Anda di halaman 1dari 23

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

24

KUALITAS AIR DAN EUTROFIKASI WADUK RIAM KANAN DI
KALIMANTAN SELATAN

Simon S.Brahmana, Yani Summarriani dan Firdaus Ahmad

Puslitbang Sumber Daya Air, Bandung

Email: simsgk@yahoo.com

ABSTRAK
Air Waduk Riam Kanan dimanfaatkan untuk air irigasi, sumberbaku air minum, perikanan,
pembangkit listrik, transport dll. Penelitian kualitas air Waduk Riam Kanan telah dilakukan pada
Mei 2009 dan Agustus 2009. Metoda penelitian adalah deskriptif yaitu pengumpulan data primer,
skunder dan pengambilan contoh air untuk diuji. Evaluasi pengujian kualitas air dilakukan
berdasarkan PP no 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
dan status eutrofikasi menggunakan kriteria Kep Men LH No 28/2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi emisi beban pencemaran di DAS Waduk Riam
Kanan adalah Nitrogen total 1.237 kg/hari, Fosfat total 461,7 kg/hrai. BOD 3.394 kg/hari. Jumlah
emisi ini adalah kecil dibandingkan dengan volume rata-rata waduk sebanyak 492 x10
6
m3.
Kualitas air waduk masih memenuhi kriteria kelas 1 PP 82/2002.
Kadar rata-rata BOD dan COD adalah 2,2 mg/L dan 6,5 mg/. Kadar Nitrogen Total berkisar
0,75 -1,32 mg/L dan Fosfat Total berkisar 0,06 -1,151mg/L, kadar logam berat termasuk air raksa
masih memenuhi kriteria kelas 1 PP 82/2001. Klorofl-a berkisar 0,886 m/L - 1,475 mg/L dan
transparasi berkisar 1,5 meter s/d 3,5 meter. Dari hasil pengujian kualitas air disimpulkan
bahwa waduk sudah tercema kategori sedang. Pencemaran air waduk berasal dari: limbah
penduduk, pertanian, peternakan dari perikanan jaring apung dan sedimen. Tingkat/status
eutrofikasi waduk adalah mesotrofi-eutrofik (penyuburan sedang menuju subur).

Kata Kunci: emisi pencemaran, kualitas air, status eutrofikasi, Waduk Riam Kanan

ABSTRACT
Water of Riam Kanan reservoir is in used for irrigation, the supply of raw water, fishery and
hydro-powered electricity, transportation etc. The study conducted in May 2009 and August
2000. The descriptive study method applied had collected secondary data and water samples.
Evaluation was done based on PP no 82/2001 (Government Regulation no 82/2001) and
eutrophication rate according to the criteria as stated in KepMen LH No:28/2009..
Study results on pollution emission in Riam Kanan Reservoir comprised total Nitrogen
1237,1 kg/day and total phosphate 461 kg /day BOD 3.394 kg/day respectively. These rates are
classified as low if compared with the volume of reservoir namely 492 x 10
6
m
3
.
Water quality parameters suiteable with the criteria of Class 1 (PP 82/2002) include BOD,
COD. The BOD average in Riam Kanan reservoir is 2,2 mg/L and 6,5 mg/L. The Total Nitrogen is
0,75-1,32 mg/L and Ttotal Phosphate is 0, 060 - 1,51 mg/L. Whereas, chlorofil-a is 0,886 m/L -
1,475 mg/L, transparency is 1,5 m - 3,5m. The conclusion of water quality of Riam Kanan reservoir
were slight polluted. The sources of pollution is coming from waste of domestic, farming, cattle
breeding, fishery and sediment. The status Eutrophication was identified in the range of
mesotrophic eutrophic or medium fertile

Keywords: pollution emision, water quality, eutrophication status, Riam Kanan reservoir








Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
25


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meningkatnya pertumbuhan penduduk, pertanian, pertambangan,
transportasi, dan kebakaran hutan yang sering terjadi akhir-akhir ini menyebabkan
dampak negatif terhadap kuantitas maupun kualitas air perairan termasuk waduk,
sehingga kemungkinan pemanfaatan airnya terganggu. Beberapa kasus pencemaran
terhadap kualitas air dan terjadinya blooming algae (pertumbuhan ganggang yang
sangat berlebihan) telah terjadi di Waduk Saguling, Jatiluhur, Karangkates,
menyebabkan biaya operasional pemeliharaan waduk menjadi tinggi dan
memperpendek umur layanan waduk.
Pemerintah mempunyai perhatian terhadap kelestararian danau dan/atau
waduk. Hal ini terlihat dari rencana aksi nasional dan hasil konsultasi Regional
bidang ke PU-an di Pekanbaru awal 2008 yang mana disebutkan perlunya
melestarikan danau, situ, waduk, serta perlunya pengembangan situ, embung di
Jawa, Bali dan NTT.
Penelitian kualitas air waduk dan danau di Indonesia oleh Puslitbang
Sumber Daya Air dilakukan terakhir pada periode 1992 - 1994 yang berkerjasama
dengan Universitas Helsinki, Republik Filandia. Pada penelitian tersebut Waduk
Riam Kanan tidak termasuk yang diteliti .
Berdasarkan hasil inventarisasi Puslitbang Sumber Daya Air 1995 jumlah
waduk besar di Indonesia adalah sebanyak 82 buah. Salah satu dari waduk tersebut
adalah Waduk Riam Kanan yang terletak di Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan
Selatan yang mulai beroperasi tahun 1972. Sumber air Waduk Riam Kanan
berasal dari Sungai Riam Kanan dengan luas DAS 1043 km
2
. Luas waduk pada
muka air banjir 9200 ha, dan volume pada muka air normal 1200 juta m
3
.
Air Waduk Riam Kanan dimanfaatkan untuk sumber baku air minum, air
irigasi, pembangkit listrik, parawisata dll. Dengan adanya aktivitas perikanan
keramba jaring apung (KJA) yang mencapai 600 unit (1 unit terdiri dari 9 kolam,
dan ukuran 1 kolam 7x7 meter) dan aktivitas pertambangan emas rakyat di
sempadan waduk maka kemungkinanan terjadinya pencemaran organik dan
pencemarn air raksa ke waduk. Selain kedua jenis pencemaran tersebut eutrofikasi
waduk, sedimentasi yang tinggi memerlukan penelitian kualitas airnya dan beban
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
26

pencemaran pada sungai yang menuju waduk. Sehubungan dengan hal tersebut
maka perlu dilakukan penelitian kualitas air waduk, potensi/emisi beban
pencemaran di DAS Waduk Riam Kanan.

Permasalahan
Sungai Riam Kanan sebagai sumber air utama Waduk Riam Kanan
menerima berbagai limbah secara langsung atau tidak langsung. Jenis limbah
tersebut adalah: a) limbah penduduk, b) limbah pertanian, c)limbah industry,
d) limbah pertambangan, e) limbah peternakan, f) limbah aktivitas KJA, g)
pertanian yang berpindah-pindah dan pembalakan hutan dll. Semua aktivitas
tersebut akan mempengaruhi kualitas air waduk dan pendangkalan waduk sehingga
pemanfaatan air waduk menjadi terganggu.

Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui potensi sumber pencemar dari
limbah penduduk, pertanian, peternakan, industri, KJA, karakteristik kualitas air
waduk, tingkat eutrofikasi (penyuburan waduk) dan kelayakan pemanfaatan air
waduk.
Tujuan penelitian untuk melestarikan air Waduk Riam Kanan sehingga
pemanfaatan airnya untuk berbagai pemanfaatan menjadi optimal.

