Anda di halaman 1dari 10

56

Analisis Dampak Kegiatan Wisata Terhadap Kualitas Air Sungai Betimus


Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Analysis of the impact of tourism activities on water quality Betimus River Deli
Serdang District of Sibolangit.

Ghanang Dhika Aria1, Pindi Patana2, Rusdi Leidonald2


1
Alumni ProgramStudiManajemenSumberdayaPerairan, FakultasPertanian,
Universitas Sumatera Utara, (Email :ganangdikaria@gmail.com)
2
Staff Pengajar Program StudiManajemenSumberdayaPerairan,
FakultasPertanian, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
River is one of the most important sources of water for human, because it can
serve as a source of drinking water, tourism, animal husbandry, and fishery.
Positive impact of tourism activities in economic development can also lead to
negative effects of environmental degradation. Therefore, a research had been
conducted at Betimus River District of Sibolangit, Region of Deli Serdang in
June– July 2013 by analyzing the water quality of Betimus Riverand compare it
with the water quality standards based on PP No 82 tahun 2001and perceptions
of visitors and managers. The Waters quality parameters thatanalyzed, i.e,
stream. temperature, brightness, dissolved oxygen,pH, BOD5,
ammonis,Colifaecal, and perceptions of visitors. The results showed that water
quality value for eight parameters of Betimus River was meet the standard of
quality based on PP No 82 tahun 2001 and visitors felt comfortable with these
attractions.

Key Words :Colifaecal, Betimus River, Tourism, Water Quality.

PENDAHULUAN satudampaknegatifdarikegiatanpariwi
Air sataadalahdampakterhadaplingkunga
sungaimerupakansalahsatusumber air n.Dampak ini perlu dikelola
yang kedepannya, oleh karena itu tingkat
pentingbagimasyarakatkarenadapatbe pencemaran perlu diketahui untuk
rfungsisebagaisumber air minum, melihat apakah dampak tersebut
rekreasi air, perikanan, masih sesuai baku mutu atau tidak.
peternakanataupunperairantanaman.S Banyak sungai yang terdapat
alah satupemanfaatansungai yang di Kabupaten Deli serdang
seringdijumpaiadalahsebagaitempatw khususnya di Kecamatan Sibolangit,
isata.Namun, salah satunya adalah Sungai
pemanfaatansungaiiniseringmemberi Betimus. Sungai Betimus (yang lebih
kandampak yang dikenal sebagai Sungai Sembahe)
buruk.MenurutRidwan (2012) adalahwisatatempatpemandian yang
dampak yang seringdikunjungiolehparawisatawanl
ditimbulkanolehkegiatanpariwisatada okal. Air sungainya dingin,
patbersifatpositifdannegatif.Salah mengalirderaskarenaterdapatbatu-
57

