Anda di halaman 1dari 62

PENGARUH VARIASI LIMBAH ELA SAGU DAN LIMBAH

TEBU TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd)


pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ambon

Disusun Oleh:

Wa Obe
NIM. 200302001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON
2023
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Selalu berusaha dan berdo’a, bersyukur dan iklas. Pastikan diri


selalu menolong agama Allah, niscaya Allah akan meneguhkan
kedudukanmu dari segala arah yang engkau tidak sangka-sangka”

PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Atas segala karunia yang telah
memberiku kesempatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan
rasa bangga dan bahagia saya ucapkan rasa terima kasih saya kepada Ayahanda
La Kaniu dan Ibunda Wa Pae, yang selalu membuatku kuat dalam menghadapi
masalah, selalu mendo’akan dan selalu menasehatiku menjadi lebih baik. Terima
kasih Ayah, terima kasih Ibu dan atas segala yang kalian berikan. Untuk
saudaraku tercinta Ibrahim Musa S.Pd, Kakak Noni, Julia dan Mia yang selalu
membantu perjuangan proses studi kuliah semoga Allah SWT merahmati dan
membalas segala kebaikannya dengan kesuksesan dunia dan akhirat.

iv
ABSTRAK
WA OBE, NIM.200302001. Dosen pembimbing I Dr. Nur Alim Natsir, M,Si dan
pembimbing II Heni Mutmainnah, M.Biotech. Dengan judul Skripsi “Pengaruh
Variasi Limbah Ela Sagu Dan Limbah Tebu Terhadap Kualitas Bioplastik”.
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon 2023.

Bioplastik dapat terbuat dari limbah ela sagu dan limbah tebu. Bioplastik
merupakan plastik ramah lingkungan yang dapat terurai oleh mikroorganisme
pengurai dan tidak mengandung zat beracun. Pembuatan bioplastik dari limbah ela
sagu dan limbah tebu merupakan salah satu inovasi yang menjadi solusi dari
permasalah penggunaaan plastik konvensional saat ini. Selain itu tujuan utama
penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi limbah ela sagu dan limbah tebu
terhadap kualitas bioplastik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen


laboratorium yang dilaksanakan pada 10 November sampai dengan 10 Desember
2023 di Laboratorium MIPA IAIN Ambon. Objek penelitian adalah kualitas
bioplastik yang meliputi ketebalan, daya serap air dan biodegradasi yang
dihasilkan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA dengan
perhitungan secara manual.

Hasil analisis menunjukan bahwa penggunaan variasi limbah ela sagu dan
limbah tebu tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan melalui uji ANOVA
ternyata F hitung < F tabel 0,5%. Hasil penelitian yang didapatkan dari masing –
masing karakteristik yaitu ketebalan berkisar 0,5509-0,7613 mm, daya serap air
75,00-172,00%, dan degradasi bioplastik terurai secara sempurna selama 7 hari.

Kata kunci : Bioplastik, Limbah ela sagu dan Limbah Tebu

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala rahmat dan karunia Allah SWT, sehingga

penulis dapat menyusun dan menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul

“pengaruh variasi limbah ela sagu dan limbah tebu terhadap kualitas biolastik” serta

sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi panutan

serta tauladan terbaik umatnya sepanjang masa.

Penulis menyadari berbagai hambatan yang dialami saat proses penyusunan

skripsi tetapi berkat bantuan, dorongan, serta motivasi dari berbagai pihak hingga

hambatan tersebut bisa teratasi. Oleh karnanya dalam kesempatan ini penulis

menghaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Ayahhanda tercinta La Kaniu serta Ibunda tercinta Wa Pae dan saudara/i tercinta

Ibrahim Musa S.Pd, Salmia, Julia, Noni beserta keluarga besar yang selalu

memberikan dukungan berupa materi, doa, semangat, motivasi dan nasihat

terbaiknya. Tak ada kata yang mampu menggambarkan hanya dengan bentuk

terimakasih dan rasa syukur semoga Allah SWT membalas segala amal

perbuatan orangtua, saudara/i serta keluarga besar saya.

2. Bapak Prof. Dr. Zainal A. Rahawarin, M.Si selaku Rektor IAIN Ambon beserta

Rektor I Bidang Akademik Dr. Adam Latuconsina, M.Si Wakil Rektor II Bidang

Keuangan Dr. Ismail Tuanany, M.M dan Wakil Rektor III Bidang

Kemahasiswaan Dr. M. Faqih Seknun, M.Pd.

3. Dr. Ridwan Latuapo, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Dr. Hj. Siti Jumaeda, M.Pd.I, selaku Wakil Dekan I, Hj. Corneli Pary,

vi
4. M.Pd, selaku Wakil Dekan II, dan Dr. Muhajir Abdurrahman, M.Pd.I, selaku

Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon.

5. Ibu Surati, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan Pak

Zamrin Jamdin, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Biologi.

6. Bapak Dr. Nur Alim Natsir, M,Si, selaku Pembimbing I sekaligus penasehat

akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing dan

selalu sabar dalam mengarahkan hingga skripsi ini terselesaikan.

7. Ibu Heni Mutmainnah, M.Biotecth, selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan hingga skipsi ini

dapat terselesaikan.

8. Ibu Rosmawati T.,M.Si, selaku Penguji I dan Ibu Asyik Nur Allifah, AF, M.Si

selaku penguji II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengoreksi

dan memberikan masukkan yang sifatnya membangun.

9. Ibu Wa Atima, M.Pd, selaku Kepala Laboratorium MIPA IAIN Ambon beserta

Humaira Latuconsina, S.Si dan Siti Rahma Lestaluhu, M.Si, selaku staf

laboratorium yang turut membantu dan mengarahkan penulis selama

melakuakan penelitian.

10. Bapak Rivalna Rivai, M.Hum selaku Kepala Perpustakaan IAIN Ambon beserta

seluruh stafnya yang telah menyediakan segala fasilitas literatur yang penulis

butuhkan.

11. Bapak dan ibu Dosen serta seluruh pegawai di lingkungan kampus IAIN ambon,

khususnya Program Studi Pendidikan Biologi atas segala asuhan, bimbingan,

vii
12. Ilmu pengetahuan, pelayanan yang baik dalam proses perkuliahan hingga

pengurusan studi akhir.

13. Kawan – kawan terbaik seperjuangan saya angkatan 2020, sahabat muslimah

BMI serta kakak tingkat Siti Sara, Anisa, Murni, Astira dan teman-taman yang

selalu membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu – persatu semoga Allah

SWT membalas segala kebaikannya dengan pahala berlimpah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun guna untuk penyempurnaan skipsi ini. Akhir kata penulis

mengucapkan permohonan maaf atas segala kekhilafan kepada semua pihak baik

disengaja maupun tidak disengaja. Semoga atas segala bantuan, bimbingan, dan

petunjuk yang telah diberikan insyaa Allah, akan ada imbalan yang lebih banyak

dari Allah SWT, aamiin.

Ambon, 20 Desember 2023


Penulis

Wa Obe
NIM.200302001

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv
ABSTRAK................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………...…1


1.1 Latar Belakang ................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.5 Definisi Operasional ......................................................................... 5
1.6 Batasan Masalah .............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6


2.1 Bioplastik ......................................................................................... 6
2.2 Limbah Ela Sagu .............................................................................. 11
2.3 Limbah Sagu .................................................................................... 18
2.4 Hipotesis ......................................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 21


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 21
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ......................................................... 21
3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 21
3.4 Desain Penelitian ............................................................................. 22
3.5 Prosedur Kerja ................................................................................ 24
3.6 Analisis Data ................................................................................... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 31


4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 31
4.2 Pembahasan .................................................................................... 36

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 43


5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 43
5.2 Saran ............................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 44


LAMPIRAN .............................................................................................. 47

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Plastik Menurut JIS, SNI 7818:2014 dan ASTM D638 .................. 7

3.1 Tabel Rancangan Penelitian ........................................................... 22

3.2 Alat Serta Fungsinya ..................................................................... 23

3.3 Bahan Serta Fungsinya .................................................................. 23

4.1 Hasil Pengamatan Pembuatan Plastik Biodegradable Variasi Limbah

Ela Sagu dan Limbah Ampas Tebu ............................................... 29

4.2 Rata-Rata Ketebalan, Daya Serap dan Degradasi Bioplastik .......... 30

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Struktur (a) amilosa dan (b) amilopektin .................................... 9
2.2 Limbah Ela atau Ampas Sagu (Metroxylon Sago) ...................... 14
2.3 Diagram Alir Ekstraksi Pati Sagu............................................... 17
2.4 Limbah atau Ampas Tumbuhan Tebu (Saccharum Officinarum
Lin) ........................................................................................... 19

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Analisis Uji Ketebalan Bioplastik ..................................... 42

2. Hasil Analisis Uji Daya Serap Air Bioplastik ............................ 43

3. Hasil Analisis Uji Biodegradasi Bioplastik ............................... 44

4. Titik Presentase Distribusi F Untuk Tingkat Taraf

Signifikansi 5% ....................................................................... 44

5. Proses Pengambilan Dan Pembuatan Bahan Baku Pati Limbah

Ela Sagu Dan Limbah Tebu ..................................................... 45

6. Proses Pembuatan Bioplastik .................................................... 46

7. Proses Uji Ketebalan, Daya Serap, Dan Biodegradasi

Bioplastik ................................................................................ 47

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara di Asia Tenggara yang menduduki

peringkat cukup tinggi dalam penggunaan plastik setiap tahunnya. Hal ini

dikarenakan plastik merupakan alat yang mudah digunakan untuk membungkus

atau mengemas berbagai jenis produk untuk berbagai keperluan. Berbagai

keunggulan yang dimiliki plastik menyebabkan bahan ini sangat banyak digunakan

oleh setiap kalangan masyarakat. Keunggulan plastik antara lain memiliki nilai

ekonomis yang murah, tahan air, ringan, elastis dan mudah dibawa kemana saja.

Namun dari berbagai keunggulan tersebut plastik ternyata memiliki kelemahan

yaitu menyebabkan terjadinya pencemaran.

