2 Lengkap MDM Opt

ii
Modul Pelatihan
MODUL PELATIHAN
Penyusun Modul :
Kukuh Murtlaksono
November 2013, Cetakan Pertama
X + 86 halaman
Modul ini disusun atas dasar pembelajaran dari salah satu kegiatan pelathan yang difasilitasi
oleh Proyek Penguatan Pengelolaan Hutan dan DAS dan Berbasis Masyarakat/
Strengthening Community-Based Forest and Watershed Management (SCBFWM) Project in
Indonesia. SCBFWM merupakan proyek kerjasama Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan
DAS dan Per- hutanan Sosial (BPDASPS) Kementerian Kehutanan dengan UNDP Indonesia
dengan dana hibah dari Global Environment Facilites (GEF)
PEMBANGUNAN MODEL DAS MIKRO (MDM)
Didukung Oleh :
Diterbitkan Oleh :
Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan DAS
Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial - Kementerian Kehutanan
Gd. Manggala Wanabakti, Blok I Lt.I3
Jl. GatotSubroto, Senayan, Jakarta 10270
Telp : 021 5730151
Fax : 0215731839
Strengthening Community-Based Forest and Watershed Management Project (SCBFWM)
Proyek Penguatan Pengelolaan Hutan dan DAS Berbasis Masyarakat
Email : info@scbfwm.org
Website : www.scbfwm.org
PERPUSTAKAAN NASIONAL : KATALOG DALAM TERBITAN
ISBN : 978-602-14678-3-1
iii
Pembangunan Model DAS Mikro
KATA PENGANTAR
Direktur PEPDAS, Kementerian Kehutanan
Sekaligus Sebagai
Natonal Project Director (NPD) SCBFWM

Atas selesainya Modul ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penulisannya dan semoga bermanfaat
untuk pembacanya.
Modul Pelathan tentang Pembangunan Model DAS Mikro disusun atas dasar
pembelajaran dari salah satu kegiatan pelathan yang difasilitasi oleh Proyek
Penguatan Pengelolaan Hutan dan DAS Berbasis Masyarakat/Strengthening
Community-Based Forest and Watershed Management (SCBFWM) yang
dilaksanakan oleh Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial di enam
propinsi sejak tahun 2009. Modul ini dirancang bersifat mendasar untuk
fasilitator (basic principle for facilitator) yang bersifat feksibel agar dapat
dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi setempat. Modul ini disusun
untuk pelathan selama 30 jam dan digunakan sebagai pedoman umum
pelathan teknis pengelolaan DAS terpadu terutama bagi penyelenggara
pelathan.
Model DAS Mikro merupakan suatu wadah pengelolaan DAS dalam skala
lapangan yang digunakan sebagai tempat untuk memperagakan proses
partsipatf dalam pengelolaan DAS yang meliput perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi, dimana
di dalamnya terkandung kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL),
teknik-teknik konservasi tanah dan air serta usaha tani lain yang sesuai dengan
kemampuan lahan, sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat.
iv
Modul Pelatihan
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................. 2
1.3 Penggunaan Modul................................................................... 3
1.4 Pengguna Modul....................................................................... 3
1.5 Muatan ..................................................................................... 3
1.6 Pengertan Istlah ...................................................................... 4
BAB II. KURIKULUM DAN SILABUS ...................................................... 5
2.1 Kurikulum ................................................................................. 5
2.2 Silabus ....................................................................................... 6
BAB III. MATA PELAJARAN ................................................................... 9
3.1 Kontrak Belajar ......................................................................... 9
A. Lembar Informasi ................................................................. 9
B. Rangkuman Substansi ........................................................... 13
3.2 Konsep Model DAS Mikro (MDM) ............................................ 14
B. Rangkuman Substansi .......................................................... 21
C. Lembar Penugasan ............................................................... 22
D. Test/Evaluasi ........................................................................ 22
3.3 Metode Pemilihan Lokasi dan Perencanaan Pembangunan
Model DAS Mikro (MDM) ......................................................... 24
vi
Modul Pelatihan
D. Test/Evaluasi ........................................................................ 51
3.4 Pelaksanaan Pembangunan Model DAS Mikro (MDM) ............ 52
D. Test/Evaluasi ........................................................................ 58
3.5 Monitoring dan Evaluasi MDM ................................................. 60
D. Test/Evaluasi ........................................................................ 68
3.6 Pengembangan Kelembagaan dan Pengorganisasian MDM ..... 69
D. Test/Evaluasi ........................................................................ 79
BAB IV. TINDAK LANJUT ........................................................................ 81
BAB V. PENUTUP ................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 85
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Matrik Kurikulum dan Silabus Modul Pembangunan MDM ... 7
Tabel 2. Kriteria Penentuan Lokasi Defnitf MDM dan Pengukurannya 30
Tabel 3. Jenis Data dan Informasi Iklim dan Biofsik DAS Mikro
yang Diperlukan Untuk Perencanaan Pembangunan MDM .. 33
Tabel 4. Data dan Informasi Sosial, Ekonomi dan Kelembagaan
yang Diperlukan untuk Perencanaan Pembangunan MDM ... 36
Tabel 5. Contoh Permasalahan Biofsik, Sosial Ekonomi,
Kelembagaan dan Kemungkinan Penyebab Utamanya .......... 40
Tabel 6. Contoh Program-program yang dapat
Dikembangkan untuk Mengatasi Permasalahan Pokok ......... 45
Tabel 7. Masalah DAS dan Alternatf Pemecahannya .......................... 46
Tabel 8. Contoh Matrik Program dan Kegiatan Dalam Pembangunan
MDM ...................................................................................... 49
Tabel 9. Unsur-unsur dan Uraian dalam Rancangan Kegiatan ............. 54
Tabel 10. Indikator Monitoring dan Evaluasi MDM Tambahan Untuk
Kepentngan Tertentu Sepert Penelitan ............................... 64
Tabel 11. Contoh Distribusi Peran Para Pihak Terkait ............................ 76
viii
Modul Pelatihan
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sketsa Formasi Ruang Kelas ............................................... 10
Gambar 2. Ilustasi Batas DAS ............................................................... 16
Gambar 3. Areal MDM dalam Suatu DAS ............................................ 19
Gambar 4. Diagram Alur Tahapan Pembangunan MDM ..................... 20
Gambar 5. Ilustrasi Peta Jaringan Sungai DAS dan Sub DAS Terpilih
untuk MDM ........................................................................ 26
Gambar 6. Diagram Alir Penentuan Lokasi MDM ................................ 29
Gambar 7. Contoh Struktur Masalah dalam Pengelolaan DAS ............ 43
Gambar 8. Contoh Rumusan Tujuan Dari Struktur Masalah ................ 43
Gambar 9. Diagram alir proses pelaksanaan pembangunan MDM ..... 53
Gambar 10. Diagram Alir Monitoring dan Evaluasi MDM ..................... 63
x
Modul Pelatihan
1
BAB I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1.1
Proyek Penguatan Pengelolaan Hutan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) ber-
basis Masyarakat (Strengthening Community-Based Forest and Watershed Man-
agement/SCBFWM) di Indonesia adalah sebuah proyek kerjasama antara Ke-
menterian Kehutanan dengan United Natons Development Programme (UNDP)
Indonesia dan didanai hibah oleh Global Environment Facilites (GEF). Proyek
SCBFWM dirancang untuk meningkatkan dan memperluas program Pemerin-
tah Indonesia tentang pengelolaan hutan dan DAS berbasis masyarakat, dengan
memperhatkan distribusi manfaat yang tdak merata yang berasal dari sumber
daya hutan dan kurangnya koordinasi diantara para pemangku kepentngan dan
sektor sebagai penyebab terjadinya degradasi hutan dan lahan.
Tujuan utama dari SCBFWM adalah memberikan kontribusi terhadap pen-
gurangan degradasi lahan dan hutan di Indonesia dalam rangka merehabilitasi
fungsi DAS dan jasa lingkungan serta pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.
Kegiatan utamanya yaitu meningkatkan kapasitas dan perbaikan koordinasi para
pihak untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung SCBFWM serta mem-
bangun plot demonstrasi pengelolaan hutan dan DAS berbasis masyarakat di 6
(enam) lokasi DAS/Sub-DAS terpilih. Salah satu aktvitasnya adalah pengemban-
gan model-model SCBFWM setempat untuk perbaikan peningkatan jasa lingkun-
gan dan peningkatan pendapatan yaitu pembangunan areal Model DAS Mikro
(MDM).
Pembangunan MDM merupakan suatu cara untuk menyediakan wadah keg-
iatan pengembangan model pengelolaan DAS terpadu dalam skala mikro yang
melibatkan berbagai pihak secara partsipatf dan terwujudnya model pengelo-
laan sumberdaya alam yang berkelanjutan (sustainable) berdasarkan kondisi
biofsik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Dengan demikian
diharapkan akan menghasilkan data dan informasi mengenai pengelolaan DAS
yang efektf dengan dampak terhadap biofsik, sosial ekonomi dan kelembagaan
yang terukur untuk dikembangkan dalam skala yang lebih luas.
Penerapan pelaksanaan pengelolaan MDM di lapangan memerlukan upa-
ya yang tdak sederhana karena melibatkan kepentngan mult pihak termasuk
masyarakat, lintas sektor/instansi terkait, lintas wilayah administrasi pemerin-
2
Modul Pelatihan
tahan dan lintas disiplin ilmu.Oleh karena itu diperlukan keterpaduan pengelo-
laan dari berbagai sektor di daerah mulai dari hulu sampai hilir dengan memper-
tmbangkan berbagai kepentngan, kondisi biofsik dan sosial ekonomi yang ada
dalam suatu DAS.
Pembangunan areal MDM diharapkan menghasilkan kriteria dan standar pe-
doman-pedoman pengelolaan sumberdaya alam DAS yang sesuai dengan kondisi
DAS setempat.Hasil MDM tersebut dapat menjadi masukan dan/atau bahan per-
tmbangan bagi pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat
untuk dapat digunakan dalam menyusun kebijakan dan kegiatan yang tepat guna
yang memberi manfaat ganda berupa pelestarian sumberdaya alam dan pening-
katan pendapatan masyarakat.
Salah satu faktor keberhasilan dalam upaya pembangunan MDM adalah
tersedianya pemandu lapangan/fasilitator yang memiliki kemampuan keter-
ampilan teknis dalam penyelenggaraan pembangunan MDM, pendampingan
masyarakat dan membangun jejaring kerja sama dengan berbagai pihak. Terkait
dengan hal tersebut, maka perlu adanya pelathan teknis pembangunan MDM
untuk seluruh pegawai BPDAS dan instansi terkait.
Maksud dan Tujuan 1.2
Penyusunan Modul Pelathan Pembangunan Model DAS Miko (MDM) di- 1.
maksudkan sebagai upaya untuk menyediakan pedoman umum/rujukan ke-
pada:
Natonal Project Management Unit a. (PMU)SCBFWM dalam menyelengga-
rakan pelathan pengembangan MDM bagi pejabat dan staf BP DAS dan
Regional Project Management Unit SCBFWM termasuk counterpart staf
dan penyuluh Kabupaten yang terkait.
Balai Pengelolaan DAS termasuk b. Regional Facilitator SCBFWM dalam
merancang pelathan Pembangunan MDM bagi Stakeholder terkait un-
tuk menjalin kesamaan pemahaman, arah pempelajaran dan fasilitasi
Pembangunan MDM di wilayah kerjanya sesuai kondisi bio-fsik, sosial-
ekonominya.
Tujuan penyusunan modul yaitu agar terwujudnya pelathan yang sistemats, 2.
efektf dan efsien dengan seperangkat mata pelajaran yang memadai. Di-
harapkan peserta dapat berpartsipasi aktf dan memahami materi pempela-
jaran sehingga mampu menerapkannya dalam perancangan pelathan Pem-
bangunan MDM di daerah untuk mendukung perbaikan lingkungan DAS dan
peningkatan pendapatan petaninya.
Maksud disusunnya modul ini adalah sebagai referensi dan diharapkan da- 3.
pat menambah wawasan tentang pembangunan MDM sesuai dengan tujuan
pengelolaan hutan dan DAS untuk perbaikan jasa lingkungan, ekonomi dan
3
sosial-budaya bagi pemegang kebijakan, widyaiswara, serta pemerhat dan
praktsi pengelolaan DAS.
Penggunaan Modul 1.3
Modul Pelathan Pembangunan Model DAS Mikro (MDM) dirancang sesuai
dengan arahan Peraturan Dirjen RLPS No. 15/V-SET/2009 tentang pedoman Pem-
bangunan Areal Model DAS Mikro (MDM).Pelathan ini juga dirancang bersifat
dasar (basic principle for facilitator) yang tdak mengikat agar dapat dikembang-
kan sesuai dengan kondisi lokal. Sedangkan kegunaannya adalah sebagai pedo-
man umum pelathan teknis pembangunan MDM bagi stakeholders terkait.
Pengguna Modul 1.4
Sesuai dengan maksud penyusunan modul pelathan ini, sasaran pengguna
modul adalah:
Natonal Project Management Unit 1. SCBFWM dalam rangka penyelenggaraan
pelathan Aparatur pemerintah dalam pembangunan MDM.
BPDAS dan 2. Regional Facilitator SCBFWM, sebagai acuan untuk merancang
pelathan pembangunan MDM di wilayah kerjanya.
Para pihak yang berminat dalam pembangunan MDM dan sebagai referensi 3.
pustaka.
Muatan 1.5
Pembangunan MDM merupakan suatu wadah pengelolaan DAS dalam skala
lapangan yang digunakan sebagai tempat untuk memperagakan proses part-
sipatf dalam pengelolaan (meliput perencanaan, pengorganisasian, pelaksan-
aan dan monitoring serta evaluasi), kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL),
teknik-teknik konservasi tanah dan air, usaha tani yang sesuai dengan kemam-
puan lahan, sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat. Terkait dengan hal
tersebut,maka keterlibatan mult disiplin ilmu pengetahuan dalam pembangu-
nan MDM mutlak diperlukan baik ilmu pengetahuan biofsik, ekonomi dan sosial
budaya. Oleh karena itu, modul ini disusun dalam unit-unit mata pelajaran yang
terstruktur dan utuh, yang memuat rangkaian proses pembelajaran mandiri dan
atau sebagai bagian dari sebuah pelathan komprehensif untuk pengelolaan DAS
secara partsipatf.
Materi modul dirancang secara ringkas agar dapat dikembangkan dalam
modul turunannya dengan muatan lokal sesuai kebutuhan dan situasi lapangan-
nya. Setap mata pelajaran terangkum dalam kurikulum dan silabus, meliput
Kontrak Belajar, Konsep Model DAS Mikro (MDM), Metode Pemilihan Lokasi dan
Perencanaan Pembangunan MDM, Pelaksanaan Pembangunan MDM, dan Mon-
itoring dan Evaluasi MDM,serta Pengorganisasian MDM.
4
Modul Pelatihan
Pengertan Istlah 1.6
Modul pelathan adalah program kegiatan belajar-mengajar sebuah pelat- 1.
han yang disusun dalam unit-unit mata pelajaran yang utuh, memuat rangka-
ian proses pembelajaran yang mandiri dan atau sebagai bagian dari sebuah
pelathan komprehensif.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan 2.
kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yangberfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografs dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih
terpengaruh aktvitas daratan.
Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan 3.
tmbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan se-
gala aktftasnya, dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian eko-
sistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia se-
cara berkelanjutan.
Model DAS Mikro (MDM) adalah suatu contoh pengelolaan DAS dalam skala 4.
lapang dengan luas kurang dari 5.000 ha yang digunakan sebagai tempat un-
tuk memperagakan proses partsipatf pengelolaan sumberdaya alam, reha-
bilitasi hutan dan lahan, teknik-teknik konservasi tanah dan air, sistem usaha
tani yang sesuai dengan kemampuan lahan, sosial, ekonomi, budaya dan
kelembagaan masyarakat.
Tata air DAS adalah suatu sistem hubungan antar komponen hidrologi yang 5.
membentuk keseimbangan air di suatu DAS.
Konservasi tanah dan air adalah upaya untuk melindungi, melestarikan, men- 6.
ingkatkan daya dukung dan produktvitas tanah dan air sebagai penyangga
kehidupan.
Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertah- 7.
ankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung,
produktvitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidu-
pan tetap terjaga.
Hutan dan lahan krits adalah hutan dan lahan yang berada di dalam dan 8.
di luar kawasan hutan yang sudah berkurang dan/atau tdak berfungsi lagi
sebagai media pengatur tata air dan unsur produktvitas lahan sehingga me-
nyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem DAS.
5
BAB II.
KURIKULUM DAN SILABUS

Kurikulum dan silabus merupakan kerangka utama sebuah pelathan.Oleh
karena itu penyelenggara pelathan hendaknya memahami pengertan, dan
muatannya.Berikut secara ringkas dijelaskan pengertan kurikulum dan silabus
yang digunakandi dalam modul pelathan Pembangunan MDM.
Secara umum, pengertan kurikulum adalah seperangkat rencana dan peng-
aturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan se-
bagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidi-
kan Nasional). Dengan demikian, kurikulum merupakan rencana pelajaran yang
memuat susunan mata pendidikan dan pelathan (diklat) beserta uraian yang
diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap peserta
diklat sesuai dengan tujuan dan sasaran program diklat (LAN, 2001 dalam Wi-
narto 2006). Kurikulum memberikan matrikulasi keterkaitan proses pembelaja-
ran dengan perangkat pencapaian tujuan, materi, metoda penyampaian, media
dan kebutuhan waktu pempelajaran.
Sedangkan pengertan silabus adalah materi bahan pembelajaran yang mer-
upakan garis besar dan ringkasan topik dalam suatu pendidikan atau pelathan
secara deskriptf (Al Barry 1994).Winarto (2006) menyatukan pengertan kuriku-
lum dan silabus sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, bahan pelajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai kualitas professional atau kompetensi
tertentu.Berdasarkan rujukan tersebut, maka kurikulum dan silabus dalam modul
ini mencakup dafar mata pelajaran, tujuan, pokok bahasan serta ringkasan topik
materi pelajaran, metoda, media dan waktu pembekalan.
2.1 Kurikulum
Dafar mata pelajaran pelathan pembangunan Model DAS Mikro yaitu:
Kontrak Belajar. A.
Mata pelajaran ini bertujuan membangun suasana kondusif di ruang be-
lajar, dengan memberikan metoda-metoda yang mampu menumbuhkan ko-
munikasi aktf antar peserta pelathan dan fasilitator, perkenalan dan dinami-
ka kelompok sehingga proses belajar mengajar berjalan efektf dan dinamis.
Konsep Model DAS Mikro B.
6
Modul Pelatihan
Materi pembekalan memperkenalkan aspek-aspek DAS dan pengelo-
laanya dengan tujuan untuk mengetahui cara mengidentfkasi permasalah-
an DAS, memahami alur konsep pengembangan MDM, memahami alur pikir
tahapan pembangunan MDM dan mengetahui kegiatan-kegiatan yang dapat
dilaksanAkan di dalam areal Model DAS Mikro.
Metode Pemilihan Lokasi dan Perencanaan Pembangunan MDM C.
Materi pembekalan ini memperkenalkan metode pemilihan lokasi dan
tahapan penyusunan rencana pembangunan MDM serta contoh-contoh pe-
mecahan permasalahan di dalam area MDM. Tujuannya adalah agar para
peserta memahami dan mengetahui secara makro kondisi lapangan (Sub
DAS) sehingga dapat menentukan lokasi pembangunan MDM secara part-
sipatf dan menyusun rencana pembangunan MDM. Setap peserta diharap-
kan memiliki pengetahuan biofsik dan pemahaman dalam menganalisa data
spasial.
Pelaksanaan Pembangunan Model DAS Mikro D.
Mata pelajaran ini memberikan langkah-langkah teknik penyusunan
rencana induk pelaksanaan pembangunan MDM dilapangan mulai dari pe-
rumusan rancangan, pelaksanaan kegiatan, penguatan kelembagaan petani
dan koordinasi antar sektor, pelaksanaan program dan kegiatan/model da- pelaksanaan program dan kegiatan/model da-
lam MDM di lapangan, dan pemberdayaan masyarakat. Peserta diharapkan
memiliki dukungan pengetahuan dan ketrampilan teknik pengukuran dan
perpetaan, baik manual maupun digital, serta memiliki kemampuan sebagai
fasilitator.
Monitortng dan Evaluasi Pembangunan Model DAS Mikro E.
Sesi pembelajaran ini menjelaskan metoda dan ruang lingkup Monitor-
ing dan Evaluasi MDM serta kriteria dan indikator monev MDM untuk tujuan
tertentu berdasarkan pertmbangan biofsik, sosial dan ekonomi.
Pengorganisasian Model DAS Mikro F.
Materi ini memberikan pemahaman kepada peserta terkait dengan kon-
sep kelembagaan dan organisasi serta ruang lingkup pengorganisasian dalam
MDM serta penjelasan terkait konsep manajemen kolaborasi dalam pengelo-
laan DAS.
2.2 Silabus
Sebagaimana pengertan silabus diatas, materi bahan pembelajaran dis-
ampaikan dalam pokok bahasan dan ringkasan topik materi bahan bacaan se-
cara deskriptf.Secara ringkas rangkuman kurikulum dan silabus disajikan dalam
matriks yang memuat dafar pelajaran, tujuan, waktu pembelajaran, pokok ba-
hasan, metoda dan media yang digunakan serta spesialisasi fasilitator/instruktur
(Tabel 1).
7
N
o
M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n
J
a
m

P
e
l
a
j
a
-
r
a
n

(
T
e
o
r
i
/

P
r
a
k
t
e
k
)
T
u
j
u
a
n

I
n
s
t
r
u
k
s
i
o
n
a
l
P
o
k
o
k

B
a
h
a
s
a
n
M
e
t
o
d
a
B
a
h
a
n
,

A
l
a
t

d
a
n

m
e
d
i
a

F
a
s
i
l
i
t
a
t
o
r
1
.
2
3
4
5
6
7
8
1
.
K
o
n
t
r
a
k

B
e
l
a
j
a
r
2
P
e
s
e
r
t
a

m
e
n
g
e
t
a
h
u
i

m
e
t
o
d
a

m
e
m
b
a
n
g
u
n

s
u
a
s
a
n
a

k
o
n
d
u
s
i
f

l
i
n
g
-
k
u
n
g
a
n

p
e
m
b
e
l
a
j
a
r
a
n
P
e
n
a
t
a
a
n

f
a
s
i
l
i
t
a
s

r
u
a
n
g
a
n
,

d
a
n

r
i
n
a
m
i
k
a

k
e
l
o
m
p
o
k
,

k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
T
a
t
a
p

m
u
k
a
,

k
o
m
u
n
i
k
a
s
i

l
a
n
g
s
u
n
g
.

B
i
o
d
a
t
a
,

s
o
u
n
d

s
y
s
t
e
m
,

p
e
r
c
a
k
a
p
a
n

l
a
n
g
s
u
n
g
W
i
d
y
a
i
s
w
a
r
a
/

N
G
O
2
K
o
n
s
e
p

M
o
d
e
l

D
A
S

M
i
k
r
o

(
M
D
M
)
4
P
e
s
e
r
t
a

m
e
n
g
e
t
a
h
u
i

d
a
n

m
e
m
a
h
a
m
i

k
o
n
s
e
p

,

p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

d
a
n

t
u
j
u
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

M
D
M
.

P
e
n
g
e
r
t
i
a
n

D
A
S
,

P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

D
A
S
,

d
a
n

t
u
j
u
a
n

p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

D
A
S
;

p
e
n
g
e
r
t
i
a
n

d
a
n

t
u
j
u
a
n

M
D
M

s
e
r
t
a

p
e
n
j
e
l
a
s
a
n

g
a
m
b
a
r
a
n

t
a
h
a
p
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

M
D
M
.
T
a
t
a
p

m
u
k
a
,

k
e
l
a
s
,

d
a
n

p
r
a
k
t
e
k

d
i

d
a
l
a
m

k
e
l
a
s
M
a
k
a
l
a
h
,

a
l
a
t

t
u
l
i
s
,

L
C
D

&

l
a
y
a
r
,

n
o
t
e
b
o
o
k
,

s
o
u
n
d

s
y
s
t
e
m
,

p
e
r
a
g
a
,

f
i
p
c
h
a
r
t
W
i
d
y
a
i
s
w
a
r
a
/

P
a
k
a
r

/

P
r
a
k
t
i
s
i

d
i
b
i
d
a
n
g

P
e
n
-
g
e
l
o
l
a
a
n

D
A
S

3
M
e
t
o
d
e

P
e
m
i
l
i
-
h
a
n

L
o
k
a
s
i

d
a
n

P
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n

P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

M
D
M
8
P
e
s
e
r
t
a

d
a
p
a
t

m
e
n
g
e
-
t
a
h
u
i

s
e
c
a
r
a

m
a
k
r
o

k
o
n
d
i
s
i

l
a
p
a
n
g
a
n

(
s
u
b

D
A
S
)
,

d
a
p
a
t

m
e
n
e
n
-
t
u
k
a
n

l
o
k
a
s
i

M
D
M

d
a
n

m
e
n
y
u
s
u
n

r
e
n
c
a
n
a

M
D
M
.
A
n
a
l
i
s
i
s

l
a
p
a
n
g
a
n

d
a
l
a
m

p
e
m
i
l
i
h
a
n

l
o
k
a
s
i

M
D
M
,

k
r
i
t
e
r
i
a

M
D
M
,

p
r
o
s
e
d
u
r

p
e
n
e
n
t
u
a
n

l
o
k
a
s
i

M
D
M
,

d
e
l
i
n
i
a
s
i

b
a
t
a
s

S
u
b

D
A
S
,

p
e
n
e
t
a
p
a
n

l
o
k
a
s
i

t
e
r
p
i
l
i
h
,

p
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

M
D
M
,

d
a
n

a
n
a
l
i
s
a

p
o
t
e
n
s
i

d
a
n

p
e
r
m
a
s
a
l
a
h
a
n

d
i

l
o
k
a
s
i

M
D
M

s
e
r
t
a

p
e
y
u
s
u
n
a
n

r
e
n
c
a
n
a

i
n
d
u
k
K
e
l
a
s
,

c
e
r
a
m
a
h
,

t
a
n
y
a

j
a
w
a
b
/

d
i
s
k
u
s
i

i
n
t
e
r
a
k
t
i
f
,

s
i
m
u
l
a
s
i

d
a
n

p
r
a
k
t
e
k

l
a
p
a
n
g
M
a
k
a
l
a
h
,

a
l
a
t

t
u
l
i
s
,

L
C
D

&

l
a
y
a
r
,

n
o
t
e
b
o
o
k
,

s
o
u
n
d

s
y
s
t
e
m
,

S
o
f
t
/
H
a
r
d

c
o
p
y

P
e
t
a

B
a
t
a
s

D
A
S
,

P
e
t
a
-
p
e
t
a

d
a
s
a
r
,

D
a
t
a

k
a
r
a
k
t
e
r
i
s
t
i
k

D
A
S
,
D
a
t
a

b
a
s
e
/
M
o
n
o
g
r
a
f
,

d
l
l
W
i
d
y
a
i
s
w
a
r
a
/

T
e
n
a
g
a

p
a
k
a
r

d
i
b
i
d
a
n
g

p
e
n
g
e
l
o
-
l
a
a
n

D
A
S

d
a
n

G
e
o
g
r
a
f

4
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

M
D
M
6
P
e
s
e
r
t
a

m
e
n
g
e
t
a
h
u
i

d
a
n

m
e
m
a
h
a
m
i

k
o
n
s
e
p

p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

M
D
M
K
e
r
a
n
g
k
a

P
i
k
i
r

P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

P
e
m
b
a
n
g
u
-
n
a
n

M
D
M
:
1
.