Deskripsi Waduk Riam Kanan
Waduk Riam Kanan atau Waduk Pangeran Mohammad Noor terletak di
Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan. Waduk ini
termasuk kedalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito, dan Sub DAS Riam Kanan.
Adapun luas waduk adalah 9.200 ha, dan luas Sub DAS Riam Kanan adalah 1200
km2. Waduk ini dibangun mulai tahun 1965, penimbunan terakhir pada Dam utama
dilakukan pada tahun 1971 dan mulai beroperasi 1972. Adapun manfaat Waduk
Riam Kanan adalah untuk irigasi lahan pertanian seluas 6000 ha, PLTA sebesar 30
MW, sumber baku air minum kota Banjar 300 L/s, pengendali banjir, perikanan jala
terapung, pariwisata dan lain-lain.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
27

Topografi lahan di bagian tengah dan hulu Sub DAS Riam Kanan berombak
hingga bergunung, dan relatif datar atau cekung pada bagian hilir. Jenis tanah
umumnya Podsolik (Ultisol), Latosol (Oxisols), komplek Podsolik Lateritik di
bagian hulu dan tengah sub DAS. Sedangkan di bagian hilir jenis tanah umumnya
Aluvial (Entisols), Gleihumus (Gleisols) dan Organosols (Histosols). Tanah di
bagian hulu dan tengah sub DAS umumnya peka terhadap erosi dengan koefisien
erodibilitas tanah (K) yang sedang-tinggi. Sedangkan tanah di bagian hilir sub DAS
umumnya jenuh air dan kadang tergenang (Studi Konservasi Sub DAS Riam Kanan,
BWS Kalimantan II, 2008). Di bagian hulu Sub DAS Riam Kanan terdapat kawasan
hutan lindung Riam Kanan seluas 55.000 ha yang ditetapkan tahun 1975, oleh
Menteri Pertanian Republik Indonesia .
Pada beberapa tahun terakhir di sempadan waduk terdapat explorasi
pertambangan emas oleh rakyat. Berdasarkan wawancara dengan Kabid Pengusaan
Pertambangan Dinas Pertambangan Prop.Kalsel jumlah penambang emas ilegal (
PETI ) di sempadan Waduk Riam Kanan ada sebanyak 300-500 unit. Pada proses
ekstrak batuan untuk memperoleh emas digunakan air raksa (Hg). Pencemaran
yang disebabkan oleh ekplorasi pertambangan emas adalah limbah yang
mengandung air raksa dalam air dan sedimen. Air raksa berbahaya bagi kesehatan
karena merangsang terjadinya kanker. Pencemaran di sungai dan waduk Riam
Kanan yang berasal penambangan ilegal di sempadan Waduk Riam Kanan pernah
diberitakan di Harian RADAR BANJAR 15 Mei 2009.

METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode deskriptif yaitu meliputi
pengumpulan data primer dengan pengambilan contoh air di sungai dan di danau,
serta data sekunder :
Pengumpulan data sekunder di Balai Besar Wilayah Sungai Kalimantan II:
data curah , data debit sungai, tata guna tanah, morphometri waduk dan manfaat
waduk.
Data penduduk ternak, industri diambil dari laporan tahunan Badan Pusat
Statistik Kab.Banjar, Prop. Kalimantan Selatan, pengumpulan data primer,
wawancara dengan pemangku amanah (stake holder).
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
28

Pengukuran kualitas air (fisika, kimia, biologi) di sungai, waduk 2 kali yakni
Mei 2009 dan Agustus 2009. Contoh air diambil pada inlet, tengah, hilir dan
outlet dan pada kolom air. Posisi lokasi sampling diukur berdasarkan GPS;
Pengukuran/pengujian kualitas air untuk parameter pH, Suhu, DHL, DO dan
Transparansi dilakukan di lapangan dan parameter lainnya seperti logam,
senyawa Nitrogen, senyawa Fosfat dll diuji di laboratorium. Semua
pengambilan contoh air dan pengujian air dilakukan berdasarkan SNI 1990 dan
Standard Method for Examination Water and Waste Water 2005.
Elaborasi dan analisis data yang diperoleh baik data sekunder, primer maupun
hasil pengukuran parameter di lapangan dan pengujian parameter di
laboratorium.
Perhitungan potensi/emisi beban pencemaran di DAS Waduk Riam Kanan
dilakukan dengan cara perkalian jumlah populasi dikali produksi limbah dan
faktor emisi.
Evaluasi hasil pengujian kualitas air waduk dibandingkan dengan standar
kualitas air (PP.82/2001) tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengndalian
Pencemaran Air, sedangkan Status Eutrofikasi Waduk Riam Kanan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No: 28/2009 tentang Kriteria Eutrofikasi Danau dan
atau Waduk.


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Potensi /Emisi Sumber Pencemaran
Sumber pencemaran yang cukup potensial pada DAS Waduk Riam Kanan
adalah limbah penduduk, industri, pertanian, dan peternakan.

i. Penduduk
Bahan beban pencemar yang berasal dari penduduk dapat mencemari Waduk
Riam Kanan berupa padatan dan atau cairan. Bahan pencemar padatan berasal dari
tinja, sedangkan cairan berasal dari air kencing, dan air pencucian. Berdasarkan data
statistik, jumlah penduduk yang berada di DAS Waduk Riam Kanan tahun 2007
berjumlah 36.654 jiwa yang tersebar di dua kecamatan yaitu Aranio dan Karang
Intan. Berdasarkan penelitian Eko W. Irianto dan Anong Sudarna (1996), dalam
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
29

tinja orang terdapat kandungan BOD 35 gr/orang/hari, Nitrogen total (N) 11,5
gr/orang/hari dan Fosfat total (P) 0,8 gr/orang/hari. Berdasarkan perhitungan
jumlah penduduk, kandungan unsur Nitrogen, Fosfat dan BOD maka besarnya
potensi/emisi beban pencemaran di DAS Waduk Riam Kanan adalah Nitrogen total
422 kg/hari, Fosfat total 30 kg/hari dan BOD 1.283 kg/hari.
ii. Pertanian
Sumber pencemaran dari pertanian berasal dari pemakaian pupuk, jerami,
sisa tanaman dan pestisida. Pupuk yang digunakan tidak seluruhnya terserap, namun
ada yang terbuang ke sungai bersama aliran. Besarnya pupuk dan pestisida yang
masuk ke sungai diperkirakan 10% dari pemakaian pupuk. Berdasarkan data Badan
Pusat Statitik Kabupaten Banjar 2008, luas panen sawah di DAS Waduk
RiamKanan 920 ha/tahun dan luas panen tegalan 1.151 ha/tahun. Pemakaian pupuk
di DAS Riam Kanan untuk sekali panen adalah pupuk Urea N 150 kg/ha, TSP 75
kg/ha dan kandungan Nitrogen di Urea 45 % dan Fosfat 20 % .Berdasarkan
pemakaian pupuk tersebut maka potensi/emisi beban pencemaran di DAS Riam
Kanan yang berasal dari pertanian adalah nitrogen total 347,51 kg/hari, fosfat total
69,34 kg/ hari (Tabel 2). Jumlah ini belum termasuk yang berasal dari sedimen dan
sisa tanaman (jerami, batang padi).
Tabel 2. Potensi pencemaran dari pemakaian pupuk di DAS Riam Kanan
Jenis Pertanian Luas Panen (ha/th) N Total (kg/hari) P Total (kg/hari)
Padi sawah 920 170,13 37,81
Tegalan 1.151 177,38 31,53
Jumlah 2.071 347,51 69,34
Sumber: Anonim (2008e)
Catatan: Pemupukan di sawah : Urea = 150 kg/ha; TSP = 75 kg/ha
Pemupukan di tegalan: Urea =125 kg/ha TSP = 50 kg/ha
Kandungan N dalam Urea = 45% per kg.
Kandungan P dalam TSP = 20% per kg