batubesar.Padasaatliburansekolah, Data yang nilainya langsung didapat


tempatiniramaidikunjungi.Selainairn dari lapangan meliputi nilai
yadingin, temperatur, pH, arus, kecerahan,
suasananyanyamandanudaranyamasi oksigen terlarut, serta hasil kuisioner
hasri, dapatjugaterdapat terhadap pengunjung dan penduduk
penjualmakanandi tempat tersebut. sekitar. Data lain seperti BOD5,
Pengunjung yang datangke Amoniak, Colifaecal hasilnya
Sungai Betimus memberikan diperoleh melalui analisis
pengaruhterhadapfaktorfisika, kimia, laboratorium.
maupunbiologi yang
adapadasungaitersebut. Analisis Data
Untukitudiperlukansuatuanalisis Korelasi
dampak kegiatan wisata terhadap Data yang didapat
kualitas air Sungai Betimus selanjutnya di uji korelasi
Kecamatan Sibolangit Kabupaten menggunakan Analisis Korelasi
Deli Serdang. Pearson.
Ujiinimerupakanujistatistikuntukmen
METODE PENELITIAN getahuikorelasiantaraaktivitaswisatad
Waktu dan Tempat Penelitian enganfaktorfisika, kimia,
Penelitianinidilaksanakanpad danbiologiperairan yang
abulanJunisampaiJuli 2013 di hulu akanmempengaruhikualitas air
Sungai sungai.
BetimusKecamatanSibolangitKabupa
ten Deli Serdang. Sungai Pengunjung
inibanyakdimanfaatkanolehmasyarak Metode yang digunakan
atuntukberbagaiaktivitasantara lain: dalam pengambilan sampel adalah
sumber air untukkegiatanmandi, metode purposive sampling (sampel
cuci, kakus (MCK), bertujuan), yaitu cara pengambilan
sertatempatpemandianalam. Analisis sampel dengan cara disengaja dengan
sampel air dilakukan di Balai Teknik tujuan sampel tersebut dapat
Kesehatan Lingkungan dan mewakili setiap unsur yang ada
Pengendalian Penyakit Medan. dalam populasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah wisatawan yang
Alat dan Bahan berkunjung ke kawasan Sungai
Alat-alat yang Betimus dalam waktu satu bulan.
digunakandalampenelitianiniadalah Pemilihan sampel harus representatif
ember kapasitas 5 liter, atau mewakili populasi dengan
kepingsecchi, gabus, cool box, kriteria cukup dewasa (umur 17
alattulis, danperalatananalisakualitas tahun ke atas), sehat jasmani dan
air sepertiDO meter, termometer, pH mampu berkomuniaksi dengan baik.
meter. Bahan yang Menurut Sumanto (1990) dalam
digunakanadalahakuades dan es. Melyana (2011) jika subjek
penelitian atau wisatawan kurang
Pengumpulan Data dari 100 maka lebih baik diambil
Data primer yang digunakan semuanya sebagai sampel dan jika
adalah data yang diperoleh di jumlah sampel lebih dari 100 maka
lapangan maupun hasil dari sampel dapat diambil antara 10%-
laboratorium untuk data analisis air.
58

15% sebagai ukuran sampel dengan tentang keindahan dan kenyaman


rumus Slovin dalam Nugraha (2007) objek wisata di Sungai Betimus serta
untuk mengetahui respon masyarakat
𝑁 sekitar terhadap program-program
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑒)2 yang telah dicanangkan, yaitu
dengan cara melakukan pengukuran
dengan variabel yang disusun
Keterangan : berdasarkan kajian kondisi objek
n = Ukuran sampel yang dibutuhkan wisata.
N = Ukuran populasi
e = Margin error yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diperkenankan (10%-15%) Hasil Penelitian
Analisis Kualitas Air
Jumlah populasi diambil dari Parameter pengamatan yang
jumlah kunjungan wisatawan per digunakan dalam penentuan kualitas
minggu yaitu sebesar 250 orang. air di Sungai Betimus ini terdiri atas
Sehingga pengunjung yang menjadi delapan (8) parameter, yang meliputi
responden adalah 38 orang. pengukuran arus, pH, suhu,
Dissolved Oxygen (DO),
Persepsi Pengunjung dan Respons Biochemical Oxygen Demand(BOD-
Masyarakat 5), penetrasi cahaya, amoniak, serta
Analisis ini dilakukan untuk Colifaecal. Hasil analisis kualitas air
mengetahui persepsi pengunjung dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisis kualitas air


Stasiun Baku Mutu PP No
No Parameter Satuan Ket
1 2 3 82 Tahun 2001
1 Arus m/detik 0,42 0,65 0,31
2 pH 8,1 8 8 6-9 Baik
o
3 Suhu C 25,4 26 26,7
4 DO mg/l 10,1 9,1 9,3 4 (min) Baik
5 BOD mg/l 0,73 0,83 0,83 3 (max) Baik
6 Penetrasi Cm 36,3 42,1 44,1
Cahaya
7 Amoniak mg/l 0,0006 0,0018 0,0009
8 Colifaecal Jumlah/100 402,77 846,04 450,88 1000 Baik
mL

Kualitas Air Sungai Betimus stasiun 1 memiliki kualitas air yang


Berdasarkan hasilpengukuran paling tinggi dibandingkan dengan
kualitas air yang telah dilakukan di stasiun 2 dan stasiun 3.
tiga stasiun Sungai Betimus pada
bulan Juni sampai bulan Juli 2013, AnalisisKorelasi Pearson
diketahui bahwa kondisi air masuk AntaraFaktorFisika dan
dalam kualitas memenuhi baku mutu KimiaDenganKelimpahan
(kondisi baik). Dari tabel 1 didapat Colifaecal
bahwa stasiun 2 memiliki kualitas air Berdasarkan pengukuran
yang lebih rendah dibandingkan faktor fisika kima perairan yang telah
dengan stasiun 1 dan 3. Sedangkan dilakukan pada tiga (3) stasiun
59

penelitian dan dikorelasikan dengan korelasi seperti yang terlihat pada


total Colifaecal maka diperoleh nilai tabel 2.