P
e
n
y
u
s
u
n
a
n

r
a
n
c
a
n
g
a
n

p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

k
e
g
i
a
t
a
n
;
2
.

P
e
m
i
l
i
h
a
n

k
e
g
i
a
t
a
n

f
s
i
k

y
a
n
g

b
i
s
a

d
i
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n

d
i

M
D
M
;
3
.

P
e
m
b
e
r
d
a
y
a
a
n

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
K
e
l
a
s
,

c
e
r
a
m
a
h
,

t
a
n
y
a

j
a
w
a
b
/

d
i
s
k
u
s
i

i
n
t
e
r
a
k
t
i
f
,

p
r
a
k
t
e
k

k
e
l
a
s

d
a
n

L
a
p
a
n
g
,

s
i
m
u
l
a
s
i
M
a
k
a
l
a
h
,

a
l
a
t

t
u
l
i
s
,

L
C
D

&

l
a
y
a
r
,

n
o
t
e
-
b
o
o
k
,

s
o
u
n
d

s
y
s
t
e
m
,

p
e
r
a
g
a
,

f
i
p
c
h
a
r
t
W
i
d
y
a
i
s
w
a
r
a

&

i
n
s
t
r
u
k
-
t
u
r

a
h
l
i

P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

D
A
S

,

p
e
r
t
a
n
i
a
n
,

p
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
5
.
M
o
n
i
t
o
r
i
n
g

d
a
n

E
v
a
l
u
a
s
i

M
D
M
4
P
e
s
e
r
t
a

m
e
n
g
e
t
a
h
u
i

d
a
n

m
e
m
a
h
a
m
i

k
o
n
s
e
p

s
e
r
t
a

m
a
m
p
u

m
e
l
a
k
-
s
a
n
a
k
a
n

M
o
n
e
v

M
D
M
.
P
e
n
j
e
l
a
s
a
n

d
i
a
g
r
a
m

a
l
i
r

M
o
n
e
v

M
D
M
,

i
n
d
i
k
a
t
o
r

m
o
n
e
v

M
D
M
,

e
v
a
l
u
a
s
i

i
n
t
e
r
v
e
n
s
i

p
r
o
g
r
a
m

d
a
n

k
e
g
i
a
t
a
n
T
a
t
a
p

m
u
k
a
,

c
e
r
a
m
a
h

d
a
n

p
r
a
k
t
e
k

k
e
l
a
s
M
a
k
a
l
a
h
,

a
l
a
t

t
u
l
i
s
,

L
C
D

&

l
a
y
a
r
,

n
o
t
e
b
o
o
k
,

s
o
u
n
d

s
y
s
t
e
m
,

p
e
r
a
g
a
,

f
i
p
c
h
a
r
t
W
i
d
y
a
i
s
w
a
r
a

&

A
h
l
i

P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

D
A
S

s
e
r
t
a

i
n
s
t
r
u
k
t
u
r

A
h
l
i

H
i
d
r
o
l
o
g
i
6
.
P
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

K
e
l
e
m
b
a
g
a
a
n

d
a
n

P
e
n
g
o
r
g
a
n
-
i
s
a
s
i
a
n

M
D
M
2
P
e
s
e
r
t
a

m
e
n
g
e
t
a
h
u
i

d
a
n

m
e
m
a
h
a
m
i

k
o
n
s
e
p

p
e
n
g
o
r
g
n
i
s
a
s
i
a
n

M
D
M
P
e
n
g
e
r
t
i
a
n

k
e
l
e
m
b
a
g
a
a
n

d
a
n

o
r
g
a
n
i
s
a
s
i
,

p
e
n
g
o
r
g
a
n
i
s
a
s
i
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

M
D
M
,

m
a
n
a
j
a
m
e
n

k
o
l
a
b
o
r
a
t
i
f

d
a
l
a
m

p
e
m
b
a
n
g
u
-
n
a
n

M
D
M
C
e
r
a
m
a
h
,

d
i
s
k
u
s
i
,
s
i
m
u
l
a
s
i
M
a
k
a
l
a
h
,

a
l
a
t

t
u
l
i
s
,

L
C
D

&

l
a
y
a
r
,

n
o
t
e
b
o
o
k
,

s
o
u
n
d

s
y
s
t
e
m
,

p
e
r
a
g
a
,

f
i
p
c
h
a
r
t
W
i
d
y
a
i
s
w
a
r
a
&

i
n
s
t
r
u
k
t
u
r

A
h
l
i

K
e
l
e
m
b
a
g
a
a
n
Tabel 1.Matrik Kurikulum dan Silabus Modul Pembangunan MDM
8
Modul Pelatihan
9
BAB III.
MATA PELAJARAN
KONTRAK BELAJAR 1.1
Tujuan instruksional umum:
Peserta mengetahui metoda membangun suasana kondusif lingkungan
pembelajaran, sehingga terwujud dinamika pembelajaran dengan komunikasi
yang efektf.
Tujuan instruksional khusus:
1. Peserta dapat mengatur ruang belajar yang sesuai.
2. Peserta saling mengenal dan dapat melakukan komunikasi efektf dan dina-
mis.
Waktu : dua (2) jam pelajaran (90 menit).
Metoda : andragogik, komunikasi interaktf, aksi bersama.
Media : fasilitas ruang, alat belajar mengajar.
Lembar Informasi A.
Penataan Fasilitas Ruangan 1.
Proses belajar mengajar sangat memerlukan penataan sarana dan prasarana
ruang yang memadai sepert sound systems, posisi OHP, multmedia, komputer,
layar, formasi tempat duduk, aliran udara, serta pencahayaan yang baik.Dengan
demikian, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
Beberapa hal yang sangat pentng untuk diperhatkan oleh seorang fasilita-
tor dalam suatu pelathan yaitu: a) Apakah tata ruangan dan formasi tempat
duduk sudah cukup nyaman untuk kegiatan belajar mengajar? dan b) Apa perlu
diadakan perubahan? Apabila hal tersebut telah terjawab, maka langkah-lang-
kah yang perlu dilakukan adalah: a) Peserta diminta mengemukaan pendapatnya
tentang situasi penataan sarana-prasarana ruang yang tersedia demi tercapainya
kenyamanan dalam pelathan, b) Menjelaskan sketsa tata ruang pelajaran dan
memilih yang paling sesuai, c) melakukan perubahan sesuai pilihan bersama,
dan d) Menguji posisi tata ruang yang baru.
Formasi ruang belajar harus dapat ditata sedemikian rupa sehingga antara
peserta dan fasilitator dapat secara langsung bertatap muka dan berkomunikasi.
Formasi dapat berbentuk:
a. Formasi kelas, tempat duduk peserta berhadapan langsung dengan fasilita-
10
Modul Pelatihan
tor baik datar atau parabola (Gambar 1).
b. Formasi U, V, melingkar atau terpencar (scatered) dalam kelompok, dengan
fasilitator di depan U/V atau kelompok. Formasi ini normatf untuk rapat,
perkenalan dan diskusi.
c. Perlu pertmbangan tentang keadaan aerasi ruangan untuk ruang yang memi-
liki AC. Arah aliran udara AC sebaiknya tdak langsung mengenai peserta dan
fasilitator.
d. Pencahayaan dibuat relatf terang untuk baca-tulis, namun tdak menyilau-
kan mata. Peletakan layar presentasi diatur agar peserta mudah membaca
baik fokus maupun besarnya huruf (font).
Untuk fasilitator:
Apakah formasi ini tdak menghalangi pandangan peserta kea rah fasilitator
atau layar presentasi/papan tulis?
Langkah-langkah:
Fasilitator melakukan simulasi uji pemberianmateri bahan pelajaran dengan
gerakan atau dengan duduk.
Mintakan pendapat peserta dari lajur kiri, tengah, kanan, depan dan bela-
kang untuk posisi yang telah diatur kembali.