iii. Peternakan
Peternakan yang ada di DAS Waduk Riam Kanan hanya peternakan rakyat.
Ternak tersebut digembalakan dan tidak menggunakan lahan terkurung, tetapi
dibiarkan di tanah-tanah kosong, ladang, dan lain-lain. Karena itu sangatlah sulit
dalam memastikan apakah limbah dari ternak masuk ke sungai atau tidak, namun
untuk mempermudah perhitungan potensi limbah dari peternakan, limbah tersebut
diasumsikan seluruhnya masuk ke sungai.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
30

Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar 2008, populasi
ternak yang ada di DAS Waduk Riam Kanan adalah sebagai berikut: ayam dan itik
48.672 ekor, sapi 2.800 ekor; kerbau 873 ekor, kambing 70 ekor. Dengan asumsi
kandungan Nitrogen, Fosfat, produksi kotoran, seperti yang tertera pada Tabel 3,
maka potensi/emisi beban pencemaran yang bersumber dari ternak di DAS Waduk
Riam Kanan adalah seperti tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Potensi beban pencemar dari ternak di DAS Waduk Riam Kanan

Ternak N (%)
P
2
O
5

(%)
Kotoran
(Kg/ekor/hr)
Jumlah Total N Total P BOD
ternak (Kg/hr) (Kg/hr) Kg/hr
(ekor)
Sapi 0,6 1,2 16 2.8 268,8 238,9 1.817
Kerbau 0,6 1,2 19 873 99,5 88,5 598
Kambing 0,95 0,35 3 70 2 0,32 7
Ayam &
Itik
1 0,8 0,2 48.672 97,3 34,5 189
Jumlah 467,6 362,3 2.111
Sumber: Anonim (2008d; 2008e)

iv. Perikanan Keramba Jaring Apung
Jumlah perikanan keramba jaring apung di Waduk Riam Kanan, diperkirakan
600 unit, (hasil wawancara dengan Bpk Kardono, AMD., Kepala Pengelolaan
Waduk Riam Kanan di Ariano). Kandungan nitrogen dan fosfat dalam pakan ikan
masing-masing 24-26 % dan 0,96 %. Berdasarkan kandungan nitrogen dan fosfat
dalam pakan ikan, jumlah pakan yang digunakan tiap hari dan pakan yang tidak
dimakan oleh ikan, maka diperkirakan nitrogen dan fosfat yang terbuang atau jatuh
ke dasar waduk yang berasal dari pakan ikan: nitrogen 480 kg /hari dan fosfat total
20 kg/hari. Data ini belum termasuk yang berasal dari kotoran ikan.

v. Industri
Industri yang terdapat di DAS Waduk Riam Kanan umumnya adalah industri
jenis pertanian, dan penggergajian kayu (saw-mill). Limbah yang dihasilkan dari
kegiatan industri pertanian dan penggergajian kayu belum dapat dilaporkan pada
kesempatan ini karena data tidak lengkap.


Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
31

B . Kualitas Air Sungai dan Waduk Riam Kanan Mei 2009.
Sungai yang bermuara ke Waduk Riam Kanan adalah S.Riam Kanan dan
sungai kecil lainnya. Pada bulan Mei telah dilakukan pemeriksaan kualitas air
Waduk Riam Kanan dan beberapa sungai yang bermuara ke waduk tersebut. Lokasi
pengambilan contoh air tersebut di atas seperti tertera pada Tabel 4 dan Gambar 2,
sedangkan hasil pengukuran parameter lapangan (Suhu, DO, DHL,Transpirasi,
dimuat pada Tabel 5), dan stratifikasi Suhu, DHL,. Dan DO dimuat pada gambar 3.

Tabel 4. Lokasi pengambilan contoh kualitas air di waduk riam kanan
pada Mei 2009 dan Agustus 2009

No
Lokasi. Waduk Lokasi Koordinat)
1 Wd.Riam Kanan /Inlet Bungley 03
o
29'17,1'' LS 115
o
04' 59'' BT
2 Wd.Riam Kanan Tuhin 03
o
28'36,9'' 115
o
06' 02,6''
3 Wd.Riam Kanan /inlet Apuai 03
o
27'10,6'' 115
o
07' 49,2''
4 Wd.Riam Kanan Banurian 03
o
30' 32,2'' 115
o
06' 04,1''
5 Wd.Riam Kanan/Inlet Puliin 03
o
32' 56,0'' 115
o
07' 16,6''
6 Wd.Riam Kanan Tengah 03
o
31'36,5'' 115
o
04' 27,9''
7 Wd.Riam Kanan /Inlet Kalaan 03
o
33'23,5'' 115
o
06' 06,2''
8 Wd.Riam Kanan Japung 03
o
32'16,5'' 115
o
03' 04,9''
9 Wd.Riam Kanan LiangTauman 03
o
32'02,05'' 115
o
01' 40,0''
10 Wd.Riam Kanan Bendung 03
o
31'04,2'' 115
o
00' 28,6''
11 Outlet waduk Stlh.Turbin 03
o
30'57,5'' 115
o
00' 29,2''

Tabel 5. Hasil analisa parameter lapangan Waduk Riam Kanan, April 2009

Waduk Lokasi
Suhu/Temp
Air pH DHL DO Trans
(C) (mhos) (mg/l) (cm)
* ** * ** * ** * ** * **
Wd.R. Kanan Bungley 30,7 30,3 7,0 8,2 133 121 6,8 7,2 127 104
Wd.R. Kanan Tuhin 31,5 29,6 7,6 7,7 109 123 6,98 7,7 252 192
Wd.R. Kanan Apuai 30,4 29,4 7,3 8,1 139 124 6,23 7,2 69 75
Wd.R. Kanan Banurian 32,1 29,6 7,6 8,1 110 124 6,76 6,6 311 180
Wd.R.Kanan Puliin 32,3 29,4 7,8 8,1 112 146 6,98 6,5 92 56
Wd. R.Kanan Tengah 31,9 29,9 7,7 8,0 108 116 6,82 6,7 322 220
Wd. R.Kanan Kalaan 32,4 29,5 7,9 8,0 108 118 7,21 6,5 272 130
Wd.R. Kanan Japung 32,0 30,3 7,7 7,9 109 116 5,23 6,0 258 277
Wd. R.Kanan LiangTauman 31,5 29,9 7,6 7,8 106 116 7,26 6,8 350 270
Wd.R. Kanan Bendung 32,0 30,6 7,9 7,0 110 120 7,9 7,2 - 260
Outlet waduk Stlh.Turbin 28,0 28,6 77 7,9 122 118 4,81 5,0 - -
*Pengukuran kualitas air Mei 2009
**Pengukuran kualitas air Agustus 2009

