Anda di halaman 1dari 15

1

Makalah Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ikan

KANDUNGAN KADAR NUTRIEN PAKAN ALAMI DAN


PAKAN BUATAN

Oleh :
Enda Nisrina
170302060
IV/B

LABORATORIUM NUTRISI DAN PAKAN IKAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
2

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Kandungan Kadar Nutrien Pakan Alami dan Pakan Buatan
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2020
Nama : Enda Nisrina
NIM : 170302060
Kelompok/Grup : IV/B
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Diperiksa oleh, Diperiksa oleh,


Asisten Koordinator   Asisten Korektor

Muhammad Fadil Fikri Putri Dewi Kartika Zai


NIM. 160302045 NIM. 160302046
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Akhir Praktikum Teknologi Pembenihan yang berjudul “Kandungan
Kadar Nutrien Pakan Alami dan Pakan Buatan”.
Penulis berterimakasih kepada Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc, dan Bapak
Ir. Syammaun Usman, M.P selaku dosen penanggung jawab Laboratorium
Teknologi Pembenihan dan para asisten Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ikan
yang telah membimbing dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Terima kasih.

Medan, Mei 2020

Penulis

i
4

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................... 1
Tujuan Praktikum................................................................................ 3
Manfaat Praktikum.............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pakan Alami dan Pakan Buatan.......................................................... 4
Komposisi Pakan Alami dan Pakan Buatan........................................ 5
Persentase Kandungan Nutrien Pakan Alami dan Pakan Buatan....... 7

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ........................................................................................ 9
Saran.................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
5

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Potensi perikanan budidaya secara nasional diperkirakan sebesar 15,59
juta ha yang terdiri atas budidaya air tawar yaitu 2,23 juta ha, air payau 1,22 juta
ha, dan budidaya air laut mencapai 12,14 juta ha. Pemanfaatan potensi perikanan
budidaya saat ini baru mencapai 10,1% untuk budidaya air tawar, 40% budidaya
air payau, dan 0,01% untuk budidaya laut. Pemanfaatan potensi perikanan
budidaya yang masih demikian rendah maka diperlukan langkah-langkah konkrit
untuk mendorong peningkatan produksi ikan yang permintaan pasarnya sangat
besar baik untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri (Amalia et al., 2018).
Dalam suatu usaha budidaya ikan air tawar, pakan merupakan biaya
terbesar karena bisa mencapai 75% dari total biaya yang dibutuhkan. Salah satu
kendala yang dihadapi para pembudidaya di lapangan adalah harga pakan yang
cukup mahal sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat. Mahalnya harga pakan
mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk mengembangkan usahanya
karena keuntungan yang didapatkan kurang maksimal bahkan bisa merugi.
Masyarakat pembudidaya ikan pada umumnya masih melakukan secara
tradisional atau kurang memperhatikan tata cara budidaya yang baik dan benar,
terutama dalam menjaga kualitas media budidaya, disamping kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan juga kurang diperhatikan. Pakan yang diberikan
terkadang kurang sesuai dengan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh benih ikan
(Yunaidi et al., 2019).
Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan. Jenis-jenis ikan budidaya komersial yang dipelihara
secara semi-intensif, pakan yang dimakan sepenuhnya mengandalkan suplai yang
diberikan oleh pembudidaya. Sedangkan ikan yang dipelihara secara tradisional
atau ikan yang hidup bebas di alam, hanya memanfaatkan pakan yang tersedia
secara alami. Itulah yang menyebabkan mengapa laju pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup ikan yang dipelihara secara intensif dan semi intensif jauh
lebih tinggi daripada ikan yang dipelihara secara tradisional atau yang hidup bebas
di alam (Yanuar, 2017).
2
6

