Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN SEMENTARA

MODUL FOSFAT

Disusun oleh:
Bagoes Alvin Wijaya
26050122120035
Oseanografi A

Koordinator Mata Kuliah Praktikum Oseanografi Kimia


Prof. Ir. Muslim, M.Sc., Ph.D
196004041987031002

Asisten Penanggung Jawab


Ghina Salsabila
26050121130076

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
1. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Analisa Fosfat di Pantai Tirang
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Rata-Rata
Stasiun 1 0.032 0.032 0.032 0.032
Stasiun 3 0.005 0.006 0.004 0.005
Stasiun 7 0.025 0.024 0.025 0.024666667

Gambar 1. Kurva Regresi Larutan Standar Fosfat


y−0.0027
x=
0.0147
Stasiun 1
y−0.0027 0.032−0.0027
x= = =1.993197279
0.0147 0.0147
Stasiun 3
y−0.0027 0.005−0.0027
x= = =0.156462585
0.0147 0.0147
Stasiun 7
y−0.0027 0.024666667−0.0027
x= = =1.494331066
0.0147 0.0147

1.2. Pembahasan
Pantai Tirang merupakan pantai yang berlokasi di Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu,
Kota Semarang. Pantai Tirang merupakan daerah wisata di wilayah pesisir Semarang. Pantai
Tirang memiliki potensi yang luar biasa khas sebagai daya tarik visual wisatawan. Selain itu,
pesisir pantai Tirang juga berpotensi sebagai daerah pemukiman, usaha penangkapan perikanan,
pariwisata dan sebagainya. Tetapi dibalik potensi yang dimilikinya, wilayah pesisir rawan
terhadap aktivitas-aktivitas sekitar laut yang sifatnya merusak, seperti aksi gelombang dan pasang
surut. Perairan di sekitar wilayah Semarang, rentan terhadap kenaikan muka air laut termasuk
Pantai Tirang. Pantai Tirang rentan terhadap abrasi karena beberapa faktor seperti kemiringan
pantai, kondisi vegetasi, dan kondisi pantai berpasir. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan
pantai adalah kerentanan pantai itu sendiri untuk mengalami kerusakan. Kondisi kerentanan
pantai ini menyebabkan kerusakan dan perubahan morfologi garis pantai. Interaksi antara aspek
oseanografi dan geografis pesisir menciptakan permasalahan terkait morfologi pantai yang juga
terkait dengan perubahan wilayah sekitar Pantai Tirang, seperti kandungan fosfat di perairan ini.
(Prabowo et al., 2018).
Data parameter kimia fosfat diperoleh dengan melakukan pengambilan sampel air pada 9
stasiun yang mewakili panntai Tirang secara keseluruhan. Sampel yang dianalisis diambil dari
Stasiun 1 di muara, stasiun 3 di dekat pantai, dan stasiun 7 di lepas pantai. Pada stasiun 1 yang
berada di muara merupakan bagian dari kawasan pesisir yang mendapatkan masukan air dari
sungai. Sepanjang aliran sungai banyak dijumpai aktivitas pertanian serta pemukiman masyarakat
menyebabkan kawasan muara rentan mengalami pencemaran. Penentuan kadar fosfat dilakukan
dengan metode spektrofotometri fosfomolibdate. Prinsip kerja metode ini adalah pembentukan
senyawa kompleks fosfomolibdat yang berwarna biru, selanjutnya direduksi dengan asam
askorbat membentuk warna biru kompleks Molybdenum. Intensitas warna yang dihasilkan
sebanding dengan konsentrasi fosfor. Warna biru yang timbul diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 885 nm (Putri et al., 2019).
Berdasarkan hasil konsentrasi fosfat di tiga stasiun yang berbeda yaitu stasiun 3 di dekat
pantai dengan konsentrasi fosfat 0.156462585, stasiun 7 di lepas pantai dengan konsentrasi fosfat