Maraknya penggunaan dan menumpuknya sampah plastik pada dasarnya

memberikan dampak negatif yang sangat besar yaitu mencemari lingkungan. 1

Bahan yang digunakan dalam pembuatan plastik memiliki sifat polimer sintetik

yang tidak mudah hancur dan membutuhkan waktu yang cukup lama agar bisa

terurai secara alami. Berdasarkan data statistik Kementerian Lingkungan Hidup,

jumlah pemakaian plastik setiap tahunnya mencapai 5,4 juta ton.2 Meningkatnya

penggunaan barang-barang berbahan dasar plastik berbanding lurus dengan sampah

1
Charul Uma Madam, Karakteristik Film Bioplastik Selulosa Dari Ampas Tebu dan Sekam
Padi, di Makassar (Skripsi Program Studi Teknologi Makassar Fakultas Sain dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Makassar, 2017), hlm 1, di kutip pada tanggal 20 September 2023
2
Nuryati. (2019). Pembuatan Plastik Biodegradable Dari Pati Biji Nangka,Jurnal
Teknologi Agro-Industri, Vol.6 No.1, hal.21

1
2

plastik yang dihasilkan dan pada akhirnya mencemari lingkungan seperti

menurunya kualitas air dan tanah. 3

Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu dibutuhkan inovasi baru

dalam pengelolaan sampah seperti daur ulang atau pengembangan plastik yang

memiliki kemampuan terdegradasi terhadap lingkungan. Salah satu usaha yang

dilakukan dalam menangani persoalan sampah plastik yaitu dengan membuat

plastik yang ramah lingkungan atau disebut bioplastik.

Bioplastik adalah jenis plastik yang terbuat dari bahan organik dan dapat

terurai secara alami, sehingga mengurangi dampak negatif plastik konvensional

terhadap lingkungan. 4 Bioplastik memiliki daya guna yang sama seperti plastik

sintetik atau plastik konvensional, tetapi pada bioplastik seluruh komponennya

dapat terurai oleh mikroorganisme, air, karbonmonoksida dan tanpa meninggalkan

zat beracun. Salah satu bahan baku utama yang banyak digunakan dalam

pembuatan bioplastik adalah dari jenis tumbuhan yaitu berupa pati yang diperoleh

dari bahan baku alami seperti limbah ela sagu, limbah tebu, limbah kulit pisang dan

lainya.5

Di Indonesia khususnya di Maluku pati adalah jenis bahan baku yang mudah

ditemukan sebab, makanan pokok kedua setelah nasi yang mengandung pati yang

banyak digunakan adalah sagu. 6 Semakin banyak pengelolaan sagu sebagai

3
Nuryati dkk. (2019). Pembuatan Plastik Biodegradable Dari Pati Biji Nangka.Jurusan
Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut. Jurnal Teknologi Agro Industri.Vol. 6
No. 1.
4
Wahyu Anita, Khasiat Luar Biasa Rumput Laut Potensi dan Manfaat Untuk Kesehatan
dan Lingkungan, (Semarang: Central Java, 2023) hlm 35
5
Ani Melani,.dkk, “Bioplastik Pati Umbi Talas Melalui Proses Melt Intercalation”, Jurnal
Distilasi, vol 2, 2017 hlm. 54
6
Energi Hijau, Rama Prihandana, Roy Hendroko, Energi Hijau, (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2008), hlm 160
3

makanan pokok maka semakin bertambah pula ela sagu sebagai limbah yang

diperoleh dari sisa pembuangan hasil olahan saat memproduksi sagu sebagai olahan

makanan. Begitupun dengan produksi tebu sebagai minuman, atau gula yang

menyebabkan bertambah pula jumlah limbah tebu yang pada dasarnya hanya akan

menjadi sampah atau pakan ternak.

Berdasarkan tinjauan terkait permasalahan ini maka diambil solusi untuk

mengatasi permasalahan tersebut dengan memanfaatkan limbah ela sagu dan

limbah tebu menjadi produk baru yang ramah lingkungan. Oleh sebab itu, fokus

penelitian ini yaitu pembuatan bioplastik sebagai plastik ramah lingkungan yang

memanfaatkan variasi limbah ela sagu dan limbah tebu sebagai bahan utamanya.

Pemilihan sagu sagu dan ampas tebu sebagai bahan pembuatan bioplastik dinilai

bagus dalam pembutan bioplastik.

Ela sagu memiliki kandungan pati yang tinggi memiliki sifat yang elastis

sehingga baik digunakan sebagai bahan pembuat bioplastik, begitupula pada limbah

tebu (ampas tebu) yang terdapat kandungan serat yang tinggi pada biasanya

digunakan sebagai bahan dalam pembuatan kertas dan dapat dijadikan sebagai

bahan pembuatan bioplastik. Perpaduan ela sagu dan limbah tebu (ampas tebu)

merupakan suatu inovasi pembaharuan terbaru dan diharapkan bisa menghasilkan

kualitas bioplastik yang lebih baik yang kemudian menjadi pilihan utama sebagai

plastik ramah lingkungan oleh khalayak umum. Berdasarkan dari latar belakang

tersebut maka penulis perlu melakukan penelitian tentang “Pengaruh Variasi

Limbah Ela Sagu dan Limbah Padatan Tebu Terhadap Kualitas Bioplastik’’.
4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu “ apakah terdapat pengaruh variasi limbah ela sagu dan

limbah tebu terhadap kualitas bioplastik ”?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka diperoleh tujuan penelitian yaitu

untuk mengetahui “ apakah ada pengaruh variasi limbah ela sagu dan limbah tebu

terhadap kualitas bioplastik ”.

1.4 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis: sebagai bagian dari usaha untuk menambah khazanah ilmu

pengetahuan menegenai pembuatan plastik dari limbah ela sagu dan limbah tebu

terhadap kualitas bioplastik.

2. Bagi Masyarakat: sebagai dasar dan ilmu pengetahuan dalam menjaga

kelestarian lingkungan dengan mengenal pembuatan plastik dari limbah ela sagu

dan limbah tebu terhadap kualitas plastik biodegradable.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Biologi: dapat dijadikan bahan referensi

tambahan dalam mengembangkan setiap matakuliah terutama matakuliah

biologi umum, pengetahuan lingkungan dan bioteknologi dalam pemanfaatan

limbah organik sebagai pembuatan plastik ramah lingkungan atau bioplastik.


5

1.4 Definisi Operasional

Agar menghindari perbedaan argumentasi dalam menafsirkan permasalahan

dan pembatasan penelitian, maka perlu adanya penegasan definisi operasional ialah

sebagai berikut:

1. Limbah ela sagu adalah hasil pembuangan sisa olahan sagu yang tidak

dimanfaatkan lagi sebagai makanan pokok yang mengandung pati dan dapat

dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan bioplastik.

2. Limbah tebu merupakan hasil buangan sisa penggilingan batang tebu yang

berupa ampas tebu yang berdaya serat tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai

bahan pembuatan kertas dan bioplastik.

3. Bioplastik adalah plastik ramah lingkungan yang berbahan dasar dari pati ela

sagu dan limbah ampas tebu

1.5 Batasan Masalah


Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas maka dibatasi pada

permasalahan sebagai berikut.

1. Kualitas bioplastik yang diamati meliputi uji ketebalan, daya serap air dan laju

degradasi.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati padatan ela sagu dan pati

ampas tebu dengan variasi 5 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali.

3. Ela sagu diperoleh di Kampung Hurnala Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten

Maluku Tengah.

4. Limbah tebu (ampas tebu) diperoleh di Amalatu Desa Batu Merah Kecamatan

Sirimau Kota Ambon.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioplastik

Bioplastik adalah plastik yang terbuat dari bahan organik dan dapat terurai

secara alami, sehingga mengurangi dampak negatif plastik konvensional terhadap

lingkungan.7 Bioplastik adalah bahan plastik dibuat dari bahan-bahan biologi

seperti pati jagung atau ubi kayu. Bioplatsik merupakan alternatif yang lebih ramah

lingkungan dari plastik konvensional yang terbuat dari bahan-bahan fosil. 8

Bioplastik adalah produk pengganti plastik yang ramah lingkungan.

Bioplastik diperoleh dari bahan-bahan biomasa yang dapat diperbaharui. Bioplastik

merupakan senyawa biopolimer yang dapat mengalami penguraian secara alamiah

dengan bantuan bakteri, jamur dan alga atau mengalami hidrolisis dalam lautan

berair. Bioplastik memang layak dikembangkan sebagai pengganti plastik

konvensional, yang terbuat dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi, yang saat

ini mulai menumpuk dilautan sebagai polutan. Hanya masalah waktu bioplastik

akan menjadi bagian keseharian manusia, sama sperti kotoran atau lumpur disekitar

kita.9

7
Wahyu Anita, 2023, Khasiat Luar Biasa Rumput Laut Potensi dan Manfaat Untuk
Kesehatan dan Lingkungan, (Semarang: Central Java,) hlm 35
8
Purnawan Pentana Putra, 2023, Kehalalan Produk Makanan Kosmetik dan Obat-obatan,
(Jawa Tengah: Wawasan Ilmu), hlm 18
9
Rusmi Indriyani, 2023 Panduan Lengkap Materi Pencemaran Lingkungan Dengan Model
Unquiry, (Jawa Tengah: Yayasan Lembaga GUMUN), hlm 19

6
7

Penggunaan plastik polimer sebagai alat membungkus yang praktis sering

digunakan, ternyata memiliki dampak buruk yakni berupa sampah yang tidak

mudah terurai apabila dipakai terus menerus bisa menumpuk dan mencemari

lingkungan.

Indikator plastik yang baik memiliki standar karakteristik tersendiri.

Berdasarkan Karakteristik kantong plastik menurut JIS ialah nilai kuat tarik 3,92

Mpa dan nilai ketebalan ≤ 0,25. Karakteristik plastik menurut standar SNI

7818:2014 yaitu memiliki nilai kuat tarik antara 24,7-30,3 Mpa, nilai ketahanan air

99%, nilai elongasi 21-220% dan elastisitas 117-137.10 Kemudian berdasarkan SNI

waktu terurainya plastik dalam tanah maksimal 60 hari dan minimal 6-7 hari. 11

Tabel 2.1 Plastik Menurut JIS, SNI 7818:2014 dan ASTM D638
Standar karakteristik
Ketebalan (mm) Ketahanan air (%) Degradasi (k)

Japan Industry ≤ 0,25 - -


Standard (JIS)

Standar Nasional
Indonesia (SNI) - 99 -
7818:2014
American Society For
Testing And Material - - 6-7 atau 60 hari
(ASTM D638)
Sumber: Ajeng Ayu Ramadhani. 12

Bioplastik terbuat dari bahan-bahan yang biodegredible (mudah terurai)

seperti polimer alam dan pati. Dalam perkembangannya, teknologi pengadaan

10
Ramadhani, A.A. 2021. KARAKTERISTIK BIOPLASTIK UMBI PORANG (Amorphophallus
muelleri) DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN SISIK BANDENG, Skrispsi: Program Studi Jurusan Sains
Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya. Halm.25,di kutip pada
tanggal 4 November 2023
11
Pujawati D,.2021. Kararkteristik Komposit Bioplastik Pati Ubi Talas-Keragenan Pada
Variasi Suhu Dan Waktu Gelatinisasi, Jurnal Rekayasa Ddan Manajemen Agroindustri, Vo.9,
No.3,Halm 285
12
Ibid...Halm 25
8

bioplastik adalah suatu kebutuhan dimasa yang akan datang. Hal ini karena sifanya

yang ramah lingkungan tersebut sehingga tidak mencemari lingkungan. Jika plastik

petrokimia membutuhkan waktu ratusan tahun untuk dapat terurai dengan baik.