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
32



Gambar 1. Peta lokasi pengambilan contoh air di Waduk Riam Kanan

Kualitas Air Waduk Riam Kanan
Dari pemeriksaan kualitas air Waduk Riam Kanan pengambilan bulan Mei
2009, menunjukkan bahwa parameter residu tersuspensi berkisar antara 2,8 - 32
mg/L, parameter pH berkisar antara 7,0 - 7,9, oksigen terlarut (DO) berkisar antara
4,8 - 7,9 mg/L, kadar COD berkisar antara 1,5 8,2 mg/L. Kadar parameter nutrien
Waduk Riam Kanan sebagai berikut; kadar ortofosfat berkisar antara tidak
terdeteksi (tt) - 0,135 mg/L, fosfat total berkisar antara 0,073 - 0,203 mg/L, kadar
nitrit berkisar antara: tt - 0,012 mg/L, kadar nitrat disemua lokasi tidak terdeteksi,
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
33

kadar amonia total berkisar antara 0,040 - 0,298 mg/L, kadar nitrogen total berkisar
antara 0,044 - 0,298 mg/L.
Logam yang terdeteksi yaitu logam besi (Fe) berkisar antara 0,05 - 0,22 mg/L,
logam mangan (Mn) berkisar antara tt - 0,010 mg/L, sedangkan logam lain seperti
logam Seng (Zn), Kadmium (Cd), kromium (Cr), nikel (Ni), tembaga (Cu) dan
timbal (Pb) tidak terdeteksi untuk semua lokasi.
Senyawa nitrogen, transparansi, klorofil-a merupakan parameter untuk
mengetahui tingkat eutrofikasi waduk. Transparansi waduk sebesar 0,69 - 3,50 m
dan kadar klorofil-a sebesar 0,316 mg/m
3
. Hasil pengukuran kualitas air Waduk
Riam Kanan menunjukkan, maka Waduk Riam Kanan termasuk kategori mesotrofik
sampai eutrofik atau kategori kesuburan sedang sampai subur.
Inlet Waduk (bagian hulu)
Dari pemeriksaan kualitas air pada Inlet Waduk Riam Kanan, yaitu pada
lokasi Apuai, Banurian, Puliin dan Kalaan menunjukkan bahwa parameter residu
tersuspensi berkisar antara 3,0-24 mg/L dan parameter pH bekisar 7,3 7,9; kadar
DO cukup baik yaitu sebesar 6,2-7,2 mg/L dan kadar COD berkisar antara tt - 8,2
mg/L. Parameter nutrien yang terdeteksi sebagai berikut: kadar ortofosfat berkisar tt
- 0,051 mg/L, Fosfat total berkisar antara 0,060 - 0,151 mg/L, kadar nitrit berkisar
tt - 0,004 mg/L, kadar nitrat tidak terdeteksi; kadar amonia total berkisar 0,040 -
0,298 mg/L, kadar nitrogen total berksisar 0,75 - 1,32 mg/L.
Kadar logam Fe, Pb, Cd, Cr, Mn termasuk parameter Hg (air raksa) masih di
bawah batas kriteria kelas satu PP 8/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Kadar air raksa (Hg) di lokasi Bungley, Apuai dan
Tuhin dimana ketiga lokasi ini menerima run off dari aktivitas pertambangan emas
rakyat. Kadar air raksa pada ketiga lokasi tersebut < 0,05 ppb sedangkan batas
kriteria kelas 1 untuk air raksa =1 ppb.
Tengah Waduk
Dari pemeriksaan kualitas air di tengah Waduk Riam Kanan menunjukkan
bahwa parameter residu tersuspensi sebesar 30 mg/L, parameter pH yaitu sebesar
7,8, dan DO yaitu sebesar 6,8 mg/L. Parameter nutrien yang terdeteksi sebagai
berikut: kadar ortofosfat sebesar 0,135 mg/L, fosfat total sebesar 0,203 mg/L, nitrit
sebesar 0,003 mg/L, kadar nitrat tidak terdeteksi, amonia total sebesar 0,121 mg/L
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
34

dan nitrogen total sebesar 0,126 mg/L. Kecerahan air atau daya tembus cahaya
matahari berkisar antara 0,69 sampai 3,5 meter, terendah yaitu 0,69 meter terjadi di
Apuai, dan tertinggi di daerah Liang Tauman (merupakan daerah terdalam, dengan
kedalaman 41,4 m).
Tabel 6. Tingkat trofik w.riam kanan dibandingkan dengan kriteria Indonesia MenLH.(2009)
Lokasi Tkt Trofik N total
mg/L
P total
mg/L
Klorofil a
( mg/m
3
)
Trans
(m)
- Oligotrofik (O) 0,65 < 0,01 < 2 10
- Mesotrofik (M) 0, 750 < 0,03 < 5 4
- Eutrofik (E) 1,9 < 0, 1 <15 2,5
- Hypertrofik (H) > 1,9 1 200 < 2,5
WdkRiamKanan Mei 2009 0,75 - 1,32(M) 0,060 - 0,151
(ME)
0,341-1,475
X=0,556 n=10(O)
1,5 -3,5
x =2,38n=8
(M)
WdkRiamKanan Agustus 2009 Data tidak
lengkap
0,008-0,026
X= 0,0128 (O)
0,886-1,237
X=0,17n=5 (O)
1,1- 3,1
X=2,1n=8 (M)

Berdasarkan pengukuran oksigen terlarut, pH dan suhu pada beberapa
kedalaman, diketahui bahwa mulai kedalaman 10 meter DO menurun drastis yaitu
dari 6,82 mg/L pada kedalaman 5 meter menjadi 2,66 mg/L pada kedalaman 10
meter, dan pada kedalaman 25 meter menjadi 2,35 mg/L disertai dengan terciumnya
bau busuk. Hal tersebut merupakan tanda bahwa di perairan Waduk Riam Kanan
sudah terjadi pembusukan bahan-bahan organik pada dasar waduk dan sudah
mengalami penyuburan atau eutrofikasi, kemungkinan karena adanya perikanan
jaring terapung dan aktivitas-aktivitas lain seperti pertanian, peternakan,
pertambangan dan lain-lain. Suhu air juga mengalami penurunan mulai kedalaman
10 meter, yakni pada permukaan air 31,5C, dan menurun menjadi 27,8C pada
kedalaman 10 meter, kemudian menjadi 25,8C pada kedalaman 25 meter. Adapun
hasil pengukuran stratifikasi suhu, DO, dan pH dimuat pada Gambar 3. Dari
stratifikasi tersebut diketahui bahwa bahwa batas antara lapisan epilimnion dengan
hypolimnion terjadi pada kedalaman 4,5 meter.
Outlet Waduk
Dari pemeriksaan kualitas air pada Outlet Waduk Riam Kanan menunjukkan
bahwa parameter residu tersuspensi sebesar 32 mg/L, parameter pH yaitu sebesar
7,7, DO sebesar 4,8 mg/L. Parameter nutrien yang terdeteksi sebagai berikut, kadar
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
35

ortofosfosfat tidak terdeteksi, fosfat total sebesar 0,073 mg/L, nitrit dan nitrat tidak
terdeteksi, kadar amonia total 0,194 mg/L dan nitrogen total sebesar 0,194 mg/L.

