Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI
MODUL IV : ANALISA BENTUK BUTIR ROUNDNESS DAN
SPHERICITY

Oleh :

Afiq Mahasin

26050120130084

Oseanografi A

Koordinator Mata Kuliah Sedimentologi Laut :


Ir. Sugeng Widada, MSi
NIP. 19630116 199103 1 001

Tim Asisten :
Yohana Arum Elisabeth Tampubolon 26050119140106
Muhammad Fakhri Khairillah Almunawir 26050119130043
Talitha Sari Ismaniar 26050119120027
Jane E. V. Siahaan 26050119120015
Gisela Malya A 26050119130137
Raffy Bagus Prayudha 26050119130069
Pramesthi Dwi O 26050119130086
Cendra Boskanita Petrova 26050119140055

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

No Keterangan Nilai
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar pustaka
Total

Cilacap, 14 April 2022

Asisten Praktikan

Talitha Sari Ismaniar Afiq Mahasin


26050119120027 26050120130084

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Sedimentologi Laut

Ir. Sugeng Widada, M.Si


NIP. 19630116 199103 1 001
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah sangat luas. Sebagian
besar wilayah indonesia merupakan perairan ataupun lautan. Wilayah perairan indonesia lebih
luas dibandingkan wilayah daratan sehingga Indonesia disebut dengan negara maritim.
Karena wilayah perairan indonesia cukup luas, maka indonesia menjadi negara yang kaya
akan sumberdaya alam. Sumberdaya yang terdapat diperairan salah satunya yaitu sedimen.
Perairan Indonesia yang memiliki sumberdaya sedimen tidak akan lepas dari faktor
oseanografi. Oseanografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang wilayah perairan atau
lautan. Di dalam oseanografi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perairan atau
sedimen yaitu arus laut, salinitas, gelombang, pH, dan lain-lain. Dalam bidang oseanografi,
mempelajari tekstur sedimen beserta proses geomorfologinya termasuk penting. Hal tersebut
dikarenakan, pengetahuan mengenai tekstur sedimen dan geomorfologi suatu perairan,
khususnya pantai dan laut dapat membantu dalam kajian awal pembangunan bangunan lepas
pantai, kabel dan pipa bawah laut serta jalur pelayaran.Seluruh permukaan dasar lautan
ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang telah diendapkan secara perlahan-lahan dalam
jangka waktu berjuta-juta tahun. Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan dasar
lautan ini terdiri dari batuan sedimen, yaitu batu pasir, batu gamping, lanau, lempung, breksi,
konglomerat dan batuan sedimen lainnya. Sedimen laut berasal dari berbagai sumber seperti
udara, air, daratan, dan hasil aktivitas (proses) biologi, fisika dan kimia baik yang terjadi di
daratan maupun di laut itu sendiri, namun sebagian besar material berasal dari sedimen asal
darat yang dibawa oleh aliran sungai. Sedimentologi berperan penting terhadap disiplin ilmu
kelautan karena pengendapan sedimen yang terjadi di laut dapat mempengaruhi ekosistem di
pesisir dan perairan seperti ekosistem Mangrove, Lamun, serta Terumbu karang.
Menurut Iqbal dan Harnani (2017), untuk menganalisis perubahan ukuran butir,
mengetahui proses pengendapan dan mengetahui mekanisme transportasi sedimen dapat
dilakukan granulometri. Analisa granulometri dapat dilakukan dengan memperhatikan sampel
yang digunakan dan dilakukan pada laboratorium. Tujuan lain dari analisa granulometri yaitu
untuk mengetahui karakteristik dari ukuran butir sedimen. Sehingga, dapat pula dilakukan
kajian mengenai keberagaman proses geomorfologi di daerah tersebut. Analisa ini umumnya
dilakukan untuk menentukan tingkat resistensi terhadap proses eksogenik butir sedimen.
Analisa bentuk butir rounded dan sphrecity sangat penting dalam analisa granulometri
sehingga akan dilaksanakan pada praktikum. Dalam bidang oseanografi, penyelidikan
pemahaman tentang proses dinamis dari sedimen yang terjadi di lingkungan pesisir sangatlah
diperlukan untuk prediksi evolusi pesisir dimasa datang. Sedimen yang bersifat dinamis
tersebut akan mengalami pengikisan, transportasi dan pengendapan dalam skala spasial
maupun temporal. Selain itu, dengan mengetahui ukuran butir serta bentuk persebaran butir
sedimen, kita dapat mengetahui berbagai pengendapan mikro di lingkungan, khususnya muara
dan pesisir. Proses pengendapan sedimen sendiri dapat diperkirakan melalui distribusi ukuran
butir sedimen. Dalam praktikum ini sampel yang berupa gumuk pasir diambil di daerah Pantai
Parangkusumo.
Gumuk pasir di wilayah pesisir Parangkusumo merupakan satu-satunya gumuk pasir
yang memiliki bentuk khas berupa tipe barkhan. Gumuk pasir di wilayah pesisir
Parangkusumo merupakan gumuk pasir tropis yang memiliki ukuran terbesar, dengan
ketinggian dapat mencapai 15 meter, dan terbentuk oleh adanya energi angin yang kuat.
Faktor lain yang mempengaruhi pembentukan gumuk pasir adalah pantai dengan tipe
dissipative dan intermediate. Pembentukan gumuk pasir di wilayah pesisir Parangkusumo
juga dipengaruhi oleh adanya kondisi lokal berupa angin monsun timur. Ada sembilan faktor
pembentuk gumuk pasir di kepesisiran yang meliputi: 1) adanya tiupan angin dari laut menuju
ke pantai; 2) adanya koridor angin (wind corridor) atau lorong angin alami (wind tunnel); 3)
adanya pasokan material pasir; 4) material berbentuk lepas-lepas; 5) morfologi gisik; 6)
kelerengan gisik; 7) lebar gisik; 8) julat pasut; 9) pengahalang angin. Selain faktor
pembentukan gumuk pasir yang unik dan komplek, nilai keunikan gumuk pasir juga terdapat
pada salah satu fungsi penting gumuk pasir yaitu sebagai pelindung atau peredam gelombang
tsunami. Walaupun memiliki keunikan bentuklahan dan fungsi lingkungan, gumuk pasir di
wilayah pesisir Parangkusumo telah terancam oleh kegiatan agrogenik (penghutanan, dan
pertanian) dan urbanogenik (ekspansi permukiman) pada area gumuk pasir aktif. Adanya
penghutanan, alih fungsi lahan, dan permukiman merupakan faktor-faktor yang
mengakibatkan kerusakan gumuk pasir (Nuraini et al., 2016).