Bioplastik hanya membutuhkan waktu sekitar 60 hari untuk dapat terurai secara

sempurna sehingga diharapkan dapat mengurangi volume sampah plastik yang

ada.13

Bioplastik memiliki keunggulan yaitu dapat terurai 10 sampai 20 kali lebih

cepat dibanding plastik sintetik. Proses degradasi bioplastik terdiri dari beberapa

tahap, pertama yaitu degradasi sifat mekanik, kimia, dan fisik polimer akibat

pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan bioplastik. Kemudian dilanjutkan

dengan biofragmentasi, yang merupakan konversi polimer menjadi oligomer dan

monomer, dan yang terakhir yaitu perubahan bioplastik menjadi CO 2 air dan

biomassa.

Faktor penting yang mempengaruhi degradasi bioplastik adalah struktur,

rantai polimer, kristalinitas dan kompleksitas formula polimer penyusun bioplastik.

Selain itu, lingkungan berperan sebagai faktor penting untuk degradasi yaitu Ph,

suhu, kelembaban dan kandungan oksigen. Volume dengan rantai yang lebih

pendek bagian yang lebih amor, dan komposisi yang kurang kompleks lebih rentan

terhadap degradasi oleh mikroorganisme. Berdasarkan hal tersebut bioplastik

diharapkan dapat memiliki fungsi sebagai pengemas namun dapat terurai dalam

13
Fahruddin, 2022. Aplikasi Bioteknologi, (Surabaya: PT.Global Eksekutif Teknologi),
hlm 99
9

kurun waktu yang cepat dalam beberapa bulan sehingga tidak menimbulkan

penumpukan sampah di lingkungan maupun perairan. 14

Bioplastik terbuat dari tiga komponen penting yaitu matriks, penguat dan

pemlastis. Matriks yang biasa digunakan dalam pembuatan bioplastik adalah Pati

dan selulosa. Pati memiliki rumus molekul (C6H10O5) merupakan homopolimer

glukosa dengan ikatan a-glikosida. Pati terdiri atas dua komponen utama yaitu

amilosa dan amilopektin amilosa merupakan polimer rantai linear dan glukosa dan

dihubungkan oleh ikatan glikosida a-1,4. Sedangkan amilopektin merupakan

polimer bercabang dari glukosa dengan ikatan glikosida a-1,4 dan a-1,6. Adapun

struktur amilosa dan amilopektin ditunjukkan pada gambar berikut;

Gambar 2.1 Struktur (a) amilosa dan (b) amilopektin. 15

Semakin banyak amilosa pada pati akan membatasi pengembangan granula

dan mempertahankan integritas granula sehingga semakin tinggi kadar amilosa

14
Karna Wijaya, 2021, Menuju Indonesia 2045, (Yogyakarta: Gadja Mada Universyti
Press), hlm 49
15
Ibid..hlm 50
10

maka semakin kuat ikatan intramolekulnya. Sifat amilosa lebih mudah keluar dari

granula dan memiliki kemampuan untuk mudah berasosiasi dengan sesamanya.

Amilosa merupakan polimer linear yang mampu membentuk film dan serat (fibert)

dengan kekuatan mekanik yang tinggi sehingga memungkinkan untuk

dipergunakan sebagai pelapis makanan yang transparan sekaligus dapat dimakan.

Struktur cabang pada amilopektin merupakan salah satu hasil mekanisme enzim

yang memecah rantai linear yang panjang.

Pembuatan bioplastik berbasis pati pada dasarnya menggunakan prinsip

gelatinisasi. Gelatinisasi merupakan proses pemecahan ikatan antar molekul pati

dengan bantuan air dan panas yang memungkinkan ikatan hidrogen pada pati

terputus sehingga air masuk ke dalam granula pati. Air yang masuk membentuk

ikatan hidrogen dengan amilosa dan amilopektin sehingga menyebabkan

pembengkakan granula pati. Gelatinisasi menyebabkan terjadinya transisi dari

granula pati menjadi larutan polimer. Penambahan kitosan sebagai penguat dan

pembalastis asam oleat pada bioplastik yang terbuat dari pati kulit singkong dan

diperoleh nilai kuat tarik (transile strengh) terbaik sebesar 3,4 MPa dan nilai

elongasi sebesar 20,62%. Hal ini menunjukkan penambahan penguat dan

pengelastis dapat meningkatkan sifat mekanik tetapi belum memberikan sifat

antibakteri. Sifat inilah yang kemudian akan dimunculkan oleh kehadiran AgNPs

pada bioplastik.

Pemanfaatan kitosan sebagai biopolimer pencampur dikarenakan sifatnya

yang tidak larut dalam air mampu membentuk film serta tidak toksik. Pelarut

kitosan yang baik adalah asam asetat karena dapat menghasilkan film yang
11

transparan fleksibel dan sesuai sebagai pengemas. Kelarutan kitosan dalam asam

asetat terjadi karena terpengaruh asam yang menyumbang H+ sehingga

menyebabkan putusnya ikatan antar sesama polimer kitosan dan terotonasinya

gugus amina. Penggunaan kitosan sebagai bahan pencampur atau penguat. 16 Pada

bioplastik pati dari biji durian dengan menambahkan kitosan sebagai penguat

dengan konsentrasi 10, 20, 30%. Hasil yang diperoleh adalah dengan meningkatnya

konsentrasi kitosan maka nilai kuat tarik akan meningkat namun persen elongasi

akan menurun. Hal ini karena kitosan menyebabkan penurunan jarak ikatan

intermolekul. Berkurangnya jarak ikatan disebabkan oleh meningkatnya jumlah

ikatan hidrogen yang terbentuk antara molekul kitosan dengan amilosa dan

amilopektin membuat bioplastik menjadi kuat namun kaku. Berdasarkan penelitian

tersebut maka diperlukan penambahan pemelastis untuk didapatkan bioplastik yang

bersifat kuat dan fleksibel (lentur).

Pemplastis (Plastisinplasticizer) didefinisikan sebagai substansi non-volatil

yang mempunyai titik didih tinggi dan jika ditambahkan ke senyawa lain akan

mengubah sifat fisik dan mekanik senyawa tersebut. Pemlastis yang umum

digunakan dalam pembuatan bioplastik adalah air, gliserol, etilen glikol sorbitol,

dan polietilen glikol. Pemplastis dapat meningkatkan elongasi yang membuat film

bioplastik lebih fleksibel karena pemplastis menggantikan ikatan hidrogen internal

dan melemahkan daya tarik intramolekul rantai polimer. 17

16
Ibid.. hlm 51
17
Ibid…hlm 52
12

2.2 Limbah Ela Sagu

Ela sagu adalah limbah pengolahan dari tanaman sagu yang diperoleh dari

limbah pengolahan batang sagu dengan kadar protein pati yang cukup tinggi. 18 Ela

sagu merupakan produk sampingan dari hasil proses olahan batang pohon sagu

yang memiliki kandungan karbohidrat dan bahan organik lainnya dalam jumlah

banyak. 19 Namun, hingga sekarang ela sagu pemanfaatannya masih terbatas, dan

seringkali limbah ini hanya terbuang dan dibiarkan disekitar lokasi pinggiran

sungai. Hal ini mengakibatkan beberapa masalah, seperti potensi pencemaran

lingkungan dan kurangnya efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya. Oleh karena

itu, penting dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengatasi masalah ini dan

mengoptimalkan pemanfaatan ela sagu sebagai sumber energi terbarukan.

Ampas sagu atau ela sagu dapat diubah menjadi bioetanol melalui

serangkaian proses pengolahan yang melibatkan metode pretreatmen, hidrolisis,

dan fermentasi. Pretreatmen dilakukan untuk mempersiapkan ela sagu agar lebih

muda diolah dan meningkatkan kemampuan, konfersi menjadi bahan bakar

bioethanol. Hidrolis menggunakan enzim akan mengubah karbohidarat dalam elas

sagu menjadi glukosa yang dapat difermentasi oleh mikroorganisme seperti ragi.

Dengan memanfaatkan ela sagu sebagai bahan bakar bioetanol, terdapat

berbagai manfaat yang dapat diperoleh. Pertama, ela sagu yang awalnya dianggap

sebagai limbah dapat diubah menjadi sumber energi alternatif dalam mengatasi

18
Sidalog, H.J., 2019. Beternak Itik Petelur Dengan Pakan Berbasis Bahan Lokal
Pemanfaatan Keong Mas Hama Padi Sebagai Sumber Protein, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, halm 95.
19
Johni Jonatan Numberi, J, A.E, Analisis Sifat Fisika Kimia Ampas Ela Sagu Sebagai
Bahan Bakar Bioetanol 65%, Jurnal Teknologi Terapan, Vol.7, No.3, hlm 1169
13

keterbatasan penggunaan bahan bakar yang bersumber dari fosil. Kedua,

peamanfaatan ela sagu secara efisien dapat mengurangi polusi air, tanah, dan udara

akibat pembuangan limbah. Ketiga, pengembangan industry bieotanol dari ela sagu

dapat memberikan konstribusi ekonomi kepada masyarakat lokal dan menciptakan

lapangan kerja baru.

Langkah penting dalam upaya pemanfaatan ela sagu sebagai sumber energi

yang berlangsung secara berkelanjutan dan berupaya menjaga lingkungan. Melalui

pengembangan teknologi dan penelitian yang komprehenshif, diharapkan ela sagu

dapat diolah dengan lebih efisien dan menghasilkan bioetanol berkualitas tinggi,

sehingga memberikan manfaat maksimal bagi lingkungan, masyarakat, dan sector

energi secara keseluruhan.