C. Kualitas air Waduk Riam Kanan pada Agustus 2009
Pengambilan contoh air pada Agustus 2009 pada beberapa lokasi (Tabel 4)
menunjukkan bahwa keadaan air Waduk Riam Kanan pada beberapa lokasi
pengambilan contoh masih dapat dikatakan baik, namun demikian ada pula lokasi
yang tampak mulai mengalami penyuburan. Hal tersebut dilihat dari beberapa
parameter yang diukur antara lain, DO, pH, Daya Hantar Listrik (DHL), suhu air
dan kecerahan. Kadar oksigen terlarut bervariasi antara 6,0 - 7,7 mg/L, sedangkan
kadar oksigen terendah terdapat pada outlet waduk (setelah turbin) yaitu 5,0 mg/L.
Rendahnya kadar oksigen sesudah melewati turbin karena air yang masuk turbin
berasal dari kedalaman tertentu. Dari hasil pengukuran pH dketahui, bahwa pH air
di Waduk Riam Kanan berkisar antara 7,0 - 8,2. Sedangkan suhu berkisar 28,6 -
30,6 C, dan DHL berkisar antara 115 -146 mhos. Kecerahan air atau daya tembus
cahaya matahari berkisar antara 0,56 - sampai 3,12 meter, terendah yaitu 0,56 meter
terjadi di lokasi Pulin, dimana airnya tampak keruh kecoklatan. Hasil analisa
parameter lapangan dimuat pada Tabel 5 .
Pola stratifikasi suhu menunjukkan pada kedalaman 10 meter suhu sebesar
29,1C, turun menjadi 27,4 C pada kedalaman 15 meter dan pada kedalaman 40
meter menjadi 25,9 C. Sedangkan statifikasi parameter pH menunjukkan pada
kedalaman 6 meter sebesar 7,7, turun menjadi 7,4 pada kedalaman 15 meter dan
pada kedalaman 40 meter menjadi 6,6. Stratifikasi DO menunjukkan pada
kedalaman 8 meter sebesar 6,3 mg/L dan turun menjadi 1,9 mg/L pada kedalaman
15 meter dan mulai kedalaman ini sudah tercium bau sulfida, sedangkan pada
kedalaman 40 meter menjadi 0,80 mg/L. Stratifikasi suhu, pH, dan DO diukur pada
lokasi no 9, Liang Tauman (Gambar 3).
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
36








Gambar 3. Grafik stratifikasi suhu, pH dan DO

Dari pemeriksaan laboratorium kualitas air Waduk Riam Kanan
pengambilan bulan Agustus 2009, menunjukkan bahwa kadar parameter
pencemar seperti kadar BOD berkisar antara 2,0 - 4,1 mg/L dan COD berkisar
antara 1,5 - 7,6 mg/L. Sementara itu kadar ortofosfat berkisar antara 0,003 - 0,008
mg/L, fosfat total berkisar antara 0,006 - 0,026 mg/L, nitrit berkisar antara 0,004 -
0,094 mg/L, nitrat berkisar antara tt - 0,090 mg/L, amonia total berkisar antara: tt
- 0,199 mg/L dan nitrogen total berkisar antara 0,004 - 0,253 mg/L.
Logam yang terdeteksi yaitu hanya logam besi (Fe) berkisar antara tt - 0,128
mg/L, sedangkan logam lain seperti logam mangan (Mn), seng (Zn), kadmium
(Cd), kromium (Cr), nikel (Ni), tembaga (Cu) dan timbal (Pb) tidak terdeteksi
untuk semua lokasi. Transparansi waduk berkisar 1,1 -3,50 m dan klorofil-a
berkisar antara 0,886 - 1,237 mg/m
3

Pemanfaatan air waduk untuk air irigasi pada musim Agustus 2009, kualitas
airnya sangat bagus bila ditinjau dari nilai Residual Sodium Carbonate (RSC) dan
Sodium Absorption Ratio (SAR). Nilai RSC air waduk 0,5 dan nilai SAR <4. Nilai
baku RSC untuk irigasi > 2 adalah tidak layak, RSC 1,25 2,5 adalah batas layak
dan RSC < 1,25 adalah layak. Sedangkan nilai baku SAR, yaitu 0 - 8 sangat bagus,
nilai SAR 8 -16 adalah bagus, 16 - 26 adalah sedang dan bila >26 adalah tidak
bagus. Demikian juga halnya dengan nilai pH, klorida dan parameter lainnya
sangat bagus untuk air irigasi. Tingkat eutrofikasi waduk berdasarkan senyawa
nitrogen, transparansi, klorofil-a (Tabel 6) termasuk kategori mesotrofik menuju
eutrofik atau kategori subur sampai sangat subur (Kep Men LH No. 28/2009).

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
37

Potensi beban pencemaran nitrogen dan fosfat di DAS Waduk Riam Kanan
terutama berasal dari limbah penduduk, ternak dan pupuk. Selain sumber tersebut
nitrogen dan fosfat di DAS Waduk Riam Kanan berasal dari sedimen, jerami atau
sisa tanaman. Beban pencemaran dari pakan ikan adalah nitrogen rata-rata 480
kg/hari dan fosfat 20 kg/hari. Jumlah beban pencemaran ini tergolong sedikit
karena jumlah jaring apung di Waduk Riam Kanan saat ini juga masih sedikit
yaitu 600 unit. Apabila jumlah jaring apung di Waduk Riam Kanan makin banyak
pada waktu yang akan datang seperti halnya di Waduk Saguling (7.272 unit pada
tahun 2005), Cirata (9.307 unit tahun 2005 ) dan Jatiluhur (15.000 unit tahun 2003)
(Laporan Teknis Puslitbang Sumber Daya Air, 2006), maka kualitas air Waduk
Riam Kanan pada masa yang akan datang akan tercemar seperti halnya di ketiga
waduk tersebut. Oleh karena itu jumlah keramba jaring apung harus dibatasi di
Waduk Riam Kanan. Pada umumnya kandungan nitrogen dan fosfat dalam pakan
ikan, berkisar 24 - 26 % dan 0,96 % (Brahmana, 1997). Pakan ikan, tidak semua
dimakan oleh ikan dalam keramba, akan tetapi 10-15 % akan jatuh ke dasar
waduk sehingga terakumulasi dari waktu ke waktu sehingga satu saat akan
berpengaruh terhadap kualitas air waduk. Menurut Beveridge (1996), kotoran ikan
juga membuang unsur Nitrogen 14 % dari berat kotorannya dan Fosfat dan unsur
lainnya.
Pencemaran dari limbah penduduk, pertanian dan peternakan umumnya
bentuk protein organik, lemak organik dan karbohidrat. Pada proses degradasi atau
penguraian protein, karbohidrat dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana
membutuhkan oksigen, sehingga kadar oksigen terlarut akan rendah pada perairan
yang tercemar berat yang banyak mengandung senyawa protein, karbohidrat dan
lemak.
Sumber pencemaran berasal dari limbah penduduk, pertanian dan peternakan.
Dalam air limbah tersebut terdapat protein yang terdiri dari unsur C,H,N O, dan S
dan senyawa lemak organik, karbohidrat terdiri dari unsur C,H,dan O kadang-
kadang ada unsur tambahan seperti fosfat. Limbah yang mengandung protein
organik, lemak, karbohidrat tersebut menuju sungai dibawa oleh run off (air larian)
dan terus masuk ke waduk. Dalam perjalanan air limbah menuju sungai, zat
pencemar tersebut akan mengalami degradasi oleh bakteri, jamur, dimana sebagian
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
38