Tabel 2. Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika Kimia dengan total
Colifaecal
Korelasi Suhu pH Kecepatan DO Penetrasi BOD Amoniak
Pearson arus cahaya
Total +0.055 -0.583 +0.912 -0.726 +0.365 +0.583 +0.990
Colifaecal

Persepsi pengunjung dan Respons pasti karena arus pada suatu sungai
Masyarakat sangat mudah berubah. Menurut
Tingkat kenyamanan Barus (2004), sangat sulit membuat
pengunjung mempunyai persentase suatu batasan mengenai kecepatan
sebesar 76,31% atau sebanyak 29 arus karena di suatu ekosistem air
orang dari keseluruhan jumlah sangat berfluktuasi dari periode ke
responden yang disebar yakni periode tergantung dari fluktuasi
sebanyak 38 responden menyatakan debit dan aliran air serta kondisi
obyek wisata sungai Betimus substrat yang ada.
nyaman, dan sisanya sebanyak Nilai pH pada ketiga stasiun
23,68% atau 9 orang menyatakan penelitian masih dikategorikan aman
obyek wisata sungai Betimus tidak atau masih dibawah baku mutu. Hasil
nyaman. pengukuran pH air sungai yang
Selain itu juga didapat data dilakukan di Sungai Betimus
tingkat kepuasan pengunjung, yakni menunjukkan pH tertinggi berada
sebesar 15,7% atau sebanyak 6 orang pada stasiun 1, yaitu sebesar 8,1.
menyatakan sangat puas dengan Sedangkan pada stasiun 2 dan 3
keadaan obyek wisata sungai menunjukkan hasil yang sama, yaitu
Betimus saat ini. Sedangkan 73,68% sebesar 8,03. Kondisi perairan yang
atau sebanyak 28 orang pengunjung bersifat sangat asam maupun sangat
menyatakan puas, dan 10,52% atau 4 basa akan membahayakan
orang menyatakan tidak puas. kelangsungan hidup organisme
karena akan menyebabkan
Pembahasan terjadinya gangguan metabolisme
Kualitas Air dan respirasi (Barus, 2004).
Kecepatan arus tertinggi Suhu terendah berada pada
berada pada stasiun 2, yakni sebesar stasiun 1, yaitu pada kisaran 25,4 °C,
0,65 m/detik. Sedangkan kecepatan stasiun 2 berada pada kisaran 26 °C,
arus di stasiun 1 sebesar 0,42 m/detik dan stasiun 3 pada kisaran 26,7 °C.
dan pada stasiun 3 sebesar 0,31 Stasiun 1 memiliki suhu terendah
m/detik. Kecepatan arus disini karena pada daerah ini belum
dipengaruhi oleh kemiringan serta dijumpai aktivitas-aktivitas yang
ketinggian yang berbeda-beda pada dapat mengakibatkan terjadinya
tiap stasiun. Tingginya kecepatan peningkatan suhu. Suhu sekeliling
arus pada stasiun 2 juga dipengaruhi mempunyai pengaruh yang kuat
oleh banyaknya batu-batu besar yang terhadap kelarutan oksigen dalam air.
ada disekitar badan sungai. Dengan demikian, kelarutan oksigen
Kecepatan arus dalam suatu badan dalam air akan menurun sesuai
sungai tidak dapat ditentukan dengan
60