Ela sagu adalah salah satu limbah yang dihasilkan dari proses olahan sagu

dan memilki karakteristis khas. Limbah ini terdiri dari beberapa komponen

senyawa, yaitu berupa lignoselulosa, selulosa, dan lignin, yang ketiganya dapat

dioptimalkan sebagai sumber karbon. Komponen-komponen ini membentuk ikatan

kompleks dalam struktur ampas ela sagu yang terdiri dari serat-serat selulosa yang

terikat dengan lignin dan hemiselulosa. Selain itu, ela sagu juga masih mengandung

sejumlah sisa pati setelah dilakukan proses ekstrasi sagu. Kandungan pati yang

masih ada dalam ela sagu setelah proses ekstrasi pasti sagu juga memberikan nilai

tambah dalam pemanfaatan limbah ini. Pati merupakan polisakarida yang dapat

diubah menjadi glukosa melalui hidrolisis enzimatik atau reaksi kimia tertentu.
14

Glukosa yang terbentuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan

bioetanol. 20

Tanaman sagu sejak lama digunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian

penduduk Indonesia bagian timur terutama di Maluku dan Papua. Sampai sekarang

pemanfaatan sagu di Indonesia masih dalam bentuk pangan tradisional, misalnya

dikonsumsi sebagai bahan makanan pokok dan bentuk papeda.21

Gambar 2.2 Limbah Ela atau Ampas Sagu (Metroxylon sago).22

Klasifikasi dari tumbuhan sagu ialah sebagai berikut:

Kingdom: Plantae
Devisi : Spermathopphyta
Sub Devisi: Angiospermae
Kelas : Monocotylidonae
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sago
Sinonim : Metroxylon rumphi; M.squarroum23

20
Ibid.. hlm 1170
21
Rama Prihandana, Roy Hendroko, Energi Hijau,(Jakarta: Penebar Swadaya,2008),hlm
160
22
https://visual.republika.co.id/berita/r7v0kd283/pembuatan-sagu-tumang-maluku,
dikutip pada tanggal 22 oktober 2023.
23
Vita, 2017“Etnobotani Sagu (Metroxylon Sago) Dilahan Basah Situs Air Sugihan,
Sumatra Selatan: Warisan Budaya Masa Sriwijaya”, Vol.26, Jurnal KALPATARU,Majalah
Arkeologi, hal.112
15

Tumbuhan sagu dapat dikatakan sebagai tumbuhan serbaguna karena

hampir seluruh bagiannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Berat

pengolahan batang sagu saat ini adalah menghasilkan pati sagu. Walaupun begitu,

bagian-bagian lain dari tumbuhan sagu banyak dimanfaatkan di pedesaan, seperti

pelepah untuk dinding dan plafon, daun untuk atap, dan lain-lain. 24 Batang sagu

dapat diolah menjadi pati sagu dari empulur batang dan air dengan cara yang

sederhana, yaitu ekstraksi pati yang bertujuan untuk memisahkan pati dengan

ampas. Proses pembuatan pati-patian dapat dilakukan menggunakan cara basah

dengan memotong batang sagu dalam ukuran yang lebih kecil untuk memudahkan

proses pengerutan dan pengemasan atau pengepresan yang kemudian dilanjutkan

dengan ekstraksi.

Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam pengolahan sagu ditingkat

masyarakat, yaitu cara tradisional, semi mekanis dan mekanis sederhana. Alat-alat

mekanis yang digunakan dalam pengolahan pati pada industri kecil berfungsi untuk

meningkatkan efisiensi hasil dan biaya, sedangkan alat-alat modern digunakan pada

industri menengah dan besar karena memiliki kapasitas yang lebih besar untuk

mencapai efisiensi kerja. Dibandingkan dengan jenis pati lainnya, biaya produksi

pati sagu lebih murah dan dapat memberikan hasil yang lebih besar. Adapun

pengolahan secara tradisional sebagai berikut;25

a. Pengelolaan Sagu Secara Tradisional

24
Netelda R. Timisela, 2023, Pelesatarian dan Penguatan Eksistensi Tanaman Sagu,
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2023), hlm 8
25
Ibid… hlm 9
16

Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengolahan sagu secara

tradisional, yaitu penebangan, dan pembelahan batang, penghancuran empulur,

ekstraksi pati, pengendapan dan pengemasan pati. Penebangan diawali dengan

membersihkan areal tebangan serta pokok pohon yang akan ditebang dan dilakukan

dengan menggunakan kapak dan parang. Pembersihan batang sagu dilakukan dalam

proses awal pemotongan dan pembelahan. Panjang batang sagu dipotong sesuai

keinginan menggunakan kapak untuk kemudian dibelah menggunakan Baji atau

alat pahat yang terbuat dari kayu keras menjadi dua bagian. Proses untuk

melepaskan dan menghancurkan empulur dari kulit batang menggunakan alat yang

terbuat dari kayu atau bambu yang disebut sebagai “nani” atau “pengukur”

termasuk dalam proses penghancuran empulur yang dikenal sebagai istilah “tokok

sagu”, “nani sagu” atau pengukur sagu.

Ekstraksi pati atau remas sagu dilakukan dalam keadaan basah dengan

meletakkan hancuran empulur pada sahani atau pangkal pelepah yang telah

dipasang runut atau penyaring dari pembungkus pelepah kelapa yang disebut

dengan seludang kelapa. Pemisahan patinya dilakukan dengan memberi air

mengaduk dan menekan hancuran empulur untuk kemudian disaring dan dialirkan

ke penampung melalui saringan yang lain. Ampas empulur yang tersisa selanjutnya

dibuang. Penampungan dan pengendapan pati dilakukan di tawear atau goti, yaitu

tempat yang terbuat setelah empulur di potong dari belahan batang sagu, kemudian

air dipisahkan dari pati basah yang mengendap melalui larutan pati sagu di dalam

goti, lalu dikemas dalam tumang, yaitu keranjang yang terbuat dari daun sagu.

Penjemuran dibawah panas matahari digunakan untuk mengeringkan pati sagu.


17

Berikut mekanisme tahapan pengolahan pati sagu dapat dijelaskan pada gambar

berikut.

Gambar 2.3 Diagram Alir Ekstraksi Pati Sagu.26

b. Proses pengolahan sagu secara semi mekanis

Yang berbeda dari pengolahan semi mekanis dengan pengolahan tradisional

adalah proses penghancuran empulur. Pengolahan semi mekanis menghancurkan

empulur dengan mesin dan melakukan ekstraksi sampai pemisahan pasti secara

tradsional. Terkadang proses penebangan pada pengolahan sagu secara semi

mekanis dilakukan dengan menggunakan chain SAW, disamping penggunaan

kapak dan parang. Bahkan mesin mesin parut sudah digunakan untuk penghancuran

empulur. Sedangkan tahapan berikutnya, yaitu ekstraksi, pengendapan pati,

pengemasan, dan pengeringan dilakukan dengan cara yang sama seperti proses

pengolahan sagu secara tradisional. Walaupun begitu, saat ini telah dikembangkan

alat sederhana menggunakan kompor minyak tanah untuk mengeringkan pati sagu.

26
Ibid.. hlm 10
18

Waktu pengolahan bisa dikatakan lebih efesiensi dan tidak diperlukan

terlalu banyak tenaga kerja, dalam melakukan proses ini. Dengan sistem semi

mekanis proses pengolahan sagu untuk satu pohon dapat diselesaikan dengan

tenaga kerja dua sampai tiga orang dalam waktu dua sampai tiga hari, berbeda

dengan proses pengolahan tradisioanal yang membutuhkan waktu enam sampai

delapan hari.

c. Produksi Sagu

Walaupun berbagai bagian pohon sagu memiliki peranan bagi kehidupan

masyarakat, produksi utama pohon sagu adalah pati. Ada tiga komponen yang

mendasari dilakukannya penetapan produktivitas sagu pada suatu wilayah atau

area, yaitu luas lahan sagu yang dimiliki dengan jumlah permusim dalam setahun,

dan produksi rata-rata perpohon.27

2.3 Limbah Tebu

Limbah tebu merupakan limbah padat produk sisa hasil pembuatan

minuman jus atau sisa pembuatan gula. Ampas tebu selain diperoleh dari hasil

pembuatan minuman juga banyak dijumpai pada stasiun gilingan pabrik gula.

Pengelolaan tebu akan menghasilkan ampas yang akan menjadi limbah padat.

Limbah ini ialah sisa buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai sampah,

yang kehadirannya pada suatu saat tidak dikehendaki oleh lingkungan karena tidak

memiliki daya guna. Jenis sampah ini pada umumnya berbentuk padat.28

27
Ibid.. hlm 12
28
Majdah Muhyiddin Zain, Seribu Manfaat Tanaman Tebu Inovasi Limbah Tebu Yang
Wajib anda ketahui, (Yogyakarta: CV Budi Utama), hlm 70
19

Gambar 2.4 Limbah atau Ampas Tumbuhan Tebu (Saccharum Officinarum Linn).29
Klasifikasi dari tumbuhan tebu ialah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom: Trachiobionta (Tumbuhan Pembuluh)
Super Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Liliopsida (Berkeping Satu/Monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Family : Graminae atau Poaceae (Suku Rumput-Rumputan)
Genus : Seccharum
Spesies : Saccharum Officinarum Linn

Ampas tebu juga dapat dikatakan sebagai produk pendamping karena ampas

tebu sebagian besar dipakai langsung oleh pabrik gula sebagai bahan bakar katel

untuk memproduksi energi keperluan proses, yaitu sekitar 10,2 juta ton per tahun (

97,4% produksi ampas). Sisanya (sekitar 0,3 juta ton per tahun) terhampar di lahan

pabrik sehingga dapat menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang tidak

sedap di sekitar pabrik gula. Ampas tebu mengandung air gula, serat dan mikroba

29
https://www.agronet.co.id/detail/indeks/gula/8521-Baggase-Si-Ampas-Tebu-Sumber-
Energi-Berkelanjutan,dikutip pada tanggal 22 oktober 2023
20

sehingga bila ditumpuk akan mengalami fermentasi yang menghasilkan panas. Jika

suhu tumpukan mencapai 900C akan terjadi kebakaran spontan. 30

Keberadaan ampas tebu sebagai sampah yang akan mencemari lingkungan

ternyata memiliki manfaat salah satunya adalah kelayakan limbah tebu sebagai

pupuk organik atau juga bisa digunakan untuk bioplastik. Ampas tebu mengandung

serat yang tinggi hingga bisa digunakan dalam campuran pembuatan kertas

attaupun bioplastik.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan salah satu cabang ilmu statistika infersial yang

digunakan untuk menguji kebenaran atau suatu pernyataan secara statistik serta

menarik kesimpulan akan diterima atau tidaknya pernyataan tersebut. Bedasarkan

hasil penelitian yang telah teruji ditemukan tidak adanya pengaruh signifikan dan

disimbolkan dengan H0 yaitu tidak ada pengaruh variasi limbah ela sagu dan limbah

tebu terhadap kualitas bioplastik.