Pakan merupakan sumber nutrisi yang penting bagi pertumbuhan dan


perkembangan biota akuatik. Pakan dengan nutrisi terbaik akan mendorong
pertumbuhan biota tersebut menjadi lebih optimal. Selain itu, nutrisi pakan juga
berperan penting dalam mengontrol sistem metabolisme dari tubuh biota akuatik
dan membantu menjaga sistem imunitas biota dari infeksi penyakit. Dalam
pembuatan pakan ikan, bahan baku penyusun pakan yang paling besar
proporsinya adalah tepung ikan dan tepung kedelai. Kandungan protein yang
tinggi di dalam kedua bahan tersebut menjadikan bahan tersebut sebagai bahan
baku andalan dalam pembuatan pakan ikan. Di lain hal, ketersediaan tepung ikan
dan tepung kedelai yang terbatas menyebabkan harga dari kedua bahan tersebut
mahal dan berujung pada naiknya harga pakan ikan berprotein tinggi
(Rusydi et al., 2017).
Food Convertion Ratio adalah suatu ukuran yang menyatakan ratio jumlah
pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan kultur. Nilai FCR=2 artinya
untuk memproduksi 1 kg daging ikan dalam sistem akuakultur maka dibutuhkan
2 kg pakan. Semakin besar nilai FCR, maka semakin semakin banyak pakan yang
dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan daging kultur. FCR seringkali dijadikan
indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha akuakultur. konversi
pakan merupakan perbandingan antara jumlah bobot pakan dalam keadaan kering
yang diberikan selama kegiatan budidaya yang dilakukan dengan bobot total ikan
pada akhir pemeliharaan dikurangi dengan jumlah bobot ikan mati dan bobot awal
ikan selama pemeliharaan (Arifin & Rumondang, 2017).
Besarnya jumlah pakan yang diberikan per hari erat hubungannya dengan
umur dan ukuran ikan. Ikan yang lebih muda memerlukan makanan relatif lebih
banyak daripada ikan dewasa. Frekuensi pemberian pakan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi rasio konversi pakan selain jumlah pakan yang
dimakan, kandungan pakan dan ukuran ikan. Hal tersebut diduga karena
berhubungan erat dengan kapasitas tampung lambung. Semakin kecil volume
lambung semakin sedikit pakan yang ditampung, maka frekuensi pemberian
pakan pun semakin sering (Triyanto et al., 2016).
Nutrisi dalam pakan merupakan faktor utama yang diperlukan dalam
pertumbuhan dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup. Kebutuhan ikan
7 3

akan protein bergantung pada ukuran ikan, jumlah, kuantitas pakan yang dimakan
ikan, ketersediaan dan kualitas pakan alami dan kualitas protein. Ikan pada stadia
larva membutuhkan protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan dewasa, dan
tingkat protein optimum dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar 25– 50%.
(Maulidiyanti et al., 2015).
Nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam budidaya
ikan. Beberapa komponen nutrisi yang sangat penting dan harus tersedia dalam
pakan ikan antara lain adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin serta mineral.
Nutrisi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan, pertumbuhan dan
reproduksi ikan. Kekurangan salah satu nutrisi dapat menurunkan laju
pertumbuhan, menyebabkan penyakit, sedangkan kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan laju pertumbuhan terhambat (Niode at al., 2016).
Nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan yaitu protein 32%, energi 300 kkal,
Arginin 1,38%, Histidin 0,48%, Isoleusin 0,83%, Leusin 1,12%, Lisin 1,63,
Metionin 0,74, Fenilalanin 1,60, Treonin 0,64, Valin 0,96, Tryptophan 0,16.
Cacing tanah dapat digunakan sebagai pakan karena cacing tanah memiliki
kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan seperti kandungan protein yang cukup
tinggi 65,24%, lemak 11%, abu 6% dan nitrogen tanpa ekstrak 19%. Cacing tanah
mengandung asam amino esensial (arginin 1,74%, histidin 0,95%, isoleusin
1,77%, leusin 3,06%, lisin 2,92%, metionin 0,22%, fenilalanin 1,63%, treonin
2,11, valin 1,82%. Tryptophan 2,118) (Trisnawati et al., 2014).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan pakan alami dan pakan buatan.
2. Untuk mengetahui komposisi pakan alami dan pakan buatan.
3. Untuk mengetahui persentase dari kandungan nutrien pakan alami dan pakan
buatan.