dengan meningkatnya suhu (Connel oleh keadaan cuaca, waktu


dan Miller, 2006). pengukuran, kekeruhan dan padatan
Nilai oksigen terlarut tersuspensi, serta ketelitian orang
terendah terdapat pada stasiun 2, yang melakukan pengukuran
yaitu 9,12 mg/l, sedangkan untuk (Effendi, 2003).
nilai oksigen terlarut tertinggi berada Nilai amoniak stasiun 1
pada stasiun 1, yaitu 10,12 mg/l. sebesar 0,00065 mg/l, stasiun 2
Sementara stasiun 3 memiliki nilai sebesar 0,0018 mg/l, dan stasiun 3
oksigen terlarut sebesar 9,37 mg/l. sebesar 0,0009 mg/l. Pada stasiun 2
Perbedaan kandungan oksigen Konsentrasi N – NH3 mengalami
terlarut di tiga stasiun penelitian ini peningkatan, hal ini dikarenakan
disebabkan karena pada stasiun 2 aktivitas-aktivitas yang terjadi pada
banyak terdapat aktivitas-aktivitas daerah tersebut. Amoniak (N –NH3)
yang mengakibatkan menurunnya merupakan senyawa yang bersifat
nilai oksigen terlarut. Dekomposisi toksis untuk kehidupan organisme.
bahan organik dan oksidasi bahan Menurut Purba (2002) konsentrasi N
organik dapat mengurangi kadar –NH3 cenderung mengalami
oksigen terlarut hingga mencapai kenaikan ke daerah hilir, kenaikan ini
nol. (Effendi, 2003). diakibatkan limbah domestik
Nilai BOD5 pada ketiga Konsentrasi N –NH3 juga cenderung
stasiun penelitian masih memenuhi mengalami kenaikan setelah aliran
baku mutu kualitas air. Berdasarkan melalui daerah pemukiman.
pengukuran diperoleh hasil bahwa Stasiun 1 memiliki nilai total
nilai terbesar untuk parameter BOD5 Colifaecal yang paling rendah. Total
terdapat di stasiun 2 dan 3, yaitu Colifaecal pada stasiun 1 yang
sebesar 0,83 mg/l. Sedangkan pada merupakan daerah yang tidak
stasiun 1 sebesar 0,73 mg/l. Nilai terdapat aktivitas manusia
BOD5 (Biochemical Oxygen menunjukkan angkasebesar
Demand) menyatakan jumlah 402,777/100mL. Hal ini dikarenakan
oksigen yang dibutuhkan oleh lingkungan dengan pemukiman dan
mikroorgnisme aerob dalam proses aktivitas penduduk yang masih
penguraian senyawa organik. Dalam sangat jarang sehingga buangan-
proses oksidasi secara biologis ini bungan limbah juga masih sangat
tentu saja dibutuhkan waktu yang sedikit.Nilai Colifaecal atau
lebih lama jika dibandingkan dengan kepadatan Colifaecal tertinggi
proses oksidasi secara kimiawi ditemukan di stasiun 2, yaitu sebesar
(Barus, 2004). 846,044/100mL. Lokasi ini
Kecerahan yang didapat dari merupakan lokasi dengan tingkat
stasiun 1 adalah 36,3 cm, pada aktivitas wisata yang paling tinggi.
stasiun 2 sebesar 42,1 cm, dan Selain itu juga banyak terdapat
stasiun 3 sebesar 44,1 cm. Kecerahan pemukiman masyarakat, penginapan,
air tergantung pada warna dan serta pondok-pondok yang
kekeruhan. Kecerahan merupakan disewakan kepada
ukuran transparansi perairan, yang pengunjung.Pengaruh limbah seperti
ditentukan secara visual dengan feses atau sisa makanan lainnya
menggunakan secci disk. Nilai masih mendominasi sebagai faktor
kecerahan dinyatakan dalam satuan penyebab pencemaran lingkungan
meter. Nilai ini sangat dipengaruhi air. Lokasi pemukiman padat
61