30
Majdah Muhyiddin Zain, Seribu Manfaat Tanaman Tebu Inovasi Limbah Tebu Yang
Wajib anda ketahui, (Yogyakarta: CV Budi Utama), hlm 71
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen

laboratorium dimana objek penelitian yaitu limbah ela sagu dan limbah tebu

kemudian diamati dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

a. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di tiga tempat yaitu pembuatan bioplastik

dilakukan di laboratorium MIPA IAIN Ambon, kemudian untuk pengambilan

sampel limbah ela sagu di Kampung Hurnala Tulehu Kecamatan Salahutu

Kabupaten Maluku Tengah dan untuk limbah tebu di Amalatu Desa Batu Merah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

b. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 November sampai dengan 10

Desember 2023.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian menggunakan dua variabel yaitu bebas (X) dan terikat

(Y). Variabel bebas (X) yaitu limbah ela sagu dan limbah tebu dengan kosentrasi

perlakuan sebanyak 5 perlakuan.Variabel terikat (Y) yaitu kualitas bioplastik berupa

ketebalan, daya serap air, dan laju degradasi.

21
22

3.4 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial

tunggal yaitu rancangan yang paling sederhana diantara rancangan percobaan baku.

Rancangan ini terdiri dari 5 perlakuan (P1, P2, P3, P4, P5) dan diulang sebanyak 3

kali.

Tabel 3.1 Tabel Rancangan Penelitian


Perlakuan Ulangan
U1 U2 U3
P1 P1 U1 P1 U2 P1U3
P2 P2 U1 P2 U2 P2 U3
P3 P2 U1 P3 U2 P3 U3
P4 P4 U1 P4 U2 P4 U3
P5 P5 U1 P5 U2 P5 U3

Keterangan:

P1= limbah ela sagu 9 g + limbah padatan tebu 1 g

P2= limbah ela sagu 8 g + limbah padatan tebu 2 g

P3= limbah ela sagu 7 g + limbah padatan tebu 3 g

P4= limbah ela sagu 6 g + limbah padatan tebu 4 g

P5= limbah ela sagu 5 g + limbah padatan tebu 5 g

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

Penjelasan alat dan bahan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 dan 3.3

sebagai berikut:
23

a. Alat

Tabel 3.2 Alat Serta Fungsinya


No Nama Alat Fungsi
1. Timbangan Analitik Untuk Menimbang sampel
2. Magnetik Stirrer Mengaduk sampel
3. Filter/saringan Untuk Menyaring Larutan Pati
Untuk Mengkur dan memipihkan adonan
4. Mistar/penggaris pebuatan bioplastik
5. Ayakan 120 mess Mengaluskan sampel
6. Beker Gelas Wadah Penampung cairan
7. Gelas Ukur 10 ml dan
100 ml. Mengukur Cairan
8. Labu ukur 100 ml Untuk membuat larutan, megencerekan
larutan
9. Batang Spatula Untuk Mengaduk
10. Pipet Untuk Mengambil Cairan
11. Blender Menghaluskan sampel
12. Micrometer sekrup Mengkur ketebalan sampel
13. Hot plate Menghomogenkan larutan kimia
14. Cetakan kaca Menaru sampel
15. Kertas jilid bening Untuk menutup dan menaru sampel
16. Lakban bening kecil Untuk keperluan pelabelan
17. Serbet Untuk mengkat alat yang bersuhu panas
18. Alumunium foil Sebagai wadah untuk penimbangan bahan
Untuk memberi label atau tanda pada
19. Kertas label sampel
20. Gunting Untuk mengguntik keperluan
21. Tisu Sebagai pembersih dan mengeringkan alat
22. Silet Untuk menyayat dan memong sampel

b. Bahan

Tabel 3.3 Bahan Serta Fungsinya


No Nama Bahan Fungsi
1. Padatan ela sagu Sumber pati
2. Ampas tebu Sumber pati dan serat
3. Kitosan Penguat
4. Gliserol Plasticizer
5. Aquades Pelarut
6. Asam Asetat Cairan pereaksi
7. Tanah Media penananman bioplastik
8. Air Media ukur daya serap bioplastik
24

3.6 Prosedur Kerja

a. Pembuatan Tepung dari Limbah Ela Sagu

1. Menyediakan limbah ela sagu sebanyak 5 kg

2. Potong kecil–kecil ela sagu kurang lebih di bawah 1cm.

3. Cuci potongan ela sagu menggunakan air hingga bersih, setelah proses

pembersihan selesai jemur ela sagu dikering anginkan.

4. Agar proses pengeringan lebih sempurna, keringkan ela sagu mengunakan oven

pada suhu 800C selama 5 jam.

5. Selanjutnya haluskan ela sagu yang telah kering dengan menggunakan blender.

6. Ela sagu yang telah dihaluskan kemudian direndam dengan air sebanyak 10 liter

kemudian lakukan penyaringan.

7. Setelah proses penyaringan, diamkan rendaman kurang lebih selama 6 jam

8. Buang rendaman air bening yang paling atas rendaman sedikit demi sedikit

setelah itu ambil endapan berupa pati yang ada dibawah lalu keringkan dengan

menggunakan oven atau sinar matahari

9. Setelah dikeringkan dan pati telah menjadi tepung. Pati ela sagu berupa tepung

siap untuk digunakan sebagai bahan baku sampel penelitian.

b. Pembuatan Tepung dari Limbah Tebu

1. Sediakan limbah ampas tebu sebanyak 5 kg

2. Potong kecil-kecil ampas tebu dengan ukuran kurang lebih 1 cm


25

3. Cuci potongan ampas tebu menggunakan air hingga bersih, setelah proses

pembersihan selesai ampas tebu dikering anginkan dibawah sinar matahari. 31

4. Agar proses pengeringan lebih sempurna keringkan ampas tebu menggunakan

oven pada suhu 800C kurang lebih selama 5 jam

5. Selanjutnya haluskan ampas tebu yang telah kering dengan menggunakan

blender

6. Setelah diblender ampas tebu telah menjadi tepung. Tepung ampa tebu siap

untuk digunakan sebagai bahan baku percobaan atau perlakuan. 32

c. Pembuatan Bioplastik

1. Sediakan pati padatan ela sagu dan pati ampas tebu masing-masing 1 kg

kemudian timbang menggunakan timbangan analitik sesuai perlakuan, yaitu: 9

gram limbah ela sagu dan limbah tebu 1 gram, limbah ela sagu 8 gram dan

limbah tebu 2 gram, limbah ela sagu 7 gram dan limbah tebu 3 gram, limbah

ela sagu 6 gram dan limbah tebu 4 gram, limbah ela sagu 5 gram dan limbah

tebu 5 gram.

2. Masing-masing perlakuan dimasukan ke dalam beker gelas dan ditambahkan

air aquades sebanyak 50 ml. Selanjutnya membuat larutan kitosan dengan cara

memasukan padatan kitosan yang sudah di timbang sebanyak 1gram ke dalam

gelas ukur dan akan dilarutkan bersamaan dengan asam asetat kosentrasi 100 %

dengan pengenceran 1% dan ukur air pengenceran sebanyak 50 ml, kemudian

31
Kalsum Umi, R,Y.2020.Pembuatan Bioplastik Dari Ampas Tahu Dan Ampas Tebu
Dengan Pengaruh Penambahan Gliserol Dan Tepung Maizena, Junal Distilasi,Vol.O5 No.2,Hal 35
26

tambakan gliserol 3 ml pada masing- masing perlakuan yaitu: yaitu: 9 gram

limbah ela sagu dan limbah tebu 1 gram, limbah ela sagu 8 gram dan limbah

tebu 2 gram, limbah ela sagu 7 gram dan limbah tebu 3 gram, limbah ela sagu

6 gram dan limbah tebu 4 gram, limbah ela sagu 5 gram dan limbah tebu 5 gram.

3. Kemudian larutan tersebut dihomogenkan menggunakan spatula sampai kira-

kira tidak ada gumpalan pada kitosan.

4. Setelah itu campurkan larutan limbah tebu dan pati ela sagu yang sudah

didilarutan dengan air aquades ke dalam beker gelas berisi larutan kitosan sesuai

masing- masing perlakuan pengenceran yaitu: 9 gram limbah ela sagu dan

limbah tebu 1 gram, limbah ela sagu 8 gram dan limbah tebu 2 gram, limbah

ela sagu 7 gram dan limbah tebu 3 gram, limbah ela sagu 6 gram dan limbah

tebu 4 gram, limbah ela sagu 5 gram dan limbah tebu 5 gram.

5. Selanjutnya homogenkan seluruh larutan menggunakan spatula dan dipanaskan

dengan memakai hot plate pada sahu 2000C selama 30 menit atau lebih sampai

larutan mengental berbentuk pasta, kemudian siapkan cetakan kaca ukuran

20x10 cm dengan ketebalan kaca 3 mm.

6. Terakhir tuangkan larutan percobaan diatas cetakan kaca berlaskan plastik jilid

bening dan pipihkan dengan menggunakan mistar lalu diamkan dengan

menggunakan suhu ruang.

7. Setelah larutan kering, bioplastik siap untuk diamati.


27

G. Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis secara statistik berdasarkan dua objek

penelitian produk bioplastik dari limbah ela sagu dan limbah tebu dengan data uji

secara biodegradable bioplastik berupa ketebalan, kuat tarik, daya serap air, dan

laju degradasi dapat dianalisis dengan menggunakan perhitungan data manual uji

ANOVA menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).