Gambar 1. Sketsa Formasi Ruang Kelas
Dinamika Kelompok 2.
Perkenalan antara Peserta dan Fasilitator a.
Sebagai fasilitator, harus mengetahui: mengapa diperlukan perkenalan?
11
Apakah tujuannya?Langkah berikutnya yaitu peserta diminta untuk saling mem-
perkenalkan diri, dan ditanggapi oleh peserta lainnya, secara bergiliran. Adapun
materi perkenalan yaitu informasi pribadi meliput nama, pendidikan, pekerjaan,
hobi dan lain-lain.
Proses perkenalan dimulai dari fasilitator yaitu dengan langkah sebagai beri-
kut: (i) menyebutkan identtas diri dan dilanjutkan membagikan blanko isian bio-
data, (ii) peserta diminta berdiri, memperkenalkan diri sesuai biodatanya, dan
(iii) tanyakan kepada peserta apa kesan peserta setelah perkenalan? Adakah pe-
rubahan suasana yang lebih akrab? Apakah ada manfaat lain?
Proses saling mengenal antara peserta akan membuat kesenjangan dan ke-
canggungan serta demam panggung berkurang, jalur-jalur komunikasi dan per-
tukaran informasi dapat dilakukan lebih efektf.
Komunikasi Efektf b.
Komunikasi merupakan hubungan atau kontak dimana unsur-unsur sumber,
pesan, dan penerima dapat terpenuhi.Komunikasi merupakan int penyampaian
pesan antar individu, individu-masyarakat (public relaton), hubungan antar lem-
baga-masyarakat (humas), maupun individu-individu dalam kelompok (sidang)
dan lain-lain.Namun komunikasi yang baik dan sempurna memerlukan unsur
komunikasi minimal yang terdiri dari sumber/pembicara, pesan dan penerima,
media, tujuan dan hasil (Widjaya dan Wahab 1987).
Komunikasi yang baik dan sempurna akan menghasilkan komunikasi yang
efektf. Unsur waktu/kecepatannya tergantung dari kepentngan dan media yang
tersedia dan dapat digunakan (available). Pesan komunikasi akan menjadi tdak
efektf bila media yang digunakan kurang mendukung. Media surat kabar atau
surat-menyurat melalui pos akan sangat lambat dibanding penggunaan media
email/kontak melalui telepon, hal ini dilakukan apabila waktu menjadi pembatas
utama. Tingkat kepentngan dan kecepatan penerimaan serta keterbatasan bia-
ya merupakan faktor yang perlu dipertmbangkan dalam alternatf penggunaan
media oleh sumber/pembicara.
Setelah peserta saling mengenal, maka proses selanjutnya adalah memas-
tkan bahwa seluruh peserta dapat berkomunikasi secara efektf. Hal ini perlu
dilakukan karena pesan yang disampaikan oleh seseorang belum tentu dapat di-
terima dengan baik oleh si penerima pesan atau berubah makna dan berkurang
isi informasinya selama proses penyampaian informasi. Oleh karena itu diperlu-
kan metoda komunikasi yang efektf.
Seorang fasilitator harus mengetahui: (i) apa art dan unsur komunikasi yang
efektf dan (ii) bagaimana para peserta dapat melakukan komunikasi secara efek-
tf dan dinamis? Oleh karena itu perlu dipraktekkan bagaimana cara menjalankan
komunikasi efektf dengan tema yang menjadi topik pembelajaran. Beberapa hal
yang dapat di lakukan yaitu:
12
Modul Pelatihan
Simulasikan komunikasi dengan pesan sebagai fasilitator MDM melalui (i)
berbagai media, kontak langsung, tatap muka, melalui telepon, catatan, dan
lain-lain lalu putuskan mana yang paling efektf? kemudian hasil simulasi
tersebut dibuatkan urutannya,
Apakah ada sebagian pesan yang hilang?, (ii)
Ajak peserta mengevaluasi mana pesan paling efektf, pesan sampai dengan (iii)
utuh sesuai tujuan dan tepat waktu. Evaluasi mana media yang paling efek-
tf, apakah kontak langsung, telepon, catatan dan lain-lain.
Kerjasama c.
Dengan permainan ini diharapkan pandangan yang ada pada setap peserta
sepert: jabatan, pangkat, usia, jenis kelamin, kekayaan dan lain-lain akan hil-
ang dan hubungan antara peserta menjadi akrab. Adapun tujuan dari kegiata ini
yaitu memecahkan kebekuan hubungan antar peserta, menyadari identtas diri
baik secara fsik maupun sosial, dan mendorong ke arah keterbukaan sehingga
tercipta suatu kerjasama yang baik.
Langkah kegiatan yang dilakukan fasilitator yaitu:
membagi peserta menjadi 4 kelompok (i)
meminta setap kelompok membuat papan impian dalam Pengelolaan DAS (ii)
secara virtual dengan ketentuan sebagai berikut:
- Masing-masing anggota di dalam kelompok berdiskusi tentang air, lahan,
sungai dan pengelolaannya yang lestari, serta bagaiman cara melakukan
monitoring dan evaluasinnya
- Peserta berdiskusi untuk memvisualisasikan hasil diskusi di atas dalam
bentuk gambar, diagram, dan lain-lain menggunakan material yang dise-
diakan fasilitator.
- Fasilitator meminta peserta mempresentasikan hasil kerja kelompok.
(iii) meminta kesan dan perasaan peserta selama kegiatan berlangsung serta
menanyakan makna dari permainan ini.
menyimpulkan pendapat peserta dan menjelaskan makna dari permainan. (iv)
Membangun Harapan d.
Pada awal pelathan, fasilitator perlu mengatahui harapan-harapan peserta
terhadap pelathan, sehingga program pelathan dapat diarahkan untuk me-
menuhi harapan peserta maupun untuk perbaikan program yang akan datang.
Tujuan kegiatan ini yaitu (i) mengungkapkan harapan peserta terhadap pelathan
dan (ii) semua peserta mengetahui harapan kelompok.
Adapun hal yang perlu dilakukan oleh fasilitator yaitu:
Jelaskan kepada peserta mengenai tujuan dan rangkaian pelathan, sehing- (i)
ga peserta memahami bagaimana alur pelathan dan mata pelajaran, serta
waktu pembekalan,
membagi peserta dalam empat kelompok, (ii)
13
setap peserta menuliskan harapannya dan kemudian didiskusikan dalam kel- (iii)
ompoknya untuk mendapatkan harapan kelompoknya,
harapan kelompok dituliskan pada kertas fipchart dan ditempel di depan (iv)
kelas,
setap kelompok mempresentasikan harapan kelompoknya, (v)
selanjutnya didiskusikan untuk menentukan harapan kelas dengan dipandu (vi)
oleh fasilitator sambil menjelaskan harapan-harapan yang tdak mungkin
dapat terpenuhi selama pelathan.
Mengenal Diri Sendiri 3.
Peserta perlu diajak untuk mengenal diri sendiri sehingga dapat menggali
potensi yang mereka miliki baik positf maupun negatf.Dengan demikian peserta
dapat memanfaatkan sisi positfnya dan mengendalikan sisi negatfnya. Adapun
langkah yang dilakukan yaitu :
Fasilitator membagikan kertas HVS kepada setap peserta, a.
Dalam waktu 10 menit peserta diminta untuk menggambarkan wajahnya b.
dan dibawah gambar wajah tersebut dituliskan sifat positf di kanan dan sifat
negatf di kiri,
Gambar wajah tersebut dikumpulkan oleh fasilitator, dicampur aduk untuk c.
kemudian dibagikan kembali kepada peserta sehingga peserta memegang
gambar wajah yang bukan miliknya,
Kepada peserta diminta untuk mencari pemilik gambar wajah yang dipegang- d.
nya dengan ketentuan: gambar tdak ditawar-tawarkan; tdak boleh mencari
gambar sendiri; tdak boleh menerima jika bukan gambar dirinya,
Selanjutnya peserta diminta untuk berdiri melingkar dan diminta untuk me- e.
nyampaikan kesan dan perasaannya selama permainan berlangsung dan me-
nanyakan makna dari permainan ini,
Fasilitator menyimpulkan pendapat peserta. f.
Rangkuman Substansi B.
Bina suasana sangat perlu dilakukan pada awal pelathan karena hal ini akan
mempengaruhi keberhasilan pelathan yang dilaksanakan. Bina suasana terdiri
dari beberapa tahap yaitu penataan ruangan yang baik, perkenalan antara pe-
serta dan fasilitator, praktek komunikasi efektf, praktek kerjasama dalam kelom-
pok, dan membangun harapan serta mengenal diri sendiri. Penataan ruang yang
baik akan membuat peserta dengan mudah menerima dan memahami materi
yang diberikan. Perkenalan antara peserta dan fasilitator pentng dalam rangka
menciptakan komunikasi yang efektf dan terlaksananya kerjasama yang baik se-
lama pelathan berlangsung sehingga harapan yang dibangun pada awal pelat-
han dapat tercapai. Proses mengenal diri sendiri juga merupakan hal dasar yang
14
Modul Pelatihan
harus dilakukan oleh setap peserta sehingga dapat menggali sifat positf dan
menekan sifat negatf.
KONSEP MODEL DAS MIKRO (MDM) 3.2
Tujuan Instruksional Umum:
Peserta mengetahui dan memahami konsep Model DAS Mikro dan Pengelo-
laan serta tujuan pembangunan MDM.
Tujuan Instruksional khusus:
Peserta memahami alur pikIr dan konsep pengembangan Model DAS Mikro 1.
Peserta alur pikir tahapan pembangunan Model DAS Mikro 2.
Peserta mampu mengetahui kegiatan-kegiatan di dalam Model DAS Mikro. 3.
Waktu : 4 (empat) Jam Pelajaran (180 menit)
Metoda : tatap muka/kelas/praktek kelas
Media : Makalah paparan, Tanya jawab dan Diskusi Internal.
Sebelum masuk kedalam pokok materi dan Konsep pembangunan Model
DAS Mikro, perlu adanya persamaan pemahaman pengertan DAS, Pengelolaan
DAS dan Tujuan Pengelolaan DAS.
Untuk Fasilitator:
Apakah telah ada kesamaan pengertan peserta tentang DAS, dan Pengelo-
laan DAS,
Apakah Peserta telah mengetahui dan memahami gambaran secara visual
tentang DAS dan Permasalahannya,
Berikan pengertan yang teah dirumuskan para ahli dan yang tercantum da-
lam PP no. 37 tahun 2009,
Sampaikan cara membatasi DAS di dalam peta,
Sampaikan bahan pelajaran untuk kesamaan pemahaman, dan kemungkinan
lain untuk pengembangan yang lebih baik.
Lembar Informasi A.
Pengertan DAS, Pengelolaan DAS dan Tujuan Pengelolaan DAS 1.
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah atau kawasan yang menam-
pung, menyimpan dan mengalirkan air hujan ke sungai, baik dalam bentuk aliran
permukaan, aliran bawah permukaan dan aliran air di bawah tanah. Wilayah
ini dipisahkan dengan wilayah lainnya oleh pemisah topograf yaitu punggung
bukit dan keadaan geologi terutama formasi batuan (Linsleyet al. 1989). Arsyad
et al. (1985) menyebutkan bahwa secara operasional DAS didefnisikan sebagai
wilayah yang terletak di atas suatu ttk pada suatu sungai yang oleh batas-batas
topograf mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam sungai yang sama pada
sungai tersebut. Berdasarkan kajian insttusi, defnisi DAS menurut Kartodihard-
15
joet al. (2004) DAS dapat dipandang sebagai sumberdaya alam yang berupa stock
dengan ragam pemilikan (private, common, state property) dan berfungsi seba-
gai penghasil barang dan jasa, baik bagi individu dan atau kelompok masyarakat
maupun bagi publik secara luas serta menyebabkan interdependensi antar pihak,
individu dan atau kelompok masyarakat.
Pada Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS,
yang di maksud dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah dara-
tan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktvitas daratan.Dari namanya, DAS menggambarkan bah-
wa sungai atau air merupakan faktor yang sangat pentng dalam pengelolaan
DAS karena air menunjang kehidupan berbagai makhluk hidup di dalamnya.
Pengelolaan DAS adalah upaya penggunaan sumberdaya alam di dalam
DAS secara rasional untuk mendapatkan produksi maksimum dalam waktu yang
tdak terbatas dan menekan bahaya kerusakan (degradasi) seminimal mungkin,
serta diperoleh water yieldyang merata sepanjang tahun.Di dalam Peraturan
pemerintah No. 37 tahun 2012,Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam
mengatur hubungan tmbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di
dalam DAS dan segala aktvitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian
ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia se-
cara berkelanjutan.Dalam pengelolaan DAS, DAS harus dipandang sebagai satu
kesatuan antara wilayah hulu dan hilir, karena adanya interdependensi. Namun
karena DAS bagian hulu merupakan daerah recharge dan merupakan sumber
air bagi daerah dibawahnya, maka perhatan yang cukup terhadap wilayah ini
sangat diperlukan. Hulu DAS umumnya didominasi oleh penutupan vegetasi hu-
tan. Jadi apabila penutupan hutan rusak maka fungsi hidrologis DAS juga dapat
dipastkan akan rusak.
Untuk Fasilitator:
Gambarkan cara mendeliniasi batas DAS pada peta topograf dan jelaskan
masing-masing bagian dalam DAS (Bagian Hulu, Tengah dan Hilir), perbe-
daanya antara DAS dan sungai serta anak-anak sungai di dalamnya
Media: Ilustrai Peta DAS dan Penampang Visual DAS.
16
Modul Pelatihan
Gambar 2. Ilustasi Batas DAS
Masalah pada DAS yang utama berhubungan dengan jumlah (kuanttas) dan
mutu (kualitas) air.Air sungai menjadi berkurang (kekeringan) atau menjadi ter-
lalu banyak (banjir) menggambarkan jumlah air.Air sungai yang bersih menjadi
keruh karena erosi dan hanyutnya zat beracun dari daerah perindustrian atau
pertanian menggambarkan mutu air.Adanya masalah-masalah dalam DAS me-
merlukan adanya tndakan pengelolaan.
DAS di bagi ke dalam tga bagian yaitu hulu, tengah dan hilir.Ekosistem bagian
hulu merupakan daerah tangkapan air utama dan pengatur aliran.Ekosistem
tengah sebagai daerah distributor dan pengatur air, sedangkan ekosistem hilir
merupakan pemakai air.Hubungan antara ekosistem-ekosistem ini menjadikan
DAS sebagai satu kesatuan hidrologis.Di dalam DAS terintegrasi berbagai faktor
yang dapat mengarah kepada kelestarian atau degradasi tergantung bagaimana
suatu DAS dikelola.Di pegunungan, di dataran tnggi dan dataran rendah sampai
di pantai dijumpai iklim, geologi, hidrologi, tanah dan vegetasi yang saling ber-
interaksi membangun ekosistem.Setap ekosistem di dalam DAS memiliki kom-
17
ponen hidup dan tak-hidup yang saling berinteraksi.Memahami sebuah DAS be-
rart belajar tentang segala proses-proses alami yang terjadi dalam batas sebuah
DAS. Sebuah DAS yang sehat dapat menyediakan:
Unsur hara bagi tumbuh-tumbuhan
Sumber makanan bagi manusia dan hewan
Air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya
Tempat berbagai aktvitas manusia dan hewan.
Pengelolaan DAS bertujuan untuk:
Mengkonservasi tanah pada lahan pertanian,
Memanen/menyimpan kelebihan air pada musim hujan dan memanfaatkan-
nya pada musim kemarau,
Memacu usahatani berkelanjutan dan menstabilkan hasil panen melalui per-
baikan pengelolaan sistem pertanian,
Memperbaiki keseimbangan ekologi (hubungan tata air hulu dengan hilir,
kualitas air, kualitas dan kemampuan lahan, dan keanekaragaman hayat).
Tujuan Pengelolaan DAS dalam amanah Peraturan Pemerintah No. 37 tahun
2012 adalah untuk mewujudkan kesadaran, kemampuan dan partsipasi aktf In-
stansi Terkait dan masyarakat dalam Pengelolaan DAS yang lebih baik, mewu-
judkan kondisi lahan yang produktf sesuai dengan daya dukung dan daya tam-
pung lingkungan DAS secara berkelanjutan, mewujudkan kuanttas, kualitas dan
keberlanjutan ketersediaan air yang optmal menurut ruang dan waktu dan
mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.Dalam penerapannya di
lapangan, pelaksanaan pengelolaan DAS memerlukan upaya yang tdak seder-
hana karena melibatkan kepentngan mult pihak termasuk masyarakat, lintas
sektor/instansi terkait, lintas wilayah administrasi pemerintahan dan lintas disi-
plin ilmu.Oleh karena itu diperlukan keterpaduan pengelolaan berbagai sektor
dari daerah hulu sampai hilir dengan mempertmbangkan berbagai kepentngan,
kondisi biofsik dan sosial ekonomi yang ada dalam suatu DAS.
Beberapa kegiatan dalam rangka pengelolaan DAS yang mencakup kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), perhutanan sosial, praktek penerapan perta-
nian konservasi, silvopasture termasuk di dalamnya penerapan teknik konservasi
tanah dan air telah lama dilaksanakan antara lain melalui Program Hutan, Tanah
dan Air (proyek Inpres Penghijauan dan Reboisasi tahun 1976-1998) dan Gera-
kan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL/ GERHAN tahun 2003-2009).
Tujuan yang diharapkan dari program tersebut adalah: (1) meningkatkan produk-
tvitas lahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat; (2) menurunkan laju
erosi dan sedimentasi; (3) mengendalikan banjir, tanah longsor dan kekeringan;
dan (4) mengubah perilaku pola bercocok tanam petani ke arah sistem pertanian
yang mengikut kaidah konservasi tanah dan air. Pendekatan yang dilakukan ber-
orientasi pada pembangunan infrastruktur fsik dan target serta bersifat massal,
18
Modul Pelatihan
meliput kegiatan penanaman, pembangunan unit areal percontohan (UPSA),
praktek budidaya pertanian dengan konservasi tanah, model perhutanan rakyat
(agroforestri, hutan rakyat dan kebun bibit desa/KBD), pembuatan bangunan
sipil teknis konservasi tanah dan air sepert terasering, dam penahan, dam pen-
gendali, embung dan lain-lain.
Pengertan dan Tujuan Model DAS Mikro 2.
DAS mikro (small catchment) adalah bagian dari sub DAS yang merespon
langsung terhadap hujan jika terjadi perubahan sistem fungsi produksinya. Ist-
lah DAS mikro diartkan pada skala teknis sehingga asumsi parameter fsik DAS
lebih terpenuhi sepert batas DAS, jaringan hidrologi, curah hujan sebagai faktor
input, faktor tanah dan penggunaan lahan. Perubahan salah satu parameter fsik
DAS akan merespon perubahan proses sistem DAS. Model DAS Mikro (MDM)
adalah suatu contoh pengelolaan DAS dalam skala lapang dengan luas bervariasi
sampai sekitar 5.000 ha yang digunakan sebagai tempat untuk memperagakan
proses partsipatf pengelolaan rehabilitasi hutan dan lahan, teknik-teknik kon-
servasi tanah dan air, serta sistem usaha tani yang sesuai kemampuan lahan.
Secara fsik, DAS mikro adalah bagian dari DAS yang termasuk ordo 1-3 (Gambar
3) dimana ordo-1 adalah alur sungai paling hulu (Strahler 1979).Respon hidrologi
akibat pengaruh tndakan/kegiatan dalam DAS mikro dapat diamat dan diukur.
Model DAS Mikro adalah suatu wadah pengelolaan DAS dalam skala lapan-
gan yang digunakan sebagai tempat untuk memperagakan proses partsipatf da-
lam pengelolaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring
serta evaluasi) kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), teknik-teknik kon-
servasi tanah dan air, usaha tani yang sesuai dengan kemampuan lahan, sosial
ekonomi dan kelembagaan masyarakat. Kondisi MDM tersebut sedapat mungkin
mewakili karakteristk fsik DAS bagian hulu dan tengah (kemiringan dan aspek
lahan, jenis tanah), dan masalah-masalah utama pengelolaan DAS. Hal lain yang
perlu diperhatkan adalah kemudahan aksesibilitas, sehingga kegiatan pokok da-
lam MDM dapat mudah dilihat oleh masyarakat dan dipraktekkan di tempat lain
terutama di dalam DAS dimana MDM tersebut berada.
Tujuan pembangunan MDM adalah: (a) Tersedianya wadah kegiatan pengem-
bangan model pengelolaan DAS terpadu dalam skala mikro yang melibatkan
berbagai pihak secara partsipatf, (b) Terwujudnya model pengelolaan sumber-
daya alam yang berkelanjutan (sustainable) berdasarkan kondisi biofsik, sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat setempat, dan (c) Dihasilkannya data dan infor-
masi mengenai pengelolaan DAS yang efektf dengan dampak terhadap biofsik,
sosial ekonomi dan kelembagaan yang terukur untuk dikembangkan dalam skala
yang lebih luas.Tujuan akhir pembangunan MDM adalah dihasilkannya rumusan
norma, standar, kriteria, prosedur dan pedoman pengelolaan sumberdaya alam
yang efektf untuk dikembangkan dalam skala yang lebih luas.
19
Gambar 3. Areal MDM dalam Suatu DAS
Kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan dalam areal MDM untuk mencapai
tujuan tersebut adalah:
Pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kapasitas individu, kelompok, a)
jejaring kerja dan kelembagaan masyarakat serta peningkatan kemampuan
manajemen konfik dalam melaksanakan pengelolaan sumberdaya alam
pada skala DAS mikro.
Pengembangan sistem insentf/disinsentf yang diperlukan untuk mendu- b)
kung pengelolaan sumberdaya alam secara lestari, termasuk di dalamnya
pengembangan pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental
services). Pengelolaan lahan untuk berbagai kepentngan (kehutanan, per-
tanian, perkebunan, peternakan dan lain-lain) sesuai dengan kemampuan
lahan dan memberikan perlakuan konservasi tanah dan air yang diperlukan
agar produktvitas lahan dapat optmum dan berfungsi secara lestari.
Pengelolaan tanaman, yang meliput penentuan jenis tanaman, pola tanam c)
dan teknik-teknik budidaya yang sesuai dengan kondisi setempat serta men-
dukung tujuan-tujuan ekonomi dan ekologi dalam jangka panjang.
Monitoring dan evaluasi faktor-faktor biofsik, sosial ekonomi dan kelem- d)
bagaan secara terus menerus dalam jangka panjang, untuk itu di setap MDM
perlu dilengkapi dengan alat-alat pengamat curah hujan, erosi, debit sungai
dan alat-alat lain yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan kegiatan pokok harus melibatkan para pihak secara
partsipatf, terkoordinasi, berkelanjutan; bersifat adaptif terhadap perubahan
20
Modul Pelatihan
kondisi yang dinamis sesuai dengan karakteristk DAS; pembagian tugas dan
fungsi, beban biaya dan manfaat antar para pihak secara adil; dan akuntabel, se-
hingga pada akhirnya akan tercipta suatu model pengelolaan DAS yang terpadu.
Gambaran Umum Tahapan Pembangunan MDM 3.
Tahapan Pembangunan Model DAS Mikro secara umum disajikan dalam diagram
alir (Gambar 4).
Gambar 4. Diagram Alur Tahapan Pembangunan MDM
Persiapan 3.1
Persiapan dalam pembangunan MDM adalah kegiatan awal dalam rangka
penyusunan rencana pembangunan MDM yang meliput persiapan adminis-
trasi, penyiapan kerangka acuan atau rencana kerja, konsultasi dan so-
sialisasi awal gagasan pembangunan MDM dengan pihak-pihak terkait agar
dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara efektf dan efsien.
Pemilihan Lokasi 3.2
Pemilihan lokasi adalah proses menetapkan satu atau lebih DAS Mikro yang
akan dijadikan model pengelolaan. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara
21
berjenjang mulai dari tngkat DAS/SWP DAS sampai pada tingkat Sub-sub
DAS dimana MDM akan dibangun dengan menggunakan kriteria biofsik
dan non biofsik. Model DAS Mikro sedapat mungkin merepresenta-
sikan sistem pengelolaan yang berbasis pada kondisi biofisik, sosial
ekonomi dan kelembagaan setempat.
Perencanaan Pembangunan MDM 3.3
Perencanaan pembangunan MDM harus dilakukan secara partsipatf den-
gan melibatkan para pihak yang berkepentngan dan secara garis besar me-
liput kegiatan-kegiatan:
Pengumpulan data dan informasi dasar yang meliput data biofsik, sosial a)
ekonomi dan kelembagaan,
Analisa potensi dan permasalahan pengelolaan DAS/SWP DAS dan Sub b)
DAS dimana MDM akan dibangun,
Perumusan rencana pembangunan MDM (Rencana Induk Pembangu- c)
nan/Master Plan),
Legalisasi dan sosialisasi rencana pembangunan MDM. d)
Pelaksanaan Pembangunan MDM 3.4
Pelaksanaan pembangunan MDM didasarkan pada Rencana Induk Pem-
bangunan MDM yang telah disahkan.Apabila pelaksanaan pembangunan
MDM memiliki banyak kegiatan, memerlukan sumber daya yang besar dan
waktu yang cukup panjang maka pelaksanaan kegiatan harus didasarkan
kepada skala prioritas.Pelaksanaan setap kegiatan/model harus didahului
dengan penyusunan rancangan teknis yang merupakan dasar pelaksan-
aan kegiatan dan sekaligus merupakan penjabaran dari Rencana Induk
Pembangunan MDM.
Monitoring dan Evaluasi MDM 3.5
Monitoring dan evaluasi MDM adalah kegiatan pemantauan (pendoku-
mentasian, pengukuran) dan analisis terhadap proses dan luaran (output)
pembangunan MDM berdasarkan ukuran-ukuran kinerja yang ditetap-
kan. Hasil monitoring dan evaluasi merupakan bahan masukan untuk per-
baikan kegiatan pada setap tahapan agar kegiatan dapat berjalan secara
efektf dan efsien dalam pencapaian tujuan pembangunan MDM yang
telah ditetapkan. Kegiatan monitoring dan evaluasi MDM meliput
pengumpulan data dan informasi dasar; monitoring dan evaluasi pada
tngkat DAS mikro (MDM); monitoring dan evaluasi pada tngkat rumah
tangga dan tngkat hamparan (petak); dan evaluasi dampak intervensi.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
22
Modul Pelatihan
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau
ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktvi-
tas daratan. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan
tmbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala
aktvitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta mening-
katnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan.
Model DAS Mikro adalah suatu wadah pengelolaan DAS dalam skala lapan-
gan yang digunakan sebagai tempat untuk memperagakan proses partsipatf da-
lam pengelolaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan monitoring
serta evaluasi) kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), teknik-teknik kon-
servasi tanah dan air, usaha tani yang sesuai dengan kemampuan lahan, sosial
ekonomi dan kelembagaan masyarakat.Kondisi MDM harus mewakili karakteristk
fsik DAS bagian hulu dan tengah dan masalah-masalah utama pengelolaan DAS.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam pembangunan MDM yaitu pemberdayaan
masyarakat, pengembangan sistem insentf/disinsentf pengelolaan sumberdaya
alam secara lestari, pengelolaan tanaman, dan monitoring dan evaluasi.Sedang-
kan tahapan dalam pembangunan MDM yaitu persiapan, pemilihan lokasi, per-
encanaan pembangunan MDM, pelaksanaan pembangunan MDM, dan monitor-
ing dan evaluasi MDM.
Lembar Penugasan C.
Jawablah pertanyaan berikut ini secara ringkas dan jelas.
Jelaskan pengertan DAS, Kegiatan Pengelolaan DAS dan Tujuan Pengelo- 1.
laan DAS!
Berikan gambaran terkait dengan permasalahan pegelolaan DAS di 2.
wilayah kerja saudara, dan bagaimana pendapat saudara dalam menga-
tasi permasalahan tersebut!
Jelaskan pengertan Model DAS Mikro dan tujuan pembangunan MDM! 3.
Sebut dan jelaskan kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan di areal 4.
MDM!
Jelaskan dan gambarkan tahapan Pembangunan Model DAS Mikro! 5.
D. Test/Evaluasi
Isilah ttk-ttk dalam kalimat dibawah ini dengan kata yang menurut anda I.
paling tepat dan benar.
Pengelolaan DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan (1) yang berfungsi .., ., dan
..(2) air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut se-
cara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas
23
di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktvitas
daratan. Dengan demikian pengelolaan DAS yang komprehensif dapat dilaku-
kan melalui pembangunan .(3) dengan maksimal luasan sebesar
ha (4). Keberhasilan kegiatan MDM sangat tergantung pada
.. (5).
Bacalah dengan telit dan berikan tanda silang pada jawaban yang paling te- II.
pat.
DAS sebagai suatu sumber daya alam memiliki ragam keemilikan berikut 1.
ini, kecuali:
Individual a.
Common b.
Private c.
State property. d.
Berikut ini yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan DAS berbasis veg- 2.
etasi adalah:
Rehabilitasi hutan dan lahan dan praktek pertanian dengan teras gulud a.
Perhutanan sosial b.
Silvopasture c.
Pembangunan check dam. d.
Model DAS Mikro dibangun untuk menerapkan kegiatan pengelolaan DAS 3.
yang meliput:
Teknik konservasi tanah dan air a.
Usaha tani yang sesuai dengan kemampuan lahan b.
Sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat c.
Semua benar. d.
Luas maksimal yang diperbolehkan untuk suatu MDM yaitu: 4.
2500 ha a.
3000 ha b.
4500 ha c.
5000 ha. d.
Tahapan yang tepat dalam pembangunan MDM yaitu: 5.
Persiapan pemilihan lokasi pelaksanaan pembangunan MDM per- a.
encanaan pembangunan MDM Monitoring dan evaluasi
Persiapan pelaksanaan pembangunan MDM - pemilihan lokasi Moni- b.
toring dan evaluasi - perencanaan pembangunan MDM
Persiapan pemilihan lokasi perencanaan pembangunan MDM - c.
pelaksanaan pembangunan MDM - monitoring dan evaluasi
Persiapan pemilihan lokasi Monitoring dan evaluasi - perencanaan d.
pembangunan MDM pelaksanaan pembangunan MDM.
24
Modul Pelatihan
METODE PEMILIHAN LOKASI DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN MODEL 3.3
DAS MIKRO (MDM)
Peserta dapat mengetahui secara makro kondisi lapangan (Sub DAS) seh-
ingga dapat menentukan lokasi pembangunan MDM secara partsipatf dan me-
nyusun rencana pembangunan MDM.
Peserta mengetahui dan memahami situasi permasalahan bioisik dan sosial 1.
ekonomi Sub DAS,
Peserta dapat menentukan pilihan lokasi pembangunan MDM berdasarkan 2.
kriteria biofsik dan kriteria lainnya,
Peserta memahami hiraki perencanaan pembangunan MDM, 3.
Peserta mampu menyusun rencana pembangunan MDM secara partsipatf. 4.
Waktu :8 (delapan) Jam Pelajaran (360 menit)
Metoda: tatap muka/kelas/praktek kelas
Media : Makalah paparan, Tanya jawab, Diskusi Internal, dan peraagaan serta
lokasi.
Lembar Informasi A.
Analisis Lapangan dalam Pemilihan Lokasi MDM 1.
Untuk Fasilitator:
Kriteria biofsik dan kriteria lainnya apa saja yang perlu diketahui sebagai
syarat untuk ditetapkan sebagai lokasi MDM.
Langkah-langkah:
Peserta diminta untuk mengidentfkasi kondisi biofsik dan kondisi lainnya
pada tngkat DAS dan beberapa Sub DAS sebagai alternatf pilihan lokasi
Peserta diminta mengenali situasi wilayah Sub DAS terpilih.
Metoda : Kelas, Diskusi Interaktf, Simulasi/Peragaan
Waktu : 3 Jam pelajaran (135 menit)
Media : Sof/Hard copy Peta Batas DAS, Peta Tutupan Lahan, Peta Tanah, Peta
Geologi, Peta Cura Hujan, Peta Kelas Lereng, Peta sebaran lahan
krits dalam DAS, Data karakteristk DAS, Data base/Monograf, dan
lain-lain.
Pembangunan Model DAS Mikro sebagai model pengelolaan DAS bertu-
juan untuk membangun model dalam pemecahan masalah pengelolaan
DAS, sehingga DAS mikro terpilih adalah DAS mikro yang dapat merepresen-
tasikan satu atau lebih masalah utama yang akandibangun model pemecahan
masalahnya.Tahapan pemilihan lokasi MDM sangat mempengaruhi keberhasilan
tahapan pelaksanaan serta keberlanjutan dari model-model yang dikem-
25
bangkan.Mengingat besarnya pengaruh pemilihan lokasi terhadap keberhasilan
pembangunan MDM maka pemilihan lokasi harus dilaksanakan secara
partsipatf dan memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan.
Kriteria MDM 1.1
Kriteria Biofosik a.
Merupakan bagian (Sub) DAS Prioritas I atau II wilayah kerja masing- (i)
masing BPDAS. Diutamakan DAS Prioritas I, namun apabila Sub-sub
DAS dalam DAS PrioritasI aksesibilitasnya sangat rendah dan biaya
transportasi menuju lokasi tersebut sangat mahal maka bisa dipilih
calon lokasi di DAS Prioritas II.
Geologinya tdak termasuk kapur/karst dan gambut (ii)
Luas sampai sekitar 5000 ha (iii)
Terdapat lahan krits (iv)
Terdapat lahan pertanian, hutan (negara/adat), pemukiman (v)
Terdapat dalam satu kabupaten/kota. (vi)
Terdapat isu/permasalahan utama yang dihadapi dalam pengelolaan b.
DAS (dalam lingkup wilayah kerja BPDAS)
Adanya dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat. c.
Prosedur 1.2
Prosedur pemilihan lokasi terdiri dari tahapan penentuan calon lokasi
dan penetapan lokasi terpilih.Proses tersebut memerlukan data dan
informasi yang berkaitan dengan DAS/SubDAS yang menjadi lokus,
Luas Sub DAS, kondisi biofisik dan sosial ekonomi Sub DAS.
Penentuan calon lokasi a.
Penentuan calon lokasi MDM ini lebih banyak dilakukan oleh BPDAS den-
gan menggunakan peta tematik melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
Pengumpulan peta-peta (geologi, topograf/rupa bumi, penggunaan (i)
lahan, lahan krits dan peta lainnya yang dibutuhkan), dengan skala
lebih besar dari 1:50.000, terutama untuk peta topograf/rupa bumi
untuk DAS-DAS yang termasuk prioritas I atau II.
Analisis peta dengan cara tumpang tndih ( (ii) superimpose) peta
topograf dengan peta tematk (geologi, penggunaan lahan, lahan
krits dan peta tematk lainnya), kemudian deliniasi batas sub DAS
ordo terkecil dan batas wilayah administratf desa dan kecamatan.
Letak dan Luas Areal Pengembangan
Secara geografs/astronomis, letak sasaran ditentukan menu-
rut DAS/Sub DAS demikian pula koordinat dan luas arealnya.
Analisis biofsik di lakukan pada satuan unit lahan masing-
26
Modul Pelatihan
masing sub DAS untuk identfkasi permasalahan-permasala-
han dalam Sub DAS.
Metoda yang digunakan tergantung dari perangkat pendukung
yang ada, baik GIS maupun hardcopy peta-peta dasar dan tema-
tk.Ilustrasi DAS dan Sub DAS terpilih sebagai calon lokasi MDM
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Ilustrasi Peta Jaringan Sungai DAS dan Sub DAS Terpilih untuk MDM
ondisi Biofisik
Observasi data biofisik yang ada di areal pengembangan, baik dari dat
sekunder maupun primer.
Data biologi: vegetasi (jenis dan kondisi yang ada), fauna: hewan tern
hewan buasjenis vertebrata, invertebrata, dan kondisinya.
DAS dan Sub DAS Terpilih untuk MDM
ondisi Biofisik
Observasi data biofisik yang ada di areal pengembangan, baik dari dat
sekunder maupun primer.
Data biologi: vegetasi (jenis dan kondisi yang ada), fauna: hewan tern
hewan buasjenis vertebrata, invertebrata, dan kondisinya.

KK
Peta Lokasi
Sub DAS .. . C .
Skala : 1 :
U
Digambar

Diperiksa

Disahkan
LEGENDA:
BATAS DAS
SUNGAI
KONTOUR
a
ak,
an,
-lain.
-lain.
a
ak,
an,
-lain.
-lain.
Data fisik: topografi, tanah, iklim, hidrologi, geologi, penutupan lah