Manfaat Praktikum
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ikan selanjutnya dan sebagai sumber
informasi bagi pihak yang membutuhkan.
8

TINJAUAN PUSTAKA

Pakan Alami dan Pakan Buatan


Pakan ikan terdiri atas pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami
merupakan pakan awal dan utama bagi benih ikan karena memiliki kandungan
gizi yang cukup lengkap dan mudah dicerna. Sementara pakan buatan adalah
pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan
pembuatnya. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan
kebutuhan nutrisi ikan, sumber dan kualitas bahan baku, serta nilai ekonomis
(Niode at al., 2016).
Pada umumnya pembudidaya ikan memberikan pakan alami pada fase
benih. Pakan alami memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik dibanding pakan
komersil. Selain itu, pakan alamai memiliki ukuran yang kecil dan sesuai dengan
bukaan mulut benih ikan. Pakan alami yang sering digunakan dalam budidaya
ikan adalah Artemia sp., Daphnia sp., Spirulina sp., dan Tubifex sp. kandungan
protein Artemia sp yaitu 60% dengan ukuran tubuh yang sesuai dengan bukaan
mulut benih ikan sehingga pertumbuhan berat benih ikan mengalami peningkatan
yang cepat (Taufiqurahman et al., 2017).
Pakan buatan (atrificial feed) adalah campuran dari berbagai sumber
bahan baku yang disusun secara khusus berdasarkan komposisi yang dibutuhkan
untuk digunakan sebagai pakan. Berdasarkan tingkat kebutuhannya, maka pakan
buatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok: 1. Pakan tambahan yaitu ikan sudah
mendapat pakan dari alam, namum jumlahnya belum mencukupi untuk tumbuh
dengan baik sehingga perlu diberi pakan buatan sebagai bahan tambahan. 2. Pakan
suplemen yaitu pakan yang sengaja dibuat untuk menambah nutrisi tertentu yang
tidak mampu disediakan pakan alami 3. Pakan utama yaitu pakan yang sengaja
dibuat untuk menggantikan sebagian besar atau keseluruhan pakan alami
(Devani dan Basriati, 2015).
Pakan buatan merupakan pakan yang dibuat untuk ikan budidaya dan
harus memenuhi kebutuhan gizi ikan. Pakan buatan dibuat dari campuran bahan-
bahan alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan
serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga memiliki daya tarik yang dapat
5
9

merangsang ikan untuk memakannya dengan mudah dan lahap. Sedangkan pelet
adalah bentuk pakan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan yang diramu
dan dijadikan adonan, kemudian dicetak sehingga merupakan batangan atau
bulatan kecil-kecil dengan ukuran tertentu. Jadi pelet tidak berupa tepung, tidak
berupa butiran, dan tidak berupa larutan. Pelet dikenal sebagai bentuk massa dari
bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dengan cara menekan melalui
lubang cetakan secara mekanis (Yunaidi et al., 2019).
Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang sering digunakan
sebagai sumber protein. Kandungan protein tepung ikan tinggi berkisar antara 50-
70%. Pengadaan tepung ikan saat ini masih mengandalkan impor dari negara lain
yang menyebabkan harga tepung ikan di pasaran Indonesia relatif mahal. Oleh
sebab itu dibutuhkan pengganti sumber protein lain yang mempunyai harga yang
lebih murah dibandingkan dengan tepung ikan dan kualitas yang baik. Bahan baku
hewani pengganti yang dapat dipakai yaitu tepung darah. Tepung darah
mempunyai kandungan protein tinggi mencapai 92% (Janah et al., 2016).