Analisis Parameter bioplastik dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Uji Ketebalan

Uji ketebalan bioplastik dilakukan dengan mengukur 4 sisi berbeda dan

diperoleh rata-rata ke empat pengukuran tersebut dengan menggunakan alat

micrometer sekrup pada ketelitian 0,01 mm. 33

𝑡 1 +𝑡 2+ 𝑡 3 + 𝑡 4
Ketebalan rata-rata =
4
Keterangan:
t 1 = Titik pengukuran 1
t 2 = Titik pengukuran 2
t 3 = Titik pengukuran 3
t 4 = Titik pengukuran 4

2. Uji Daya Serap Air

Uji daya serap ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya ikatan dalam

polimer serta tingkatan atau keteraturan ikatan dalam polimer dan ditentukan

melalui presentase penambahan berat polimer setelah mengalami penggabungan.

Proses terdifusinya molekul kedalam polimer akan menghasilkan gel yang

33
Amanda Mirra S.,M,C,L. 2023,”Pengaruh suhu dan waktu pengeringan pada bioplastik
dari pati jagung terhadap biodegradasi”,Jurnal Ilmia Teknik Kimia .Vol 20, No.1, hal 77.
28

menggembung. Sifat ketahanan bioplastik ditentukan dengan uji swelling dengan

rumus: 34
𝑊1−𝑊0
A= × 100%
𝑊0

Keterangan:
A = Daya serap air (%)
W1 = Berat akhir setelah perendaman (gr)
W0 = Berat awal sebelum perendaman (gr)

3. Uji Biodegradasi

Pengujian biodegradasi menggunakan metode penguburan dalam tanah

(soil burial test).35 Dilakukan dengan memotong bioplastik dengan ukuran 1x1 cm

kemudian ditimbang untuk mengetahui berat awal, lalu ditanam kedalam tanah

dengan kedalaman 1 cm dalam waktu 7 hari. Setelah waktu penanaman selesai cek

kembali, jika masih ada sisa bioplastiknya angkat lalu timbang berat akhirnya,

kemudian dihitung dengan memakai rumus: 36


𝑊0–𝑊1
%W= × 100%
𝑊0

Keterangan:

%W = Berat residu
W1 = Massa sempel setelah penguburan
W0 = Massa sempel sebelum awal penguburan

34
Ilmiati Illing, Satriawan MB, Uji Ketahanan Air Bioplastik Dari Blimbah Ampas Sagu
Dengan Penambahan Variasi Konsetrasi Gelatin,vol 03, prosiding seminar nasional, hlm 185.
35
Amanda Mirra S.,M,C,L. 2023,”Pengaruh suhu dan waktu pengeringan pada bioplastik
dari pati jagung terhadap biodegradasi”,Jurnal Ilmia Teknik Kimia .Vol 20, No.1, hal 78.
36
Khotimah Khusnul, dkk,”Sifat Fisik Dan Mekanik Bioplastik Komposit Dari Alginat Dan
Karagena”,vol.11 ,Jurnal Of Marine Research,2022, hlm 412.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Karakteristik Bioplastik

Pembuatan bioplastik berbahan dasar limbah ela sagu dan limbah tebu

menunjukkan karakteristik yang berbeda dan data yang dihasilkan disajikan pada

tabel berikut.

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pembuatan Plastik Biodegradable Variasi Limbah Ela
Sagu dan Limbah Ampas Tebu.
Perlakuan Warna Karakteristik Hasil
 Elastis
 Permukaan kurang
halus, keriput dan
P1 Coklat sedikit pekat bergelembung
 Ketebalan rata-rata
0,6775 mm

 Elastis
 Permukaan halus
dan sedikit
P2 Coklat sedikit pekat mengkerut
 Ketebalan rata-rata
0,77 mm

 Elastis
 Permukaan halus
dan sedikit
P3 Coklat transparan
 Ketebalan rata-rata
0,74 mm

 Kurang elastis
 Permukaan halus
dan terdapat
P4 Coklat pekat gelembung
 Ketebalan rata-rata
0,7125

29
30

 Tidak elastis dan


mudah rapuh
 Permukaan sedikit
P5 Coklat susu kasar
 Ketebalan rata-rata
0,73625

Sumber: Data Hasil Penelitian, 2023

4.2 Kualitas Bioplastik ( Ketebalan, Daya Serap Dan Degradasi )

Hasil uji ANOVA berupa ketebalan, daya serap dan degradasi bioplastik

berbahan dasar limbah ela sagu dan limbah tebu disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Rata-Rata Ketebalan, Daya Serap dan Degradasi Bioplastik.

Perlakuan Ketebalan Daya Serap Degradasi (k) F Tabel 5 %


(mm) Air (%)
P1 0,5509tn 188,67tn 100
P2 0,6967tn 172,00tn 100
P3 0,7300tn 133,34tn 100
P4 0,7592tn 116,64tn 100 3,48
P5 0,7613tn 75,00tn 100
Standar Mutu (≤ 0,25 ) * 99% ** 6-7/60 hari ***

Keterangan: tn = tidak nyata


* = JIS
** = SNI
*** = ASTM D638

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas disimpulkan bahwa seluruh perlakuan

menunjukkan tidak nyata secara statistik hal ini dibuktikan dengan F hitung < F

tabel dan terdegradasi secara sempurna dalam waktu 7 hari.


31

4.3 Pembahasan

1. Karakteristik Bioplastik

Bioplastik divariasikan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan

yang digunakan terhadap kualitas bioplastik. Bahan utama pembuatan bioplastik

ini diperoleh dari pati limbah ela sagu yang di ambil di Kampung Hurnala Tulehu

Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah yang dipadukan dengan limbah

ampas tebu di Amalatu Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Kota Ambon pada

setiap masing– masing gram beda pada setiap perlakuan.

Proses awal pembutan bioplastik yaitu pengumpulan bahan baku, kemudian

membuat ekstrak pati ela sagu yaitu menggunakan metode pencucian, pengeringan,

penghalusan, penyaringan, pengendapan dengan air bersih, pengeringan dibawah

terik matahari atau dengan oven dan pengayakan. Selanjutnya, proses pembuatan

tepung limbah tebu yaitu dengan tahap pencucian, pemotongan, pengeringan

dibawah terik matahari atau dengan oven, penghalusan dan pengayakan. Awal

penimbangan bobot awal bahan baku mentah ela sagu dari 8 kg sampai ke proses

pengayakan menghasilkan pati sebanyak 1 kg, kemudian untuk bobot mentahan

limbah tebu dari 10 kg sampai ke proses pengayakan menghasilkan bobot sebanyak

1 kg pati. Setelah bobot bahan baku telah tersedia maka akan dijadikan sebagai

sampel pembutan bioplastik.

Limbah ela sagu dan limbah tebu sebagai sampel utama dalam penelitian

dibawa kelaboratorium MIPA IAIN Ambon. Penelitian dilakuan selama 1 minggu

dimulai dari tahap penimbangan dan pengukuran sampel dari lima perlakuan pati

limbah sagu (9 gram, 8 gram, 7 gram, 6 gram, 5 gram), pati limbah tebu sebanyak
32

(1gram, 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram) dan pada masing-masing perlakuan

ditambahkan kitosan 1 gram, 50ml aquades, 50 ml asam asetat pengenceran 1% dan

gliserol 3 ml.

Selanjutnya pembuatan bioplastik, yaitu dengan memadukan semua bahan

sesui prosedur kerja, lalu melakukan proses pemanasan menggunakan pemanas

hotplet dan melakukan pencetakan diatas kaca ukuran 20x10cm yang beralaskan

plastik jilid bening kemudian dipipih ratakan agar permukaan plastik terlihat

merata. Proses terakhir yaitu pengeringan bioplastik dan dilakukan pemotongan

dengan ukuran 1x1 cm pada setiap perlakuan untuk melakukan uji ketebalan, daya

serap air dan biodegradasi bioplastik.

Setelah melalui serangkaian proses penelitian bioplastik terdapat beberapa

faktor rendahnya kualitas fisik plastik biodegradable saat penelitian pada setiap

perlakuan yaitu: perlakuan P1; berwarna coklat, terdapat gelembung kecil berwarna

putih akibat kitosan tidak sepenuhnya larut saat dilarutkan, permukaan plastik

kurang halus dan banyak gelombang-gelombang yang mengkerut akibat plastik

belum sepenuhnya kering saat dilepas dari kaca dan kemudian terkena pantulan

sinar matahari saat dikering anginkan. Perlakuan P2; berwarna coklat, permukaan

plastik halus dan terdapat yang sedikit kerutan akibat pantulan sinar matahari saat

dikering anginkan. Perlakuan P3; berwarna coklat, permukaan plastik halus dan

elastis. Perlakuan P4; berwarna coklat, permukaan plastik sangat halus kurang

elastis apabila dipegang dengan tidak hati-hati maka plastik akan pecah saat

dilepaskan dari cetakan. Saat proses pemanasan sampel tidak bisa mengental

disebakan karna tingginya kadar serat pada pati tebu dan kurangnya kadar pati ela
33

sagu sebagai dan pengikat agar tidak mudah pecah. Perlakuan P5; berwarna coklat,

plastik tidak elastis, permukaan sedikit kasar dan mudah retak sehingga

memerlukan ekstrak kehatia-hatian saat disentuh dilepaskan dari cetakan. Saat

proses pemanasan sampel tidak bisa mengental disebakan karna tingginya kadar

serat pada pati tebu dan kurangnya kadar pati ela sagu sebagai dan pengikat agar

tidak mudah pecah.

Berdasarkan studi literatur pembuatan bioplastik diketahui sifat bioplastik

yang baik diantaranya tidak terdapat gelembung udara pada hasil akhirnya, tidak

terdapat pecahan akibat terlalu panas atau terlalu banyak katalis maupun tebalnya

resin, serta warna produk yang dihasilkan mengkilat.37

Terlepas dari beberapa faktor penyebab rendahnya kualitas bioplastik di

atas, plastik yang memenuhi kualitas fisik yang baik maka seharuanya plastik

tersebut elastis saat disentuh, mengkilat dan sedikit transparan. Sesuai hasil

penelitian plastik yang dikatakan baik yaitu terdapat pada perlakuan P3 dengan

perbandingan 7gr pati ela sagu dan 3gr pati limbah tebu. Kemudian dari rata-rata

keseluruhan perlakuan berwarna coklat.

2. Kualitas Bioplastik ( Ketebalan, Daya Serap Dan Degradasi )

a. Ketebalan

Uji ketebalan dilakukan untuk mengetahui ketebalan bioplastik yang telah

dicetak. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengukur 4 sisi plastik yang telah

dipotong dan diukur dengan ukuran 1x1 cm menggunakan mikrometer sekrup.