penduduk dengan kerapatan oksigen. Dalam hal ini, Colifecal


penduduk yang tinggi, jarak antara membutuhkan oksigen untuk
satu rumah dengan rumah yang lain pertumbuhannya namun tetap dapat
sangat dekat, jarak antara hidup walaupun tidak ada oksigen.
pembuangan limbah dan septic tank Menurut Pelczar dan Chan (1988)
sumber air cenderung berdekatan dalam Khotimah (2013), konsentrasi
serta kebiasaan penduduk ditepian oksigen terlarut tidak terlalu
sungai membuang limbah secara berpengaruh terhadap pertumbuhan
langsung ke sungai menyebabkan Coliform, sebab bakteri ini
pencemaran bakteri coliform merupakan bakteri anaerob fakultatif
(Khotimah, 2013). yang dapat hidup dengan ataupun
tanpa oksigen. Oleh karena itu
Analisis Korelasi Pearson Antara oksigen memiliki korelasi negatif
Faktor Fisika dan Kimia dengan terhadap colifaecal.
Total Colifaecal Sedangkan kecepatan arus,
Hasil analisis korelasi suhu, penetrasi cahaya, BOD5 dan
menunjukkan bahwa pH dan amoniak berkorelasi positif/searah
kelarutan oksigen berkorelasi dengan total colifaecal dengan
negatif/berlawanan dengan total demikian jika suhu, penetrasi cahaya,
colifaecal dengan demikian jika pH BOD5, dan amoniak nilainya
dan kelarutan oksigen nilainya semakin tinggi maka total colifaecal
semakin tinggi maka total colifaecal semakin tinggi pula dan sebaliknya.
semakin rendah nilainya dan Nilai korelasi yang diperoleh
sebaliknya. Nilai korelasi yang diketahui dalam penelitian ini,
diperoleh dalam penelitian ini, diketahui bahwa arus berkorelasi
diketahui Ph, dan kelarutan oksigen sangat kuat, suhu berkorelasi sangat
berkorelasi kuat dengan total lemah, penetrasi cahaya berkorelasi
colifaecal. cukup, BOD5 berkorelasi kuat, dan
Bakteri tumbuh dengan baik amoniak berkorelasi sangat kuat
pada pH 7,0. pH berpengaruh terhadap total colifaecal.
terhadap metabolisme sel bakteri. Arah dan kecepatan arus
Menurut Suriawiria (1996), batas pH sangat menentukan penyebaran
untuk pertumbuhan jasad renik bakteri, Suin (2002), menyatakan
merupakan suatu gambaran dari bahwa kecepatan arus air dari suatu
batas pH bagi kegiatan ensim. Untuk badan air ikut menentukan
tiap jasad dikenal nilai pH minimum, penyebaran organisme yang hidup di
optimum, dan maksimum. badan air tersebut. Menurut
Sedangkan bakteri sendiri Khotimah (2013), arus air
memerlukan nilai pH 6,5 – 7,5. Oleh mempengaruhi distribusi bakteri
karena itu pH berkorelasi kuat Coliform. Oleh karena itu kecepatan
dengan total Colifaecal namun arus berkorelasi positif terhadap total
korelasinya negatif. Colifaecal.
Keberadaan oksigen sangat Golongan bakteri Coli
berpengaruh terhadap pertumbuhan merupakan indikator alami baik di
bakteri. Ada beberapa dalam air yang tampak jernih
mikroorganisme yang hanya dapat maupun air kotor. Bakteri ini hidup
tumbuh jika tidak ada oksigen dan pada temperaur 37°C Nugroho
dapat tumbuh lebih baik apabila ada (2006). Menurut Khotimah (2013),
62