penggunaan lahan, karakteristik DAS, lahan kritis, banjir dan lain
ondisi Ekonomi
Prasarana: infrastruktur ekonomi, pasar, jalan, transportasi dan lain
Demografi, mata pencaharian/penghidupan,
Data fisik: topografi, tanah, iklim, hidrologi, geologi, penutupan lah
penggunaan lahan, karakteristik DAS, lahan kritis, banjir dan lain
ondisi Ekonomi
Prasarana: infrastruktur ekonomi, pasar, jalan, transportasi dan lain
Demografi, mata pencaharian/penghidupan,
KK
Gambar 5. Ilustrasi Peta Jaringan Sungai DAS dan Sub DAS Terpilih untuk MDM
Kondisi Biofsik
Observasi data biofsik yang ada di areal pengembangan, baik
27
dari data sekunder maupun primer.
Data biologi: vegetasi (jenis dan kondisi yang ada), fauna: he-
wan ternak, hewan buasjenis vertebrata, invertebrata, dan
kondisinya.
Data fsik: topograf, tanah, iklim, hidrologi, geologi, penutu-
pan lahan, penggunaan lahan, karakteristk DAS, lahan krits,
banjir dan lain-lain.
Kondisi Ekonomi
Prasarana: infrastruktur ekonomi, pasar, jalan, transportasi
dan lain-lain.
Demograf, mata pencaharian/penghidupan,
Usahatani (tanaman pangan semusim, kebun, peternakan,
perikanan, agroforestri, kebun campuran), jenis komodit
usahatani, usaha sampingan,
Pendapatan petani dan pendapatan usahatani,
Tanaman unggulan dan kesukaan masyarakat, pasar dan
sistem pemasaran
Produksi, PAD, pendapatan perkapita, kelembagaan ekono-
mi, sistem informasi dan lain-lain.
Kondisi sosial budaya
CBO SCBFWM, kelembagaan, LSM/NGO, teknologi usahatani,
budaya adat, norma kemasyarakatan dan lain-lain.
Permasalahan yang dihadapi
Identfkasi permasalahan pokok dalam pengembangan agro-
forestri.Perbedaan kepentngan ekonomi dan konservasi sering
menjadi hambatan pengembangannya. Disisi lain, pemahaman
masyarakat terhadap konservasi yang tdak menyentuh kepent-
ingannya, perlu mekanisme kompensasi untuk pengembangan-
nya. Tuangkan hasil pengenalan/observasi situasi ini dalam ri-
salah umum model SCBFWM.
Berdasarkan hasil analisis peta di atas, dipilih beberapa lokasi (3 5) (iii)
Sub sub DAS yang memenuhi kriteria biofsik MDM sebagai lokasi
MDM.
Penetapan Lokasi Terpilih a.
Pemilihan lokasi MDM defnitf dari beberapa calon lokasi yang su-
dah ditetapkan pada tahap sebelumnya dilakukan melalui tga tahap.
Tahap pertama adalah Penentuan Kriteria Pemilihan Lokasi yang terdiri
dari Kriteria Utama yang sudah ditetapkan oleh Kementrian Kehutanan
dan Kriteria Tambahan yang disepakat oleh para pihak secara partsi-
28
Modul Pelatihan
patf melalui Focus Group discussion (FGD). Tahap kedua adalah Pros-
es Analisis/Skoring dan tahap ketga Penetapan Lokasi MDM Defnitf.
Lokasi MDM Defnitf/Terpilih adalah calon lokasi yang mendapat skor
tertmbang tertnggi dari kriteria yang digunakan.Para pihak yang ter-
libat dalam pemilihan lokasi antara lain UPT Pemerintah Pusat, SKPD
Pemerintah Daerah, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa serta
perwakilan dari masyarakat di calon lokasi, LSM, Perguruan Tinggi/Ten-
aga Pakar.
Kriteria Utama yang digunakan adalah:
Mewakili isu/permasalahan yang akan dibangun model pemecah- (i)
annya melalui MDM,
Aksesibilitas, (ii)
Ketergantungan masyarakat terhadap lahan/pertanian, (iii)
Dukungan masyarakat setempat, (iv)
Dukungan pemerintah setempat(kabupaten/kota, kecamatan, (v)
desa).
Keseluruhan proses penentuan lokasi MDM disajikan pada Gambar 6.
29
Gambar 6. Diagram Alir Penentuan Lokasi MDM
Kriteria tambahan adalah kriteria yang disepakat oleh para pihak sesuai
dengan kondisi setempat, tujuan pembangunan MDM serta kebutuhan/
kepentngan para pihak.Penetapan kriteria tambahan disertai dengan
penentuan skor dan bobot untuk setap kriteria tambahan yang disepakat.
Gambar 6. Diagram Alir Penentuan Lokasi MDM
Kriteria tambahan adalah kriteria yang disepakati oleh para pihak sesuai dengan
ondisi setempat, tujuan pembangunan MDM serta kebutuhan/kepentingan para
ihak.Penetapan kriteria tambahan disertai dengan penentuan skor dan bobot untuk
Tingkat
k
p
SWP DAS
DAS Priorits I dan II
Analisa DATA/GIS
3-5 Calon Lokasi MD dalam Sub DAS yang
sesuai dengan Kriteria Biofisik
Sektor Swasta
Masyarakat
Kriteria /
Pemilihan (*)
Pemerintah
LSM
Skoring Survei Lapangan Pengumpulan Data
Analisa Data/
GIS
KRITERIA PEMILIHAN
CALON LOKASI
1. Merupakan bagian
(Sub) DAS Prioritas I
atau II
2. Geologinya tidak
termasuk kapur/karst
gambut.
3. Luas sampai sekitar
5.000 ha.
4. Terdapat lahan kritis.
,
5. Terdapat lahan
pertanian,
e
6. Terdapat dalam satu
kabupaten /kota
Wilayah Kerja
DAS
Lokasi Definitif
hutan(negara/adat),p
mukiman.
Sub DAS
KRITERIA PEMILIHAN
LOKASI DEFINITIF (*)
1. Keberadaan isu permasalahan
utama
2. Aksesibilitas
3. Tingkat ketergantungan masyarakat
kepada pendapatan pertanian
4. Dukungan potensil masyarakat
terhadap MDM
5. Dukungan potensil pemerintah
daerah terhadap MDM
6. Kriteria Tambahan
SubSub DAS
30
Modul Pelatihan
Skoring dan pembobotan untuk setap kriteria adalah sebagaimana
tercantum dalam Tabel 2.
Tabel 2.Kriteria Penentuan Lokasi Defnitf MDM dan Pengukurannya
Kode Uraian Kriteria Atribut yang Diukur Skor Bobot (%)
X1 Keberadaan isu per-
masalahan utama
2 isu a.
3 5 isu b.
> 5 isu c.
1
2
3
25
X2 Aksesibilitas Jarak dari pusat ibukota kabu- a.
paten/kota > 40 km
Jarak dari pusat ibukota kabu- b.
paten/kota antara 20 40 km
Jarak dari pusat ibukota kabu- c.
paten/kota < 20 km
1
2
3
15
X3 Tingkat ketergantungan
masyarakat kepada
pendapatan pertanian
< 30% pendapatan RT dari a.
pertanian
30 70% pendapatan RT dari b.
pertanian
> 70% pendapatan RT dari c.
pertanian
1
2
3
10
X4 dugaan potensi
masyarakat terhadap
MDM
Buruk a.
Cukup baik b.
Sangat baik c.
1
2
3
15
X5 Dugaan potensi
pemerintah kabupaten
terhadap MDM
Buruk a.
Cukup baik b.
Sangat baik c.
1
2
3
15
X6 Kriteria tambahan 20
Keterangan:
X1 adalah : 1.Erosi tnggi
Banjir 2.
Kekeringan. 3.
X2 adalah :4. Perambahan hutan/pencurian kayu
Penyerobotan tanah/konfik lahan 5.
Produktvitas lahan rendah 6.
Pengangguran/kelangkaan kesempatan kerja 7.
Kemiskinan 8.
Urbanisasi tnggi. 9.
X3 adalah : 10. Kualitas SDM rendah.
Pengukuran X4 dan X5 disesuaikan dengan kondisi hasil pengamatan di
daerah, misalnya:
Buruk : tdak menolak tapi kurang mendukung -
Cukup baik : menerima dan mendukung -
31
Sangat baik : siap berpartsipasi baik tenaga maupun dana. -
X6 adalah kriteria tambahan yang dianggap pentng dalam pengelolaan
MDM misalnya keberadaan sumber mata air yang digunakan untuk PDAM
(intake PDAM), keberadaan PLTA/mikro hidro dan posisi calon areal MDM
terhadap kawasan konservasi.Kriteria tambahan tersebut dapat terdiri dari
satu atau lebih kriteria tergantung kesepakatan para pihak pada waktu per-
temuan multpihak tetapi bobotnya tetap 20%.Apabila dalam pemilihan
lokasi tdak menggunakan kriteria tambahan maka bobot 20% tersebut
dibagi rata untuk setap kriteria utama yang digunakan.
Perencanaan Pembangunan MDM 2.
Perencanaan pembangunan MDM harus dilaksanakan secara partsipatf.
Perencanaan disebut partsipatf apabila stakeholdersyang memiliki kebutuhan,
persepsi, kewenangan dan tanggungjawab yang berbeda dilibatkan dalam pros-
es perencanaan. Perencanaan MDM secara partsipatf sangat pentng karena:
Dapat menghasilkan program yang lebih baik dan efsien, a.
Meningkatkan partsipasi dan tanggungjawab b. stakeholders,
Dapat meningkatkan transparansi dalam pengambilan keputusan sehingga c.
akan muncul saling pengertan dan saling percaya diantara stakeholders,
Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai peran dan tanggung- d.
jawabnya (meningkatkan rasa memiliki),
Mengurangi potensi terjadinya konfik. e.
Setelah di tetapkan lokasi sub-sub DAS Terpilih untuk pembangunan MDM,
langkah berikutnya adalah penyusunan rencana pembangunan MDM.
Untuk Fasilitator:
Bagaimana membentuk Tim Penyusunan Rencana Induk Pembangunan
MDMdanPenyiapan Pemandu Lapangan
Bagaimana Tahapan/urutan perencanaan menurut tata waktu dan kondisi
wilayah sub DAS terpilih
Bagaimana Analisis potensi dan permasalahan
Apa yang termuat di dalam rencana induk pembangunan MDM
Apa Beda Rencana dan Rancangan.
Langkah-langkah:
Peserta diminta untuk mengidentfkasi stakeholder yang terkait dengan
pengelolaan DAS
Peserta diminta mengenali situasi wilayah sub DAS terpilih.
Metoda : Kelas, diskusi interaktf, simulasi/peragaan
Waktu : 3 Jam pelajaran (135 menit)
Media : Sof/Hard copy Peta Batas DAS, Peta Tutupan Lahan, Peta Tanah, Peta
Geologi, Peta Cura Hujan, Peta Kelas Lereng, Peta sebaran lahan krits
32
Modul Pelatihan
dalam DAS, Data karakteristk DAS Data base/Monograf, dan lain-
lain.
Proses perencanaan pembangunan MDM dikelompokan ke dalam 4 kegia-
tan utama yaitu:
Pengumpulan Data dan Informasi DAS Mikro, a.
Analisa Potensi dan Permasalahan, b.
Penyusunan Rencana Induk, dan c.
Legalisasi Rencana. d.
Sebelum melaksanakan rangkaian kegiatan, terlebih dahulu perlu dibentuk
Tim Penyusunan Rencana Induk Pembangunan MDM dan Penyiapan Pemandu
Lapangan. Pemandu lapangan berfungsi sebagai fasilitator antara pengelola pro-
gram atau kegiatan dengan masyarakat.
Pengumpulan Data dan Informasi DAS Mikro a.
Pengumpulan data dan informasi diperlukan untuk perencanaan pemban-
gunan, perancangan pelaksanaan kegiatan dan monitoring dan evaluasi.Data
dan informasi meliput data dan informasi biofsik DAS Mikro, sosial ekonomi dan
kelembagaan masyarakat di dalam DAS mikro. Data dan informasi biofsik DAS
Mikro yang perlu diidentfkasi dan dikumpulkan, sumber data dan informasi,
cara mendapatkan data dan informasi, serta uraian yang diperlukan disajikan
dalam Tabel 3.Sedangkan data dan informasi sosial, ekonomi dan kelembagaan
disajikan dalam Tabel 4.Data dan informasi DAS mikro yang diperoleh dari penel-
aahan dan analisis peta, buku dan laporan perlu diverifkasi di lapangan dengan
melakukan cek lapangan.Peta kontur (yang berasal dari peta topograf atau rupa
bumi), peta tanah, dan peta pengggunaan lahan yang berskala lebih besar dari
1:10.000 perlu dilakukan survei atau pemetaan lebih detail untuk mendapatkan
informasi pada 1:10.000 atau lebih besar.Pemetaan mengacu kepada standar
pemetaan.
33
Tabel 3.Jenis Data dan Informasi Iklim dan Biofsik DAS Mikro yang Diperlukan
Untuk Perencanaan Pembangunan MDM
No. Jenis Data Uraian Mengenai KemungkinanPenggunaan Sumber dan Cara Memperoleh
1. Iklim Data dan informasi iklim yang diperlukan terdiri
dari:
Curah hujan tahunan, jumlah bulan basah,
bulan kering kenurut Schmidt & Fergusson atau
Oldeman
Tipe iklim/agroklimat menurut Schmidt & Fergus-
son, Koopen atau Oldeman
Suhu, kelembabanangin dan radiasi bulanan
rata-rata dan distribusi dalam setahun
Gambaran distribusi ruang iklim dalam bentuk
tabulasi dan peta.
Data iklim selain digunakan untuk analisis potensi
wilayah, juga untuk analisis masalah yang terkait
dengan erosi, hidrologi, kesesuaian lahan bagi
tanaman tahunan maupun tanaman semusim.
Sumber:
Peta Tipe Iklim/Agroklimat
Laporan Hasil Pengukuran di Stasiun Klima-
tologi dan Meteorologi
Laporan Lainnya.
Sumber tersebut terdapat di Kantor Klimatologi,
Lembaga Penelitian Pertanian dan Kantor
Lainnya.
Data dan informasi iklim didapat dengan men-
ganalisis data, peta dan citasi laporan resmi.
2. Topograf Data dan informasi topograf yang diperlukan terdiri
dari:
Kelas kemiringan lahan (A: < 8%, B: 8-15%, C:
15-25%, D: 25-40%, E: >40%).
Untuk lahan pertanian kemiringan lereng kelas A
dijadikan dua kelas yaitu 0-3%, dan 3-8%.
Luas setiap kelas kemiringan lahan.
Gambaran distribusi ruang dalam bentuk
tabulasi dan peta.
Sumber:
Peta Rupa Bumi-Bakosurtanal skala > 1:50.000
sebagai peta dasar untuk pembuatan peta kontur
skala > 1:10.000. Peta kontur dibuat dengan
prosedur pemetaan standar.
Apabila peta > 1:10.000 telah tersedia, maka
dapat langsung digunakan.
Peta Rupa Bumi terdapat di Kantor Bakosurtanal,
atau kantor lainnya.
Kelas kemiringan dan luas kemiringan lereng
setiap lereng setiap kelas dianalisis di peta skala
> 1:10.000.
3. Geologi Data dan informasi geologi yang diperlukan terdiri
dari:
- Sejarah pembentukan batuan
- Struktur dan jenis batuan
- Gambaran distribusi ruang dalam bentuk tabulasi
dan peta.
Data dan informasi geologi diperlukan untuk anali-
sis potensi/masalah longsor dan keterkaitan batuan
dengan sifat tanah.
Sumber:
Peta Geologi (skala > 1:250.000). Gunakan skala
terbesar yang tersedia. Penggalian informasi
geologi cukup menggunakan informasi dari peta.
Peta Geologi tersedia di Direktorat Geologi
Lingkungan-Bandung atau kantor/perpustakaan
lainnya.
Data dan informasi geologi didapat dengan
menganalisis legenda peta dan uraian dalam
laporan pemetaan.
34
Modul Pelatihan
4. Tanah Data dan informasi tanah yang diperlukan terdiri
dari:
Jenis tanah
Sifat fsik dan kimia tanah, yang terkaitdengan
sifat kesuburan, erodibilitas dan faktor pembatas
kemampuan lahan, kesesuaian lahan.
Gambaran distribusi ruang dalam bentuk
tabulasi dan peta.
Data dan informasi tanah diperlukan untuk analisis
potensi/masalah erosi, kemampuan lahan dan kes-
esuaian lahan, produktivitas lahan
Sumber:
Peta Jenis Tanah-Pusat Penelitian Tanah, skala
> 1:50.000 sebagai peta dasar untuk pembuatan
Peta Tanah skala > 1:10.000.
Peta tanah dibuat dengan prosedur pemetaan
standar.
Apabila peta 1:10.000 telah tersedia dapat lang-
sung digunakan.
Peta jenis tanah skala > 1:50.000 tersedia di Pusat
Penelitian tanah, atau kantor lainnya.
Data dan informasi tanah didapat dari hasil analisis
laboratorium atau pengujian lapangan. Distribusi
sifat tanah dianalisis di peta skala > 1:10.000.
5. Hidrologi Data dan informasi hidrologi yang diperlukan terdiri
dari:
Jaringan sungai/drainase
Lokasi mata air
Potensi air tanah
Potensi air permukaan
Debit sungai
Neraca air.
Data dan informasi hidrologi diperlukan untuk
mengetahui keadaan sekarang (pada saat pengu-
kuran) nraca air DAS, potensi mata air, air tanah
dan air permukaan
Sumber data :
- Peta Hidrogeologi (skala > 1:250.000)
- Peta kontur hasil pemetaan skala > 1:10.000
- Laporan hasil pengukuran debit
- Laporan studi sumber daya air wilayah.
Peta hidrogeologi tersedia di Direktorat Geologi
Lingkungan-Bandung atau kantor lainnya. Lapo-
ran hasil pengukuran debit tersedia di BPSDA
Kabupaten.
Peta Hidrogeologi digunakan sebagai peta dasar
pemetaan air tanah. Jaringan sungai dianalisis
dari hasil pengukuran kontur. Apabila data debit
tidak tersedia, indikasi debit maksimum dan
minimum dikumpulkan ketika pemetaan kontur
tanah.
6. Kemampuan
/Kesesuaian
Lahan
Data dan informasi kemampuan dan kesesuaian
lahan yang diperlukan terdiri dari:
Kelas Kemampuan Lahan
Kelas Kesesuaian Lahan.
Data inidiperlukan untuk analisis zonasi ruang/penata-
gunaan lahan sesuai dengan kelas kemampuan dan
kesesuaian lahan.
Sumber:
Peta Agroekologi (AEZ) dariBPTPprovinsi
Data dan informasi iklim
Data dan informasi Topograf HasilPemetaan
Data danInformasiTanahHasilPemetaan
Data danInformasiHidrologihasil pemetaan
Persyaratan tumbuh tanaman semusim dan
tahunan.
Data dan informasi tersebut dianalisis untuk
mendapatkan faktor yang diperlukan tanaman
dan faktor penghambat
35
7. Jenis /Penu-
tupan Lahan
Data dan informasi penutupan dan penggunaan
lahan yang diperlukan terdiri dari:
Jenis penutupan lahan: hutan alam, hutan
tanaman, kebun, kebun campuran, belukan,
alang-alang, tanah kosong (gundul), padi
sawah, bangunan, air.
Jenis penggunaan lahan: hutan konser-
vasi, hutan lindung, hutanproduksi, perke-
bunan negara,perkebunan rakyat, ladang/
tegalan,sawah, pemukiman (kampung dan
kota), sungai, kolam, danau.
Selain jenis penutupan lahan, di setiap jenis
penggunaan lahan dikumpulkan informasi kera-
patan pohon/tajuk dan untuk hutan konservasi
khusunya dikumpulkan informasi keanekaraga-
man jenis fora dan fauna.
Gambaran sebaran ruang dalam bentuk tabulasi
dan peta. Data inidiperlukanuntukanalisis
potensi/masalah yang terkait dengan produk-
tivitas lahan, erosi dan hidrologi. Juga sebagai
acuan kesesuaian lahan serta tindakan pengelo-
laan yang diperlukan
Sumber data:
Peta Rupa Bumi Bakosurtanal, Peta Penggunaan
Lahan atau interpretasi Citra Landsat terbaru dari
Lapan, yang dapat digunakan sebagai indikator
penutupan lahan. Data dan informasi perenca-
naan pembangunan didapat dengan pemetaan
penutupan lahan dan penggunaan lahan secara
bersamaan dengan pemetaan kontur/tanah.
8. Kebijakan
Tata Ruang
Data dan informasi kebijakan tata ruang yang
diperlukan terdiri dari:
Arahan Penggunaan Kawasan (Kawasan, Ko
nservasi,KawasanProduksi,PengembanganPe
rkotaan)dalamperencanaan kabupaten
Gambaran sebaran ruang dalam bentuk
tabulasi dan peta.
Informasi ini diperlukan sebagai bahan cross check
antara data perencanaan kabupaten dengan hasil
pengukuran dalam pembangunan MDM untuk me-
mastikan status lahan lebih jelas.
Sumber:
Peta dan Laporan Rencana Tata Ruang Wilayah
kabupaten skala terbesar yang tersedia.
Peta dan laporan ini tersedia di Kantor Bappeda
kabupaten terkait.
36
Modul Pelatihan
Tabel 4.Data dan Informasi Sosial, Ekonomi dan Kelembagaan yang Diperlukan
untuk Perencanaan Pembangunan MDM
No Jenis Data Uraian Mengenai Ke-
mungkinan Penggunaan
Sumber dan Cara
Memperoleh
1 Kependudukan (jumlah
KK, jiwa, ukuran KK, per-
tumbuhan penduduk dan
kepadatan penduduk)
Data inibersamadengandatalain-
nya seperti: migrasipenduduk,
penguasaan lahan dan pendapatan
keluarga akan berguna dalam
identifkasi dan analisis permasala-
han kemiskinan dan masalahan
ketergantungan pada kesempatan
kerja dan pendapatan pertanian
serta dalam merumuskan program-
program pemecahannya
Monograf Desa atau
surveilapangan
2 Migrasi penduduk (migrasi
permanen, migrasi musi-
man, alasan ekonomi dan
non-ekonominya)
Data ini bersama data lainnya
seperti penguasaan lahan dan
pendapatan keluarga akan berguna
dalam identifkasi dan analisis
masalah kemiskinan dan masalah
Survei lapangan
3 Penguasaan Lahan (luas
per keluarga, status
penguasaan, distribusi
penguasaan)
seperti data kependudukan dan
pendapatan keluarga akan berguna
dalam identifkasi dan analisis
masalah kemiskinan dan masalah
Monograf desa atau sur-
veilapangan
4 Pendapatan Keluarga
(pendapatan per tahun)
seperti data kependudukandan
penguasaan lahan akan berguna
dalam identifkasi dandan analisis
masalah pendapatan dan masalah
Survei lapangan
37
Sumber dan Cara
Memperoleh
5 Sumber pendapatan Analisispermasalahankemiskinan-
danmasalahketergantungan pada
kesempatan kerja dan pendapatan
pertanian serta dalam merumuskan
program-program pemecahannya
6 Input-output Usaha Tani
(penggunaan tenaga
kerja, pupuk, pestisida,
bibit serta produksi per ha
per tanaman per MT)
Data ini bersama dengan data
lainnya seperti data harga-harga
produk pertanian, harga-harga
faktor produksi pertanian dan luas
penguasaan lahan dapat dipergu-
nakan untuk memahami sebab-
sebab ketergantungan ekonomi
pada pertanian dan kemiskinan
Survei lapangan atau inter-
view dengan PPL setempat
7 Harga-harga faktor
produksi (tenaga kerja,
pupuk, bibit dan pestisida)
lainnya seperti data harga- harga
hasil pertanian dan kondisi pasar
produk pertanian berguna dalam
identifkasi dan analisis masalah
pemasaran hasil-hasil pertanian
program pemecahannya.
8 Harga-harga hasil
pertanian (gabah, beras,
palawija, hortikultura, biji
kopi, karet, dan lain-lain.
lainnya seperti data harga-harga
faktor produksi dan kondisi pasar
produk pertanian berguna dalam
Survei lapangan
atau interview dengan PPL
setempat dan pedagang
setempat
9 Kondisi pasar produk-
produk pertanian (tingkat
kemudahan mamasarkan,
tingkat fuktuasi harga,
tingkat kepuasan petani
terhadap harga-harga
yang diterimanya dan pan-
jangnya rantai tata niaga)
Data ini bersama dengan data lain-
nya seperti data harga-harga faktor
produksi dan harga-harga hasil
pertanian akan berguna dalam
dan pedagang setempat
38
Modul Pelatihan
Sumber dan Cara
Memperoleh
10 Kondisi Hak Pengua-
saan Lahan dan Konfik
Pertanahan(ketidakpastian
kontrak bagi hasil/
sewa, ketidakpastian
hakpemilikan,perambahan/
penyerobotan tanah dan
keberadaan tanah guntai)
Data ini bersama dengan data lain-
nya seperti data harga-harga faktor
produksi dan harga-harga hasil
pertanian akan berguna dalam
Interview dengan berbagai
informan kunci seperti PPL,
kepala desa, tokohtokoh
informal dan pejabatpa-
dainstansi terkait seperti
pejabat BPN setempat dan
Dinas Kehutanan
11 Kondisi aksesibilitas
masyarakat pada pasar
kredit formal (presentase
petani yang mendapat
kredit produksi dari bank/
koperasi, tingkat keterse-
diaan kredit dibandingkan
dengan kebutuhan petani
dan hambatan-hambatan
tersebutdalam memper-
oleh kredit
lainnya seperti data kondisi pasar
hasil-hasil pertanian dan pendapa-
tan keluarga akan berguna dalam
kemiskinan serta dalam merumus-
kan program-program pemecahan-
nya
Survei lapngan dan atau
interview dengan PPL, BRI
lokal, BPR, Bank swasta
dan lain-lain.
12 Kondisi Kelembagaan
Formal seperti LKMD,
Koperasi, Kelompok Tani
(keberadaan, partisipasi
masyarakat serta efektivi-
tasnya dalam menggalang
kerjasama dan melayani
kepentingan masyarakat.
kondisi kelembagaaninformaldapat
digunakan dalamidentifkasi dan
analisis masalahkerjasamaantara
anggotamasyarakatsertadalam-
merumuskan program-program
untuk mengatasinya
Kepala Desa dan tokoh-
tokohinformal desa.
13 Kondisi kelembagaan
informal seperti arisan
dan gotong royong
(keberadaan, partisipasi
masyarakat serta efektivi-
tasnya dalam menggalang
kerjasama dan melayani
kepentingan masyarakat)
kondisi kelembagaan formaldapat
digunakan dalamidentifkasi dan
analisis masalah kerjasamaantara
anggotamasyarakatsertadalammer-
umuskan program-programkelem-
bagaanuntukmemfasilitasi ker-
jasama antar anggota masyarakat.
Kepala Desa dan tokoh-
tokohinformal desa.
Analisa Potensi dan Permasalahan b.
Analisa potensi dan permasalahan mencakup potensi dan masalah sum-
berdaya biofsik, sumberdaya manusia dan sosial yang dapat mendorong dan
menghambat dalam pencapaian tujuan pengelolaan sumberdaya alam DAS
Mikro.Analisa potensi dan permasalahan dilakukan melalui penelaahan secara
39
sistemats dan logis terhadap data, informasi dan observasi lapangan.Analisa
potensi dan permasalahan memerlukan tngkat keahlian yang mampu menen-
tukan ketepatan dalam identfkasi potensi dan masalah serta faktor-faktor pe-
nyebabnya.Dalam kegiatan ini diperlukan dukungan fasilitasi dari berbagai pihak,
sepert pakar, LSM, pejabat birokrat yang keahliannya relevan. Analisis potensi
dan permasalahan dilakukan dengan menggunakan metode partsipatf sepert
Partcipatory Rural Appraisal (PRA), FGD (Focus Group Discussion), LFA (Logical
Framework Analisis) yang melibatkan mult-pemangku kepentngan. Keunggulan
metode yang melibatkan para pihak pemangku kepentngan dibandingkan den-
gan wawancara secara individu atau dengan sekelompok orang tertentu yaitu
potensi dan masalah dapat dirumuskan lebih komprehensif, partsipatf sehingga
disadari banyak pihak, dan dapat dipecahkan berdasarkan kepentngan bersama.
Oleh karena itu keahlian fasilitator sangat menentukan terutama jika muncul
banyak sekali permasalahan baik biofsik, sosial ekonomi maupun kelembagaan
yang dikemukakan oleh peserta pertemuan dan menjadi sangat kompleks.Fasili-
tator harus mampu membuat struktur masalah dengan baik sehingga jelas per-
masalahan pokoknya.
Potensi dan permasalahan diidentfkasi dan dianalisis menurut ruang untuk
dapat menggambarkan potensi dan permasalahan biofsik sumberdaya alam, so-
sial ekonomi masyarakat dan kelembagaan menurut lokasi di dalam DAS Mikro.
Data dan informasi dalam bentuk Peta atau Tabulasi-Narasi yang menggambar-
kan sebaran kondisi sekarang dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
kelembagaan lokal menurut kampung/desa sudah dipersiapkan sebelumnya se-
bagai hasil dari pengumpulan data dan informasi DAS Mikro, sebagai bahan
dalam identfkasi/analisis masalah.
Isu-isu yang sering dijadikan masalah yang terkait dengan biofsik DAS antara
lain adalah: pengrusakan hutan, lahan krits, aliran permukaan dan erosi, long-
sor, sedimentasi, penurunan kualitas air dan banjir. Terjadinya masalah-masalah
ini disebabkan oleh ketdak-sesuaian penerapan teknologi dan aspek-aspek
sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan.Sedangkan permasalahan sosial,
ekonomi dan kelembagaan yang sering ditemukan terjadi di wilayah DAS yaitu:
(i) masalah kemiskinan, (ii) masalah ketergantungan yang tnggi pada kesempa-
tan kerja dan pendapatan pertanian, (iii) masalah status dan konfik penguasaan
lahan, (iv) masalah pemasaran hasil-hasil pertanian, dan (v) masalah kerjasama
antar masyarakat.
Perlu diperhatkan bahwa suatu masalah dapat disebabkan oleh lebih dari
satu faktor.Masalah-masalah tersebut sebenarnya tdaklah selalu bersifat mutu-
ally exclusive satu dengan lainnya.Misal, masalah kemiskinan dapat terkait den-
gan masalah produk-produk pertanian yang merugikan petani.Struktur pasar
oligopsonistk (jumlah pembeli jauh lebih sedikit dari produsen/penjual seh-
40
Modul Pelatihan
ingga pembeli lebih dominan dalam menentukan harga) serta ketdakefsienan
rantai tata niaga produk-produk pertanian membuat harga-harga hasil pertanian
yang diterima petani cukup rendah.Harga yang rendah bersama-sama dengan
penguasaan lahan yang sempit membuat seorang petani menjadi miskin.Jadi
masalah kemiskinan erat kaitannya dengan masalah pemasaran hasil-hasil perta-
nian.Permasalahan pokok biofsik, sosial, ekonomi dan kelembagaan yang umum
ditemukan dalam pengelolaan DAS serta faktor-faktor penyebabnya dirangkum
sebagaimana tersaji dalam Tabel 5.
Tabel 5.Contoh Permasalahan Biofsik, Sosial Ekonomi, Kelembagaan dan
Kemungkinan Penyebab Utamanya
No Permasalahan
Pokok
Kemungkinan Penyebab Utama
Biofsik/Teknis
1 Aliran Permukaan
dan Erosi
Pemanenan hutan di lahan miring tanpa reboisasi (a)
Pembukaan hutan di lahan miring untuk ladang (b)
Cara bercocok tanam tidak menggunakan teknik konser- (c)
vasi tanah dan air di lahan miring
Meluasnya areal terbangun (built up/paved area) (d)
(e)
2 Longsor Pembukaan hutan di lereng terjal (a)
Bertani di lereng curam/terjal (b)
Tidak ada penguatan tebing (c)
Erosi tebing sungai (d)
.. (e)
3 Sedimentasi Aliran permukaan, erosi dan longsor di hulu tinggi (a)
Tidak ada penangkap sedimen baik di hulu maupun di hilir (b)
(0)
4 Kualitas Air (sungai) Aliran permukaan, erosi dan longsor di hulu tinggi (a)
Erosi tebing sungai (b)
Buangan limbah ke sungai (c)
(0)
41
No Permasalahan
Pokok
Kemungkinan Penyebab Utama
5 Banjir Aliran permukaan di hulu tinggi (a)
Tidak ada pengendalian aliran permukaan di hulu dan (b)
pengelekan ke hilir
Aliran permukaan melebihi kapasitas tamping morfologi (c)
sungai di dataran rendah
(d)
Sosial, Ekonomi, dan Kelembagaan
6 Masalah Kemiskinan Penguasaan lahan semppit (a)
Keterbatasan teknologi produksi (b)
Masalah pemasaran (harga produk rendah) (c)
Produktivitas dan kualitas produk yang rendah (d)
Keterbatasan modal (e)
(f)
7 Masalah ketergan-
tungan yang tinggi
pada kesempatan
kerja dan pendapa-
tan pertanian
Keterampilan yang rendah dan terbatas (a)
Keterbatasan modal (b)
Keterbatasan kesempatan kerja di luar pertanian (c)
(d)
8 Masalah status dan
konfik penguasaan
lahan
Bukti pemilikan yang lemah (a)
Kontrak bagi hasil, sewa dan gadai yang tidak tertulis (b)
Lemahnya penegakan hukkum pertanahan (c)
(d)
9 Masalah pemasaran
hasil-hasil pertanian
Struktur pasar yang oligopsonistik (a)
Rantai tataniaga yang panjang dan tidak efsien (b)
Fasilitas transportasi yang buruk (c)
Kualitas produk rendah (d)
(e)
10 Masalah lemahnya
kerjasama antar ang-
gota masyarakat
Kesenjangan ekonomi (a)
Kurangnya rasa saling percaya (b)
Kurangnya kepedulian bermasyarakat (c)
. (d)
Keterangan: Permasalahan pokok dan penyebabnya diisi dengan temuan di
masing-masing lokasi (permasalahan dan penyebabnya dalam tabel
42
Modul Pelatihan
tersebut dapat ditambah atau dikurangi, atau bahkan berbeda sama
sekali).
Penyusunan Rencana Induk c.
Sebelummelaksanakanpenyusunanrencanaindukpembangunan MDM, Tim
Penyusunan Rencana Induk Pembangunan MDM atau Pemandu Lapangan ter-
lebih dahulu harus melakukan sosialisasi gagasan pembangunan MDM kepada
masyarakat di lokasi MDM defnitf (calon lokasi terpilih).Pada sosialisasi ini har-
us dijelaskan manfaat pembangunan MDM secara umum dan manfaat pemban-
gunan MDM bagi masyarakat yang terlibat.
Tahapan penyusunan rencana induk pembangunan MDM terdiri dari beber-
apa kegiatan utama yaitu:
Perumusan/pembentukan tujuan bersama masyarakat (i)
Berdasarkan pada hasil identfkasi potensi dan analisis permasalah-
an MDM, Tim merumuskan tujuan bersama dengan masyarakat sehingga
masyarakat dapat:
Menetapkan harapan, tujuan dan keinginan tentang masa depannya
terutama yang terkait pengelolaan areal MDM,
Meningkatkan rasa memiliki terhadap program dan kegiatan yang akan
dikembangkan/dilaksanakan,
Menyepakat agenda bersama, tujuan prioritas dan kendala yang harus
diwaspadai.
Pembentukan/perumusan tujuan bersama masyarakat adalah teknik
untuk membantu masyarakat membayangkanmasa depan yang ideal un-
tuk mereka (kondisi biofsik DAS mikro dan sosial ekonomi masyarakat).
Hasil dari kegiatan ini adalah terumuskannya tujuan serta prioritas yang
harus diutamakan.Tujuan ini menjadi ttk awal bagi rencana pembangu-
nan MDM selain tujuan umum pembangunan MDM. Tujuan yang telah
disepakat bersama dengan masyarakat harus terdokumentasikan agar
bisa dipertanggungjawabkan.Pada dasarnya, perumusan tujuan ada-
lah meniadakan (membuat positf) permasalahan (yang selalu dianggap
negatf) secara layak.
Proses perumusan tujuan dimulai dari hirarki masalah paling atas ke-
mudian ke yang paling rendah, dan berhent ketka rumusan tujuan sudah
dianggap secara operasional mampu mengatasi masalah. Contoh analisis
masalah dari masalah yang tertulis dalam Tabel 5disajikan pada Gambar
7dan rumusan tujuannya disajikan padaGambar 8.
43
Gambar 7.Contoh Struktur Masalah dalam Pengelolaan DAS
Gambar 8.Contoh Rumusan Tujuan Dari Struktur Masalah
Berdasarkan co oh struktur masalah yang disajika pada Gambar 5, strukturdi atas masalah [Pengamanan
Lahan (dan hutan) belum berhasil]dan [Rehabilitasi lahan (dan hutan) berlum berhasil] akan hilang (teratasi)
ketika atau ap ila masalah pengamanan lahan (dan hutan) dan Rehabilitasi lahan (dan hutan) dapat
dilaksanakan, sehingga tujuan dari MDM dengan kondisi struktur masalah seperti contoh di atas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengamankan sumberdaya lahan (dan hutan) yang masih baik, dan
2. Merehabilitasi lahan (dan hutan) yang telah terdegradasi fungsinya.
Menghilangkan masalah dalam struktur masalah di bawahnya dirumuskan sebagai output (luaran) dan outcome
(hasil) dari suatu kegiatan atau program. Misalnya masalah-masalah:
diatasi dengan kegiatan penyuluhan dan pelatihan.
Output : masyarakat yang mendapat penyuluhan dan pelatihan pengetahuan dan penguasaan teknik
kon asi tanah dan air meningkat.
Outcome : meningkatnya pengetahuan dan penguaaan teknik konservasi tanah dan air.
Dampak : dengan tercapainya kegiatan penyuluhan dan pelatihan dan outcome dari kegiatan lainnya, misalnya
tersedianya insentif penggunaan teknik konservasiyang baik, maka kegiatan penyuluhan dan
pelatihan dapat mendorong terapainya tujuan.
nt
ab
serv
Pengetahuan (KTA)
masyarakat rendah
Penguasaan teknik (KTA)
masyarakat rendah
Penyuluhan dan pelatihan
kurang/belum ada
Pemanenan hutan
tanpa reboisasi
Perambahan
hutan
Konservasi hutan
tanpa tindakan
konservasi tanah
dan air (KTA)
Pertanian tanpa
tindakan konservasi
tanah dan air (KTA)
Pengamanan lahan
(dan hutan) belum
berhasil
Rehabilitasi lahan
(dan hutan) belum
berhasil
Penegakan hukum
lemah
Hukum lingkungan
Belum memadai
Peraturan yang
tradikti kon f
Pengetahuan (KTA)
Masyarakat rendah
Pemilikan lahan
sempit
Tidak ada insentif
untuk KTA
Penguasaan teknik
(KTA) Masyarakat
rendah
Kesempatan kerja
di luar pertanian
terbatas
Kelembagaan sosial
rendah
Penyuluhan dan
pelatihan
kuran/belum ada
Nilai produk
Pertanian rendah