37
Rahmawati P.M.,L,.D,M,R.2022, Perbedaan Sifat Bioplastik Limbah Kulit Singkong
Dengan Bioplastik Tepung Tapioka, Jurnal Seminar Indonesia IPA XIII.Halm 22.
34

Plastik biodegradable yang dihasilkan berdasarkan variasi pati limbah ela sagu dan

pati limbah tebu memiliki kualitas ketebalan yang berbeda-beda.

Perbedaan keseimbangan ketebalan disebabkan pada saat penuangan dan

peralatan sampel pada kaca pencetak masih memakai peralatan derhana atau pada

saat pemanasan sampel mengeras akibat kelebihan waktu hingga sampel berupa

pasta mengeras, sehingga mempengaruhi volume larutan bioplastik. Sejalan dengan

pendapat Rozi Atiffah, bahwa banyaknya frasi terlarut, luas, dan volume dalam

cetakan akan memberbanyak jumlah padatan larutan, maka makin tebal pula

bioplastik yang di hasilkan. 38 Ketebalan ternyata mempengaruhi karakteristik

bioplastik terutama daya serap air dan laju degradasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin banyak penggunaan pati pada

pembuatan bioplastik maka semakin tebal pula bioplastiknya. Penambahan jumlah

pati akan meningkatkan rantai polimer penyusun matriks dalam lapisan plastik

biodegradable. Warkoyo, dalam penelitiannya menyatakan bahwa penambahan

pati yang banyak akan meningkatkan polimer penyusun matriks edible film dan

jumlah film makin besar sehingga film dihasilkan akan semakin tebal. 39

Setiap perlakuan dalam penelitian uji ketebalan bioplastik pada konsentrasi

variasi limbah ela sagu 9gr dan limbah tebu 1gr menghasilkan ketebalan tertinggi

diperoleh pada perlakuan P5 (0,7613 mm), kedua P4 (0,7592 mm), ketiga P3

38
Atiffah rozi. 2020, Karakteristik Bioplastik Dari Pati Biji Durian Dan Pati Singkong
Yang Menggunakan Bahan Pengisi Mcc ( Microcrystalline Celluleso) Dari Kulit Kakao, vol.25,
Jurnal: Gema Agro, halm.5
39
Warkoyo, 2014. Sifat Fisik, Mekanik Dan Barrier Edible Film Berbasisi Pati Umbi Kipul
(Xanthosoma Sagittifolium) Yang Dikorporasi Dengan Kalium Sorba, Jurnal Agritech,Vol. 34,
Halm 75
35

(0,7300 mm), keempat P2 (0,6967 mm) dan terendah diperoleh pada perlakuan P1

yaitu (0,5509 mm). Beradarkan pada Japanes Industrial (JIS) standar ketebalan

bioplastik ialah ≤ 0,25 mm, sementara data yang dihasilkan penelitian menujukkan

semua rata-rata ketebalan di atas ≤ 0,25 mm artinya belum bisa dikatakan

memenuhi standar JIS.40

b. Daya Serap Air

Uji daya serap air dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan bioplastik

terhadap air. Uji ketahanan air dilakukan dengan cara mengukur 4 sisi plastik yang

telah dipotong dengan ukuran 1x1 cm menggunakan mikrometer sekrup,

kemudian dilakukan penimbangan masa bioplastik keadaan kering (W0) dan

massa bioplastik setelah direndam dengan air (W1) dalam waktu 1 jam.

Daya serap air pada bioplastik diharuskan memiliki daya serap yang rendah

sebab karena semakin kecil nilai daya serap air pada bioplastik maka, semakin besar

ketahanan airnya. Hasil penelitian menujukkan bahwa semakin banyak bobot

konsentrasi pati yang ditambahkan maka semkin kuat nilai daya serap yang

dihasilkan. Hal ini dikarenakan pati memiliki sifat yang hidrofilik, sama dengan

plastilizer gliserol yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap nilai daya

serap air. Sejalan dengan pernyataan Rozzana, bahwa nilai persen air berbanding

40
Ramadhani, A.A. 2021. KARAKTERISTIK BIOPLASTIK UMBI PORANG (Amorphophallus
muelleri) DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN SISIK BANDENG, Skrispsi: Program Studi Jurusan Sains
Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya. Halm.25,di kutip pada
tanggal 4 November 2023
36

terbalik dengan ketahanan air yang diserap oleh bioplastik artinya semakin kecil air

yang diserap oleh plastik maka semakin kuat ketahanan airnya. 41

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) bahwa nilai ketahanan air

adalah 99%. Jika dilihat dari daya serap air bioplastik disetiap perlakuan variasi

limbah ela sagu dan limbah tebu yang rata-rata menyerap air, daya serap tertinggi

yang diperoleh pada perlakuan P1 (188,67 %), kedua P2 (172,00 %), ketiga P4

(116,64 %), keempat P2 (172,00 %) dan terakhir diperoleh pada perlakuan P5

yaitu (75,00%). Semakin tinggi daya serap air yang dihasilkan maka semakin

rendah pula ketahanan air bioplastik. Rata-rata hasil keseluruhan uji daya serap

tersebut dihitung dari daya serap terendah yaitu 75,00% berarti masih kurang dari

99%, sehingga dapat disimpulkan belum memenuhi standar SNI .42

c. Biodegradasi

Pengujian biodegradasi dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat waktu

yang dibutuhkan agar bioplastik terdegradasi dengan sempurna oleh

mikroorganisme dalam tanah pada suatu lingkungan. Uji degradasi ini di lakukan

dengan mengukur film bioplastik dengan ukuran 1x1 cm menggunakan mistar,

ditanam didalam tanah kedalaman 1 cm, membuat kolom perbedaan pada setiap

perlakuan yaitu kolom (P1, P2, P3, P4, dan P5), kemudian diamati secara visual

proses penanaman bioplastik tersebut hingga terdegradasi dengan sempurna.

Setelah serangkai prosese penanaman dengan waktu yang ditentukan, hasil

penelitian menunjukkan bahwa bioplastik yang ditanam telah menyatu dan meyerap

41
Rozzana.2020.Pengaruh Massa Pati Terhadap Tensil Strength, Elongasi Dan Daya Serap
Terhadap Air Pada Pembuatan Bioplastik Dari Pati Sagu Dan Gliserol.Jurnal Inovasi Ramah
Lingkungan. Vol 03. Halm 20
42
Ibid…Halm.25
37

dengan tanah. Hal tersebut dikarenakan bioplastik terbuat dari bahan baku organik

sehingga mudah terurai dalam tanah bersamaan dengan faktor cuaca berupa panas

lembab akibat hujan dan panas matahari. Oleh karenanya bioplastik dari variasi

limbah ela sagu dan limbah tebu dikatakan sebagai plastik biodegradable sebab

komponen penyusun yang ada didalamnya terbuat dari bahan baku alami sehingga

mudah menyesuaikan dengan air, mikroorganisme dan lingkungan. Sejalan dengan

penelitian Chairul Amin, bahwa secara kimiawi, plastik bersifat bidegradable

disebabkan oleh bahan organik secara alami yang mudah terinteraksi terhadap air

dan mikroorganisme, sensitif pada pengaruh fisik atau kimia, lingkungan dan faktor

kelembaban tanah seta suhu menjadi pengaruhnya. 43

Berdasarkan ASTM D638 waktu terurainya plastik dalam tanah maksimal

60 hari dan minimal 6-7 hari. Jika dilihat dari hasil uji dan dan pengamatan

bioplastik terhadap variasi limbah ela sagu dan limbah tebu yang telah terurai dalam

tanah dengan waktu 7 hari, maka berdasarkan waktu tersebut artinya sudah

memanuhi standar ASTM D638.44

43
Amin C,. 2015, Pembuatan Bioplastik Dari Pati Ubi Kayu Berpenguat Nano Serat Jerami
Dan Zno, Jurnal Litbang Industry, Vol.5, Halm.96.
44
Pujawati D,.2021. Kararkteristik Komposit Bioplastik Pati Ubi Talas-Keragenan Pada
Variasi Suhu Dan Waktu Gelatinisasi, Jurnal Rekayasa Ddan Manajemen Agroindustri, Vo.9,
No.3,Halm 285
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa variasi limbah ela sagu dan limbah tebu tidak berpengaruh terhadap kualitas

bioplastik ditinjau dari faktor ketebalan, daya serap air dan biodegradasi.

Berdasarkan hasil analisis ANOVA uji ketebalan dan daya serap F hitung < Tabel

5% dengan ketebalan berkisar 0,5509-0,7613 mm, daya serap air 75,00-172,00%

dan untuk biodegrasi bioplastik telah terurai dengan sempurna selama 7 hari di

dalam tanah.

4.2 Saran

Saran yang diberikan oleh penulis yaitu:

1. Perlu ada penelitian lanjutan terkait pengaruh variasi limbah ela sagu dan

limbah tebu terhadap kualitas bioplastik berupa uji elastisitas, daya tarik dan

modulus.

2. Perlu adanya dukungan pemerintah terkait sumber daya lingkungan agar

membantu peneliti dalam mengenalkan pentingnya penggunaan bioplasik

kepada masyarakat dan menyediakan alat canggih yang membantu proses

pencetakkan bioplastik sehingga kualitas ketebalan dapat memenuhi standar

yang ditentukan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Amanda Mirra S.,M,C,L. 2023,”Pengaruh suhu dan waktu pengeringan pada