akan diserap oleh tanaman, diabsorpsi ataupun adsorpsi oleh sedimen dan
sebagian masuk ke udara. Demikian juga halnya apabila sudah sampai di waduk
proses degradasi berjalan terus. Urutan proses degardasi protein organik adalah
sebagai berikut: protein organik senyawa asam amino amonium nitrat
nitrit nitrogen. Dalam setiap tahapan proses degradasi protein membutuhkan
oksigen, sehingga kadar oksigen makin lama makin berkurang, terutama pada
bagian dasar sungai yang dalam atau dasar waduk. Pada air permukaan waduk,
kadar oksigen lebih tinggi dibandingkan dengan air pada bagian bawah terutama
pada dasar waduk yang disebabkan oleh karena pada air permukaan terjadi proses
fotosintesa optimal yang menghasilkan oksigen dan ditambah oksigen yang berasal
dari udara yang masuk ke air melalui proses diffusi. Hasil degradasi protein seperti
amomium dan nitrat diabsorpsi oleh tumbuhan air dan ganggang. Senyawa
amonium dan nitrat digunakan oleh tanaman dan ganggang untuk proses anabolisme
yaitu untuk membentuk sel-sel tanaman atau dengan kata lain untuk pertumbuhan.
Khususnya nitrat, akan diabsorpsi dan diadsorpsi oleh sedimen, apabila pH air
ebih besar dari pH 7.
Pupuk juga merupakan penyumbang unsur nitrogen, fosfat ke dalam
waduk. Pemakaian pupuk di pertanian, banyak yang tidak diserap/diabsorpsi oleh
tanaman, karena sebagian besar pupuk megalami oksidasi terutama yang kontak
dengan udara. Berdasarkan penelitian Ardiwinata dkk (2008), kehilangan
pemakaian pupuk urea adalah melalui proses volatilisasi 25 % dan proses
denitrifikasi 28-33%. Pada pemakaian di sawah, kehilangan nitrogen dapat
mencapai 60-80%, pada budidaya palawija 40-60% dan sisanya dalam bentuk NH
3

dan NO
2
. Kehilangan nitrogen serta karbon organik dalam sedimen yang aliran
permukaannya sangat besar yakni 241-1066 kg/N/ha atau setara 500-2000 kg
urea/ha. Berdasarkan penelitian tersebut diatas maka masuknya senyawa nitrogen
dari DAS Riam Kanan ke waduk melalui sungai sangat besar, disamping dengan
cara difusi melalui tanah. Lebih jauh Ardiwinata dkk (2008) mengatakan bahwa
kehilangan fosfat di DAS tergantung kepada keasaman tanah. Pada tanah yang
masam, ion ortofosfat diendapkan atau diadsorpsi oleh Fe
3+
dan Al
3+
sedangkan
dalam tanah bersifat alkalis ( pH >8) ortofosfat dengan CaCO3 membentuk
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
39

hidroksil apatit dan bersifat mengendap, jadi Fosfat sedikit tercuci

atau sedikit
mengalami kehilangan.
Kadar oksigen terlarut secara stratifikasi (Gambar 3) sampai kedalamanan 5
meter masih baik yaitu berkisar 6,3 mg/L 7 mg/L. Akan tetapi sesudah kedalaman
5 meter, kadar oksigen terlarut turun drastis, bahkan mulai kedalaman 15 meter
kadarnya 2 mg/L dan pada kedalaman 40 meter kadar 0,5 meter. Rendahnya kadar
oksigen terlarut di bagian dasar berarti bahwa keadaan Waduk Riam Kanan
mendekati kondisi anaerob. Dari data kelarutan oksigen tersebut juga menunjukkan
bahwa di bagian dasar waduk terjadi akumulasi organik sehingga mikro-organisme
termasuk bakteri membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikan zat organik
tersebut. Stratifikasi DHL dan derajat keasaman (pH) dari air permukaan sampai
dasar tidak banyak berbeda, hal ini menunjukkan bahwa dari parameter DHL dan
pH keadaan air masih baik dan memenuhi syarat untu kebutuhan sumber baku air
mimum, air irigasi, industri PLTA, dan parawisata.
Salah satu indikator dampak menurunnya kualitas air waduk adalah pekerja
yang membersihkan turbin dibagian hilir out let waduk sering mengalami gatal-
gatal, padahal sebelumnya hal tersebut tidak pernah terjadi (wawancara dengan
Kepala Pengelola Waduk Riam Kanan Bpk Kardono, AMD., pada 12 April 2009 di
Desa Ariano).
Kadar logam seperti Cd, Fe,Mn.Cr dan air raksa (Hg) masih memenuhi
kriteria kelas 1 untuk sumber baku air minum dan pemanfaatan lainnya.
Pemanfatan untuk air pertanian, kualitas airnya sangat bagus bila ditinjau dari nilai
Residual Sodium Carbonate (RSC) dan Sodium Absorption Ratio (SAR). Nilai RSC
air waduk adalah 0,1 dan nilai SAR 0,393 -3,46. Batas RSC untuk irigasi adalah
RSC > 2 adalah tidak layak, RSC 1,25 2,5 adalah batas layak dan RSC < 1,25
adalah layak. Untuk nilai SAR 0 - 8 sangat bagus, nilai SAR 8 -16 adalah bagus,
nilai SAR 16 - 26 adalah sedang dan bila nilai SAR >26 adalah tidak bagus.
Stratifikasi Suhu, DHL, DO di Waduk Riam Kanan cukup baik (di lokasi
Liang Tauman).Pengukuran stratifikasi dilakukan 40 meter (gambar 3). Menurut
Lehmusluoto et.a,l 1999, pengukuran stratifikasi waduk sangat perlu untuk
mengetahui apakah suatu waduk/danau tercampur dengan baik setiap tahun atau
tidak. Pada waduk yang selisih suhunya di bagian permukan dan di bagian dasar
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
40

tidak > 5
0
C maka peristiwa up wellling (umbalan) jarang terjadi, sehingga racun
H
2
S, gas metan yang ada di dasar waduk tidak naik dan perikanan keramba jarring
apung aman dari pengaruh up welling. Selisih suhu permukaan dasar di Waduk
Riam Kanan adalah sebesar 4
0
C sedangkan di Cirata yang terbesar 4,3
0
C
(Lehmusluoto, et al., 1999)
Kadar nitrogen total pada Mei 2009 sebesar 0,75 1,32 mg/L dan fosfat total
berkisar antara 0,06 0,151 mg/L, nilai transparansi berkisar 1,5 - 3,50 m/L dan
kadar klorofil-a bekisar antara 0,341 1,475 mg/m
3
. Pada Agustus 2009 kadar
fosfat total berkisar antara 0,008 0,026 mg/L, transparansi berkisar 1,1 - 3,1 m
dan kadar klorofil- a berkisar 0,886 2,37 mg/m
3.
Berdasarkan hasil pengukuran
parameter tersebut maka status eutrofikasi Waduk Riam Kanan termasuk kategori
mesotrofik sampai eutrofik atau kategori sedang sampai (Kriteria Eutrofikasi Danau
OCDE, 1982). Demikian juga halnya apabila ditinjau dengan kriteria uutrofikasi
yang dibuat oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup Indonesia (Kep. Men.LH
No: 28/2009) maka tingkat eutrofikasi Waduk Riam Kanan masuk kategori
kesuburan sedang menuju subur). Berdasarkan penelitian Thornton (1987), di
danau tropis, jika kadar nitrogen 0,02 mg/L - 0,1 mg/L dan fosfat 0,005 mg/L - 0,6
mg/L pada suatu perairan, waduk itu termasuk kategori penyuburan mesotrofik-
eutrofik. Disamping itu pendapat Goldman dan Horne (1983) bila kadar nitrat
<0,01 mg/L pada sutu perairan, maka perairan tersebut termasuk kategori
oligotrofik dan bila kadar nitrat lebih besar dari 0,2 mg/L, maka perairan tersebut
masuk kategori eutrofik.
Sehubungan dengan air waduk dimanfaatkan sebagi sumber baku air minum
bagi penduduk kota Martapura dan Banjarbaru maka tingkat penyuburan
(eutrofikasi) waduk harus dikurangi. Beberapa alternatif yang diusulkan adalah
mengurangi tingkat illegal logging di DAS Sungai Riam Kanan, memakai pupuk
organik, melakukan pertanian berazaskan konservasi air tanah. Hal ini harus
dilakukan oleh karena apabila di Waduk Riam Kanan terjadi blooming algae,
maka biaya pengolahan air akan mahal. Disamping itu ikan-ikan akan sering mati,
pertumbuhan ganggang tidak terkendali terutama golongan ganggang biru hijau
(Blue Green Algae) yaitu jenis Microcystis sp. Menurut Allard (1982) dan
Zalewski (1997) jenis ganggang ini menghasilkan racun microcistinine-LR dan
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
41