Erosi Sedimentasi
di hilir tinggi
Frekuensi banjir
di hilir tinggi
Lahan hidroorologis kritis
Gambar 8.Contoh Rumusan Tujuan Dari Struktur Masalah
44
Modul Pelatihan
Rumusan tujuan yang meniadakan masalah di hierarki paling atas
menjadi tujuan jangka panjang, sedangkan yang dibawahnya merupakan
tujuan antara atau sasaran, sedangkan yang paling bawah merupakan lu-
aran atau output langsung(jangka pendek) yang diharapkan. Struktur tu-
juan tdak harus sama dengan struktur masalah, karena beberapa masalah
bisa dipositfan dengan satu tujuan.
Perumusan program dan kegiatan bersama masyarakat (ii)
Setelah tujuan disepakat, langkah selanjutnya adalah menentukan
strategi/jalur untuk mencapai tujuan tersebut.Strategi tersebut dijabar-
kan dalam bentuk program dan kegiatan yang didalamnya harus menye-
butkan bagaimana, siapa dan kapan program dan kegiatan dilaksanakan.
Perumusan program dan kegiatan bersama masyarakat akan mendatang-
kan keuntungan berupa:
Masyarakat bisa mengidentfkasi program dan kegiatan apa yang da-
pat mereka lakukan sendiri dan pada tahapan mana mereka harus
mendapat bantuan dari BPDAS, Forum DAS, SKPD kabupaten terkait,
LSM, Swasta atau pihak-pihak lain yang terkait.
Pemerintah bisa mengidentfkasi komitmen masyarakat dalam melak-
sanakan pembangunan MDM.
Program dan kegiatan yang dipilih benar-benar keinginan masyarakat
sehingga masyarakat akan lebih merasa memiliki dan bertanggung-
jawab untuk melaksanakannya.
Langkah untuk merumuskan strategi dimulai dengan membanding-
kan tujuan yang disepakat dengan kondisi saat ini dan permasalahan yang
dihadapi sehingga bisa mengidentfkasi/menentukan program dan kegiatan
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan memecahkan masalah
yang ada.Contoh alternatf program dan kegiatan untuk mengatasi per-
masalahan yang dihadapi (Tabel 5) disajikan dalam Tabel 6 dan Tabel 7.
Kegi atan sebagai j al an kel uar permasal ahan harus memper-
tmbangkan kemampuan sumberdana, teknis dan waktu pencapaian.
45
Tabel6.Contoh Program-program yang dapat Dikembangkam untuk
Mengatasi Permasalahan Pokok
No. Permasalahan
Pokok
Program-program yang Mungkin
Dikembangkan
Teknis
1 Aliran permukaan
dan erosi
Reboi s as i ( a)
Hut an kemasyarakat an ( b)
Pertanian menggunakan teknik konservasi tanah ( c)
dan air
Sumur resapan di areal terbangun ( d)
2 Longsor Menjagatebingdaripenebangandan penggunaan (a)
untuk pertanian
Penguat an t ebi ng (b)
3 Sedimentasi Ce k d a m ( a)
Gul l y pl ug ( b)
4 Kualitas Air (sungai) Penj agaan sempadan sungai (a)
Pengol ahan ai r l i mbah (b)
5 Banjir Kantong-kantong ai r di hul u (a)
Bangunan pengel ak di hi l i r (b)
Sosial Ekonomi Kelembagaan
6 Masalah Kemiskinan Pengembangan Koperasi Pertanian (a)
Penjaminan hargaproduk pertanian, kehutanan (b)
Pemberian kredit pertanian (c)
Pemberian bantuan teknologi pengolahan hasil (d)
pertanian
Perluasan kesempatan kerja dan berusaha (e)
7 Masalah ketergantungan yang
Tinggi pada kesempatan kerja
dan pendapatan pertanian
Pelatihan kerja non pertanian (a)
Pemberianbantuanmodal usaha non (b)
pertanian
8 Masalah status dan konfik
penguasaan lahan
Sertifikasi tanah pertanian (a)
Penegakan UUPA 1960 (b)
Penyelesaian sengketa pertanahan (c)
46
Modul Pelatihan
9 Masalah pemasaran hasil-hasil
pertanian
Program penjaminan harga hasil pertanian (a)
Program kemitraan usaha (b)
Program pengembangan koperasi perta- (c)
nian
Programbantuanteknologi pengolahanhasil (d)
pertanian
10 Masalah lemahnya kerjasama
antar anggota masyarakat
Programpengembangan kelembagaan (a)
kerjasamaantarmasyarakat (koperasi
pertanian, kelompok tani, dll.)
Program pengembangan kelembagaan (b)
Tabel 7. Masalah DAS dan Alternatf Pemecahannya
No. Masalah DAS Alternatif Teknik Mengatasinya
1 Kuantitas Air
Banjir Peningkatan penggunaan dan peresapan air di bagian hulu dan tengah
DAS melalui:
Penanaman pohon-pohonan
Pembuatan waduk, pencetakan sawah, pembuatan rorak, dan
sumur resapan
Menaggulangi penyempitan (karena sampah dan lain-lain) danpen-
dangkalan sungai
Kekeringan Penanaman tanaman yang hemat air seperti kacang gude, kacang
tunggak, kacang hijau, sorghum, singkong
Penurunan evaporasi misalnya dengan penggunaan mulsa
Penyimpanan kelebihan air pada musim hujan untuk digunakan di
musim kemarau, misalya dengan pembuatan rorak dan embung
Menurunnya
tinggi muka air
tanah
Mengurangi pengurasan air tanah (penghematan penggunaan air)
Meningkatkan daya infltrasi dan perkolasi tanah dengan pembuatan
rorak, gulud dan sebagainya
Tingginya
fuktuasi debit
puncak dengan
debit dasar
Penanaman pohon-pohonan
Peningkatan pengisian pori dan air tanah dengan sumur resapan,
rorak, gulud, dan sebagainya
47
2 Kualitas Air
Tingginya
sedimentasi dan
pengendapan
lumpur di dasar
sungai
Peningkatan fungsi flter DAS terutama di sepanjang bantaran
sungai dengan penanaman rumput-rumputan dan tanaman lain yang
dapat menutup rapat permukaan tanah
Pengamanan tebing sungai yang rawan longsor, misalnya dengan
penanaman tanaman yang relatif ringan dan berakar dalam seperti
bamboo (apabila sedimen berasal dari erosi tebing sungai)
Tercemarnya air
sungai dan air
tanah
Perlu diselidiki sumber bahan pencemar dan melakukan penjerni-
han (water treatment/purifkasi) sebelum air dialirkan ke sungai
Eutrofkasi
(peningkatan
konsentrasi hara
di dalam badan
air)
Pengaturan penggunaan pupuk sesuai dengan kebbutuhan tana-
man (tidak berlebihan)
Sumber: Fahmudin Agus dan Widianto (2004)
Perumusan indikator dan sistem monitoring dan evaluasi bersama (iii)
masyarakat
Indikator merupakan ukuran tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
program/kegiatan. Indikator mengandung dimensi: jumlah, mutu, waktu,
tempat dan kelompok sasaran. Indikator harus merupakan ukuran-ukuran
yang mudah diterapkan dan diverifkasi.Sumber informasi untuk verifkasi
dapat berupa data statstk resmi, dokumen perencanaan, notulen rapat
atau hasil-hasil survei.
Sistem monitoring merupakan sistem pemantauan pencapaian in-
dikator kinerja (tujuan berjenjang, terutama output dan outcome) yang
logis untuk dapat dilaksanakan.Sistem evaluasi merupakan sistem penila-
ian pencapaian indikator kinerja sebagai umpan balik terhadap peningka-
tan kinerja dalam percepatan pencapaian tujuan yang ditetapkan.Uraian
perencanaan sistem monitoring dan evaluasi disajikan dalam materi pela-
jaran berikutnya.
Masyarakat harus diajak berdiskusi dalam menentukan indikator
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan serta menentukan sitem
monitoring dan evaluasi yang akan digunakan. Hal itu bertujuan agar
masyarakat bisa lebih bertanggung jawab dan lebih terarah dalam melak-
sanakan kegiatan pembangunan MDM serta bisa berperan aktf dalam
monitoring dan evaluasinya.
Penyusunan draf rencana pembangunan MDM (Draf 0) (iv)
Penyusunan dokumen rencana induk pembangunan MDM (draf
0) dilakukan oleh Tim Penyusunan Rencana Pembangunan MDM ber-
48
Modul Pelatihan
dasarkan masukan bahan-bahan rencana yang telah disepakat bersama
masyarakat.Pada draf tersebut harus terformulasikan tujuan, strategi
(program dan kegiatan), indikator dan sistem monitoring dan evaluasi.
Materi/isi Dokumen Draf Rencana Induk Pembangunan terdiri dari:
Latar belakang perlunya pembangunan MDM menjelaskan alasan-
alasan pokok pembangunan MDM.
Tujuan Pembangunan MDM, menyajikan tujuan umum pembangu-
nan MDM dan tujuan khusus yang disesuaikan dengan potensi dan
permasalahan yang ada.
Metode Penyusunan Rencana Induk Pembangunan MDM, menjelas-
kan tentang kriteria pemilihan lokasi dan prosedur penyusunan ren-
cana induk pembangunan MDM.
Keadaan Umum Areal Model DAS Mikro, menggambarkan kondisi
biofsik, sosial ekonomi dan kelembagaan sosial di Areal Model DAS
Mikro.
Potensi dan Permasalahan, menjelaskan potensi dan permasalahan,
serta struktur masalah (contoh Tabel 5dan Tabel 6) dalam pengelo-
laan DAS di wilayah kerja BPDAS dan yang dihadapi dalam pengelo-
laan Model DAS Mikro.
Program dan Kegiatan Pembangunan MDM, menguraikan program
dan kegiatan yang terdiri dari pembangunan fsik (kurun waktu 5
tahun) untuk mencapai tujuan yang telah disepakat.Mungkin ada
kegiatan-kegiatan yang menyangkut pemberdayaan atau pendamp-
ingan masyarakat yang memerlukan waktu lebih dari 5 tahun, hal ini
harus dideskripsikan secara jelas dalam rencana. Program dan kegia-
tan hendaknya disusun berdasarkan luaran (output) kegiatan tahunan
beserta indikator-indikator pencapaiannya serta asumsi-asumsi yang
digunakan.
Selain itu di dalam program dan kegiatan juga harus dirumuskan
mengenai:
Peran para pihak dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang 1)
telah direncanakan sehingga jelas tugas dan batas-batas kewenan-
gan yang dimiliki oleh setap unsur pelaksana.
Pembiayaan untuk setap program dan kegiatan meliput perkiraan 2)
besaran biaya dan sumber pendanaan.
Tata waktu pelaksanaan kegiatan mulai persiapan sampai kegia- 3)
tan pembangunan di masing-masing lokasi kegiatan.
Program dan kegiatan bisa disajikan dalam bentuk matrik sepert yang
dikemukakan dalam contoh matrik program dan kegiatan pada Tabel 8.
49
Tabel 8.Contoh Matrik Program dan Kegiatan Dalam Pembangunan MDM
No. Program Kegiatan Luaran
Indikator-
pencapa-
ian
Penang-
gung
Jawab
Kegiatan
Perkiraan
Biaya
Waktu
Asumsi
Yang
Diguna-
kan
1
2
3
4
Rencana Monitoring dan Evaluasi, menguraikan tentang tata cara/
metode pengukuran, indikator, lokasi pengukuran, penanggung jawab
pengukuran dan mekanisme pelaporan hasil kegiatan.Kegiatan moni-
toring dan evaluasi MDM tdak terbatas pada selesainya kegiatan fsik
pembangunan areal model, tetapi bisa jauh lebih lama karena luaran
dan dampak areal model harus dimonitor dan dievaluasi dalam jang-
ka panjang, misalnya untuk model hutan rakyat seharusnya dilakukan
moitoring dan evaluasi minimal selama satu daur tebang.
Peta-peta Penunjang, menggunakan peta dasar yang baik/standar
sepert Peta Rupa Bumi atau hasil pengukuran lapang.Peta yang di-
hasilkan skala 1:10.000 atau lebih besar dan disajikan mengikut ke-
tentuan kartograf yang sudah lazim digunakan di Indonesia.
Pembahasan draf rencana pembangunan MDM (v)
Draf rencana induk pembangunan MDM yang telah disusun oleh
BPDAS dan tenaga pakar kemudian dibahas bersama-sama dengan SKPD
kabupaten terkait, LSM, Pemerintah Kecamatan dan Desa serta pihak-
pihak lain yang terkait. Pembahasan draf rencana pembangunan secara
partsipatf minimal dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pada saatpemba-
hasan draf 0 dan pembahasan draf fnal. Pada tahapan ini, tujuan dan
strategi yang telah dirumuskan bersama masyarakat ditajamkan kem-
bali dengan mengakomodir masukan dari instansi-instansi terkait serta
dengan mempertmbangkan kelayakan teknis, ekonomi, sosial, ekologi
dan politk.Pada tahapan ini harus sudah dirumuskan peran dan tang-
gungjawab stakeholders dalam setap tahapan pengelolaan/pembangu-
nan MDM baik dalam perencanaan, pelaksanaan program dan kegiatan
maupun dalam monitoring dan evaluasi.
Finalisasi rencana induk pembangunan MDM. (vi)
50
Modul Pelatihan
Legalisasi Rencana. d.
Agar rencana pembangunan MDM yang telah disusun dapat berdaya guna,
rencana tersebut harus dibahas, dinilai, disetujui dan disahkan oleh pihak-pihak
terkait dan berwenang.Untuk itu rencana induk pembangunan MDM yang telah
disusun oleh Tim Penyusun, disetujui oleh Bappeda kabupaten/kota dan disah-
kan oleh Bupat/Walikota.Rencana pembangunan MDM yang telah disahkan,
disampaikan dan disosialisasikan kepada pihak-pihak terkait, yaitu instansi teknis
pemerintah daerah kabupeten dan pihak lainnya yang terlibat langsung dalam
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan hasil analisis peran dalam rencana terse-
but.
Pemilihan lokasi untuk areal MDM haruslah memenuhi sayarat biofsik yang
ditentukan sehingga benar-benar mewakili keadaaan suatu DAS dalam skala yang
lebih besar.Selain itu juga harus terdapat isu/permasalah utama pengelolaan
DAS dan adanya dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Prosedur pemilihan lokasi MDM terdiri dari tahapan Penentuan calon lokasi
dan Penetapan lokasi terpilih.Penentuan calon lokasi dilakukan melalui
pengumpulan peta dan analisis terhadap peta-peta dasar seperti geologi,
rupa bumi, penggunaanlahan, lahan kritis dan lainnya.Penetapan lokasi
terpilh dilakukan dengan cara menetapkan kriteria utama dan tambahan
untuk lokasi MDM dan analisis kriteria dengan metode skoring. Perenca-
naan pembangunan MDM dilakukan melalui tahapan: pengumpulan data
dan informasi DAS mikro, analisa potensi dan permasalahan, penyusunan
rencana induk pembangunan MDM, dan legalisai rencana tersebut.
Lembar Penugasan C.
Tugas individu:
Sebutkan dan jelaskan kriteria calon lokasi MDM (Model DAS Mikro) baik 1.
dari segi biofsik dan sosial ekonomi!
Jelaskan bagaiman langkah-langkah penetapan calon lokasi MDM! 2.
Pada dasarnya penyusunan perencanaan MDM harus di lakukan secara 3.
partsipatf. Jelaskan pendapat Saudara kenapa perencanaan MDM itu har-
us di lakukan secara partsipatf.
Apatugas seorang pemandu lapangan dalam pembangunan MDM, dan 4.
jelaskan persyaratan kompetensi seorang pemandu lapangan!
Pada penyusunan perencanaan MDM di perlukan data-data biofsik dan 5.
sosial ekonomi. Sebutkan dan jelaskan secara singkat data-data apa saja
51
yang di butuhkan dalam penyusunan rencana Model DAS Mikro.
Tugas kelompok:
Plotng/deliniasi batas Sub DAS yang diusulkan mencadi calon Lokasi Pem- 1.
bangunan Areal (MDM)!
Identfkasi kondisi biofsik dan sosial ekonomi dari DAS Tersebut dan sim- 2.
pulkan apakah DAS tersebut memiliki kriteria untuk dikembangkan men-
jadi area MDM!
Identfkasi Permasalahan permasalahan yang terjadi di dalam area MDM 3.
tersebut!
Berikan solusi pemecahan masalahnya dan rumuskan kegiatan yang cocok 4.
di kembangkan di area MDM di maksud!
D. Test/Evaluasi
Penentuan lokasi MDM harus memenuhi syarat (1) suatu DAS seh-
ingga bersifat ..(2) terhadap keadaan DAS dalam skala yang besar.
Penyusunan rencana pembangunan MDM akan berhasil dengan baik apabila
melibatkan (3) berbagai pihak yang terkait dengan pengelolaan
DAS. Rencana yang telah disusun akan memiliki (4) yang bagus apa-
bila disahkan oleh .(5).
Bacalah dengan telit dan berikan tanda silang pada jawaban yang paling te- II.
pat.
Calon lokasi yang dipilih untuk rencana pembangunan MDM mewakili be- 1.
berapa kondisi berikut ini kecuali:
Kondisi biofsik a.
Kondisi sosial ekonomi b.
Kondisi social budaya c.
Kondisi politk. d.
Focus group discussion 2. merupakan suatu cara partsipatf untuk menam-
pung saran dan masukan dari masyarakat sehingga proses penyusunan
MDM dapat berlangsung dengan:
Tertb a.
Memaksakan kehendak satu pihak terhadap pihak lain b.
Mengutamakan kepentngan masyarakat c.
Semua salah. d.
Urutan tahapan pada proses perencanaan pembangunan MDM yaitu: 3.
52
Modul Pelatihan
Analisa potensi dan permasalah pengumpulan data dan infomasi DAS a.
mikro penyusunan rencana induk legalisasi rencana
Penyusunan rencana induk - analisa potensi dan permasalah peng- b.
umpulan data dan infomasi DAS mikro legalisasi rencana
Pengumpulan data dan infomasi DAS mikro - analisa potensi dan per- c.
masalah penyusunan rencana induk legalisasi rencana
Penyusunan rencana induk - pengumpulan data dan infomasi DAS mik- d.
ro - analisa potensi dan permasalah - legalisasi rencana.
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MODEL DAS MIKRO (MDM) 3.4
Peserta mengetahui dan memahami konsep pelaksanaan pembangunan Model
DAS Mikro.
Peserta mengetahui Diagram alir pelaksanaan pemagunan MDM 1.
Peserta memahami ruang lingkup penyusunan Rancangan Pelaksanaan 2.
MDM
Peserta mampu mengidentfkasi kegiatan-kegiatan yang akan di laksanan- 3.
kan pada lokasi pembangunan MDM.
Waktu : 6 (enam) Jam Pelajaran
Metoda : tatap muka/kelas/praktek kelas dan lapang,
Media : Makalah paparan, tanya jawab dan diskusi internal.
Sebelum membahas pokok materi pelaksanaan Pembagunan MDM peserta har-
us sudah mampu melakukan kegiatan deliniasi batas Sub DAS lokasi MDM dan
mengidentfkasi permasalahan-permasalahan pada calon lokasi MDM.
Untuk Fasilitator:
Apakah telah ada kesamaan pengertan peserta tentang Model DAS Mik-
ro?
Apakah Peserta sudah memiliki kemampuan dalam melakukan identfkasi
permasalahan biofsik dan sosial Sub DAS?
Berikan simulasi cara membatasi DAS di dalam peta?
Bagi peserta dalam beberapa kelompok untuk mensimulasikan FGD da-
lam perumusan masalah di dalam MDM.
Sampaikan bahan pelajaran untuk kesamaan pemahaman dan kemungki-
nan lain untuk pengembangan yang lebih baik.
Lakukan kunjungan lapang untuk fasilitasi kegiatan praktek lapangan dan
bagi peserta dalam beberapa kelompok serta lengkapi dengan lmbar kerja
dalam rangka inventarisasi dan identfkasi kondisi tapak lokasi MDM.
Lakukan FGD untuk perumusan rencana pelaksanaan kegiatan.
53
Lembar Informasi A.
Kerangka Pikir Pelaksanaan Pembangunan MDM 1.
Pelaksanaan pembangunan areal MDM dilakukan oleh instansi
teknis sektoral (Pemerintah, Satuan Kerja Perangkat Daerah/SKPD
Provinsi/ Kabupaten/Kota), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) serta
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sesuai dengan tugas dan kewenan-
gannya masing-masing dengan melibatkan masyarakat. Pelaksanaan
pembangunan MDM harus mengacu kepada Rencana Induk Pembangu-
nan Areal MDM yang telah ditetapkan serta didahului dengan penyusu-
nan Rancangan Pelaksanaan Kegiatan.Dengan demikian kegiatan/model
yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak tersebut mendukung pen-
capaian tujuan dan sasarannya sekaligus mendukung pencapaian tujuan
pembangunan MDM yang telah disepakat bersama. Diagram alir proses
pelaksanaan pembangunan MDM disajikan dalam Gambar 9.
2.
dalam un. Penyusunan rancangan
pela erintah, Satuan Kerja
Perangkat Daerah/SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota), BUMN, BUMD, BUMS atau LSM yang
ram/kegiatan. Rancangan pelaksanaan disusun sebelum kegiatan
kan (t-1) atau pada tahun yang
okasi kegiatan, (d) jenis kegiatan, (e) luaran/output, (f) strategi
l aan kegiatan, (g) anggaran kegiatan, (h) bahan/alat, (i) dokumentasi kegiatan, dan
l pelaksanaan kegiatan
Gambar 9.Diagram alir proses pelaksanaan pembangunan MDM
Penyusunan Rancangan Pelaksanaan Kegiatan
Rancangan pelaksanaan adalah rencana lebih detail (penjabaran) dari kegiatan
rencana induk pembangunan yang telah disus
ksanaan kegiatan dilaksanakan oleh instansi teknis sektoral (Pem
akan melaksanakan prog
dilaksanakan, idealnya setahun sebelum kegiatan dilaksana
sama saat kegiatan akan dilaksanakan (t-0).
Penyusunan rancangan ini harus dilakukan secara partisipatif, terutama dengan
melibatkan masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan (kelompok sasaran). Dalam
penyusunannya harus berkoordinasi dan berkonsultasi dengan semua pihak terkait,
khususnya BPDAS dan Bappeda. Dalam proses penyusunan rancangan ini, fasilitator (seperti
tenaga ahli, pemandu lapangan, LSM dan birokrat pemerintah terkait) dapat dilibatkan.
Rancangan kegiatan terutama yang bersifat fisik, dibuat dengan menggunakan peta skala
lebih besar dari atau sama dengan 1:2500.
Rancangan kegiatan mencakup unsur-unsur seperti yang disajikan dalam Tabel 9.
Paling sedikit ada sembilan unsur yang perlu direncanakan yaitu: (a) kelompok target, (b)
pelaku kegiatan, (c) tempat/l
pe aksan
(j) jadwa