Dalam praktikum kali ini dianalisa bentuk butiran sedimen. Analisa dilakukan dengan 2
jenis analisa yaitu analisa roundness dan spherecity. Analisa roundness merupakan analisa
yang dilihat dari ketajaman atau kehalusan sedimen tersebut sedangkan analisa spherecity
ialah kebulatan dari sedimen tersebut. Pada praktikum ini analisa analisa tersebut terbagi atas
beberapa jenis. Pada roundness terbagi 6 yaitu very angular, angular, sub angular, sub
rounded,rounded, dan well rounded. Untuk spherecity terbagi 3 yaitu high spherecity yaitu
yang membulat, medium spherecity dan low spherecity atau lonjong.

1.2. Tujuan
1. Melatih cara menentukan bentuk butir sedimen.
2. Melakukan interpretasi proses pengendapan sedimen berdasarkan bentuk butirnya.

1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan bentuk butir sedimen melalui
analisa butir Sphericity dan Roundness.
2. Mahasiswa mengetahui interpretasi proses pengendapan sedimen berdasarkan
bentuk butirnya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses transport dan persebaran sedimen sebelum
mengendap.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Butir Sedimen
Menurut Zhang et al. (2021) menyatakan bahwa,lapisan sedimen tersusun atas
butiran-butiran dengan ukuran yang berbeda. Perbedaan ukuran butiran ini disebabkan karena
proses pembentukan serta kondisi lingkungan disekitar lapisan tersebut. Butiran sedimen juga
menunjukkan waktu terbentuknya tiap-tiap lapisan dari sedimen tersebut. Batuan sedimen
didominasi dengan butiran halus. Butir halus ini mengacu pada batuan dengan ukuran partikel
kurang dari 62,5 μm. Batuan sedimen berbutir halus terhitung sekitar dua pertiga dari semua
batuan sedimen di bumi. Butiran sedimen bertindak sebagai sumber, reservoir, segel
hidrokarbon, mempengaruhi aliran air tanah, dan memperkaya logam. Selain itu, dapat
digunakan dalam mempertahankan kunci informasi untuk evolusi lingkungan permukaan
bumi dan interaksi dengan biosfer dalam sejarah geologi. Secara tradisional, batuan sedimen
berbutir halus dianggap sebagai homogen secara tekstur dan mineralogi. Penelitian
menunjukkan bahwa batuan sedimen berbutir halus biasanya komposisi-rumit dan sangat
heterogen pada banyak skala, dan batuan ini kemungkinan besar terbentuk melalui interaksi
beberapa. Dalam analisa material sedimen diperlukan berbagai bahan yang berkaitan dalam
analisa bentuk butiran sedimen. Beberapa bahan dalam analisa butir sedimen terseut yaitu
keadaan pengendapan, asal sedimen dan transpor sedimen. Analisa dalam butir sedimen
tersebut bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis sedimen.Beberapa metode dalam analisa
sedimen berkaitan langsung pada bahan yang digunakan pada analisa sedimen. Beberapa
metodenya yaitu analisa distribusi, butir dan bentuk.