suhu rendah menyebabkan aktivitas limbah organik berupa fe\ses dari


enzim menurun dan jika suhu terlalu sekitar maupun sekeliling badan
tinggi dapat mengakibatkan perairan. Jumlah amoniak yang
perubahan protein enzim. Meskipun tinggi pada stasiun 2 erat kaitannya
korelasinya sangat lemah, suhu dengan adanya masukan berbagai
menentukan kehidupan buangan ataupun limbah organik
mikroorganisme karena pengaruh yang berasal dari penduduk sekitar
suhu berhubungan dengan aktivitas maupun dari wisatawan yang datang
enzim. berkunjung. Lebih rendahnya
Hasil pengukuran kecerahan amoniak pada stasiun 1 dan 3 karena
pada ketiga stasiun penelitian aktivitas di lokasi tersebut cenderung
menunjukkan cahaya matahari dapat lebih sedikit sehingga masukan
menembus hingga kedasar perairan. limbah organik ke daerah tersebut
Pada stasiun 1 memiliki kecerahan juga menjadi lebih sedikit.
34,66 cm, stasiun 2 35,33 cm, dan
stasiun 3 40,66 cm. Tingkat Persepsi Pengunjung Terhadap
kecerahan yang tinggi ini Tempat Wisata
dikarenakan karateristik sungai yang Wisata adalah kegiatan
dangkal sehingga cahaya matahari perjalanan atau sebagian dari
yang masuk mampu menembus kegiatan tersebut yang dilakukan
hingga ke dasar sungai. Menurut secara sukarela serta bersifat
Ariadi dan Dewi (2008), sementara untuk menikmati obyek
pertumbuhan bakteri akan sangat dan daya tarik wisata. Nilai tingkat
dipengaruhi oleh berbagai kondisi kepuasan terhadap keindahan obyek
yang ada termasuk pengaruh dari wisata sungai Betimus sebesar
lingkungan luar seperti cahaya 73,68% atau sebanyak 28 orang
matahari. menyatakan cukup puas terhadap
Nilai rata-rata BOD5 sungai objek wisata ini. Sedangkan 15,7%
Betimus yang diperoleh berkisar 0,73 atau sebanyak 6 orang responden
mg/l sampai 0,83 mg/l. Nilai BOD5 merasakan puas. 10,52% atau 4
yang diperoleh pada dasarnya orang menyatakan tidak puas dengan
mengindikasikan tentang kadar keadaan dan keindahan objek wisata
bahan organik di dalam air karena ini.
nilai BOD5 merupakan nilai yang Tingkat kenyaman diperoleh
menunjukkan kebutuhan oksigen dari 38 orang responden sebesar
oleh bakteri aerob untuk 76,31% atau sebanyak 29 orang
mengoksidasi bahan organik di menyatakan bahwa obyek wisata
dalam air sehingga secara tidak Sungai Betimus nyaman. Sedangkan
langsung juga menunjukkan sisanya yaitu sebesar 23,68% atau
keberadaan bahan organik di dalam sebanyak 9 orang tidak nyaman.
air (Fitra, 2008). Menurut Sudewi (2000), sesuai
Dari hasil penelitian yang dengan kriteria dari Dirjen
dilakukan, nilai amoniak tertinggi Perlindungan Hutan dan Pelestarian
terdapat pada stasiun 2, yaitu 0,0012 Alam(PHPA) bahwa suatu obyek
mg/l. Menurut Fitra (2008), wisata dapat dikatakan nyaman
tingginya Coliform suatu perairan apabila nilai tingkat kenyamanan
menunjukkan bahwa perairan berada pada kisaran 60% – 79%.
tersebut mendapat buangan ataupun Maka obyek wisata sungai Betimus
63

termasuk dalam kategori lebih dari Betimus pada delapan parameter


nyaman. yaitu kecepatan arus, pH, suhu, DO,
BOD5, penetrasi cahaya, amoniak,
Persepsi Pengelola Terhadap dan Colifaecal masih memenuhi
Wilayah Kelolanya baku mutu kualitas air berdasarkan
Respon masyarakat terhadap PP No 82 Tahun 2001.Tingkat
program sapta pesona di obyek kenyaman pengunjung terhadap
wisata Sungai Betimus yang sudah obyek wisata sungai Betimus
diterapkan sangat baik. Hal ini dapat mencapai 76,31%, sedangkan tingkat
dilihat dengan adanya himbauan- kepuasan pengunjung mencapai
himbaun dari masyarakat atau 73.68%. Sehingga obyek wisata
pengelola kepada pengunjung untuk sungai Betimus masuk dalam
tidak membuang sampah di kategori lebih dari nyaman dan
sembarang tempat. Selain itu juga indah. Namun angka tingkat
disediakan tempat-tempat yang kesadaran pengunjung akan
sampah yang mudah dijangkau oleh kebersihan masih sangat rendah,
pengunjung dan dalam jumlah yang yakni 26,31%.
banyak.
Sebanyak 100% pengelola Saran
menyatakan telah membuat larangan Penelitian tentang pengaruh
membuang sampah ke sungai bagi aktivtias wisata terhadap kualitas air
pengunjung. Kesadaran untuk Sungai Betimus sebaiknya
membuang sampah pada tempatnya dilakukan secara berkesinambungan.
dinilai masih sangat kurang oleh Agar kualitas air sungai tersebut
pengelola, yaitu sebanyak 66,6% tidak melewati ambang batas baku
pengelola menyatakan pengunjung mutu air, sehingga kelestarian
yang datang jarang membuang sungai Betimus dapat terjaga dan
sampah pada tempatnya, sedangkan terus dijadikan sebagi sarana
33,3% pengelola menyatakan pariwisata. Juga dilakukan
pengunjung mau membuang sampah penelitian di daerah hilir sungai
pada tempatnya. Pengelola juga untuk mendapatkan gambaran yang
menyatakan terjadi perubahan yang lebih lengkap tentang kualitas air
siginifikan dari tahun ke tahun di sungai tersebut.
Sungai Betimus ini, yaitu sebanyak
66,6% menyatakan ada perubahan DAFTAR PUSTAKA
yang signifika, sedangkan 8,3% Ariyadi, T.,dan Dewi.,S,S. 2009.
menyatakan tidak ada perubahan, Pengaruh Sinar Ultra Violet
dan 25% menyatakan tidah tahu. Terhadap Pertumbuhan
Bacillus sp. Sebagai
KESIMPULAN DAN SARAN Kontaminan. Jurnal Kesehatan,
Kesimpuan UNS. Semarang. (Diakses 4
Kegiatan wisata yang Januari 2014)
dilakukan di sungai Betimus
berpotensi menyebabkan terjadinya Barus, T.A.
penurunan kualitas air di sungai 2004.PengantarLimnologiStudi
tersebut, walaupun nilainya masih TentangEkosistem Air
berada di bawah ambang batas baku Daratan.USU press. Medan
mutu kualitas air. Kualitas air Sungai
64