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
MDM
RENCANA INDUK PEMB. MDM
Penyusunan Dokumen Rancangan
Pelaksanaan Kegiatan
PERUMUSAN RANCANGAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
Legalisasi Rancangan Pelaksanaan
Kegiatan
PELAKSANAAN PROGRAM DAN
IATAN/MODEL DALAM MDM
DI LAPANGAN
KEG
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
PENGUATAN KELEMBAGAAN
TAR PETANI DAN KOORDINASI AN
SEKTOR
Identifikasi Ciri Tapak Kegiatan
Perumusan Rancangan Pelaksanaan
Kegiatan
Gambar 9.Diagram alir proses pelaksanaan pembangunan MDM
Penyusunan Rancangan Pelaksanaan Kegiatan 2.
Rancangan pelaksanaan adalah rencana lebih detail (penjabaran) dari keg-
iatan dalam rencana induk pembangunan yang telah disusun. Penyusunan ran-
54
Modul Pelatihan
cangan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh instansi teknis sektoral (Pemer-
intah, Satuan Kerja Perangkat Daerah/SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota), BUMN,
BUMD, BUMS atau LSM yang akan melaksanakan program/kegiatan. Rancangan
pelaksanaan disusun sebelum kegiatan dilaksanakan, idealnya setahun sebelum
kegiatan dilaksanakan (t-1) atau pada tahun yang sama saat kegiatan akan dilak-
sanakan (t-0).
Penyusunan rancangan ini harus dilakukan secara partsipatf, terutama
dengan melibatkan masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan (kelompok
sasaran). Dalam penyusunannya harus berkoordinasi dan berkonsultasi dengan
semua pihak terkait, khususnya BPDAS dan Bappeda. Dalam proses penyusu-
nan rancangan ini, fasilitator (sepert tenaga ahli, pemandu lapangan, LSM dan
birokrat pemerintah terkait) dapat dilibatkan. Rancangan kegiatan terutama
yang bersifat fsik, dibuat dengan menggunakan peta skala lebih besar dari atau
sama dengan 1:2500.
Rancangan kegiatan mencakup unsur-unsur sepert yang disajikan dalam Ta-
bel 9. Paling sedikit ada sembilan unsur yang perlu direncanakan yaitu: (a) kel-
ompok target, (b) pelaku kegiatan, (c) tempat/lokasi kegiatan, (d) jenis kegiatan,
(e) luaran/output, (f) strategi pelaksanaan kegiatan, (g) anggaran kegiatan, (h)
bahan/alat, (i) dokumentasi kegiatan, dan (j) jadwal pelaksanaan kegiatan
Tabel 9. Unsur-unsur dan Uraian dalam Rancangan Kegiatan
No. Unsur Kegiatan Uraian
1 Kelompok target
Tetapkansiapa saja yang menjadisasaran pelaksanaan
rencana program/kegiatan, jumlahnya,serta peran/kontribusi
yang diharapkan
2 Pelaku kegiatan
Bila kelompok target bukan pelaku kegiatan, jelaskan siapa
pelaku dan apa yang dilakukannya
3 Tempat/Lokasi Tetapkan dimana kegiatan akan dilakukan
4 Jenis Kegiatan Uraikan kegiatan apa saja yang akan dilakukan
5 Luaran (output)
Uraikan/tetapkan luaran yang harus dicapai dari setiap
kegiatan
6
Strategi
pelaksanaan
kegiatan
Tetapkan cara/strategi melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan
7 Anggaran
Tetapkan berapa anggaran yang dibutuhkan, besar ang-
garan, sumber anggaran dan mekanisme pertanggungjawa-
ban penggunaannya
55
8 Bahan/Alat
Tetapkan bahan/alat apa saja yang dibutuhkanuntukpelaksa-
naan kegiatan, kualitasnya dan sumbernya
9 Jadwal
Tetapkan jadwal implementasi dari kegiatan-kegiatan yang
direncanakan
10 Dokumentasi
Pelaksanaan kegiatan harus terdokumentasi dengan baik
untuk keperluan pengawasan dan bahan masukan untuk
perencanaan selanjutnya. Oleh karena itu, metode dan
kegiatan dokumentasi harus direncanakan dengan baik
Kegiatan pokok dalam penyusunan rancangan pelaksanaan kegiatan ter-
diri dariIdentifikasi Ciri Tapak Kegiatan, Penyusunan Dokumen Rancan-
gan Kegiatan, dan Legalisasi Rancangan Kegiatan. Uraian masing-masing kegia-
tan pokok tersebut adalah sebagai berikut:
Identfkasi Ciri Tapak Kegiatan a.
Penyusunan rancangan pelaksanaan diawali dengan kegiatan identfkasi
lebih rinci mengenai ciri-ciri tapak kegiatan, yang meliput ciri-ciri biofsik, so-
sial ekonomi dan budaya termasuk kelembagaan sosial di lokasi tempat kegia-
tan pembangunan yang akan dilaksanakan.
Ciri Biofsik (i)
Komponen biofsik yang perlu pendalaman dalam hal tngkat ketelitan-
nya adalah data kontur, jenis tanah, saluran drainase dan penutupan
lahan. Data ini dapat diperoleh dengan melakukan survei lapangan den-
gan skala yang memadai, yaitu lebih besar dari 1:2.500.
Ciri Sosial, Ekonomi dan Budaya (ii)
Data sosial, ekonomi dan budaya yang diperlukan adalah jumlah dan
ukuran keluarga, tngkat pendapatan, sumber pendapatan, pola urban-
isasi, domisili (di dalam/di luar areal DAS mikro), luas dan status pen-
guasaan lahan, ketergantungan terhadap lahan, curahan tenaga kerja
untuk pertanian, kondisi pasar produk-produk pertanian, kondisi pasar
kredit, kondisi sarana dan prasarana perhubungan dan angkutan, ke-
beradaan dan kegiatan kelembagaan kerjasama masyarakat baik dalam
bidang ekonomi maupun sosial budaya.
Penyusunan Dokumen Rancangan Kegiatan b.
Dokumen rancangan pelaksanaan menguraikan rencana detail pelaksan-
aan kegiatan, dari mulai persiapan sampai rencana pelaksanaan pembangu-
nan. Dokumen Rancangan Pelaksanaan dari suatu program dan/atau kegiatan
meliput:
Latar Belakang (i)
56
Modul Pelatihan
Tujuan (ii)
Kondisi Tapak Kegiatan (iii)
Rancangan Kegiatan (sepert diuraikan dalam Tabel Unsurunsur dan (iv)
Uraian dalam Rancangan Kegiatan)
Peta-peta dan Gambar Teknik. (v)
Legalisasi Rancangan Kegiatan c.
Rancangan pelaksanaan kegiatan pembangunan MDM yang telah dis-
usun disahkan oleh kepala instansi pemilik program/kegiatan dan disampai-
kan kepada pihak-pihak terkait, misalnya Bappeda dan BPDAS.
Kegiatan Fisik yang dapat dilaksanakan dalam Areal MDM 3.
Kegiatan fsik yang bisa dilaksanakan di dalam areal model DAS mikro adalah
berbagai kegiatan pengelolaan DAS yang dilaksanakan oleh berbagai sektor da-
lam skala mikro DAS, berbagai kegiatan tersebut antara lain adalah:
Sektor Tata Ruang a.
Menekankan pada perencanaan tata guna lahan yang dilaksanakan
oleh pemerintahan desa/kecamatan dengan sektor-sektor yang terlibat dan
masyarakat untuk mengoptmalkan pemanfaatan lahan (pembagian zonasi)
di dalam MDM, baik pada kawasan budidaya maupun kawasan lindung.Peny-
usunan rencana tata guna lahan di MDM harus dilakukan secara partsipatf
bersama masyarakat dengan memperhatkan kondisi riil di lapangan, pera-
turan-peraturan yang ada dan mempertmbangkan aspek kelestarian sum-
berdaya alam itu sendiri.
Sektor Kehutanan b.
model hutan rakyat, model hutan desa, intensifkasi pekarangan, model
reboisasi, model wanafarma, model aneka usaha kehutanan, model pengem-
bangan tanaman unggulan lokal/endemik, model pengembangan hasil hu-
tan bukan kayu, model wanatani, pembuatan kebun bibit desa/persemaian,
model perlindungan mata air/rehabilitasi sumber mata air, model rehabilitasi
sempadan sungai, bangunan sipil teknis (dam penahan, dam pengendali, pen-
gendali jurang, pembuatan sumur resapan dan embung) dalam skala kecil.
Sektor Pekerjaan Umum c.
pembangunan sipil teknis untuk konservasi tanah dan air (embung, pena-
han erosi tebing, dam penahan, dam pengendali, sumur resapan) skala besar,
irigasi, arboretum di hulu DAS, penyediaan air baku dan perlindungan sumber
air.
Sektor Pertanian dan perkebunan d.
Model pengelolaan lahan pertanian dengan sistem terasering, mulsa,
rorak, model usaha tani konservasi lahan kering, model pemanfaatan lahan
di bawah tegakan/agroforestri, pengembangan model kebun campuran dan
57
model hortkultura.
Sektor Peternakan dan Perikanan e.
Penanaman pakan ternak, model silvopasture, model silvofshery, model
pemanfaatan biogas dan usaha peternakan terpadu.
Sektor Lingkungan Hidup dan Kesehatan f.
Monitoring kualitas air dan lingkungan, penanganan lingkungan (sampah,
limbah domestk dan industri), sanitasi air bersih.
Pemberdayaan Masyarakat 4.
Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan MDM ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk menda-
patkan manfaat sumberdaya alam secara optmal dan adil melalui pengemban-
gan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat di dalam areal MDM. Pemberdayaan masyarakat harus menjadi
bagian integral dalam pelaksanaan pembangunan MDM terutama untuk men-
gatasi berbagai permasalahan sosial ekonomi.Pemberdayaan masyarakat di-
fasilitasi oleh instansi pemerintah dan/atau lembaga non pemerintah terhadap
masyarakat secara partsipatf yang dapat dilakukan melalui fasilitasi pendidikan
danpelathan, penyuluhan, pendampingan, pemberian bantuan modal, advoka-
si, penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan kelembagaan petani dan
pengembangan usaha.
Pemberdayaan masyarakat harus terus dilakukan sampai masyarakat memi-
liki pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan kemampuan yang cukup dalam
mengelola sumberdaya di dalam DAS mikro sehingga masyarakat bisa mengelola
sumberdaya tersebut secara mandiri dan berkelanjutan.Untuk itu kegiatan pem-
berdayaan yang berbentuk pendampingan bisa terus dilaksanakan walaupun keg-
iatan fsik telah selesai dilaksanakan.Hal lain yang pentng dalam pemberdayaan
masyarakat dan kelestarian sumberdaya alam di lokasi MDM adalah penciptaan
atau peningkatan kegiatan-kegiatan of-farm agar masyarakat bisa mengurangi
ketergantungannya kepada lahan tetapi penghasilannya meningkat.
Penguatan Kelembagaan Petani dan Koordinasi Antar Sektor 5.
Penguatan kelembagaan petani di dalam areal MDM bisa dilakukan dengan
cara membentuk kelompok tani peserta areal model di dalam MDM. Apabila te-
lah terbentuk maka perlu terus ditngkatkan kapasitas dan kapabilitasnya melalui
pendampingan dan bantuan sarana dan prasarana sehingga bisa menjadi kelom-
pok tani yang mandiri dan berjalan secara efektf.Agar terjadi koordinasi, integra-
si, sinkronisasi dan sinergi (KISS) diantara para pihak yang terkait terutama pada
tngkat masyarakat maka sebaiknya dibentuk forum pengelolaan MDM. Forum
pengelolaan MDM merupakan wadah komunikasi dan koordinasi bagi kelom-
58
Modul Pelatihan
pok tani peserta areal model untuk berhubungan dengan instansi/para pihak
yang terlibat dalam pengelolaan program/kegiatan MDM. Forum dimaksud di-
harapkan bisa mewujudkan pengelolaan MDM secara terpadu yang dilaksana-
kan berdasarkan pembagian tugas dan tanggungjawab yang telah ditetapkan
dalam Rencana Induk Pembangunan MDM. Apabila di kabupaten lokasi MDM
telah terbentuk Forum DAS/Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS maka Forum
MDM yang dibentuk dapat menjadi salah satu komponen/unsur dari Forum
DAS/Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS yang sudah ada. Salah satu cara un-
tuk meningkatkan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Sinergi (KISS) di antara
para pihak yang terlibat adalah dengan melaksanakan pertemuan rutn minimal
2 (dua) kali dalam satu tahun sehingga dapat diketahui perkembangan/kema-
juan pembangunan MDM, masalah/kendala yang dihadapi dan mencari jalan
pemecahannya.
Pelaksanaan pembangunan MDM terdiri dari tahapan (1) penyusunan ran-
cangan pelaksanaan kegiatan yang meliput identfkasi ciri tapak kegiatan, pe-
rumusan rancangan pelaksanaan kegiatan, penyusunan dokumen rancangan
kegiatan, dan legalisasi rancangan; (2) penguatan kelembagaan petani dan koor-
dinasi antar sektor, (3) pelaksanaan program dan kegiatan/model dalam MDM
di lapangan; dan (4) pemberdayaan masyarakat. Adapun kegiatan yang dapat
dilaksanakan dalam areal MDM mencakup berbagai kegiatan dibidang tata ru-
ang, kehutanan, pekerjaan umum, pertanian dan perkebunan, peternakan dan
perikanan, dan lingkungan hidup dan kesehatan.
Lembar Penugasan C.
Kenapa penyusunan rancangan kegiatan harus dilaksankan secara partsi- 1.
patf? Jelaskan pendapat saudara!
Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur dalam penyusunan rancangan kegia- 2.
tan MDM?
Sektor apa saja yang harus dipertmbangkan dalam pelaksanaan kegiatan 3.
fsik MDM, sebutkan dan jelaskan?
D. Test/Evaluasi
Kegiatan yang paling pentng untuk dilaksanakan dalam rangka menyusun
perumusan rencana pelaksanaan kegiatan MDM adalah .(1).
Melalui kegiatan tersebut, seluruh aspirasi ..(2) dan masyarakat
59
akan terangkum dalam dokumen. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan
pembangunan MDM dapat berjalan dengan lancar. Diantara Sembilan unsur
yang harus direncanakan dalam rancangan kegiatan, unsur yang paling pent-
ing adalah (3). Identfkasi ciri tapak kegiatan adalah kegiatan rinci
mengenai (4). Dengan kegiatan tersebut maka (5)
dapat ditetapkan dengan tepat.
Bacalah dengan telit dan berikan tanda silang pada jawaban yang paling II.
tepat.
Kegiatan yang mencakup penetapan langkah-langkah yang akan dilaku- 1.
kan dalam pelaksanaan kegiatan MDM disebut:
Pelaku kegiatan a.
Jenis kegiatan b.
Strategi pelaksanaan kegiatan c.
Dokumentasi kegiatan. d.
Skala peta yang dianjurkan untuk analisis ciri biofsik adalah 2.
> 1: 2500 a.
1: 2500 - 1:5000 b.
1:5000 - 1:10000 c.
1:10000 - 1:50000. d.
Berikut merupakan kegiatan yang sangat pentng dalam merumuskan ran- 3.
cangan kegiatan MDM yaitu
Identfkasi ciri tapak kegiatan a.
Pemberdayaan masyarakat b.
Penguatan kelembagaan c.
Semua salah. d.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu 4.
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan ekonomi a.
Bebas bertndak dalam kegiatan MDM tanpa koordinasi dengan stake- b.
holder lain
Kemampuan mengelola sumberdaya DAS secara mandiri dan berkelan- c.
jutan
a dan c benar. d.
Pembangunan MDM ditujukan untuk: 5.
Meningkatkan kesejateraan masyarakat dalam DAS a.
Mendapatkan teknik pengelolaan DAS yang sesuai dengan permasala- b.
han
Menekan kebijakan pemerintah dalam kegiatan pengelolaan DAS c.
Tersedianya wadah untuk koordinasi dalam rangka pemecahan masalah. d.
60
Modul Pelatihan
3.5 MONITORING DAN EVALUASI MDM
Peserta mengetahui dan memahami konsep serta mampu melaksanakan Moni-
toring dan Evaluasipembangunan MDM.
Peserta mengetahui kerangka pikir Monitoring dan Evaluasi MDM 1.
Peserta mengetahui dan memahami ruang lingkup Monitoring dan Evaluasi 2.
MDM
Peserta memahami Metodologi pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi MDM 3.
Peserta mampu melakukan Monitoring dan Evaluasi MDM secara partsi- 4.
patf.
Waktu : 4 (empat) Jam Pelajaran (180 menit)
Metoda : tatap muka/kelas/praktek kelas.
Media : Makalah paparan, Tanya jawab dan Diskusi Internal.
Untuk Fasilitator:
Jelaskan kerangka pikir serta ruang lingkupMonitoring dan Evaluasi
MDM.
Jelaskan sarana dan prasarana yang di butuhkan dalam kegiatan Moni-
toring dan Evaluasi.
Simulasikan Data-data primer dalam mengambil kesmpulan hasil Moni-
toring dan Evaluasi.
Lembar Informasi A.
Maksud diadakannya Monitoring dan Evaluasi (Monev) Model DAS Mik-
ro (MDM) adalah untuk mengetahui status aspek biofsik, sosio-ekonomi dan
kelembagaan areal MDM sebagai dampak dari intervensi/kegiatan yang dilak-
sanakan dan selanjutnya sebagai bahan masukan bagi peningkatan dan per-
baikan program pengelolaan DAS terkait.Sasaran Monev MDM adalah segenap
penerima manfaat/benefciaries dari adanya kegiatan pembangunan MDM yang
meliput aspek biofsik areal MDM, ekonomi, sosial dan kelembagaan. Oleh kar-
ena itu sistem Monev yang dikembangkan perlu melibatkan segenap stakehold-
ersdengan pendekatan partsipasi, dengan tanggung jawab program monitoring
ada pada instansi/lembaga yang terkait dengan pengelolaan MDM (dan dapat
menjadi bagian dari Sistem Informasi Pengelolaan DAS). Pelaksanaan evaluasi
MDM dapat dilakukan oleh lembaga/instansi pemilik program/kegiatan, lemba-
ga independen atau masyarakat sesuai dengan tngkat kompetensi dan sumber-
daya yang tersedia.
Kegiatan monitoring sebenarnya sudah dimulai pada saat pengumpulan
data dasar sebelum kegiatan dilaksanakan yaitu pada waktu penyusunan ren-
cana induk pembangunan MDM dan penyusunan rancangan pelaksanaan keg-
61
iatan. Monitoring dan evaluasi suatu kegiatan dilaksanakan selama kurun waktu
pelaksanaan kegiatan yangbersangkutan sedangkan monitoring dan evaluasi
output dilaksanakan pada akhir periode setap kegiatan. Evaluasi dampak dari
program dan kegiatan di dalam MDM biasanya dilaksanakan beberapa tahun
setelah kegiatan berjalan.Dengan pendekatan partsipasi, pelaksanaan Monev
perlu melibatkan petani/kelompok tani dalam pengumpulan data dan berbagi
informasi diantara mereka mengenai implementasi dari berbagai program/keg-
iatan di dalam MDM dan status sumber daya DAS dalam lingkungan masyarakat
setempat.Dengan demikian diharapkan masyarakat termotvasi untuk melaku-
kan perbaikan yang diperlukan sebagai aksi tndak lanjut.BPDAS bertndak seba-
gai penanggung jawab dan fasilitator dalam pengumpulan data dan analisisnya
serta menyediakan bantuan teknis dan pelathan bagi petugas dan petani.
Monev MDM dilaksanakan dengan mengacu kepada Pedoman Monitoring
dan Evaluasi DAS sepert yang sudah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor P.04/V-Set/2009 tanggal 05
Maret 2009 tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai.
Akan tetapi selain Monev pada tngkat MDM (DASmikro) masih memungkinkan
untuk dilaksanakan Monev pada tngkat rumah tangga dan tngkat hamparan/
petak untuk setap areal model yang dibangun di lokasi DAS Mikro. Dalam Bab ini
akan dibahas: (a) Informasi Dasar, (b) Monev pada tngkat DAS Mikro (MDM), (c)
Monev pada tngkat rumah tangga dan hamparan/tapak/petak (site), (d) Evalu-
asi DampakIntervensi, dan (e) Peralatan dan Personil. Diagram alir Monev MDM
disajikan padaGambar 10.
Informasi Dasar 1.
Informasi dasar sebagai Baseline (Benchmark Informaton) menyatakan sta-
tus awal dari kondisi DAS mikro sebelum intervensi kegiatan dilaksanakan. Data
dan informasi dasar ini digunakan untuk menjamin bahwa (i) intervensi yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan, (ii) memungkinkan evaluasi dampak inter-
vensi, dan (iii) mengembangkan indikator kinerja sesuai dengan tujuan pem-
bangunan areal MDM. Informasi dasar ini sebagaimana diuraikan dalam bagian
terdahulu mulai dari tahap pemilihan lokasi sampai dengan deskripsi ciri tapak
yang menggambarkan potret kondisi awal areal MDM perlu didokumentasikan
dalam Rencana Induk Pembangunan MDM dan atau Rancangan Pelaksanaan se-
tap kegiatan di areal model.
Monitoring dan Evaluasi pada Tingkat MDM 2.
Monev pada tngkat MDM dilakukan sesuai dengan Pedoman Monitoring
dan Evaluasi DAS (Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutan-
an Sosial Nomor P.04/V-Set/2009), dengan menggunakan kriteria penggunaan
lahan, tata air, sosial, ekonomi dan kelembagaan. Adapun indikator-indikator
yang digunakan adalah sebagai berikut:
62
Modul Pelatihan
Kriteria Penggunaan Lahan a.
Lahan merupakan media tumbuh bagi segenap organisme (tumbuhan,
hewan dan manusia) dan wadah kegiatan ekonomi manusia.Indikator kuant-
tatf diperlukan untuk mendeskripsikan lahan itu sendiri, dan indikator kuali-
tatf diperlukan untuk menjelaskan potensi produksi dari tanah, dan keduanya
untuk menjelaskan kestabilan, kerentanan ataupun gangguan terhadap sub-
sistem lahan. Indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur kriteria
penggunaan lahan meliput:
Penutupan vegetasi (i )
Kesesuaian penggunaan lahan (i i )
Indeks erosi atau pengelolaan lahan (CP) (i i i )
Kerawanan tanah longsor. (i v)
Kriteria Tata Air b.
Kriteria tata air (hidrologi) dibedakan menurut sifat fsika dan morfolog-
inya menjadi air mengalir dan air stagnan (stll water), sedang sifat kimia air
sering digunakan untuk menjelaskan jenis batuan dari mana air itu mengalir.
Hal ini berlaku tdak hanya dari sistem alami, akan tetapi juga dari sistem ter-
bangun. Oleh karena itu, sifat kimia dan biologi air merupakan indikator yang
baik untuk menyatakan perubahan. Indikator-indikator dalam kriteria tata air
yang harus diukur adalah:
Debit air (i )
Koefsien aliran permukaan (i i )
Sedimentasi/konsentrasi sedimen/kekeruhan (i i i )
Untuk mendukung perhitungan indikator hidrologi di atas, perlu diukur data
curah hujan sebagai input kondisi tata air DAS mikro.
Kriteria Sosial, Ekonomi dan Kelembagaan c.
Kegiatan monev sosial, ekonomi dan kelembagaan dimaksudkan un-
tuk mengetahui perubahan nilai-nilai sosial, ekonomi dan kelembagaan
masyarakat sebelum, selama dan setelah adanya kegiatan MDM.Untuk keg-
iatan Monev pada tngkat MDM, indikator-indikator untuk kriteria sosial-
ekonomi-kelembagaan yang diukur adalah:
Kepedulian individu (i )
Partsipasi masyarakat (i i )
Tekanan penduduk terhadap lahan (i i i )
Ketergantungan penduduk terhadap lahan (i v)
Tingkat pendapatan (v)
Produktvitas lahan (vi )
Jasa lingkungan (vi i )
Pemberdayaan lembaga lokal/adat (vi i i )
Ketergantungan masyarakat kepada pemerintah (i x)
63
b
a
r