Komposisi Pakan Alami dan Pakan Buatan


Untuk mendapatkan pertumbuhan ikan yang optimum, perlu ditambahkan
pakan tambahan yang berkualitas tinggi, yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan
nutrisi ikan. Nilai gizi pakan ikan pada umumnya dilihat dari komposisi zat
gizinya, seperti kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Selain nilai gizi makanan, perlu diperhatikan pula bentuk dan ukuran yang tepat
untuk ikan yang dipelihara. Komposisi dari makanan mempunyai pengaruh yang
cukup besar dalam memelihara tubuh dan untuk pertumbuhan ikan
(Dani et al., 2005).
Laju pertumbuhan ikan akan meningkat seiring dengan meningkatnya
kadar protein pakan. Protein pada pakan digunakan ikan untuk pemeliharaan
tubuh, pertumbuhan jaringan atau penambahan protein tubuh dan penggantian
jaringan yang rusak. Salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan
adalah jumlah dan keseimbangan nutrien pakan, artinya komposisi gizi dari bahan
baku pakan dapat saling melengkapi kebutuhan nutrien ikan sehingga laju
pertumbuhan dan kandungan gizi ikanpun juga meningkat (Winarni, 2019).
6
10

Spirulina menjadi pakan alami karena mengandung protein tinggi yaitu


39,63 % dan sumber mikronutrien serta kaya akan gizi alami seperti B12, beta
karoten dan phytopigment xanthophyl. Dari komposisi bahan yang terkandung
bahwa sprirulina baik sebagai bahan pengkaya bagi Daphnia sp untuk
meningkatkan kebutuhan nutrisi bagi larva ikan. Mikroalga memiliki peranan
yang penting dalam ekosistem perairan sebagai sumber makanan, pelindung fisik
bagi organisme perairan karena mikroalga mengandung komposisi kimia yang
potensial misalnya protein, karbohidrat, pigmen (klorofil dan karotenoid), asam
amino, lipid dan hidrokarbon. Dengan kandungan protein yang tinggi ini maka
Spirulina baik sebagai sumber protein yang potensial bagi larva ikan
(Maulidiyanti et al., 2015).
Pelet merupakan bentuk pakan yang dipadatkan dan dikompakan melalui
proses mekanik dan dapat dibuat dalam bentuk gumpalan atau silinder kecil yang
memiliki diameter, panjang dan tingkat kepadatan tertentu. Komposisi pelet
berasal dari bahan-bahan yang memiliki kandungan gizi tertentu dan proses
produksi perlu disusun komposisinya menyesuaikan dengan sifat dan ukuran ikan.
Pelet ini dibuat untuk menggantikan asupan makanan dari alam yang
ketersediaannya tidak dapat dipastikan. Permasalahan yang sering dihadapi dalam
proses pembuatan pelet adalah bentuknya yang cepat rusak, rapuh dan patah
selama proses produksi, pengangkutan maupun penyimpanan. Bahan perekat
berperan sangat penting dalam pembuatan pakan berbentuk pelet, karena dapat
membuat komponen penyusun pakan menjadi kompak, tidak mudah rapuh akibat
pengaruh kelembaban, sehingga ketegaran pakan lebih terjamin (Fathia, 2016).
Daphnia sp. merupakan salah satu jenis pakan alami yang dibudidayakan
untuk memenuhi kebutuhan pembenihan ikan air tawar. Larva ikan merupakan
konsumen terbanyak yang membutuhkan pakan alami yaitu Daphnia sp. karena
sifatnya yang sesuai bagi larva ikan. Daphnia sp. adalah pakan alami larva yang
bersifat filter feeder. Daphnia sp. digunakan sebagai sumber pakan alami bagi
larva ikan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu kandungan nutrisi yang
tinggi, ukuranya yang sesuai dengan bukaan mulut larva ikan, dan dapat
dibudidayakan secara massal. Kandungan gizi Daphnia sp. antara lain protein 4%,
lemak 0,54%, karbohidrat 0,67% dan abu 0,15% (Maulidiyanti et al., 2015).
117