bioplastik dari pati jagung terhadap biodegradasi”,Jurnal Ilmia Teknik
Kimia .Vol 20, No.1, halm 77.
Amin C,.2015, Pembuatan Bioplastik Dari Pati Ubi Kayu Berpenguat Nano Serat
Jerami Dan Zno, Jurnal Litbang Industry, Vol.5, Halm.96.
Anita, W. 2023, Khasiat Luar Biasa Rumput Laut Potensi dan Manfaat Untuk
Kesehatan dan Lingkungan, Semarang: Central Java.
Anugrah, G. 2021”Pelatihan Pengujian Hipotesis Statistika Dasar Dengan Software
R”, Jurnal BUDIMAS, Vol.03, Hal.328
Arni, B.E.K. 2020, Pengaruh Kompos Ela Sagu Dengan Mikroorganisme
Antagonis Terhadap Kemasan, Tersedia Dan -Total Tanah Ultisol”, Jurnal
Budidaya Pertanian, vol.16 (2), hal.118.
Atiffah rozi. 2020, Karakteristik Bioplastik Dari Pati Biji Durian Dan Pati Singkong
Yang Menggunakan Bahan Pengisi Mcc (Microcrystalline Celluleso) Dari
Kulit Kakao, vol.25, Jurnal: Gema Agro, halm.5
Ayurlina, D. 2017, Biologi 3 SMA dan MA Untuk Kelas XII, Bandung: Esis
Elly, Y, 2016 “Sintetesis Bioplastik Dari Kitosan – Pati Kulit Pisang Kepok Dengan
Penambahan Zat Aditif”, Jurnal Teknik Kimia Vol.10, Hal.41
Fahruddin, 2022, Aplikasi Bioteknologi, Surabaya: PT.Global Eksekutif Teknologi.
Hijau, E. 2008, Energi Hijau, Jakarta: Penebar Swadaya.
Illing, I. 2020. Uji Ketahanan Air Bioplastik Dari Limbah Ampas Sagu Dengan
Penambahan Konsentrasi Gelatin, Prosiding Seminar Nasional,Vol
03,Halm185.
Indriyani, R. 2023. Panduan Lengkap Materi Pencemaran Lingkungan Dengan
Model Unquiry, Jawa Tengah: Yayasan Lembaga GUMUN.
Jabbar, U.F, 2017 Pengaruh Penambahan Kitosan Terhadap Karakteristik
Bioplastik Dari Pati Kulit Kentang, Dimakassar (Skripsi Program Studi
Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar)
Junaidi, 2010. Meteode Penelitian Ekonomi Dan Penerpannya. Bogor: Institut
Pertania Bogor, halm 2
Kalsum Umi, R,Y. 2020. Pembuatan Bioplastik Dari Ampas Tahu Dan Ampas
Tebu Dengan Pengaruh Penambahan Gliserol Dan Tepung Maizena. Jurnal
Distilasi, Vol.O5 No.2,Hal 35
Khotimah, K. 2021, “Sifat Fisik Dan Mekanik Bioplastik Komposit Dari Alginat
Dan Karagena”Jurnal Of Marine Research, Vol.1 hal. 412

39
40

Madam, C.U. 2017, Karakteristik Film Bioplastik Selulosa Dari Ampas Tebu Dan
Sekam Padi, Di Makassar, Skripsi Program Studi Dan Teknologi Makassar
Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Makassar.
Nahir, N. 2017”Pengaruh Penambahan Kitosan Terhadap Karakteristik Bioplastik
Dari Pati Biji Asam (Tamarindus Indica L.)”Makassar, Repository.UIN-
alauddin.ac.id.32.
Nuryati, 2019.Jurusan Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.
Jurnal Teknologi Agro Industri.Vol. 6 No. 1.
Noviayanto, T.S.H. 2022, Pengantar Microteaching, (Bakipandeyan: Pradina
Pustaka).
Pamuji U.S , 2017, Rancangan Acak Lengkap Untuk Mengetahui Pengaruh Jenis
Pupuk Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah, Skripsi:Jurusan
Stastitika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia, Yogyakarta, halm.16-18, dikutip pada tanggal 9 desember 2023.
Putra, P.P. 2023, Kehalalan Produk Makanan Kosmetik dan Obat-obatan, Jawa
Tengah: Wawasan Ilmu.
Rahmawati P.M.,L,.D,M,R.2022, Perbedaan Sifat Bioplastik Limbah Kulit
Singkong Dengan Bioplastik Tepung Tapioka, Jurnal Seminar Indonesia
IPA XIII.Halm 22.
Ramadhani, A.A. 2021. Karakteristik Bioplastik Umbi Porang (Amorphophallus
Muelleri) Dengan Penambahan Kitosan Sisik Bandeng, Surabaya, Skrispsi:
Program Studi Jurusan Sains Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel. Halm.25
Rozzana.2020.Pengaruh Massa Pati Terhadap Tensil Strength, Elongasi Dan Daya
Serap Terhadap Air Pada Pembuatan Bioplastik Dari Pati Sagu Dan
Gliserol.Jurnal Inovasi Ramah Lingkungan. Vol 03. Halm 20
Rsayidah, K.M. 2020”Pelatihan Pengolahan Limbah Padatan Tahu Menjadi
Menjadi Bahan Pangan Bagi Masyarakat Desa Jentera Kabupaten
Langkat”. Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol.26,hal.54
Sidalog, H.J, 2019. Beternak Itik Petelur Dengan Pakan Berbasis Bahan Lokal
Pemanfaatan Keong Mas Hama Padi Sebagai Sumber Protein, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press,halm 95
Suryati, 2016. Optimasi Proses Pembuatan Bioplastik Dari Pati Limbah Kulit
Singkong, Jurnal Teknologi Kimia Unimal, Vol.5:1, 2016, Hal 78-91
Timisela, N.R. 2023, Pelesatarian dan Penguatan Eksistensi Tanaman Sagu,
Yogyakarta: CV Budi Utama.
41

Vita, 2017,“Etnobotani Sagu (Metroxylon Sago) Di lahan Basah Situs Air


Sugihan,Sumatra Selatan:Warisan Budaya Masa Sriwijaya”,Jurnal
KALPATARU,Majalah Arkeologi, Vol.26,Hal.112
Wijaya, K. 2021, Menuju Indonesia 2045, Yogyakarta: Gadja Mada Universyti
Press.
Zain, M.M. 2022, Seribu Manfaat Tanaman Tebu Inovasi Limbah Tebu Yang
Wajib anda ketahui, Yogyakarta: CV Budi Utama.
https://visual.republika.co.id/berita/r7v0kd283/pembuatan-sagu-tumang-maluku
https://www.agronet.co.id/detail/indeks/gula/8521-Baggase-Si-Ampas-Tebu-
Sumber-Energi-Berkelanjutan
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Uji Ketebalan Bioplastik


Tabel 1. Hasil Analisis uji ketebalan bioplastik (mm) dengan perlakuan
limbah ela sagu dan limbah tebu.
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 (y,j) (ỹi)
P1 0,7375 0,2375 0,6775 1,6525 0,5509
P2 0,7000 0,6975 0,695 2,0900 0,6967
P3 0,6675 0,7400 0,7825 2,1900 0,7300
P4 0,7700 0,7950 0,7125 2,2775 0,7592
P5 0,7950 0,7525 0,7363 2,2838 0,7613
Jumlah (yi.) 3,6700 3,2225 3,6013 10,4938 0,6997

Perhitungan:
Faktor Koreksi
FK = 10,49382 / 5x3 = 110,11992 /15 = 7,3414
Jumlah Kuadrat Total
JKT = 0,73752 + 0,23752 +….+0,73632 – FK = 0,2525
Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKP = 1,65252 + 2,09002 +….+2,28382 /3 – FK = 0,912
Jumlah Kuadrat Galat
JKG = JKT- JKP = 0,2525 - 0,912 = 0,1613

Tabel 2. Hasil uji ketebalan bioplastik dengan uji ANOVA dengan perhitungan
secara manual.
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel 5%
Keragaman Bebas (DB) Kuadrat tengah (KT)
(SK) (JK)
Perlakuan 4 0,0912 0,3612 0,56 3,48
Galat 10 0,1613 0,6389
Total 14 0,2525
H0 : F hitung < F Tabel 5%

42
43

Lampiran 2. Hasil Analisis Uji Daya Serap Air Bioplastik

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Daya Serap Air (%) Dengan Perlakuan Variasi
Limbah Ela Sagu Dan Limbah Tebu
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 (y,j) (ỹi)
P1 166 100 300 566 188,67
P2 200 150 166 516 172,00
P3 100 100 200 400 133,34
P4 150 100 100 350 116,64
P5 75 100 50 225 75,00
Jumlah (yi.) 691 550 816 2.057 685,68

Perhitungan:
Faktor Koreksi
FK = 2.0572 / 5x3 = 4.231.2492 /15 = 282.083,267
Jumlah Kuadrat Total
JKT = 1662 + 1002 +3002….+502 – FK = 56.153,733
Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKP = 5662 + 5162 +4002….+2252 /3 – FK = 24.496,733
Jumlah Kuadrat Galat
JKG = JKT- JKP = 56.153,733 - 24.496,733 = 31.657

Tabel 4. Hasil Uji Daya Serap Air Pada Bioplastik Dengan Uji ANOVA Dengan
Perhitungan Secara Manual.
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel 5%
Keragaman Bebas Kuadrat (JK) tengah (KT)
(SK) (DB)
Perlakuan 4 24.496,733 0,4541 0,81 3,48
Galat 10 31.657 0,5638
Total 14 56.153
H0 : F hitung < F Tabel 5%
44

Lampiran 3. Hasil Analisis Uji Daya Serap Air Bioplastik


Tabel 5. Hasil Analisis Uji Degradasi Bioplastik (%) Dengan Perlakuan Variasi
Limbah Ela Sagu Dan Limbah Tebu.
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 (y,j) (ỹi)
P1 100 100 100 300 100
P2 100 100 100 300 100
P3 100 100 100 300 100
P4 100 100 100 300 100
P5 100 100 100 300 100
Jumlah (yi.) 500 500 500 1.500 100

Lampiran 4. Titik Presentase Distribusi F Untuk Tingkat Taraf Signifikansi 5%

Tabel 6. Hasil presentase hitungan distribusi F untuk tingkat taraf signifikan 5%


45

Lampiran 5. Proses Pengambilan dan Pembuatan Bahan Baku Limbah Ela


Sagu dan Limbah Tebu

Pengambilan Limbah Limbah Mentahahan Penjemuran Limbah


Mentah Ela Sagu Tebu Ela Sagu dan Tebu

Proses Pengeringan Proses Menghaluskan Perendaman Limbah Ela


Limbah Kering Limbah Yang Telah Sagu Hasil Pengggilingan
Kering Yang Akan Jadi Pati
Menggunakan Oven
46

Lampiran 6. Proses Pembuatan Bioplastik

Persiapan Alat Dan Bahan Penyaringan Pati Penimbangan Bahan

Pengukuran Larutan Hasil penimbangan Pemanasan Larutan


dan pengukuran sampel Sampel

Pencetakan adonan Pengeringan Bioplastik Pelepasan Bioplastik


Bioplastik Yang Telah Kering

46
47

Lampiran 7. Proses Uji Ketebalan, Daya Serap, dan Biodegradasi Bioplastik

Pengukaran untuk Perendaman dan Proses


Bioplastik Penimbangan Penenaman
Uji Ketebalan Bioplastik Uji Bioplastik Untuk
Daya Serap air Uji Biodegradasi
48
49
50

Anda mungkin juga menyukai