Dalam Gemilang et al. (2018), butir adalah aspek yang paling fundamental dari
partikel sedimen, yang mempengaruhi proses sedimentasi, transportasi dan pengendapan.
Analisa dalam pada butir sedimen dapat menentukan jenis sedimen tersebut. Untuk
menentukan variasi dari butir sedimen perlu dilakukan analisa atau klasifikasi. Dalam analisa
terdapat beberapa bentuk analisa dalam mengklasifikasikan sedimen. Analisa butir sedimen
atau granulometri yang mana mendasarkan pada anlisa ukuran butir sedimen. Secara
mendasar analisa menggunakan metode glanurometri adalah metode yang penting pada
anilasa butiran sedimen. Beberapa faktor daripenyebab pengendapan atau sedimentasi yaitu
ukuran. Ukuran dapat menjadi faktor karena dalam proses transpor kekuatan medai akan
semakin berkurang dan sedimen denga ukuran besar akan mengendap. Dalam analisa ini
proses dalam transpor dan sedmentasi juga akan masuk dalam bahan analisa dari butir
sedimen. Analisa sebaran sedimen yang mana mendasarkan pada tempat pelapukan sedimen
terjadi. Hal tersbut, akan dikaitkan pada lokasi sedimentasi dan alur dari transport.Analisa
butiran sedimen merupakan hal penting dalam analisa butir yang wajib dilakukan. Dalam
analisa material sedimen diperlukan berbagai bahan yang berkaitan dalam analisa bentuk
butiran sedimen. Beberapa bahan dalam analisa butir sedimen terseut yaitu keadaan
pengendapan, asal sedimen dan transpor sedimen. Analisa dalam butir sedimen tersebut
bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis sedimen. Beberapa metode dalam analisa sedimen
berkaitan langsung pada bahan yang digunakan pada analisa sedimen. Beberapa metodenya
yaitu analisa distribusi, butir dan bentuk. Analisa butir atau analisa granulometri yang mana
merupakan analisa yang mendasarkan bentuk butiran. Dalam analisa butir digunakan skala
wentwort yang akan menganalisa ukuran dari butir sedimen. Analisa distribusi dengan
menentukan butir berdasarkan data statistika dari butir sedimen. Ananlisa bentuk butir yaitu
analisa yang menggunakan dasar bentukan dari butiran sedimen dengan mendasarkan pada
tabel sphericity dan roundness.

Menurut Li et al. (2018), analisa butir adalah analisa yang mendasari dan bertujuan
untuk mengetahui persebaran dalam sedimen. Ukuran butir sedimen menjadi dasar dari
analisa dalam pengangkutan sedimen. Metode yang digunakan dalam hal ini yaitu dry sheving
dan wet shaving. Metode tersebut akan mendukung dalam analisa pada butir sedimen. Untuk
mengetahui bentukan dari sedimen diperlukan metode ini agar dapat hasil yang maksimal.
Setelah diketahui bentukan dari butir dapat dilihat juga sistem transpor yang pernah terjadi
pada butir sedimen. Selain analisa terhadap butir seimen dapat juga dilakukan analisa
persebaran sedimen. Analisa ini mendasarkan pada persebaran sedimen dalam
panganguktanya. Data yang digunakan yaitu berdasarkan hitungan statistika yang berupa nilai
tengah dan rata-rata data. Analisa lain yaitu dilakukan dengan peninjauan kemiringan
(skewnessI) pada sedimen. Batuan sedimen berbutir halus terhitung sekitar dua pertiga dari
semua batuan sedimen di bumi. Butiran sedimen bertindak sebagai sumber, reservoir, segel
hidrokarbon, mempengaruhi aliran air tanah, dan memperkaya logam. Selain itu, dapat
digunakan dalam mempertahankan kunci informasi untuk evolusi lingkungan permukaan
bumi dan interaksi dengan biosfer dalam sejarah geologi. Secara tradisional, batuan sedimen
berbutir halus dianggap sebagai homogen secara tekstur dan mineralogi. Penelitian
menunjukkan bahwa batuan sedimen berbutir halus biasanya komposisi-rumit dan sangat
heterogen pada banyak skala, dan batuan ini kemungkinan besar terbentuk melalui interaksi
beberapa proses geologi. Butir halus ini mengacu pada batuan dengan ukuran partikel kurang
dari 63 μm. Dalam proses sedimentasi yanga kan menghasilkan partikel dengan ukuran butir
yang berbeda dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Yaitu abrasi acak yang akan
menghasilkan bentuk butir sedimen. Namun seiring berjalannya waktu ukuran dan jumlah dari
hasil pengendapan sedimen ini akan berkurang