racun tersebut menyerang syaraf manusia, merusak khromosom manusia hewan
bahkan mematikan pada tingkat konsentrasi relatif kecil ( < 0,001 gr microcistein)
Dampak lain dari suatu perairan yang mengalami tingkat eutrofikasi yang
amat subur adalah terjadinya korosi pada alat alat hidromekanik, sehingga umur
layanan alat tersebut akan jauh berkurang atau dengan kata lain biaya operasi dan
pemeliharaan akan meningkat. Hal ini sudah terjadi pada beberapa waduk yang
airnya berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik di Indonesia seperti di waduk
Saguling, Cirata, Jatiluhur, Karangkates (Harian Pikiran Rakyat, Desember 2006,
dan komunikasi pribadi dengan Ir. Marzuki, Kepala Operasi Waduk Jatiluhur).
Menurut Ir. Marzuki (2008) alat-alat hidromekanik seperti turbin akan mengalami
turun mesin 2 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan perairan yang kualitas
airnya atau tingkat kesuburannya masih pada status oligotrofik.
Apabila kualitas air dan tingkat eutrofikasi Waduk Riam Kanan ditinjau dari
aspek terjadinya korosi pada hidromekanik, maka hal tersebut belum menjadi
masalah atau dengan kata lain belum berpengaruh. Akan tetapi dengan tingkat
eutofikasi Waduk Riam Kanan pada saat ini, sudah termasuk pada kategori
kesuburan sedang menuju subur (mesotrofik ke eutrofik) maka pencemaran yang
masuk ke waduk harus dikurangi. Demikian juga halnya perlu dilakukan
pembatasan jumlah keramba jaring apung. Aktivitas keramba jaring apung
merupakan penyumbang potensial yang menyebakan terjadinya degradasi kualitas
air dan peningkatan penyuburan perairan di suatu waduk. Hal ini disebabkan oleh
karena pakan ikan yang banyak mengandung nitrogen dan fosfat tidak semua
dimakan oleh ikan dan juga limbah kotoran ikan akan jatuh ke dasar waduk.
Kandungan nitrogen pada pakan ikan mencapai 24-26 % dan fosfat 0,96 %,
sedangkan yang jatuh ke dasar waduk mencapai 10-15 % (Brahmana, 1997; 2002).
Senyawa nitrogen dan fosfat merupakan faktor utama yang merangsang
pertumbuhan ganggang disamping faktor sinar matahari.
Kadar air raksa di Waduk Riam Kanan terutama yang dekat dengan
penambangan rakyat seperti pada lokasi pengukuran kualitas air di Bungley (lokasi
1), Tuhin (lokasi 2) dan Apuai (lokasi 3) inlet Waduk dari Sungai Riam Kanan
memberikan hasil pengujian masih dibawah ambang batas kelas 1 (PP 82/2001).
Hasil pengukuran di lokasi tersebut masin-masing 0,05 g/L; 0,06 g/L dan
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
42

0,05 g/L. Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Team Pemantuan
oleh PLN bekerjasama dengan Universitas Lambung Mangkurat pada semester 1
tahun 2008, yang mana hasilnya lebih kecil dari 0,0001 mg/L. Batas maksimum air
raksa untuk sumber baku air minum (kelas 1) adalah sebesar 1 ug/L. Dalam rangka
mengantisipasi pencemaran air raksa yang terjadi pada sungai sekeliling Waduk
Riam Kanan yang diberitakan di harian RADAR BANJAR edisi tanggal 15 Mei
2009, maka perlu dilakukan penelitian lebih komprensip dan detail, antara lain
dengan mengambil contoh air lebih banyak termasuk pengujian sedimen sungai dan
waduk.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Potensi beban pencemaran yang berasal dari DAS Waduk Riam Kanan
masih kecil. Demikian juga halnya yang berasal dari aktivitas perikanan
jaring apung.
Kualitas air Sungai Riam Kanan pada inlet waduk Riam Kanan kualitasnya
masih baik. Parameter organik seperti BOD, COD cukup rendah, yaitu BOD
mg/L berkisar 2,-2,5 mg/L, COD berkisar 1,5 - 7 mg/L.
Air waduk Riam Kanan memenuhi persayaratan untuk pemanfaatan:
sumber air minum air pertanian, air industri, air peternakan, air perikanan.
Eutrofikasi air waduk sudah mencapai tingkat oligotrofik menuju
mesotrofik (penyuburan sedang menuju subur).
Kadar air raksa di waduk Riam Kanan dan kadarnya masih jauh dibawah
kelas 1. Kadar air raksa (Hg) di Bungley,Tuhin dan Apuai kadar nya 0, 05
g/L -0,06 g/L. Batas kriteria sumber baku air minum 1 g/L, untuk
perikanan, pertanian 2 g/L PP 82/2001.

Saran
Kualitas air waduk perlu dikelola antara lain:
Perencanaan Pengendalian Kualitas Air, harus dengan menyiapkan rencana
induk dan program kerja jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Perencanaan tersebut harus dibahas dan dikordinasikan dengan instansi terkait
sesuai dengan tupoksi setiap instansi.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
43

Mengurangi beban pencemaran ke waduk. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengolah air limbah penduduk,ternak dengan menggunakan wetland. Khusus
untuk pakan ikan disarankan pakan ikan yang berat jenisnya lebih rendah dari
air atau yang bersifat mengapung . Hal ini perlu diteliti pakan tersebut untuk
diproduksi.
Jumlah keramba jaring apung harus dibatasi dan tidak boleh dekat dengan
trashboom. Lokasi keramba jaring apung harus berdasarkan studi tata ruang
waduk, sedangkan jumlah jaring apung harus berdasarkan studi daya dukung
waduk.
Memperketat izin penebangan hutan, penambangan batubara, emas dan lain-
lain di DAS Waduk Riam Kanan.
Mensosialisasikan dan mengajak masyarakat agar bertanggungjawab dalam
pengelolaan waduk.
Memberi pelatihan dan pengertian tentang manfaat waduk bagi kehidupan
organisme dan manusia.
Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan waduk, baik di DAS maupun
di sempadan waduk.
Melakukan pertemuan berkala kepada penduduk sekitar waduk dan para petani
ikan, dengan membahas tentang peran kesehatan waduk bagi kesehatan
pemakai air waduk.
Melakukan pelatihan kepada masyarakat untuk mengolah limbah secara
sederhana misalnya mengolah limbah menggunakan wetland, pembuatan biogas
dari limbah ternak.
Melakukan pelatihan kepada pengelola waduk untuk memantau dan
menganalisa parameter kunci pencemaran dan mengenali parameter kunci
pencemaran waduk.
Perlu dilakukan penelitian pencemaran air raksa secara menyeluruh dan detail
untuk menjawab isu-isu yang ada di media cetak.




Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
44

DAFTAR PUSTAKA

Annonimous. 2006. Pengkajian dan Upaya Konsrevasi Waduk dan Indentifikasi
Sumber Pencemaran . Laporan Teknis 2006. Puslitbang Sumber Daya Air.
Annonimous. 2007a. Bendungan Besar di Indonesia. Puslitbang Pengairan, Badan
Litbang Dep.Pekerjaan Umum.
Annonimous. 2007b. Pemantuan Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa
Dalam Praktik, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Annonimous. 2008a. Studi Konservasi Sub DAS Riam Kanan, Laporan Akhir
Departemen Pekerjaan Umum, Balai Wilayah Sungai Kalimantan II, Kuala
Kapuas.
Annonimous. 2008b. Laporan Pelaksanaan Rencana Pemantauan Lingkungan
PLTA PM. Noor, PT. PLN Wilayah Kalimantan Tengah Sektor Barito -
Universitas Lambung Mangkurat-Banjarmasin.
Annonimous. 2008c. Penelitian Danau/ Waduk yang Terganggu Pemanfaatannya
oleh Eutrofikasi. Laporan Teknis 2008. Puslitbang Sumber Daya Air.
Annonimous. 2008d. Kabupaten Banjar Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Banjar.
Annonimous. 2008e. Kecamatan Ariano Dalam Angka. Pemerintahan Kecamatan
Ariano.
Annonimous. 2009. Kriteria Eutrofikasi Danau/Waduk. Kep Menteri Lingkungan
Hidup No: 28/2009
Allard.L. 1982. Etude de l`Impact du Stockage en Retenue sur la Traitabilite des
Eaux. Synthese Bibiolgraphie et Recherche d`une Methodologie. Published
Agence Financiere de Bassin Seine Normandie, France . 150 pp.
Ardiwinata et al., 2008. Pencemaran Bahan Agrokimia di Lahan Pertanian dan
Teknologi Penanggulangannya. Dalam :Pengembangan Lingkungan
Pertanian Menuju Mekanisme Pembangunan Bersih; Vol 3. Balai Besar
dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Balitbang Dep.
Pertanian.
Beveridge, Malcolm. 1996. Cage Aquaculture , Fishing News Books, Published by
The University Press, Cambridge. 328 pp.
Brahmana,S.Simon and Firdaus Achmad. 1997. Eutrophication of Three Reservoirs
at Citarum River,its Relation to Beneficials. Dalam Badruddin Machbub,
P.E. Hehanussa and Nana Terangna (ed) , Proceedings Workshop on
Ecosystem Approach to Lake Management. Kuta-Bali 22-25 July 1997.
International Hydrological Programme. 199 - 214 pp.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
45

Brahmana.S.Simon dan Syamsul Bahri. 2002. Pengaruh Nitrogen dan Posfat
terhadap terjadinya algal bloom di Waduk Karangkates. Bulletin Pus Air.
Media Kegiatan Penelitian Keairan (XI) : No:38 , 23-29 p.
Hartoto. D.I et al. 1998.Water Hyacinth Control Using Grass Crap
(Ctenoparhiyngodon idella and its Related Limnological Changes in
Lake Kerinci, Indonesia. Kolokium Pusat Penelitian Limnologi, LIPI.
Irianto .W.Eko dan Anong Sudarna. 1996. Karakteristik Beban Pencemaran Limbah
Penduduk di Bandung dan Yogyakarta, Bulltein Pus Air, Media Kegiatan
Penelitian Keairan (V) No: 21, 15-35 p
Jorgensen, Sven Erik. 2003. Lake and Reservoir ,Water Quality:The Impact of
Eutrophication Vol 3.UNEP-IETC ILEC.
Forgrnser S.SE. Vollenweider V.A. 1988. Guideline of Lake Management, Vol I;
Principle of Lake Management, International Lake Environment
Progrrame. 199 pp.
Lehmusluoto P et al,. 1999. Limnology in Indonesia , From the Legacy of the Past
to the Prospect for the Future. In Robert G.Wetzel and Brij Gopal (ed) ,
Limnology in Developing Country. International Association of the
Theoritical and Applied Lymnology 119 -234 pp.
Ryding S.O and Rast.W. 1988. The Control of Eutrophication of lakes and
Reservoir. Published by UNESCO- Paris
Starskraba M and Tundisi.J.G. 1982. Guideline of Management Lake vol 9.
Reservoir Water Quality and Management
Zalewski, Maciej. 1997. Elimination of Threats and Amplification of Changes and
Opportunities as a Key to the Successful Strategy of Sulejow Reservoir
Restoration. Dalam Badruddin Machbub, P.E. Hehanussa and Nana
Terangna (ed) Proceedings Workshop on Ecosystem Approach to Lake
Management. Kuta-Bali 22-25 July 1997. International Hydrological
Programme. 17-25 pp.












Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
46

DISKUSI

Penanya : Tugiyono ( Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Lampung)
Pertanyaan : Apa bahaya eutrofikasi dari banyaknya keramba dan
bagaimana mengendalikannya?
Jawaban : Dengan pengaturan pakan ikan mungkin dapat mengendalikan
bahaya eutrofikasi dari keramba. Diperlukan aturan yang jelas
dan koordinasi dari Kementerian Perikanan dan Kelautan
dengan Kementerian Pekerjaan Umum.

Penanya : Endang Widyastuti (Fakultas Biologi Unsoed)
Pertanyaan :
1. Faktor eutrofikasi dari peternakan dan sejauhmana pengaruh dari DAS
2. Apakah sudah ada model hubungan antara beban pencemaran dengan kualitas
air ?
Jawaban :
1. Saat ini baru bisa menghitung potensi eutrofikasi dari pengaruh DAS
2. Model hubungan beban pencemaran dengan kualitas air sudah pernah dicoba
dibuat dengan studi kasus di Karang Kates.

Penanya : Tri Retnaningsih (Universitas Diponegoro)
Pertanyaan :
1. Bagaimana bila termoklin digambarkan ada pada garis lurus, kaitannya
dengan eutrofikasi?
2. Adakah jenis alga yang dominan di Waduk Riam sebagai langkah antisipasi
adanya eutrofikasi?
Jawaban :
1. Kajian termoklin penting diketahui untuk mengkaji eutrofikasi di waduk,
termasuk kondisi dimiktik dan meromiktik. Selain itu, elevasi juga
berpengaruh terhadap peristiwa upwelling.
2. Kajian alga masih terbatas, fokusnya lebih pada kajian kualitas air.
Dominasi alga seperti microcystis menunjukkan eutrofikasi.


CATATAN
1. Teknik penulisan masih banyak yang harus diperbaiki.
2. Pembahasan hasil penelitian kurang fokus, penggunaan kalimat masih
kurang efisien.
3. Pustaka primer yang digunakan masih kurang.

Anda mungkin juga menyukai