ABSTRAK
Kata Kunci : budidaya laut, daya duukung, karamba jaring apung, kesesuaian perairan,
status keberlanjutan.
Pendahuluan
Pengembangan budidaya laut di satu sisi menjadi sangat penting sebagai bagian
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan pangan bagi
masyarakat yang kian meningkat dari tahun ke tahun, namun disisi lain harus
dihadapkan pada suatu kondisi, dimana telah terjadi degradasi kualitas sumberdaya
alam dan lingkungan yang meningkat secara signifikan. Ancaman terhadap ekosistem
perairan menjadi sangat mengkhawatirkan manakala tidak ada antisipasi dini dalam
memperbaiki pola pengelolaan yang saat ini dilakukan. Beberapa potensi ancaman
tersebut yaitu berkaitan dengan land conversion, biodiversity, emisi, limbah, konflik
pemanfaatan ruang, potensi cemaran dari inland, dan potensi acaman dari aktivitas
sosial yang bersifat detruktif. Pengembangan budidaya laut di KJA yang tidak
memperhatikan kapasitas daya dukung lingkungan akan menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas lingkungan perairan hingga kerusakan ekosistem perairan di
sekitarnya.
Dari pertimbangan di atas, maka strategi pengelolaan budidaya laut harus
dilakukan secara komprehensif, dan terpadu dalam kerangka prinsip pembangunan
berkelanjutan. Prinsip berkelanjutan harus diarahkan melalui pola pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan lautan yang dapat menyeimbangkan pemanfaatan sumberdaya
ekonomi yang ada dengan tidak mengabaikan kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan. Perencanaan dan pengembangan budidaya laut berkelanjutan mensyaratkan
informasi yang komfrehensif didukung oleh data kondisi biofisik perairan yang sesuai
dengan daya dukung perairan, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar,
ketersediaan sarana dan prasarana, serta akses pasar untuk menopang produksi
komoditas budidaya secara optimal (Khoram et al,.2006).
Implimentasi pengelolaan budidaya laut keberlanjutan ialah kebijakan
pemanfaatan yang berbasis daya dukung perairan dan didasarkan pada aspek
keterpaduan wilayah dan dimensi. Keterpaduan antara wilayah perairan teluk dengan
daerah daratan (upland), antara stakeholder dalam sistem tersebut dan antara berbagai
dimensi seperti ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan harus menjadi
dasar dalam pengelolaan. Dengan demikian melalui desain pengelolaan yang dibangun
atas dasar landasan tersebut maka pengelolaan budidaya laut diyakini dapat memberikan
manfaat untuk kesejahteraan masyarakatnya secara berkelanjutan.
Metode Penelitian
Sandi
No Lokasi Jenis Sampel Koordinat
Lokasi
1 Ekas Buana STA-01 Air Laut 50 L 0439517 UTM 9018385
Secara lebih rinci jenis data, sumber data primer dan sekunder yang dikumpulkan
untuk analisis kesesuaian perairan disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Parameter Fisika
Parameter Kimia
Tabel 3. Jenis data, sumber data dan metode pengumpulan data sekunder
Metode
No Jenis Data Sumber Data
Pengumpulan Data
Arus
a. Kecepatan arus
Hasil pengukuran kecepatan arus pada 12 (dua belas) titik sampling dengan
menggunakan alat pengukur arus (floating drought) menunjukkan bahwa kecepatan arus
perairan pada lokasi penelitian berkisar antara 19,00 22,00 cm/dtk dengan rata-rata
mencapai 21,00 cm/dtk 0,981.
b. Kecerahan
c. Kekeruhan (Turbiditas)
Merujuk pada nilai parameter kesesuaian perairan untuk budidaya laut yang
dikeluarkan oleh Kepmen LH No. 51 tahun 2004, dapat disimpulkan bahwa kisaran
nilai kekeruhan pada lokasi penelitian masih berada pada kisaran optimun untuk
kegiatan budidaya laut yaitu 5 NTU.
d. Suhu
Hasil pengukuran suhu pada lokasi sampling menunjukkan bahwa suhu perairan
berada pada kisaran 31,97oC 32,42oC, dengan rata-rata mencapai 32,24oC0,124.
Merujuk pada nilai baku mutu pH yang ditetapkan dalam Kepmen LH No. 51
tahun 2004 dan SNI 01-6487.4-2014, maka dapat disimpulkan bahwa nilai pH di
perairan sub zona budidaya laut di KJA masih berada dalam kisaran yang sesuai untuk
kegiatan budidaya laut. Menurut Romomihtarto (2003) menyebutkkan bahwa kisaran
pH bagi pertumbuhan optimal ikan kerapu di KJA berkisar antara 6,5-8,5.
g. Nitrit
Hasil pengukuran di lokasi penelitian menunjukkan bahwa kadar nitrit berada
pada kisaran 0,011 mg/l 0,015 mg/l dengan rata-rata sebesar 0,012 mg/l 0,002.
Berdasarkan nilai baku mutu parameter nitrit untuk kehidupan biota laut,
menyatakan bahwa kisaran yang diperbolehkan adalah <0,1 mg/l. Dengan begitu
konsentrasi nitrit pada kawasan pengembangan zona budidaya laut sistem KJA berada
pada batas toleransi yang diperbolehkan.
h. Nitrat
Hasil pengukuran kadar nitrat pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa kadar
nitrat berada pada kisaran 0,115 mg/l 0,153 mg/l, dengan kadar rata-rata mencapai
0,142 mg/l 0,016.
j. Ortofosfat
Kesimpulan
1. Secara umum kawasan sub zona pengembangan budidaya laut sistem KJA di
Perairan Teluk Ekas memiliki karakteristik biofisik maupun kemampuan lokasi
(site suitability) yang masih layak untuk pengembangan budidaya laut sistem
KJA, dengan indikator kesesuaian parameter utama lebih dari 80%.