2.2 Analisa Bentuk Butir


Menurut Purnawan et al. (2018), analisa bentuk butir merupakan identifikasi tiga
dimensi dari sedimen. Bentuk butir terbagi menjadi dua jenis, yaitu roundness dan sphericity.
Mengetahui bentuk butir dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Analisa bentuk
butir dilakukan untuk mendapatkan bayangan pembentukan dari suatu sedimen. Analisa butir
terbagi menjadi magnetik dan sedimen. Analisa magnetik memiliki bentuk butir yang
meruncing dan terdapat di daerah hulu dan muara. Bentuk butir sedimen dari pasir pantai
memiliki bentuk membundar atau well rounded. Bentuk butiran sedimen dapat menjadi lebih
bulat (rounded) dan membola (sphericity). Hal ini dikarenakan terdapat pengikisan pada
lapisan yang mampu mempengaruhi transport sedimen. Semakin bulat dan bundar suatu
sedimen, maka semakin panjang perjalanan pembentukan pada sedimen tersebut.
Menurut Hukubun et al., (2020), analisa dari bentuk butiran sedimen menggunakan
parameter yang disebut sebagai sphericity dan roundness. Roundness pada dasarnya
merupakan derajat dari keruncingan ujung-ujung yang dimiliki oleh butiran sedimen,
sedangkan sphericity merupakan perbandingan dari luas pemukaan butiran dengan permukaan
bola yang memiliki volume sama. Kedua perhitungan ini sangat penting dalam melakukan
Analisa bentuk butiran sedimen. Sphericity pada dasarnya diartikan sebagai ukuran
bagaimana suatu butiran memiliki kenampakan mandekati bentuk bola. Jika mekanisme
transportasi dan pengendapan berjalan dengan normal, maka semakin jauh butiran
tertransportasi, maka nilai sphericitynya semakin tinggi. Sphericity memiki klasifikasi
tersendiri yang menandakan dari paling seperti bola hingga paling tidak menyerupai bola.
Roundness merupakan morfologi butir berupa ketajaman pinggir dan sudut suatu partikel
sedimen klastik. Roundness dapat juga disebut sebagai rata-rata aritmatik roundness masing-
masing sudut butiran pada bidang pengukuran. Metode pengukuran roundness yang biasa
digunakan adalah menggunakan perbandingan baik dengan tabel visual secara sketsa maupun
tabel visual secara foto. Kedua Analisa ini memiliki fungsi yang besar dalam melakukan
Analisa bentuk butiran sedimen.Analisa bentuk dari partikel sedimen ini memiliki beberapa
kegunaan. Salah satu kegunaan analisa bentuk sedimen ini adalah sebagai informasi sejarah
transport sedimen.Bentuk butir sedimen ini dapat diklasifikasikan menjadi berbagai macam,
seperti kerikil, kerakal hingga butiran pasir. Bentuk butir sedimen ini ada yang berbentuk
membulat hingga menyudut. Analisa bentuk sedimen ini juga dapat memberikan deskripsi
tentang diferensiasi fasies batuan dan karakteristik lingkungan dari proses sedimentasi. Tipe
transport sedimen ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti ukuan bentuk dan energi
aliran sedimentasi. Bentuk partikel pada sedimen ini mempengaruhi sebaran dari sedimen.
Hal tersebut dikarenakan bentuk butir dapat mempengaruhi jarak dari sedimen saat proses
pengendapan. Kekuatan energi yang diterima oleh sedimen pun akan berbeda-beda,
tergantung pada wilayahnya.
Menurut Iqbal dan Harnani (2017), analisa ukuran butir adalah bagian dari analisis
granulometri. Analisis granulometri ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis ukuran
butir sedimen. Tujuan dari analisis granulometri ini untuk mengetahui proses pengendapan
dan mekanisme transport dari sedimen. Dari analisis granulometri akan dilakukan distribusi
dari nilai mean, sortasi, skweness, dan kurtosis. Mean, sortasi, skewness, dan kurtosis adalah
parameter statistik. Pada saat melakukan analisis granulometri perlu memperhatikan sampel
yang digunakan. Hasil dari analisis granulometri akan mengetahui adanya karakteristik
ukuran butiran sedimen. Selain itu, analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkatan
resistensi dari butiran sedimen yang terhadap proses eksogenetik. Proses eksogenetik berupa
abrasi erosi, serta deposisinya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa analisis bentuk butir
sedimen dilakukan dengan adanya keterangan mengenai proses yang terjadi pada sedimen.
Proses dimulai dari pengendapan, perubahan spasial, distribusi ukuran butir, karakteristik
lingkungan tempat sedimen diperoleh, serta seluruh proses sortasi yang terjadi.
Menurut Simanjutak et al. (2020), Morfologi biji-bijian merupakan ciri khas
kemunculan biji-bijian. Distribusi partikel pasir didasarkan pada kebulatan atau keruncingan.
Membedakan bentuk butiran pasir terdapat parameter penting yang dapat dipakai sebagai
acuan, yaitu roundness, sphericity dan regularity. Roundness merupakan ketajaman pinggir
serta sudut suatu material sedimen klastik. Pengukuran roundness pada suatu butiran
dilakukan dengan cara mengukur jari-jari kelengkungan pada masing-masing sudut butiran,
lalu jari-jari kelengkungan butiran dapat tersebut, dibandingkan dengan jari-jari lingkaran
maksimum yang bisa dimasukkan kedalam butiran tersebut. Sphericity merupakan parameter
yang dipakai sebagai mendefinisikan bentuk dari butiran berdasarkan volume butiran, seperti
perbandingan ukuran dari panjang, lebar serta tinggi butiran salingmen dekati. Sphericity
adalah perbandingan antar lebar partikel dengan panjang partikel. semakin rendah nilai
roundness, maka pinggiran dari butiran akan lebih cenderung meruncing atau menyudut.
Sebaliknya, jika semakin tinggi nilai roundness, maka pinggiran dari butiran akan cenderung
lebih membundar atau membulat. Semakin rendah nilai Sphericity, butiran kristal cenderung
lebih elips. Sebaliknya jika nilai kebulatan semakin tinggi maka butiran kristal cenderung
berbentuk bulat.
Menurut Zikri (2018), struktur sedimen dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
yaitu struktur di dalam batuan (features within strata), struktur permukaan (surfaces features),
dan struktur erosi (erosional sedimentary structures).
a. Struktur di dalam batuan (features within strata) terdiri dari:
- Struktur perlapisan (planar dan stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm disebut
struktur laminasi.
- Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination)
- Struktur perlapisan pilihan (gradded bedding)
- Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus
- Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan ke atas semakin kasar
b. Struktur permukaan (surface features) terdiri dari:
- Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)
- Cetakan kaki binatang
- Cetakan jejak binatang melata
- Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)
- Gumuk pasir (dunes, antidunes)
c. Struktur erosi (erosional sedimentary structures) terdiri dari:
- Alur/galur (flute marks, groove marks, linear ridges)
- Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)
- Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)
- Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)