1
A
l
i
r

M
o
n
i
G
a
m
0
.
D
i
a
g
r
a
m

t
o
r
i
n
g

d
a
n

E
v
a
l
u
a
s
i

M
D
M

P
E
L
A
K
S
A
N
A
A
N

M
B
A
U
P
E
N
G
N
A
N

M
D
M
M
O
N
I
T
O
R
I
N
GM

D
D
A
N

E
V
A
L
U
A
S
I

M
T
i
n
g
k
a
M
i
k
t

D
A
r
o
S
T
i
n
g
k
a
t
R
u
m
a
h
T
a
n
g
g
a
T
i
n
g
k
a
H
a
m
p
a
r
(
P
e
t
a
k
ta
n
)
I
n
d
i
k
a
t
o
r
n
y
P
e
n
u
t
u
p
a
v
e
g
e
t
a
s
i
/
t
I
n
d
e
k
s

e
r
P
r
o
d
u
k
t
i
v
i
a
:

n
a
j
u
k

o
s
i
t
a
s

l
a
h
a
n
K
r
i
t
e
r
i
a

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n
L
a
h
a
n
,

I
n
d
i
k
a
t
o
r
n
y
a
:
P
e
n
u
t
u
p
a
n
v
e
g
e
t
a
s
i
K
e
s
e
s
u
a
i
a
n

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

l
a
h
a
n
I
n
d
e
k
s

e
r
o
s
i
T
a
n
a
h

l
o
n
g
s
o
r
K
r
i
t
e
i
r
,

i
n
d
i
k
D
e
i
r

s
u
n
K
o
t
r
a
s
i

l
i
r
a
p
e
a
a
n
r
i
a

t
a
t
o
r
b
i
t

a
n
s
e
n
S
e
d
i
m
e
n
K
o
e
f
i
s
i
e
n

a
r
m
u
k a
t
a

a
n
y
a
:
g
a
i
n
K
r
i
t
e
r
i
a

S
o
s
i
a
l
,

I
n
d
i
k
a
t
o
r
n
y
a
:
K
e
p
e
d
u
l
i
a
n

I
n
d
P
a
r
t
i
s
i
p
a
s
i

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
T
e
k
a
n
a
n

P
e
n
d
t
e
r
h
a
d
a
p

l
a
h
a
n
i
v
i
d
u
u
d
u
k
K
r
i
t
e
r
i
a

E
k
o
I
n
d
i
k
a
t
o
r
n
y
K
e
t
e
r
g
a
n
t
p
e
n
d
u
d
u
k
l
a
h
a
n
T
i
n
g
k
a
t

p
e
P
r
o
d
u
k
t
i
v
i
J
a
s
a

L
i
n
g
k
n
o
m
i
:
n
g
a
n
t
e
r
h
a
n
d
a
p
s

l
a
n
g
a
a
u
d
a
p
a
t
a
n
t
a
h
a
n
u
n
K
r
i
t
e
r
i
a

K
e
l
e
m
b
a
g
a
a
n

I
n
d
i
k
a
t
o
r
n
y
a
:
K
I
S
S
K
e
t
e
r
g
a
n
t
u
n
g
a
n

M
a
s
y

t
e
r
h
a
d
a
p

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
K
e
b
e
r
d
a
y
a
a
n

l
e
m
b
a
g
a

l
o
k
a
l
K
e
g
i
a
t
a
n

u
s
a
h
a

b
e
r
s
a
m
a
I
n
d
i
k
a
t
K
e
t
e
t
h
d
p
T
i
n
g
p
e
n
d
K
e
p
e
P
a
r
t
i
o
r
n
y
a
:
r
g
a
n
t
u
n
g
a
n