Connel D. W., dan Gregory J. M. Air.PenerbitUniversitasTrisakti


2006. Kimia . Jakarta.
danEkotoksikologiPencemaran.
Penerjemah: Yanti K. UI-Press. Purba I. R.
Jakarta. 2002.PengaruhKegiatanPertani
andanPemukimanterhadapKual
Effendi, H. 2003.TelaahKualitas Air itas Air
BagiPengelolaanSumberDayad danKeanekaragamanMakrozoo
anLingkunganPerairan.KANIS benthos
IUS.Yogyakarta (StudiKasusKecamatanPurbaK
abupatenSimalungun).[Tesis].
Fitra E. 2008. AnalisisKualitas Air Program PascaSarjana.
danHubungannyadenganKeane Universitas Sumatera Utara.
karagamanVegetasiAkuatik di Medan. (Diakses 1 November
PerairanParapatDanau 2013)
Toba.[Tesis].Sekolah
PascasarjanaUniversitas Ridwan, M. 2012.
Sumatera Utara. M e d a n. Perencanaan&PengembanganP
(Diakses 1 November ariwisata Cetakanpertama. P.T
2013) Softmedia. Jakarta

Khotimah S. 2013. KepadatanBakteri Sudewi N. M. K. K. 2000. Analisis


Coliform di Sungai Kapuas Peluang Investasi. Sektor
Kota Pariwisata Bahari di Kabupaten
Pontianak.[ProsidingSemirata]. Badung, Provinsi Bali.
FMIPA, Universitas Lampung. Program Studi Sosial Ekonomi
(Diakses 1 November 2013) Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut
Melyana, A. 2011. Penilaian Kualitas Pertanian Bogor (Diakses 12
Lingkungan Pada Kegiatan Desember 2013)
Wisata Alam di Kawasan
Ekowisata Tangkahan. Fakultas Suin, N. 2002.MetodaEkologi.
Pertanian, Universitas PenerbitUniversitasAndalas,
Sumatera Utara. (Diakses 25 Padang.
April 2013)

Nugraha, S. 2007. Penentuan Ukuran Suriawiria U. 1996.Mikrobiologi Air.


Sampel Memakai Rumus Penerbit Alumni. Bandung.
Slovin Dan Krejcie-Morgan:
Telaah Konsep dan Aplikasi, Khotimah S. 2013. KepadatanBakteri
disampaikan pada diskusi Coliform di Sungai Kapuas
ilmiah jurusan Sosial Ekonomi Kota Pontianak.
Fakultas Peternakan Unpad. [ProsidingSemirata]. FMIPA,
Bandung. (Diakses 24 Universitas Lampung. (Diakses
November 2013) 1 November 2013)

Nugroho A. 2006.
BioindikatorKualitas
65

Anda mungkin juga menyukai