2.2.1 Roundnes
Menurut Fathoni (2018), satuan batuan sedimen terdiri dari butiran-butiran mineral dan
batuan. Tekstur butiran seperti roundness, sphericity, tanda permukaan, dan sebagainya
sebagian dikendalikan oleh faktor lingkungan pengendapan. Dengan cara yang sama ukuran
butir, distribusi butir, fabric juga dikendalikan oleh faktor hidrodinamika saat terjadinya
pengendapan. Roundness adalah morfologi berangkal yang berkaitan dengan ketajaman
pinggir dan sudut suatu partikel sedimen plastik. Selama terjadinya proses pengangkutan
sedimen, butir sedimen akan terus-menerus bersentuhan dengan satu sama lain dan benda
diam. Tepi tajam cenderung terkelupas dahulu, kemudian abrasi menghaluskan permukaan
butir. Bentuk roundness butiran sedimen tergantung pada medium transportasi dan moda
transportasinya. Namun faktor pengontrol yang penting adalah komposisi serta struktur
internal yang melekat pada butiran sedimen dan bentuk asli butiran mineral. Sedimen yang
berlapis baik dengan belahan dan fissility yang baik memiliki kecenderungan untuk
menghasilkan tabular atau butiran sedimen memanjang, sedangkan batuan masif cenderung
menghasilkan butiran bulat. Beberapa batu terdiri dari butiran mineral yang secara alami
memanjang. Metode penentuan dan interpretasi bentuk dan roundness sedimen berbutir lebih
kasar seperti kerikil dan sebagainya sangat berbeda dibandingkan sedimen berukuran pasir.
Pada sedimen berbutir kasar seperti kerikil mudah diukur karena memiliki ukuran butir yang
besar sehingga dapat diukur dan dideskripsi secara 3 dimensi yaitu panjang maksimum, lebar
maksimum, dan ketebalan maksimal. Dengan 3 pengukuran tersebut dapat memperhitungkan
beberapa indeks. Sedangkan pada butiran berukuran halus seperti pasir pengukuran terbatas
hanya 2 dimensi karena ukurannya yang sangat kecil.

Pasir merupakan tanah berbutir kasar yang terbentuk dari pelapukan batuan beku serta
sedimen. Berdasarkan ukuran butiran, pasir mempunyai ukuran butiran sesuai standar
AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) yaitu
ukuran 2 mm sampai 0,075 mm. Untuk membedakan bentuk butiran pasir ada parameter
penting yang bisa digunakan sebagai acuan, yaitu roundness (R), sphericity (S) dan regularity
(ρ ).Roundness (R) adalah ketajaman pinggir dan sudut suatu material sedimen klastik.
Pengukuran roundness (R) suatu butiran dilakukan dengan cara mengukur jari-jari
kelengkungan masing-masing sudut butiran (ri), kemudian jari-jari kelengkungan butiran
tersebut, dibandingkan dengan jari-jari lingkaran maksimum yang dapat dimasukkan ke dalam
butiran tersebut (rins). Morfologi butiran merupakan karakteristik dari kenampakan luar dari
suatu butiran partikel.(Azizah et.al.,2021)