k
e
l
u
a
r
g
a

l
a
h
a
n
k
a
t

/
p
e
r
u
b
a
h
a
n

a
p
a
t
a
n

k
e
l
u
a
r
g
a
d
u
l
i
a
n

i
n
d
i
v
i
d
u
s
i
p
a
s
i

K
e
l
u
a
r
g
a
R
E
K
O
m
p
a
n

B
a
l
i
k
a
k
s
a
n
a
a
n

M
E
N
D
A
S
I

b
a
g
i

r
e
n
c
a
n
a

d
a
n

p
r
o
g
r
a
m

&

k
e
g
i
a
t
a
n
U
p
e
l
G
a
m
b
a
r

1
0
.
D
i
a
g
r
a
m

A
l
i
r

M
o
n
i
t
o
r
i
n
g

d
a
n

E
v
a
l
u
a
s
i

M
D
M
64
Modul Pelatihan
Kondisi KISS (x)
Kegiatan usaha bersama. (xi )
Untuk kepentngan penelitan atau kepentngan lain yang memerlukan in-
dikator yang lebih lengkap, selain dengan menggunakan indikator-indikator
tersebut di atas, bisa juga dengan menggunakan indikator tambahan sepert
dikemukakan dalam Tabel 10.
Monitoring dan Evaluasi pada Tingkat Rumah Tangga dan Hamparan/ 3.
Petak
Selain melakukan monev pada tngkat MDM, untuk mengukur dampak keg-
iatan/model yang dilaksanakan di dalam MDM, maka perlu dilakukan monev
pada tngkat rumah tangga dan pada tngkat hamparan.
Monitoring dan evaluasi pada tngkat rumah tangga a.
Monitoring dan evaluasi pada tngkat rumah tangga dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh pelaksanaan suatu kegiatan/model di dalam MDM ter-
hadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang terlibat dalam pelak-
sanaannya. Indikator-indikator yang bisa digunakan adalah (i) Ketergantungan
keluarga terhadap lahan, (ii) Tingkat atau perubahan pendapatan keluarga,
(iii) Kepedulian individu, dan (iv) Partsipasi keluarga dalam program/kegiatan
MDM.
Tabel 10. Indikator Monitoring dan Evaluasi MDM Tambahan untuk Keperluan
Tertentu sepert Penelitan
No. Kriteria Indikator
1. Penggunaan lahan
lahan
Indikator kualitas tanah: pH, CEC, cemaran; 1)
Tingkat keanekaragaman hayati; 2)
Tingkat biomasa tanaman; 3)
Tumbuhan dan hewan dilindungi; 4)
Indikatoralami,sepertijenis tanamantertentu, dsb. 5)
2. Hidrologi Kandungan bahan pencemar; 1)
Regime suhu air; 2)
BOD; 3)
Kesadahan; dsb. 4)
Tinggi muka air tanah (water table level) dan fuktuasinya; 5)
Gerakan air tanah dan fuktuasinya; 6)
Kualitas air tanah: regime suhu;pH, CEC; 7)
Cemaran: E.Coli, pestisida, logam berat, dsb. 8)
65
3. Cuaca Kelembaban (besar dan daurnya). 1)
Rasio curah hujan-evaporasi. 2)
4. Sosial-Ekonomi-
Kelembagaan
Status tenurial lahan yang dikuasai 1)
Konfik pertanahan 2)
Input-output usaha tani 3)
Harga-harga faktor produksi dan hasil produksi 4)
Migrasi penduduk 5)
Kondisi kesenjangan pendapatan 6)
Diversifkasi sumber pendapatan keluarga 7)
Aksesibilitas kepada pasar kredit 8)
Aksesibilitas kepada pasar input dan output pertanian 9)
Kesempatan kerja. 10)
Monitoring dan evaluasi pada tngkat hamparan petak b.
Monev pada tngkat hamparan (petak) dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh suatu kegiatan/modelterhadap kondisi biofsik (lahan dan tata air).
Indikator-indikator yang bisa digunakan adalah: (i) Penutupan vegetasi/tajuk,
(ii) Indeks erosi, perkembangan laju erosi, dan (iii) Produktvitas lahan.
Evaluasi Intervensi Program dan Kegiatan 4.
Pendekatan umum evaluasi program dan kegiatan adalah membandingkan
realisasi pelaksanaan program dan kegiatan terhadap rencana yang telah disusun
sebelumnya. Evaluasi yang paling mudah adalah melihat sejauh mana kesesua-
ian input dan proses pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan dibandingkan
dengan standar operasionalprosedur dan apakah output/luaran sesuai dengan
target yang telah ditetapkan. Jika terjadi ketdaksesuaian/deviasi harus dianalisis
penyebab dan akibatnya. Sedangkan evaluasi dampak dari intervensi pemban-
gunan areal MDM adalah menilai kinerja MDM dengan membandingkan antara
dengan dan tanpa program MDM atau sebelum dan sesudah program MDM.
Evaluasi dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan baik buruknya kinerja
MDM.
Manfaat utama dari monev kegiatan antara lain adalah terdokumenta-
sikannya kegiatan dan perubahan yang terjadi untuk digunakan sebagai salah
satu bahan masukan dalam pengembangan dan advokasi program dan kegia-
tan selanjutnya. Manfaat lainnyaadalah untuk mendukung perubahan perilaku
masyarakat untuk peningkatan kualitas lingkungan sumberdaya alam khususnya
di areal MDM.
Peralatan dan Personel 5.
Peralatan a.
66
Modul Pelatihan
Peralatan yang diperlukan untuk monev MDM terutama meliput fasilitas
dan alat ukur untuk hidrologi dan hidrometri sebagai berikut (untuk spesifkasi
teknis, instalasi, cara operasi dan pengelolaan datanya dapat mengacu pada
buku panduan terkait):
Alat pengukur curah hujan manual (Ombrometer) dan pengukur curah (i)
hujan otomats (Automatc Rainfall Recorder/ARR) Tipe Pias atau Tipe
Tiping Bucket/Logger);
Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) yang meliput alat pengukur kece- (ii)
patan aliran sungai (Currentmeter), alat pengukur tnggi muka air (Pa-
pan Duga/Piskal dan pencata tnggi muka air otomats/Automatc Water
Level Recorder=AWLR), yang dilengkapi dengan bangunan sesuai den-
gan kondisi/profl sungai dan spesifkasi alat yang dipasang.
Alat ukur sedimen ( (iii) sediment sampler), manual maupun otomats. Pen-
gukuran manual biasanya diambil dalam botol yang kemudian ditm-
bang endapannya sedangkan yang otomats biasanya dengan mengukur
tngkat kekeruhan.
Alat ukur kualitas air dengan menggunakan (iv) water quality kit atau
dengan pengambilan contoh air dan dikirim ke laboratorium.
Alat ukur aliran permukaan dan erosi, salah satunya dengan mengguna- (v)
kan Petak/Bak Ukur Aliran Permukaan dan Erosi. Cara lain yang dapat
digunakan untuk mengukur erosi adalah dengan metode stck, bridge,
metode botle.
Untuk keperluan khusus sepert penelitan yang membutuhkan peralatan
lebih lengkap maka bisa menambahkan peralatan sepert panci evaporasi/pan
evaporaton (panci kelas A); Solar Radiometer (alat ukur radiasi matahari), Ter-
mometer maks-min; Hygrometer (pengukur kelembaban udara); atau Auto-
matc Weather Staton (AWS) yang mampu merekam/mengukur unsur-unsur
cuaca.Selain fasilitas atau alat ukur di atas, monev MDM terutama untuk mo-
nev pada tngkat rumah tangga dan petak dapat menggunakan peralatan lain
yang diperlukan sepert kuisioner, kamera digital, kamera video, alat proyeksi
untuk mengukur tajuk, peta-peta tematk, citra satelit, foto udara, dan perala-
tan GIS.
Personel b.
Personel dalam kegiatan monev disesuaikan dengan kebutuhan dan kom-
petensi.Tenaga fungsional Pengendali Ekosistem Hutan di BPDAS dengan ber-
bagai latarbelakang disiplin ilmunya dapat berperan pentng dalam pelaksan-
aan monev MDM baik pada tngkat rumah tangga, hamparan maupun tngkat
mikro DAS.Apabila kegiatan-kegiatan di dalam MDM dijadikan laboratorium
lapangan untuk lembaga penelitan dan/atau perguruan tnggi, maka para pe-
nelit dan mahasiswa dapat berperan pentng dalam pelaksanaan monev ini.
67
Hasil-hasil penelitan tersebut menjadi data dan informasi yang berguna bagi
pembelajaran dan penyebarluasan pengetahuan dan teknologi dalam bidang
pengelolaan DAS.
Kegiatan monev dapat dilakukan secara partsipatf dengan melibatkan
masyarakat yang mendapatkan manfaat langsung atau tdak langsung dari keg-
iatan MDM. Kegiatan monev partsipatf ini bertujuan antara lain:
Mendukung penguatan kelompok masyarakat dalam kegiatan monev ter (i)
hadap kegiatan yang pernah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat,
Sebagai sarana untuk penguatan jaringan masyarakat dan forum MDM, (ii)
Keberlanjutanpelaksanaanprogramdankegiatanmasyarakat di masa (iii)
yang akan datang.
Pendekatan kegiatan monev partsipatf menekankan pada proses belajar
yang dilakukan oleh masyarakaterhadap kegiatan yang dilakukan masyarakat
sehingga akan menjadi landasan yang cukup kuat untuk mendukung keberlan-
jutan program atau kegiatan di tngkat masyarakat.
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Model DAS Mikro (MDM) ditu-
jukan untuk mengetahui status aspek biofsik, sosioekonomi dan kelembagaan
areal MDM sebagai dampak dari intervensi/kegiatan yang dilaksanakan dan
selanjutnya sebagai bahan masukan bagi peningkatan dan perbaikan program
pengelolaan DAS terkait.Monitoring dan evaluasi suatu kegiatan dilaksanakan
selama kurun waktu pelaksanaan kegiatan yangbersangkutan sedangkan moni-
toring dan evaluasi output dilaksanakan pada akhir setap kegiatan. Monitoring
dan evaluasi MDM dilaksanakan dengan mengacu kepada Pedoman Monitoring
dan Evaluasi DAS sepert yang sudah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor P.04/V-Set/2009 tanggal 05
Maret 2009 tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai.
Kegiatan monev MDM dapat dilaksanakan pada tngkat DAS, rumah tangga, dan
hamparan/petak.Adapun kriteria yang digunakan dalam kegiatan monev MDM
meliput kriteria penggunaan lahan, tata air, dan sosial-ekonomi-kelembagaan.
Lembar Penugasan C.
Jelaskan maksud dilakukannya kegiatan monitoring dan evaluasi MDM! 1.
Jelaskan secara deskriptf diagram alir proses monitoring dan evaluasi 2.
MDM!
Sebutkan parameter apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan 3.
kegiatan monev pada skala rumah tangga/petak selain contoh yang
telah diberikan pada materi dan jelaskan!
68
Modul Pelatihan
Test/Evaluasi D.
Kegiatan .(1) dimulai pada saat pengumpulan data dasar sebe-
lum kegiatan dilaksanakan yaitu pada waktu penyusunan rencana induk
pembangunan MDM dan penyusunan rancangan pelaksanaan kegiatan se-
dangkan kegiatan .(2) dilakukan setelah data-data terkumpul
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan.
Pendekatan (3) dalam pelaksanaan Monev sangat membantu
dalam pengumpulan data dan berbagi informasi. Unsur yang paling pentng
dalam melakukan kegiatan monev MDM adalah (4). Adapun
kriteria yang digunakan dalam kegiatan monev yaitu ..(5).
Bacalah dengan telit dan berikan tanda silang pada jawaban yang paling AI.
tepat.
Status awal dari kondisi suatu DAS dapat diketahui melalui: 1.
Informasi dasar a.
Wawancara dengan penduduk b.
Peta tanah c.
Penghasilan penduduk. d.
Hasil kegiatan monev MDM dapat digunakan sebagai acuan untuk 2.
Melanjutkan tdaknya kegiatan di tahun yang akan datang a.
Memperbaiki metode pelaksanaan kegiatan b.
Menilai keberhasilan kegiatan yang telah dilaksanakan c.
Semuanya benar. d.
Indikator-indikator yang digunakan untuk kriteria penggunaan lahan 3.
yaitu
Penutupan vegetasi dan kesesuaian penggunaan lahan a.
Debit air dan koefsien aliran permukaan; b.
Indeks erosi atau pengelolaan lahan (CP), c.
a dan c benar. d.
Berikut ini peralatan yang dapat digunakan dalam kegiatan monev MDM 4.
kecuali:
Alat ukur curah hujan a.
Contoh kualitas air b.
Kuisioner sosial ekonomi penduduk c.
Hanya b yang benar. d.
Kegiatan monev MDM berbasis partsipasi bertujuan untuk: 5.
Menjamin keberlanjutan program a.
Sarana penguatan jaringan masyarakat dan forum MDM b.
69
Menjaring pihak yang sangat kompeten dalam kegiatan c.
Tidak ada yang benar. d.
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PENGORGANISASIAN MDM 3.6
Peserta mengetahui dan memahami konsep pengorganisasian MDM.
Peserta memahami pengertan prganisasi dan kelembagaan 1.
Peserta mampu membedakan pemahaman organisasi dan kelembagaan 2.
Peserta mengert dan memiliki kemampuan dalam merumuskan konsep ko- 3.
laborasi dalam pengelolaan MDM.
Waktu : 2 (dua) Jam Pelajaran (90 menit)
Metoda : tatap muka/kelas/simulasi
Media : Makalah paparan, tanya jawab dan diskusi internal.
Untuk Fasilitator:
Jelaskan tentag teori kelembagaan dan rrganisasi
Jelaskan konsep pengorganisasian dan pengelolaan MDM
Jelaskan manajemen kolaborasi dalam pengelolaan MDM.
Lembar Informasi A.
Secara umum permasalahan utama dalam pembangunan pengelolaan DAS
adalah belum mantapnya insttusi dan lemahnya sistem perencanaan yang kom-
prehensif. Gejala umum yang tmbul dari kondisi di atas antara lain: (1) masyarakat
dalam DAS masih ditempatkan sebagai objek dan bukan subjek pembangunan,
(2) manfaat pembangunan lebih banyak dinikmat oleh elit-elit tertentu dan be-
lum terdistribusi secara merata, (3) masyarakat belum mampu untuk berpart-
sipasi secara nyata dalam proses pembangunan, (4) masyarakat masih menjadi
bagian terpisah (eksternal) dari ekosistem DAS (Karyana 2001).
Permasalahan utama dalam pengelolaan DAS dan konservasi tanah
berkaitan dengan masalah kelembagaan berupa: (1) perbedaan sistem nilai
(value) masyarakat berkenaan dengan kelangkaan sumberdaya sehingga penan-
ganan persoalan di Jawa berbeda dengan di luar Jawa, (2) orientasi ekonomi
yang kuat tdak diimbangi komitmen terhadap perlindungan fungsi lingkungan
yang berimplikasi pada munculnya persoalan dalam implementasi tata ruang, (3)
persoalan laten berkaitan dengan masalah agraria dan (4) kekosongan lembaga/
instansi pengontrol pelaksanaan program (Marwah 2001).
Pengertan Kelembagaan dan Organisasi 1.
Konsep Kelembagaan a.
Kebijakan dan kelembagaan (insttusi) sulit dipisahkan, sepert dua sisi
sekeping mata uang. Kebijakan yang bagus tetapi dilandasi kelembagaan
yang jelek tdak akan membawa proses pembangunan mencapai hasil secara
70
Modul Pelatihan
maksimal. Demikian juga sebaliknya, kelembagaan yang bagus tetapi kebi-
jakannya tdak mendukung juga membuat tujuan pembangunan sulit dicapai
sesuai harapan. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan pembangunan
seringkali bersumber dari kegagalan negara dan pemerintah dalam membuat
dan mengimplementasikan kebijakan yang benar serta mengabaikan pem-
bangunan kelembagaan yang seharusnya menjadi dasar dari seluruh proses
pembangunan baik sosial, ekonomi, politk, teknologi maupun pengelolaan
sumber daya alam. Ringkasnya kegagalan terjadi karena tata kelola pemerin-
tahan yang buruk.
Berbicara tentang kelembagaan atau insttusi, umumnya pandangan
orang lebih diarahkan kepada organisasi, wadah atau pranata. Organisasi han-
yalah wadahnya saja, sedangkan pengertan lembaga mencakup juga aturan
main, etka, kode etk, sikap dan tngkah laku seseorang atau suatu organisasi
atau suatu sistem. Bayangkan apa yang akan terjadi di dalam suatu tm kerja,
kelompok masyarakat atau tm olah raga tertentu yang memiliki organisasi
tetapi tdak ada aturan mainnya? Kebijakan adalah intervensi pemerintah
(dan publik) untuk mencari cara pemecahan masalah dalam pembangunan
dan mendukung proses pembangunan yang lebih baik. Kebijakan adalah up-
aya, cara dan pendekatan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan
yang sudah dirumuskan. Kebijakan bisa juga merupakan upaya pemerintah
untuk memperkenalkan model pembangunan baru berdasarkan masalah
lama. Kebijakan juga adalah upaya untuk mengatasi kegagalan dalam proses
pembangunan. Kegagalan itu bisa kegagalan kebijakan itu sendiri, kegagalan
pemerintah dan negara, kegagalan dalam bidang kelembagaan, kegagalan
dalam ekonomi, perdagangan dan pemasaran dan sebagainya (Djogo et al.
2003).
Merangkum dari berbagai pengertan tentang kelembagaan, Djogo et
al.(2003) mengemukakan bahwa yang dimaksud kelembagaan adalah:Suatu
tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang
saling mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia
atau antara organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan
dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma,
kode etk aturan formal maupun informal untuk pengendalian prilaku sosial
serta insentf untuk bekerjasama dan mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, yang merupakanunsur-unsur
pentng dalam kelembagaan meliput:
Insttusi merupakan landasan untuk membangun tngkah laku sosial i)
masyarakat
Norma tngkah laku yangmengakar dalam masyarakat dan diterima se- ii)
cara luasuntuk melayani tujuan bersama yang mengandung nilai ter-
71
tentu dan menghasilkan interaksi antar manusia yang terstruktur
Peraturan dan penegakan aturan/hukum iii)
Aturan dalam masyarakat yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama iv)
dengan dukungan tngkah laku, hak dan kewajiban anggota
Kode etk v)
Kontrak vi)
Pasar vii)
Hak milik ( viii) property rights atau tenureship)
Organisasi ix)
Insentf untuk menghasilkan tngkah laku yang diinginkan. x)
Konsep Organisasi b.
Sama halnya dengan kelembagaan, setdaknya juga ada 5 (lima) tekanan
yang diberikan kepada istlah organisasi atau keorganisasian.
Pertama, istlah organisasi sosial (social organizaton) diartkan sebagai
kesalinghubungan antar bagian, yang dinilai esensial bagi tercapainya suatu
kesatuan sosial, baik pada satu grup kecil, komunitas, maupun masyarakat
yang lebih luas. George C. Hommans dalam The Human Groups, tahun 1950,
dengan tekanan pada sistem sosial menyatakan bahwa social organizaton
merupakan the interrelated parts of social system are interacton, and
sentment, organisasi sosial mengacu kepada adanya kesalinghubungan baik
berupa integrasi maupun diferensiasi yang terjadi baik pada bidang ekonomi,
politk, dan bagian lain dalam masyarakat.
Kedua, berkenaan dengan aspek peran.Kesalinghubungan tersebut dibu-
tuhkan karena tap bagian memiliki peran yang berbeda-beda.Talcot Parsons
dalam General Theory in Sociology, menyatakan bahwa semua sistem sosial
diorganisasikan dalam kesadaran bahwa mereka berbeda secara struktural.
Jadi, tekanannya ada pada peran yang disadari berbeda, dan stuktur.Peran
dan struktur inilah yang menjadi fokus organisasi sosial.
Ketga, berkenaan dengan struktur. Dalam perkembangannya, istlah or-
ganisasi sosial memiliki dua penggunaan: (a) to refer the partcular kind
of organizaton under study (e.g. the social organizaton of a factory), and (b)
casually, as a synonym for social structure or related term.Terlihat bahwa
defnisi yang kedua memberi tekanan pada struktur. Satu penulis lain yang
menguatkan pendapat ini adalah Uphof.Ia menyatakan bahwa organisasi
merupakan suatu struktur dari peran yang diterima, yang dihasilkan dari in-
teraksi peran. Organizatons are structures of recognized and accepted roles.
The structures that results from interactons of roles can be complex or sim-
ple (Uphof 1986: 8).
Demikian pula dengan Beals et al. (1977) yang melihat bahwa struktur
sosial merupakan fokus pokok ketka membicarakan organisasi sosial.Penggu-
72
Modul Pelatihan
naan kata struktur merupakan perluasan dari konsep struktur yang biasa di-
gunakan dalam mengkaji masyarakat, yang berkenaan dengan status, posisi,
peran, serta label. Analisa tentang struktur dalam membicarakan grup primer,
face to face grup, maupun grup sekunder, perbedaannya terletak pada ba-
gaimana keanggotaan dicapai, apa yang anggota lakukan, bagaimana keputu-
san dibuat, seberapa tngkat keformalannya, dan seberapa hierarkisnya.
Berdasarkan pemahaman dasar teori evolusi, perkembangan dunia yang
terjadi dianggap terjadi secara linier akan dicirikan terutama oleh semakin
meningkatnya diferensiasi peranan. Pada gilirannya, setap peran membutuh-
kan koordinasi; dimana struktur, dalam art penentuan posisi serta perannya,
merupakan pengendali berjalannya suatu sistem sosial.
Keempat, selain posisi dan tugas, tujuan juga menjadi penentu yang
pokok dalam suatu organisasi sosial.Ciri utama organisasi dibandingkan den-
gan kelembagaan, menurut sebagian penulis, adalah kelompok sosial yang
memiliki tujuan. Dengan kata lain, tujuanlah yang mengawali terbentuknya
suatu organisasi. Implikasi dari kalimat ini secara tak langsung ingin mengata-
kan bahwa kelembagaan seolah-olah terbentuk bukan karena tujuan.Hal ini
tentu tak sepenuhnya benar, karena kelembagaan juga terbentuk karena ber-
orientasi pada tujuan, meskipun terbentuknya lambat laun, sehingga seolah
tdak disadari.
Kelima, formalitas. Menurut Berelson dan Steiner (1964), ada empat ciri
yang dimiliki oleh organisasi sosial, yaitu: formalitas, hirarkhi, besarnya dan
kompleksnya, serta lamanya (duraton). Formalitas dicirikan oleh perumusan
tertulis peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan,
tujuan, strategi dan lain-lain.Hirarkhi merupakan suatu pola kekuasaan dan
wewenang yang berbentuk piramida.Sementara, besarnya dan kompleksnya
suatu organisasi terjadi karena anggotanya banyak, hubungan antar anggota
tdak langusng (impersonal).Hal ini merupakan gejala birokrasi.Dan terakhir,
aspek lamanya (duraton), dicirikan oleh eksistensinya yang lebih lama dari-
pada keanggotaan orang-orang di dalam organisasi tersebut.
Satu hal yang sedikit membingungkan adalah, istlah organisasi memiliki
dua penggunaan sekaligus, yaitu merefer kepada jenis khusus dari organisasi
dan sebagai sinonim terhadap struktur sosial atau hal-hal lain seputarnya.
Selain itu, kata organisasi juga merefer untuk menunjukkan suatu tpe
grup yang biasanya disebut sebagai birokrasi.Sosiolog dan ahli flsafat so-
sial generasi pertama menggunakan istlah tersebut dengan melihat kepada
masyarakat, sedangkan sosiolog terakhir menggunakannya ketka membicar-
akan tentang grup dengan seluruh ukuran. Dengan kata lain, organisasi dulu
diberi konteks yang lebih luas, dan kemudian menciut terbatas hanya untuk
konteks yang lebih sempit.
73
Organisasi sosial dapat dianalisis melalui tga level, yaitu dalam relasi
antar pribadi, dalam asosiasi dan komunitas, dan dalam masyarakat. Subjek
tersebut lebih jauh berkaitan dengan suatu cara yang umum dalam pemba-
hasannya pada grup primer, asosiasi, keluarga, religi, pendidikan, minoritas,
serta kriminal dan delinquency.Istlah organisasi sosial menunjuk kepada se-
kumpulan orang yang saling berhubungan untuk memfasilitasi dan melaksan-
akan aktvitas dari satu grup atau komunitas tertentu. Suatu organisasi dapat
dipandang secara struktural dan secara proses.
Analisa secara struktural adalah melihat hubungan atau bagaimana cara
anggota diorganisasikan, khususnya berkenaan dengan posisi masing-masing
anggota. Sedangkan analisa secara proses, mempelajari berbagai aktvitas
yang dipakai untuk menjaganya (maintain). Dalam topik organisasi sosial
juga dipelajari apa perilaku yang diharapkan dari anggota, dalam konteks
boleh dan tdak boleh. Jika dicermat, tampaklah bahwa analisis secara struk-
tural lebih dekat dengan apa yang kita kenal dengan aspek organisasi, sedan-
gkan analisa prosesual selaras dengan aspek kelembagaannya.
Penelahaan pada suatu keluarga int (nuclear familiy) misalnya, maka
yang dimaksud dengan status terdiri dari orang tua, suami, istri, ayah, ibu,
anak laki-laki, anak perempuan, saudara laki-laki, dan saudara perempuan.
Sedangkan aspek proses membicarakan tentang apa peran yang dilakukan
pada status tersebut, yang diharapkan untuk dijalankannya, serta berbagai
perilaku yang individu-individu tersebut tunjukkan. Perluasan pembicaraan
tentang status secara lebih jauh, yaitu yang berkenaan dengan status atau
posisi, peran, dan label; akan sampai kepada struktur sosial.
Dalam organisasi sosial dibicarakan tentang berbagai bentuk yang dibeda-
kan misalnya atas bagaimana keanggotaan dicapai, apa yang anggota lakukan,
bagaimana keputusan dibuat, seberapa tngkat keformalannya, dan seberapa
hirarkis mereka. Atas dasar pembagian ini kita mengenal adanya grup primer,
kelompok tatap muka (face to face grup), dan grup sekunder.Sesungguhnya
masih banyak lagi pendapat para ahli tentang keorganisasian yang belum di-
cakup dalam tulisan ini karena organisasi sosial merupakan salah satu bidang
kajian pokok dalam sosiologi.Dalam perkembangan terbaru, pembedaan atas
besarannya menghasilkan berbagai cabang kajian sosologi, sehingga dikenal
sosiologi kelompok kecil, sosiologi organisasi, sosiologi organisasi formal, so-
siologi keluarga dan kekerabatan.
Berdasarkan paparan teori diatas dapat di tarik benang merah hal-hal
yang membedakan antara kelembagaan dan organiasai antara lain:
Kelembagaan cenderung tradisional, sedangkan organisasi cenderung i)
modern (Uphhof 1986).
Kelembagaan dari masyarakat itu sendiri dan organisasi datang dari atas. ii)
74
Modul Pelatihan
Menurut Tjondronegoro lembaga semakin mencirikan lapisan bawah dan
lemah, dan organisasi mencirikan lapisan tengah dengan orientasi ke atas
dan kota.
Kelembagaan dan organisasi berada dalam satu kontnum, dimana organ- iii)
isasi adalah kelembagaan yang belum melembaga (Uphof 1986).
Organisasi merupakan bagian dari kelembagaan (Binswanger dan Rut- iv)
tan 1978). Dalam konteks ini, organisasi merupakan organ dalam suatu
kelembagaan. Keberadaan organisasi menjadi elemen teknis pentng yang
menjamin beroperasinya kelembagaan.
Pengorgnisasian Pembangunan Model DAS Mikro (MDM) 2.
Pembangunan MDM mencakup berbagai kegiatan pokok yang melibatkan
para pihak (stakeholders) yaitu (a)persiapan, (b) pemilihan lokasi, (c) perenca-
naan, (d) pengorganisasian, (e) pelaksanaan dan (f) monitoring dan evaluasi.
Keterlibatan masing-masing pihak untuk setap kegiatan perlu dioptmalkan dan
dikoordinasikan secara sinergi agar tujuan-tujuan pembangunan MDM dapat di-
capai secara efektf dan efsien.Langkah awal untuk tercapainya hal ini adalah
melakukan analisis peran-serta masing-masing pihak dalam setap tahapan keg-
iatan pembangunan hingga monitoring dan evaluasi.
Proses analisis peran tersebut terlebih dahulu dilakukan melalui identfkasi
para pihak dan jenis-jenis peran yang mungkin dilakukan dalam pembangunan
MDM. Secara garis besar, ada tujuh jenis peran pokok yang mungkin dapat dilak-
sanakan setap pihak yaitu: (a) pemrakarsa, (b) penyusun, (c) penilai, (d) penge-
sah, (e) pelaksana, (f) penanggung jawab, dan (g) pembina teknis. Pada suatu
kegiatan, peran dari satu pihak (dinas/instansi) dapat lebih dari satu jenis.Karena
salah satu tugas pokok BPDAS adalah membangun areal model pengelolaan DAS
sementara pembangunannya harus dilakukan secara partsipatf dengan meli-
batkan para pihak terkait, maka Seksi Kelembagaan BPDAS harus berperan aktf
dalam setap tahapan kegiatan pembangunan MDM.
Pentngnya peranan BPDAS ditunjukan denganperan gandanya dalam setap
tahapan kegiatan pembangunan. Sebagai contoh, dalam pemilihan lokasi MDM,
BPDAS akan berperan sebagai pemrakarsa, sekaligus pelaksana dan penanggung
jawab. Sedangkan instansi-instansi pemda akan berperan terutama dalam per-
encanaan dan pembinaan teknis pada tahap pelaksanaan pembangunan fsik di
lapangan. Pihak Perguruan Tinggi dan LSM akan banyak berperan dalam kepak-
aran berbagai ilmu dan pembinaan teknis, khususnya pendampingan masyarakat.
Pihak lainnya sepert masyarakat dan badan usaha yang secara langsung men-
gelola lahan areal MDM akan sangat berperan dalam tahap perencanaan dan
pelaksanaan.
Dalam realitas, peran masing-masing pihak dalam pembangunan MDM
harus disesuaikan dengan kondisi setempat dan negosiasi antar pihak terkait.
75
BPDAS sebagai UPT Pusat berperan dalam menjembatani tata hubungan kerja
kelembagaan pada setap tahapan pembangunan MDM. Contoh mengenai pem-
bagian peran dalam pembangunan MDM di antara para pihak (stakeholders) da-
pat dilihat pada Tabel 11. Hasil analisis peran tersebut di atas akan berguna da-
lam membangun kelembagaan pengelola MDM. Bentuk kelembagaan pengelola
yang defnitf dapat dibentuk hanya apabila analisis peran telah selesai dilakukan,
dan setelah mendapat kesepakatan dari semua pihak terkait. Oleh karena itu,
tdak mungkin menetapkan struktur organisasi pengelola MDM secara apriori.
Setap MDM memiliki ciri kondisi biofsik, sosial ekonomi, budaya dan kelem-
bagaan tersendiri yang mungkin berbeda dengan MDM lainnya sehingga peran
dari masing-masing lembaga yang ada bisa berbeda dengan contoh Tabel 11.
Manajemen Kolaboratf dalam Pembangunan MDM 3.
Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat,
petani dan pemerintah untuk memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air
secara terintegrasi di dalam suatu DAS. Aktftas masyarakat di suatu bagian DAS
akan berdampak pada bagian DAS yang lain, kondisi ini menjadikan sistem pen-
gelolaan DAS mempunyai karakteristk yang sangat spesifk apabila di banding-
kan dengan sistem pengelolaan sumber daya alam lainnya.
Permasalahan yang sangat dirasakan dalam pengelolaan DAS adalah masalah
ego sektoral yang sangat mencolok.Salah satu contohnya adalah masalah yang
terjadi di beberapa kalangan instansi Pemerintah/Departemen/Lembaga, Pem-
da/Bappeda, Pemerhat, LSM bahkan Pakar yaitu masih belum sepenuhnya me-
mahami tentang pengertan DAS dan implikasinya terhadap tata air dan terhadap
terjadinya bencana tanah longsor, banjir dan kekeringan sehingga sering terjadi
kesalahan dalam menetapkan kebijakan dan program sektornya yang tdak ber-
basis DAS.Kondsi ini menimbulkan kesalahan pengelolaan dalam pengelolaan
DAS yang pada akhirnya akan berdampak pada kekritsan atau kerusakan DAS.
Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan yang dapat mengakomodasikan
kepentngan semua pihak dan menghasilkan solusi yang dapat diterima oleh se-
mua pihak dalam pengelolaannya.Salah satu pola pengelolaan yang di kembang-
kan adalah pola pengelolaankolaboratf.
Pengelolaan kolaboratf dalam pengelolaan daerah aliran sungai adalah
kemitraan di antara berbagai pihak kepentngan yang menyetujui untuk berbagi
fungsi, wewenang dan tanggungjawab manajemen dalam mengelola Daerah
Aliran Sungai berdasarkan prinsip kelestarian dan keberlanjutan serta optma-
liasasi manfaat bagi masyarakat yang tggal di dalamnya. Pengelolaan secara
kolaboratf hendaknya dibaca sebagai konsep yang luas yang mencakup berba-
gai cara dimana organisasi bertanggung jawab atas pengelolaan dan para stake-
holders lain juga menerapkan pengelolaan kerjasama yang adaptf. Setap stake-
holder berpartsipasi penuh dalam pembentukan pola kerjasama dan bersedia
76
Modul Pelatihan
menyumbangkan waktu, pengetahuan, keterampilan, dan informasinya atau
sumber daya lainnya untuk aktf terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
Tabel 11.Contoh Distribusi Peran Para Pihak Terkait
No Para Pihak
Tahapan Pembangunan
Keterangan
P
e
r
s
i
a
p
a
n
P
e
m
i
l
i
h
a
n
L
o
k
a
s
i
P
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
P
e
n
g
o
r
g
a
n
i
s
a
s
i
a
n
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
M
o
n
e
v
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1
Bupati D D
Kode Peran:
A: Pemrakarsa
B: Penyusun
C: Penilai
D: Pengesah
E: Peserta/pelaksana
F: Penanggungjawab
2
Bappeda
Kabupaten
E C E
3
Dinas Kehu-
tanan
E E E G E
4
Dinas Perke-
bunan
E E G E
5
Dinas Perta-
nian Tana-
man Pangan
E E G E
6
Dinas Pen-
gairan
E G E
7
Dinas Peter-
nakan
E G E
8
Dinas Peri-
kanan
E G E
9
Dinas
Lingkungan
Hidup
E G E
10
BPN Kabu-
paten
E G
11 BPDAS
A-B-
E-F
A-B-
E-F
A-
B-F
F-G F-G
B-
E-F
12 Kecamatan E E G
13 Desa E E E
14 LSM, PT B-E-F B-E E G E
15
Kelom-
pok Tani/
Masyarakat
E E E E
77
16
Badan
Usaha
E E E
Tadjudin (2009) mendefnisikan pengelolaan kolaboratf sebagai suatu ben-
tuk pengelolaan yang mengakomodasikan kepentngan-kepentngan seluruh stake-
holder secara adil, dan memandang harkat setap stakeholder itu sebagai enttas
yang sederajat sesuai dengan tata nilai yang berlaku, dalam rangka mencapai
tujuan bersama. Selanjutnya Tadjudin (2009) menyebutkan bahwa tujuan pen-
gelolaan kolaboratf adalah sebagai berikut:
Menyediakan instrumen untuk mengenali a. stakeholder yang terkait dengan
pengelolaan sumberdaya hutan secara proporsional. Pada setap stakeholder
itu akan melekat atribut-atribut berupa hak, aspirasi, tujuan individual,
kelembagaan dan potensi konfiknya. Keberadaan stakeholder dipahami dan
diakui secara adil tanpa prestensi untuk memenangkan kepentngan suatu
stakeholder tertentu atas stakeholder lainnya.
Meningkatkan potensi kerja sama antar b. stakeholder secara egaliter dengan
memperhatkan prinsip sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan
prinsip kelestarian lingkungan.
Menciptakan mekanisme pemberdayaan masyarakat agar dapat men- c.
gaktualisasikan pengetahuan dan kearifan lokalnya secara baik dan me-
nyumbangkannya dalam wahana manajemen pengelolaan sumberdaya hu-
tan, sehingga diperoleh sistem pendistribuasin manfaat dan resiko yang adil di
antara stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya hutan.
Menciptakan mekanisme pembelajaran yang dialogik untuk memperoleh d.
rumusan tentang bentuk dan pola pendayagunaan sumberdaya hutan
yangproduktf dan lestari dengan meloloskan sesedikit mungkin tnda-
kan cobacoba (trial and error) yang mengandung ketdakmenentuan yang
tnggi.
Memperbaiki tndakan-tndakan perlindungan sumberdaya hutan melalui e.
mekanisme internalisasi hal-hal eksternal yang mengancam kelestarian
sumberdaya hutan yang bersangkutan.
Menyediakan sistem manajemen yang membuka kesempatan sele- f.
barlebarnya bagi tndakan perbaikan dalam setap tahapan manajerial-
nya.
Raharja (2010) mengemukanan bahwa sistem pengelolaan yang dianggap
cukup sesuai dengan konsep pengelolaan DAS terpadu adalah konsep pengelo-
laan yang bersifat kolaborasi, yang dapat di lihat dari dua prespektf yaitu: (1)
konsep pemecahankonfik dari perspektf organisasi dan (2) konsepkerjasama
antar stakeholder. Pemecahan konfiksecara optmal dalam perspektf organ-
78
Modul Pelatihan
isasidipecahkan melalui pendekatan collaboratng (Marshal 1995).Kolaborasi
menurut Tadjudin (2009) adalah tndakan para pihak untuk menghasilkankepua-
san bersama atas dasar menang-menang.Dalam perspektf kerjasama antar
stakeholder,kolaborasi merupakan konsep relasi antaraorganisasi, relasi antar
pemerintahan, aliansi strategis dan networks mult organisasi (Guire 2004). Leb-
ih jelas Tadjudin (2009) menyatakankolaborasi membahas kerjasama dua atau
lebihstakeholder untuk mengelola sumberdaya yangsama, yang sulit dicapai bila
dilakukan secaraindividual.Konsep kolaborasi dalam pembangunan MDM dapat
di terapkan di dalam:
Perencanaan dalam pembangunan MDM a.
Mekanisme resolusi konfik dalam pengelolaan MDM b.
Pengembangan kerjasama antar orgaisasi dalam pembangunan MDM. c.
Kebijakan adalah upaya, cara dan pendekatan pemerintah untuk mencapai
tujuan pembangunan yang sudah dirumuskan. Kelembagaan adalah suatu ta-
tanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling
mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara
organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan
oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etk aturan formal
maupun informal untuk pengendalian prilaku sosial serta insentf untuk beker-
jasama dan mencapai tujuan bersama. Kelembagaan terdiri dari unsur insttusi,
norma, peraturan, aturan, kode etk, kontrak, pasar, hak milik, organisasi dan
insentf. Organisasi adalah suatu wadah yang sosial dimana terdapat hubungan
antar bagian, memiliki peran yang berbeda-beda, memiliki struktur, posisi dan
tugas masing-masing bagian demi mencapai suatu tujuan.
Pembangunan MDM mencakup berbagai kegiatan pokok yang melibatkan
para pihak (stakeholders) yaitu (a)persiapan, (b) pemilihan lokasi, (c) perenca-
naan, (d) pengorganisasian, (e) pelaksanaan dan (f) monitoring dan evaluasi.
Adanya keterlibatan berbagai pihak dalam pembangunan MDM maka diperlu-
kan analisis peran sehingga kelembagaan MDM menjadi jelas.Dengan demikian
setap pihak menyadari tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.
Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat,
petani dan pemerintah untuk memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air
secara terintegrasi di dalam suatu DAS.Oleh karena itu diperlukan pendekatan
pengelolaan kolaboratf sehingga dapat mengakomodasikan kepentngan semua
pihak dan menghasilkan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak dalam
pengelolaannya.
79
Lembar Penugasan C.
Jelaskan apa yang sudah Anda pahami tentang kelembagaan dan pen- 1.
gorganisasian MDM!
Terkait dengan tugas Anda di Instansi, jelaskan pentngnya peran Anda/ 2.
instutusi anda dalam pembangunan MDM melalui analisis peran!
Bagaimana Anda dapat menjelaskan keterkaitan antara pembangunan 3.
MDM dengan pengelolaan kolaboratf?
Buatlah sebuah diagram alir yang menggambarkan 4. stakeholder terkait
dalam pembangunan MDM berdasarkan peran dan tanggungjawabnya!
D. Test/Evaluasi
Permasalahan utama dalam pembangunan MDM/pengelolaan DAS adalah
(1). Hal ini dikarenakan terdapatnya perbedaan .(2)
yang dianut oleh masyarakat. Kelembagaan mencakup beberapa unsur dian-
taranya yaitu ., , (3). Pengelolaan/
pembangunan MDM dapat berhasil dengan baik apabila dalam proses pelak-
sanaannya mulai dari perancanaan hingga monev dilakukan dengan melibat-
kan berbagai (4) dan dilakukan secara (5).
Bacalah dengan telit dan berikan tanda silang pada jawaban yang paling te- AI.
pat.
Berikut ini merupakan hal-hal yang terkait dengan organisasi yaitu 1.
Adanya hubungan antara satu bagian dengan bagian lain a.
Dibentuk demi kepentngan individual b.
Memiliki struktur tugas yang jelas c.
b dan c benar. d.
Penentu pokok yang paling utama dalam suatu organisasi adalah 2.
Posisi a.
Tugas b.
Tujuan c.
Manfaat. d.
Unsur yang menjadi pembeda utama antara organisasi dan kelembagaan 3.
adalah:
Struktur tugas dan wewenang a.
Posisi dalam suatu kegiatan b.
Individu yang terlibat didalamnya c.
Tujuan ekonomi yang ingin dicapai. d.
Jenis peran pokok stakeholder dalam pembangunan MDM yaitu 4.
Pemrakarsa, penyusun, pelaksana, Pembina teknis a.
80
Modul Pelatihan
Penilai, pengesah, pengamat, penanggungjawab b.
Penyusun, penilai, penanggungjawab, pengatur c.
Semua benar. d.
Pengelolaan yang tepat untuk diterapkan dalam pembangunan MDM 5.
adalah:
Top-down a.
Botom-Up b.
Kolaboratf c.
Penunjukan. d.
81
BAB IV.
TINDAK LANJUT
Modul pelathan ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan kepada se-
luruh peserta pelathan terkait dengan pembangunan Model DAS Mikro.Adapun
materi yang disusun telah disesuaikan dengan pedoman pembangunan DAS Mik-
ro mulai dari tahap perancangan hingga pelaksaan. Dengan demikian diharap-
kan setelah pelathan ini setap peserta memiliki pemahaman yang sama ten-
tang pembangunan DAS Mikro serta semua aspek yang terkait dengan rencana
pelaksanaan pembangunan DAS Mikro, baik dari aspek biofsik maupun sosial,
ekonomi, kelembagaan serta keterlibatan stakeholder. Pada akhirnya diharap-
kan bahwa pelaksanaan pembangunan DAS Mikro dapat memberikan kontribusi
yang nyata dalam penyelesaian masalah pengelolaan DAS.
82
Modul Pelatihan
83
BAB V.
PENUTUP
Demikian modul mengenai Pembangunan Model DAS Mikro (MDM)
ini disusun. Setelah pelathan ini selesai diharapkan peserta dapat mempraktek-
kan dengan baik di lapangan hal-hal yang telah disampaikan terutama terkait
dengan pelibatan stakeholder dan masyarakat dalam kegiatan pembangunan
MDM. Modul diklat ini dibuat sesuai dengan pedoman mengenai pembangunan
MDM dan bersifat dasar yang tdak mengikat sehingga dapat dikembangkan se-
suai dengan kondisi lokal. Dengan demikian pada akhirnya kegiatan MDM yang
dilaksanakan dapat berhasil dengan baik dan memberikan kontribusi terhadap
pengelolaan DAS pada skala makro.
84
Modul Pelatihan
85
DAFTAR PUSTAKA
Agranoof,R., and M. Mc Guire. 2003. Collaboratve Public Management: New
Strategies for Local Government. Washington. Georgetown University
Pres.
Agus,F., dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktk Konservasi Tanah Pertanian Lahan
Kering. Bogor: World Agroforestry Centre and ICRAF.
Beals, R. L., H. Hoijer, and A. R. Beals. 1977. An Introducton to Anthropology.
Fifh Editon. Macmillan Publishing C. Inc, New York dan Collier Macmillan
Publisher, London.
Berelson, B. and G.A. Steiner. 1964. Human Behaviour: Shorter Editon. New York.
Harcourt, Brace and World Inc.
Binswanger, H. P. and V. W. Rutan. 1978. Induced Innovaton: Technology, Insttu-
tons and Development. The Johns Hopkins University Press, Baltmore and
London. Brewer, Jefrey D. 1985.
Kartodihardjo, H., K. Murtlaksono, dan U. Sudadi. 2004. Insttusi Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Konsep dan Pengantar Analisis Kebijakan. 182 hal.
Bogor.Fakultas Kehutanan, Insttut Pertanian Bogor.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Undang-Undang No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan
dan Perhutanan Sosial No. 15/V-SET/2009 tentang Pedoman Pembangu-
nan Areal Model DAS Mikro (MDM).
Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan
dan Perhutanan Sosial Nomor P.04/V-Set/2009 tanggal 05 Maret 2009 ten-
tang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai.
Marshal, E. M. 1995. Transorming the way of work: The Power of the Collabora-
tve Workplace. New York.Amacom.
Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012
tentang Pengelolaan DAS. 44 hal. Jakarta.
Raharja.2010. Pendekatan Kolabortf dalam Pengelolaa DAS Citarum.Jurnal Bumi
Lestari 10 No. 2. Agustus 2010, Hlm. 222-235.
Strahler, A., and A. H. Strahler. 1979. Elements of Physical Geography. Student
Editon of Textbook, Teachers Editon of Textbook. ISBN-10: 0471050059,
ISBN-13: 9780471050056.
86
Modul Pelatihan
Tadjudin, D. 2009. Manajemen Kolaborasi. Bogor. Pustaka Latn.
Uphof, N. 1986. Local Insttutonal Development: An Analytcal Sourcebook with
Cases. Kumarian Press.
Widjaya, A. W., dan A. Wahab. 1987. Komunikasi, Administrasi, Organisasi dan
Manajemen dalam Pembangunan. Bina Aksara. 102 hal.
Winarto, B. 2006. Kamus Rimbawan. Yayasan Bumi Indonesia HIjau.526 hal.

2 Lengkap MDM Opt

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Deskripsi Asli:

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

2 Lengkap MDM Opt

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

ii

Data fisik: topografi, tanah, iklim, hidrologi, geologi, penutupan lah

Anda mungkin juga menyukai