Persentase dari Kandungan Nutrien Pakan Alami dan Pakan Buatan


Nutrisi dalam pakan merupakan faktor utama yang diperlukan dalam
pertumbuhan dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup. Kebutuhan ikan
akan protein bergantung pada ukuran ikan, jumlah, kuantitas pakan yang dimakan
ikan, ketersediaan dan kualitas pakan alami dan kualitas protein. Ikan pada stadia
larva membutuhkan protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan dewasa, dan
tingkat protein optimum dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar 25– 50%.
(Maulidiyanti et al., 2015).
Nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan yaitu protein 32%, energi 300 kkal,
Arginin 1,38%, Histidin 0,48%, Isoleusin 0,83%, Leusin 1,12%, Lisin 1,63,
Metionin 0,74, Fenilalanin 1,60, Treonin 0,64, Valin 0,96, Tryptophan 0,16.
Cacing tanah dapat digunakan sebagai pakan karena cacing tanah memiliki
kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan seperti kandungan protein yang cukup
tinggi 65,24%, lemak 11%, abu 6% dan nitrogen tanpa ekstrak 19%. Cacing tanah
mengandung asam amino esensial (arginin 1,74%, histidin 0,95%, isoleusin
1,77%, leusin 3,06%, lisin 2,92%, metionin 0,22%, fenilalanin 1,63%, treonin
2,11, valin 1,82%. Tryptophan 2,118) (Trisnawati et al., 2014).
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi dan pada umumnya
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi karbohidrat itu sendiri adalah memenuhi
kebutuhan energi dan persediaan makanan didalam tubuh. Pengaruh karbohidrat
terhadap pertumbuhan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kadar karbohidrat
dalam pakan, kecernaan karbohidrat, tingkat makanan yang masuk, kondisi
lingkungan dan spesies. Kebutuhan karbohidrat untuk setiap ikan berbeda. Kadar
karbohidrat yang optimum pada ikan yang bersifat omnivor adalah 20 – 40%,
sedangkan untuk ikan karnivora 10 – 20%. Salah satu sumber karbohidrat yang
dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pakan ikan dari sediaan alam adalah daun
singkong (Amarwati et al., 2015).
Kandungan protein pakan untuk sebagian besar ikan sebanyak 20-36%
dari berat pakan, kandungan lemak sebanyak 4-18% dari berat pakan. Cacing
tubifex mengandung nilai nutrisi yang sesuai untuk benih ikan. Cacing tubifex
juga mempunyai kelebihan yaitu mudah ditangkap oleh benih ikan. Benih ikan
bersifat karnivora sehingga membutuhkan kandungan protein yang tinggi untuk
128