2.2.2 Spericity
Menurut Mustofa (2019), sphericity merupakan suatu metode yang menganalisa bentuk
butir sedimen dengan acuan derajat kebolaan. Sphericity juga dapat di artikan sebagai derajat
suatu benda yang dibandingkan dengan ukuran derajat dari bola, namun benda dan bola
tersebut memiliki volume yang sama. Metode sphericity bisa dilakukan pada pengukuran
benda apapun yang ingin diuji derajat kebolaannya, hal tersebut juga tidak menutup
kemungkinan bahwa pengukuran bentuk butit sedimen bisa menggunakan metode sphericity.
Metode ini sangat penting dilakukan dalam analisa bentuk butir sedimen. Analisa bentuk butir
sedimen dengan metode sphericity juga akan menghasilkan informasi lainnya selain mengenai
derajat kebolaan dari suatu butir sedimen. Manfaat lainnya adalah dapat memberikan
informasi mengenai sejauh mana sedimen yang diteliti telah mengalami transportasi dan juga
untuk mengetahi dengan cara apa sedimen tersebut bertransportasi. Nilai maksimal yang
didapatkan dari metode sphericity adalah 1. Nilai 1 yang didapatkan dari sphericity
menandakan bahwa suatu bentuk butir sedimen yang diteliti memiliki bentuk semakin
menyerupai bola. Hasil perhitungan yang didapatkan jika semakin jauh dari angka 1, maka
menandakan bahwa butir sedimen tersebut nemiliki bentuk yang semakin beda dengan bola,
atau semakin tidak beraturan. Sedimen yang memiliki pola transport berupa rolling umumnya
akan memiliki nilai sphericity hampir 1, atau dapat dikatakan hampir menyerupai bola.
Kebundaran sphericity merupakan aspek bentuk butiran yang menyatakan ketajaman
sudut butiran. Dimana tingkat abrasi merupakan aspek yang mempengaruhi kebundaran.
Semakin bundar butir sedimen maka butir sedimen tersebut semakin jauh deri tempat
pengendapan. Sebaliknya, jika semakin tajam ujung atau tepi butir sedimen, maka butir
sedimen tersebut semakin dekat dengan tempat pengendapan. Sifat dari sphericity ini sangat
penting untuk melakukan pengukuran dan perhitungan aliran zat padat dan perhitungan
perpindahan panas dan massa. Suatu bahan bisa dikatakan bulat apabila nilai sphericity bahan
sama dengan 1. Bentuk partikel yaitu bentuk lain dari kristal atau butiran yang juga dapat
memengaruhi sifatsifat fisik produk hasil campuran seperti densitas, porositas, permeabilitas
aliran, interaksi dengan cairan, dan lain-lain. Oleh karena itu, yang dibutuhkan untuk saat ini
tidak hanya untuk analisis ukuran partikel, tetapi juga pengukuran bentuk Partikel. Bentuk
partikel yang diharapkan ketika dicampur dengan fluida adalah bentuk partikel yang memiliki
tingkat sphericity atau circularity dan roundness (kebulatan Sudut). Ada beberapa metode
yang digunakan untuk menentukan Sphericity dalam bentuk dua dimensi. Diantaranya ada
dengan membandingkan diameter terpendek dan diameter terpanjang, membandingkan area
permukaan dengan rumus, membandingkan perimeter dengan persamaan, modifikasi
Krumbein dan menghitung nilai eccentricity. Jenis dioda dengan pengaturan tegangan
pemercepat diperoleh sphericity cenderung stabil berkisar 0,6. Nilai sphericity jenis trioda
lebih baik dibandingkan dengan jenis dioda, sebanding dengan adanya kenaikan tegangan
pemercepat, sedangkan nilai rata-rata distribusi intensitas pada jenis dioda lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis trioda (Hutauruk et al., 2020).
Tabel 1. Klasifikasi Sphericity
Hitungan Matematis Kelas

< 0.60 Very elongate

0.60 – 0.63 Elongate

0.63 – 0.66 Subelongate

0.66 – 0.69 Intermediate shape

0.69 – 0.72 Subequent


0.72 – 0.75 Equent

> 0.75 Very equent

(Sumber: Arif et al., 2020)


Butiran sedimen mempunyai berbagai macam, hal itu disebabkan karena proses abrasi
dan jarak yang ditempuh ketika proses transpor sedimen. Sphericity merupakan salah satu
parameter yang dipakai sebagai penentu pada bentuk sedimen yang butirannya berbentuk
bulat. Dimana sphericity dapat mengukur salah satu ukuran kekompakan yang paling banyak
digunakan dari suatu bentuk. Pada dasarnya ada dua teori formulasi untuk indeks sphericity.
Salah satunya didasarkan pada pengukuran panjang dan yang lainnya pada volume dan luas
permukaan (kebulatan sejati). Pengukuran panjang adalah panjang dari tiga sumbu
representatif suatu benda, dimana a = dL (terpanjang), b = dI (menengah) dan c = dS
(terpendek) dan sesuai dengan OBB atau ellipsoid acuannya. Mereka dapat dihitung dengan
analisis komponen utama (PCA) pada model voxel yang sesuai. Ada beberapa formulasi jenis
ini. Indeks kebulatan yang disederhanakan didefinisikan sebagai ψ=d n /a, di mana d n adalah
diameter nominal atau diameter bola yang volumenya sama dengan benda. Krumbein
mendefinisikan kebulatan intersep sebagai ψ= √3 bc /a2 yang merupakan fungsi dari rasio
volume ellipsoid referensi dengan bola yang mengelilinginya. Indeks sphericity yang lebih
diterima secara luas. Wadell menyatakan bahwa Indeks sphericity sejati sebagai rasio luas
permukaan nominal, Sn (luas permukaan bola yang memiliki volume yang sama dengan
Sn √3 36 π V 2
objek), dengan luas permukaan sebenarnya dari objek ψ= = , di mana V adalah
S S
volume benda. Indeks melingkar, c sama dengan 4 π /perimeter2 atau setara 2D dari indeks
sphericity yang sebenarnya. Kedua indeks berkisar dari 1 (bola atau lingkaran sempurna)
hingga 0 (bentuk memanjang). Volume dan permukaan dihitung langsung dari model voxel
dengan menjumlahkan voxel dan surfel eksternal secara berurutan. Estimasi yang lebih baik
dari luas permukaan dapat diperoleh dengan rata-rata tertimbang dari voxel batas atau
mengekstraksi mesh segitiga dengan MC (Marching Cubes). Indeks kebulatan lainnya dapat
didefinisikan sebagai ψ=V P /V s , di mana Vp adalah volume sebenarnya dari partikel
penjumlahan voxel yang dihitung, dan Vs adalah volume bola dengan diameter c. Pendekatan
berdasarkan representasi kontinum menggunakan ekspansi harmonik bola untuk menghitung
S dan V (Matias et al., 2019).