1.494331066, stasiun 1 di muara dengan konsentrasi fosfat 1.993197279. Konsentrasi fosfat yang
lebih tinggi berada pada stasiun yang berada dalam badan sungai, kemudian konsentrasinya
berkurang seiring dengan jarak lokasinya dari muara sungai. Konsentasi tertinggi ditemukan pada
stasiun 1 dan terendah di stasiun 3. Hal ini diduga berkaitan dengan proses-proses yang terjadi
pada wilayah dekat daerah perairan. Stasiun 1 terletak di perairan yang semi tertutup dan
terisolasi dari perairan laut sehingga sirkulasi airnya kurang luas dan tidak maksimal. Tingginya
ion fosfat di stasiun 1 juga berkaitan dengan sumber utama fosfat adalah masukan dari daratan
berupa limbah domestik masyarakat. Nilai fosfat relatif tinggi ditunjukkan pada stasiun 7 dan 1
sedangkan yang tertinggi berada pada stasiun 1. Nilai konsentrasi fosfat terendah berada pada
stasiun 3. Konsentrasi pada stasiun 1 dan 7 menunjukkan hasil yang linier. Hasil pengukuran nilai
konsentrasi fosfat menunjukkan bahwa kedalaman perairan dan pergerakan arus yang tinggi
berkaitan dengan tingginya nilai konsentrasi fosfat. Arus yang terukur di stasiun cukup tinggi
sehingga terjadinya proses resuspensi yang menyebabkan terjadinya sedimen yang berada di
dasar perairan naik ke kolom air dan mendorong unsur kimia termasuk fosfat didalamnya juga
ikut terbawa naik ke kolom air. Stasiun 1 merupakan stasiun di muara sungai, stasiun 3 di dekat
pantai, dan stasiun 7 di lepas pantai (Sari et al., 2022).
Menurut Nuraya et al. (2022), standar baku mutu fosfat di perairan Indonesia diatur oleh
Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021. Berdasarkan hasil penelitian di beberapa perairan di
Indonesia, konsentrasi fosfat yang memenuhi standar baku mutu air kelas II adalah kurang dari 1
mg/l. Namun, baku mutu konsentrasi fosfat yang layak untuk kehidupan biota laut adalah 0,015
mg/l. Pada ketiga stasiun memiliki nilai mutu yang berbeda, hanya di stasiun 3 nilai baku mutu
fosfat yang layak. Pada stasiun 1 dan 7 sudah melebihi nilai baku mutu fosfat di perairan
Indonesia. Kandungan fosfat di perairan Indonesia bervariasi dan masih memenuhi standar baku
mutu air kelas II. Namun, perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian terhadap limbah yang
masuk ke perairan agar kandungan fosfat tidak melebihi batas yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Nuraya, T., Sari, D. W. dan Harfinda, E. M. 2022. Analisis Kandungan Nitrat dan Fosfat di
Perairan Parit Baru, Kubu Raya Kalimantan Barat. MANFISH JOURNAL, 3(2): 114-118.
Prabowo, D., Muskananfola, M. R. dan Purwanti, F. 2018. Analisis Kerentanan Pantai Maron
Dan Pantai Tirang Kecamatan Tugu, Kota Semarang (Analysis of Coastal Vulnerability on
the Maron Beach and Tirang Beach at Tugu Subdistrict, Semarang City). Management of
Aquatic Resources Journal (MAQUARES), 6(4): 555-563.
Putri, W. A. E., Purwiyanto, A. I. S., Agustriani, F. dan Suteja, Y. 2019. Kondisi nitrat, nitrit,
amonia, fosfat dan BOD di Muara Sungai Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 11(1): 65-74.
Sari, R. S., Wulandari, S. Y., Maslukah, L., Kunarso, K. dan Wirasatriya, A. 2022. Konsentrasi
Ion Fosfat di Perairan Wiso, Ujungbatu, Jepara. Indonesian Journal of Oceanography, 4(1):
88-95.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Penggunaan Spektrofotometri

Lampiran 2. Dokumentasi Siapa Tidur Saat Praktikum

Anda mungkin juga menyukai