Limbah perikanan semakin meningkat karena adanya peningkatan konsumsi manusia
untuk sumberdaya perikanan sehingga berbanding lurus dengan banyaknya limbah perikanan yang dihasilkan. Limbah perikanan yang dihasilkan berupa kulit, tulang, kepala, ekor, dan jeroan. Jeroan terdiri dari lambung, usus, hati, kantung empedu, pancreas, gonad, limpa, dan ginjal. Jeroan ikan memiliki kandungan protein yang hampir sama dengan daging ikan sehingga dapat diolah untuk menjadi suatu produk yang bermanfaat dan juga mengurangi pencemaran lingkungan. Pengolahan industri perikanan, menghasilkan limbah berupa bagian ikan yang tidak terpakai atau terbuang seperti kepala, sirip, dan jeroan (isi perut). Pengolahan industri perikanan menghasilkan sekitar (25-30)% limbah, yakni sekitar 3,6 juta ton pertahun (KKP 2010). Limbah industri perikanan misalnya jeroan memiliki kandungan protein dan lemak tak jenuh yang tinggi. Jumlah ikan yang terbuang dari industri perikanan mencapai 20 juta ton (20% total produksi). Jeroan ikan mengandung protein dan lemak tak jenuh yang tinggi. Jeroan ikan memiliki bobot 10-15% (bergantung pada spesies) dari biomassa ikan. Limbah perikanan yang kaya protein dapat digunakan untuk diproduksi menjadi pakan dan dapat menghindari masalah lingkungan. Poernomo dan Buckle (2002) menyatakan bahwa dalam pengolahan cowtail ray (Trygon sephen) di Indonesia, jeroan (hingga 20% dari bobot tubuh) terbuang bersama kepala dan kulit. Pemanfaatan jeroan ikan saat ini terbatas untuk pakan ternak. Jeroan ikan mengandung enzim pencernaan yang tinggi dan memungkinkan penggunaan enzim eksternal yang lebih sedikit untuk hidrolisis jeroan ikan (Ovissipour, 2008). Prasertsan dan Prachumratana (2008), menyatakan bahwa spesies ikan yang ditangkap dari wilayah yang berbeda memiliki ukuran jeroan yang berbeda.