2.2.3 Perbedaan Roundness dan Sphericiy


Menurut Frimadofi et al. (2019), bentuk butiran-butiran pasir yang ada di alam sangat
bervariasi, mula dari bentuk bulat sempurna hingga ke bentuk bulat sempurna hingga sampai
ke bentuk bersudut-sudut tidak beraturan. Dimana terdapat 2 parameter pokok yang harus
digunakan dalam pendeskripsian bentuk butiran pasir, yaitu sphericity dan roudness. Dimana
sphericity (S) atau sering disebut dengan derajat kebolaan didefinisikan sebagai perbandingan
luas permukaan bola yang mempunyai volume yang sama dengan volume butiran dengan luas
permukaan butiran. Sehingga jika semakin tinggi nilai sphericity pada suatu butiran pasir,
maka akan semakin mendekati bola bentuk rupanya. Sehingga dapat diasumsikan bahwa
sphericity merupakan perbandingan antara lebar partikel dengan panjang partikel. Sedangkan
roundness (R) atau derajat kebundaran merupakan ketajaman pinggir dan sudut suatu material
sedimen klastik. Dimana tingkat dari kebundaran suatu butirannya dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti komposisi butir, ukuran butiran, jenis proses transportasi dan seberapa jauh
telah ditransportasikan (jarak tempuh). Sehingga semakin tinggi nilai roundness, maka
semakin bulat pula bentuk butirannya. Dimana pengukuran roundness suatu partikel
dilakukan dengan cara mengukur partikel yang dilakukan dengan cara mengukur masing-
masing sudut butiran tersebut, kemudian jari-jari kelengkungan butiran tersebut dibandingkan
dengan jari-jari lingkaran maksimum yang dapat dimasukkan pada butiran tersebut. Adapaun
pengukuran roundness dapat dirumuskan sebagai berikut:
N

∑ ❑ri/ N
i=1
R=
rins

Dimana:

● ri = Jari-jari lingkaran pada sudut butiran


● N = Jumlah lingkaran pada sudut butiran
● rins = Jari-jari lingkaran terbesar yang bisa masuk ke dalam butiran