pembentukan jaringan organ tubuh, dan perbaikan sel. Ikan karnivora


mendapatkan karbohidrat dari sintesis karbohidrat yang berasal dari protein dan
lemak. Cacing tubifex memiliki kandungan protein sebanyak 48,53%, lemak
sebanyak 22,38%, serat sebanyak 0,78%, karbohidrat sebanyak 7,9678% dan
memiliki energi akhir sebesar 706,74% kcal/g (Arief et al., 2009).
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat dicerna
dan bukan nutrisi penting bagi ikan laut. Serat kasar akan menimbulkan
pengotoran dalam wadah kultur, akan tetapi tetap diperlukan untuk memudahkan
pengeluaran feses. Jika terlalu banyak serat kasar (>10%) akan mengakibatkan
daya cerna menurun, penyerapan menurun, meningkatnya sisa metabolisme,
penurunan kualitas air kultur. Pada ikan nila kadar serat kasar yang optimal dalam
menunjang pertumbuhan ikan adalah 4-8% (Iskandar dan Fitriadi., 2017).
Lemak merupakan zat makanan yang penting bagi tubuh dan merupakan
sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein.
Kadar lemak tepung silase ikan dengan menggunakan bahan baku limbah ikan air
tawar lebih besar dibanding dengan limbah ikan air laut. Hal ini diduga tingginya
lemak tergantung pada jenis bahan baku limbah yang digunakan. Kandungan
lemak jeroan ikan patin 26,51 %, ikan nila 2,57%, jeroan ikan gabus 2,26%, ikan
tongkol 0,87%, jeroan ikan kembung 0,44-3,01%. Kadar lemak tepung silase
dengan bahan baku limbah ikan air tawar yang lebih tinggi disebabkan kandungan
lemak yang tinggi pada limbah ikan patin (Jayanti et al., 2018).
Abu total didefinisikan sebagai residu yang dihasilkan pada proses
pembakaran bahan organik, berupa senyawa anorganik dalam bentuk oksida,
garam dan juga mineral. Abu total yang terkandung di dalam suatu produk
dibatasi jumlahnya. . Kadar abu pada pakan mewakili kadar mineral pakan, kadar
yang sesuai adalah 3-7 %. Kadar abu yang sangat tinggi, tidak sesuai dengan
kebutuhan ikan karena memiliki kandungan mineral yang berlebih
(Iskandar dan Fitriadi., 2017).
13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pakan ikan terdiri atas pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami
merupakan pakan awal dan utama bagi benih ikan karena memiliki
kandungan gizi yang cukup lengkap dan mudah dicerna. Sementara pakan
buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan
pertimbangan pembuatnya.
2. Komposisi dari makanan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
memelihara tubuh dan untuk pertumbuhan ikan. Komposisi pakan alami salah
satunya adalah Daphnia sp. antara lain protein 4%, lemak 0,54%, karbohidrat
0,67% dan abu 0,15%. Komposisi pelet (pakan buatan) berasal dari bahan-
bahan yang memiliki kandungan gizi tertentu dan proses produksi perlu
disusun komposisinya menyesuaikan dengan sifat dan ukuran ikan.
3. Cacing tanah dapat digunakan sebagai pakan karena memiliki kandungan
nutrisi yang dibutuhkan ikan seperti kandungan protein yang cukup tinggi
65,24%, lemak 11%, abu 6% dan nitrogen tanpa ekstrak 19%. Cacing tubifex
memiliki kandungan protein sebanyak 48,53%, lemak sebanyak 22,38%, serat
sebanyak 0,78%, karbohidrat sebanyak 7,9678% dan memiliki energi akhir
sebesar 706,74% kcal/g. Tepung tapioka memiliki kandungan lemak, protein
dan karbohidrat sebesar 85-88%.

Saran
Saran dari praktikum ini diharapkan kepada praktikan Laboratorium
Nutrisi dan Pakan Ikan ini lebih mempersiapkan diri dalam melakukan praktikum.
Dan kami berharap adanya dana yang dapat diberikan untuk berjalannya
praktikum yang lebih efesien.
14

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. R, Amrullah dan Suriati. 2018. Manajemen Pemberian Pakan Pada


Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus). 1 : 252-257.
Amarwati, H, Subandiyono dan Pinandoyo. 2015. Pemanfaatan Tepung Daun
Singkong (Manihot utilissima) yang Difermentasi dalam Pakan Buatan
Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus).
Journal of Aquaculture Management and Technology. 4(2): 51-59.
Arief, M, I. Triasih dan W. P. Lokapirnasari. 2009. Pengaruh Pemberian Pakan
Alami dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betutu
(Oxyeleotris marmorata Bleeker). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
1(1): 51-57.
Arifin. Z dan Rumondang. Pengaruh Pemberian Suplemen Madu Pada Pakan
Terhadap Pertumbuhan dan Fcr Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Jurnal Fisherina. 1(1) : 1-10.
Dani, N. P, A. Budiharjo dan S. Listyawati. 2005. Komposisi Pakan Buatan Untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes
(Puntius javanicus Blkr.). Biosmart. 7(2): 83-90.
Devani, V dan S. Basriati. 2015. Optimasi Kandungan Nutrisi Pakan Ikan Buatan
dengan Menggunakan Multi Objective (Goal) Programming Model. Jurnal
Sains, Teknologi dan Industri. 12(2): 255-261.
Fathia, N. 2016. Uji Sifat Fisik dan Mekanik Pakan Ikan Buatan dengan Perekat
Tepung Tapioka. [Skripsi]. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Iskandar, R dan S. Fitriadi. 2017. Analisa Proksimat Pakan Hasil Olahan
Pembudidaya Ikan di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Ziraa’ah.
42(1): 65-68.
Janah. D. M, Rosmawati dan R. Samsudin. Perbaikan Daya Cerna Tepung Darah
Menggunakan Teknik Silase dan Teknik Spray Dried pada Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Improvement Digestibility of Blood Flour Using
Silage and Spray Dried Techniques on Nile Tilapia (Oreochromis niloticus).
Jurnal Mina Sains. 2(1) : 15-23.
Jayati, Z. D, Herpandi dan S. D. Lestari. 2018. Pemanfaatan Limbah Ikan Menjadi
Tepung Silase dengan Penambahan Tepung Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes). Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. 7(1): 86-71.
Jayati, Z. D, Herpandi dan S. D. Lestari. 2018. Pemanfaatan Limbah Ikan Menjadi
Tepung Silase dengan Penambahan Tepung Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes). Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. 7(1): 86-71.
Maulidiyanti. L. Santoso dan Hudaidah. 2015. Pengaruh Pemberian Pakan Alami
Daphnia Sp yang Diperkaya dengan Tepung Spirulina Terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Komet
15

(Carassius auratus). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan.


4(1) : 461-470.
Niode. A. R, Nasriani dan A. M. Irdja . 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) Pada Pakan Buatan Yang
Berbeda. Universitas muhammadiyah Gorontalo, Gorontalo. 99-102.
Rusydi, R, P. Hartami dan M. Khalil. 2017. Karakteristik nutrisi dan stabilitas
pakan kombinasi ampel (ampas tahu dan pelet). Acta Aquatica. 4(1): 4-7.
Taufiqurahman, W, I. G. Yudha dan A. A. Damai. 2017. Efektivitas Pemberian
Pakan Alami yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Tambakan
Helostomma temminckii (Cuvier, 1829). Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan. 6(1): 669-674.
Trisnawati, Y, Suminto dan A. Sudaryono. 2014. Pengaruh Kombinasi Pakan
Buatan dan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Efisiensi
Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan dan Kelulushidupan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology.
3(2): 86-92.
Triyanto, H, Rosmawati dan A. Widiyati. 2016. Kebutuhan Jumlah Pakan pada
Pemeliharaaan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) di Kolam Ikan.
Jurnal Mina Sains. 2(1): 45-52.
Winarni, B. 2019. Pengaruh Pemberian Pakan dengan Penambahan Ampas
Kelapa Terfermentasi Rhizopus oryzae Terhadap Pertumbuhan Ikan Patin
(Pangasius djambal). [Skripsi]. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Yanuar, V. 2017. Pengaruh Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochiomis niloticus) dan Kualitas Air di
Akuarium Pemeliharaan. Ziraa’ah. 42(2): 91-99.
Yunaidi, A. P. Rahmanta dan A. Wibowo. 2019. Aplikasi Pakan Pelet Buatan
untuk Peningkatan Produktivitas Budidaya Ikan Air Tawar di Desa
Jerukagung Srumbung Magelang. 3(1) : 45-54.

Anda mungkin juga menyukai