berenang jangan sampai air


terminum (ada terminum *)
bakteri)
3. Perikanan
- budidaya Ikan x diperbolehkan untuk jenis ikan-ikan tertentu dan
(keramba/KJA) memperbaiki lingkungan air

- memancing √ - -
Keterangan :
x = dilarang/tidak dizinkan tampa treatment
√ = dibolehkan tanpa treatment dan dengan treatmen
*) = facel coliform (dikhawatirkan masuk tubuh manusia)

33

Anda mungkin juga menyukai