2. Berdasarkan pendugaan daya dukung melalui pendekatan kapasitas perairan
diperoleh total luas area budidaya yang dapat ditampung pada kawasan sub zona
pengembangan budidaya laut sistem KJA yaitu seluas 58,44 ha (20% dari total
luas perairan yang sesuai) dengan jumlah optimal kapasitas unit KJA yang
dapat dikembangkan sebanyak 16.222 unit KJA atau 64.888 petak KJA
3. Hasil analisis terhadap indeks dan status keberlanjutan dimensi ekologi
pengelolaan kawasan sub zona pengembangan budidaya laut sistem KJA dapat
disimpulkan bahwa dimensi ekologi berada pada kategori Kurang
Berkelanjutan dengan indeks keberlanjutan 44,62.
4. Sedangkan hasil analisis laverage dan pareto terhadap atribut-atribut dalam
dimensi ekologi, menunjukkan bahwa terdapat 10 atribut sensitif yang
berpengaruh terhadap indeks dan status keberlanjutan dimensi ekologi, masing-
masing yaitu : (a) Tingkat daya dukung kapsitas perairan dengan nilai 3,91; (b)
Penggunaan sumber benih dengan nilai indeks 3,91; (c) Penggunaan obat ikan,
bahan kimia dan bahan biologis (OIKB) dengan nilai indeks 3,76; (d) Jenis dan
ketelusuran pakan dengan nilai indeks 3,21; (e) Tingkat efesiensi pakan atau
FCR (Food Conversion ratio) dengan nilai indeks 3,21; (f) Pemenuhan
sertifikasi lingkungan dengann nilai 2,76 indeks ; (g) Ketelusuran benih dengan
nilai indeks 2,76 ; (h) Ketersediaan benih berkualitas dengan nilai indeks 2,35;
(i) Perubahan iklim (climate change) dengan nilai indeks 1,85; dan (j) Kejadian
hama penyakit ikan (HPI) dan phatogen transfer dengan nilai indeks 1,63.
Daftar Pustaka
Alder, J., Tony J. Pitcher, D. Preikshot., K. Kaschner., and B. Feriss. 2000. How Good
is Good? : A Rapid Appraisal Technique for Evaluation of The Sustainability Status
of Fisheries of The North Atlantic. Sea Around Us Methodology Review. Fisheries
Center. University of British Columbia. Vencouver Canada. 132-182
Buitrago, J., Rada, M., Hernandez, H., Buitrago, E., 2005. A Single-Use Site Selection
Technique , Using GIS , for Aquaculture Planning: Choosing Locations for
Mangrove Oyster Raft Culture in Margarita Island , Venezuela. Environmental
Management 35 (5), 544556. doi:10.1007/s00267-004-0087-9
DKP, 2002a. Profil Perikanan Budidaya Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
DKP Ambon, 2003. Data dan Informasi serta Profil Potensi Perikanan dan Kelautan
Kota Ambon. Kerjasama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti dengan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon, Ambon. p 19.
Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). 1997. Aquaculture
development. FAO Tech. Guidel. Responsible Fisheries, (5):40 pp.
General Fisheries Commission for the Mediterranean. 2013. Indicators for Sustainable
Development of Aquaculture and Guidelines for their use in the Mediterranean
Background information. Regional Workshops on The Identification of Reference
Points for Economic, Enviromental, Social and Governance Indicators on
Aquaculture. Izmir 9-19 December 2013
Hakanson, L., Bryhn, A.C., 2008. Eutrophication in the Baltic Sea, Nutrien Transport
Processes, Remedial Strategies., 1st ed. Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Berlin.
261 p.
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). 2007.
Guide for the Sustainable Development of Mediterranean Aquaculture. Interaction
between Aquaculture and the Environment. IUCN, Gland, Switzerland and Malaga,
Spain. 107 pages.
Khorram O, Helliwell JP, Katz S, Bonpane CM, Jaramillo L. Two weeks of metformin
improves clomiphene citrate-induced ovulation and metabolic profiles in women
with polycystic ovary syndrome. Fertil Steril. 2006; 85 :14481451.
Kristanti et al.,2006. Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Ekas Untuk
Pengembangan Budidaya Ikan Kerapu di KJA. Jakarta. JII.Pert.Indon.Vol.11(2).
KKP, 2013b. Pedoman Teknis Penyusunan Peta Rencana Zonasi WP3K Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Diektorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Kementerian Kelautan
dan Perikanan, Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, Tanggal 8 April 2004 tentang Baku Mutu
Air Laut. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta, 11 hlm.
Marzuki, M.,2013. Desain Pengelolaan Budidaya Laut Berkelanjutan di Teluk Saleh
Kabupaten Sumbawa. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor.p281.
Nasution. M.N. (2001). Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta : Ghalia Indonesia
Prahasta. 2009. Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika. Bandung
Rachmansyah, R., 2004. Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Awarange
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam
Keramba Jaring Apung. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. p 274.
Sitorus, S.W., 2013. Analisis Keberlanjutan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) Dalam Pengembangan Kawasan Minapolitan di Beberapa Desa
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Tesis. Program Pascasarjana, Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro.
Semarang. p 171.
Ramdhan. 2015. Studi Kualitas Perairan Teluk Ekas Berdasarkan Parameter Fisika-
Kimia. Balitbang KP. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Romimohtarto, K. Dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta
Tesfamichael, D. and Pitcher, T.J. (2006) Multidisciplinary Evaluation of the
Sustainability Of Red Sea Fisheries Using Rapfish. Fisheries Research 78: 227-235
Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.