Gambar 1. Sphericity dan Roundness


(Sumber: Firmadofi et al. (2019))
Menurut Astari et al. (2021), berdasarkan sifat mikro-fisik butiran, dua parameter
geometrik telah umum dipakai untuk menganalisis bentuk butiran tanah dan sedimen, yaitu
roundness dan sphericity. Roundness didefinisikan sebagai ukuran yang menggambarkan
ketajaman (sharpness) dari ujung atau tepi butiran. Sedangkan sphericity merupakan ukuran
seberapa dekat suatu butiran mendekati bentuk bola (sphere). Dimana uji sphericity dan
roundness sama-sama dilakukan untuk mengetahui. Roundness dan sphericity keduanya
saling berhubungan satu sama lain, dan bisa disebut dengan tidak dapat dipisahkan. Hal ini
disebabkan oleh kedua aspek ini saling berikatan satu sama lain dan biasanya berada
berdampingan dalam tabel bentuk dari butiran pada sedimen. Akan tetapi perbedaan antara
roundness dan sphericity dapat dilakukan dengan menggunakan proyeksi antar butir sedimen.
Roundness merupakan perbandingan dari rata-rata lengkungan sudut butiran sedimen.
Sphericity lebih mengarah kepada derajat kebolaan dari partikel sedimen, sedangkan untuk
roundness lebih mengarah kepada bentuk butir membundar.
2.2.4 Resistensi Sedimen
Resistensi sedimen merupakan ketahanan suatu sedimen terhadap aktivitas baik dari
tenaga eksogen maupun endogen. Resistensi sedimen dipengaruhi oleh tekstur tanah,
stabilitas agregat dan kapasitas peresapan yang bergantung pada sifat organik dan kimiawi
tanah. Material sedimen secara alami sangat bervariasi dari asal usul, ukuran, bentuk dan
komposisi. Partikel seperti gravel dan kerikil bisa terbawa dari erosi batuan yang lebih tua
atau secara langsung keluar dari gunung api. Ada banyak faktor yang menyebabkan ukuran
partikel sedimen berbeda satu sama lain. Ukuran partikel sedimen menunjukkan tingkat
prosesnya terjadi suatu sedimen. Tingkat resistensi sedimen terhadap proses-proses eksogenik
yang dilalui oleh butir sedimen dapat ditentukan dari ukuran butir sedimen. Contoh dari
proses eksogenik tersebut yaitu proses erosi, proses pelapukan, proses abrasi, asal sedimen,
transport sedimen, proses deposisi sedimen, dan lain sebagainya. Metode analisis
granulometri yaitu dengan melakukan proses pengayakan atau sieving dan pemipetan.
(Gemilang et.al.,2017)
Tingkat resistensi sedimen diukur terhadap proses eksogenik butir sedimen. Dari ukuran
butir pantai yang telah diketahui, maka kita dapat menentukan sifat intrinsic sedimen dan
lingkungan deposisinya.Untuk mengukur tingkat resistensi digunakan analisis granuometri
yang merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis ukuran butir pada
sedimen. Analisa granulometri secara umum terbagi menjadi dua metode yaitu secara grafis
dan secara matematis. Analisis granulometri banyak digunakan untuk menganalisis batuan
sedimen klastik. Karena pada metode ini, kita dapat mengetahui bagaimana sebaran butir
batuan sedimen klastik. Dari analisis ini kita dapat mengetahui proses sedimentasi batuan dan
dapat digunakan untuk menginterpretasi lingkungan pengendapan. Dari analisa ukuran butir
ini juga kita dapat menentukan tingkat resistensi sedimen. Dalam menentukan jenis butiran
sedimen maka perlu diidentifikasi perbedaan perbedaan setiap butirnya. Dalam
mendiskripsikan bentuk partikel, dua sifat harus dibedakan yaitu Spericity dan Roundness.
Sphericity adalah pendekatan setiap individu partikel ke bentuk bola, sepenuhnya tergantung
pada bentuk asli partikel, sedanglan abrasi merupakan faktor minor. Istilah deskriptif paling
bagus dipakai untuk partikel pasir atau yang lebih kasar berdasarkan diameter maximum,
minimum dan intermedit. Ada empat bentuk dasar yang dipakai yaitu equant, tabular,
prolate, dan bladed. Sphericity merupakan ukuran bagaiana suatu butiran mendekati bentuk
bola. Material yang mendekati bentuk bola akan cenderung lebih mudah terdeposisi. Untuk
butiran berukuran kerakal perubahan bentuk yang terjadi lebih bervariasi karena lebih banyak
mengalami perubahan bentuk akibat abrasi (Kusumawardani et.al.,2018)
2.3 Transport Sedimen
Transport sedimen merupakan proses pemindahan endapan(sedimen) yang dapat berupa
pada air laut akibat gaya arus dan gelombang.Pada transport sedimen ini mengakibatkan
pendangkalan,yang mana bisa berakibat pada kapal yang kandas. Peristiwa pengendapan pada
sebuah aliran disebut dengan proses sedimentasi.Sedimentasi ini dapat mempengaruhi alur
transportasi air dimana kapal dengan tonase besar akan sulit untuk melintasi sungai dan akan
menyebabkan kerugian ekonomi bagi pengguna alur tranportasi tersebut. Transport sedimen
juga banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan seperti pendangkalan muara
sungai. Ini merupakan permasalahan terutama pada daerah pelabuhan yang akan di bangun
sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam perencanaan ataupun penentuan metode
penanggulangan. Transport sedimen dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
erosi,pembuangan limbah ke sungai, dan juga jetty.Transport sedimen terbagi menjadi dua
arah yaitu sejajar garis pantai (longshore) dan tegak lurus (cross shore) garis pantai. Analisa
sedimen dapat dihitung dengan mengunakan rumus :

Qs=k ×C ×Qi

Qs = debit sedimen melayang,

k = Faktor konversi

C = Konsentrasi sedimen melayang

Qi = Debit air
Muatan Sedimen layang bergerak bersama dengan aliran air sungai, terdiri dari pasir halus
yang terbawa oleh air, dan hanya sedikit sekali berinteraksi dengan dasar sungai karena sudah
didorong ke atas oleh turbulensi aliran. dalam sedimen layang terdapat juga sedimen bilas
yang berukuran sangat kecil.(Saputra et al.,2021)

Mekanisme transport sedimen diwilayah pantai sangat dipengaruhi oleh faktor


osenaografi. Dinamika perairan yang sangat fluktuatif menyebabkan tingkat turbulensi yang
sangat besar. Bila asupan sedimen dari sungai tidak seimbang dengan wilayah yang terjadi
erosi dalam jangka panjang akan merubah keberadaan garis pantai. Longshore current
merupakan faktor utama yang berperan dalam mekanisme transport di wilayah pantai, proses
pengadukan oleh gerakan partikel arus menyebabkan sedimen dapat berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Mekanisme transport sedimen dapat dibagi menjadi 3 yaitu suspended
load, bed load, dan wash load. Mekanisme transportasi bedload terjadi pada fraksi yang kasar
melalui pergerakan transportasi arus traksi dalam bentuk rolling (menggelinding), sliding
(terseret), creep (merayap) dan saltasi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan
campuran antara pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan
perlapisan bersusun. Arus pekat (density) disebabkan karena perbedaan kepekatan (density)
media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam.
Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak mengalir di bawah media yang lebih
encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi.
Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel,
suatu endapan gas yang keluar dari gunungapi. Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir
halus seperti lanau dan lempung yang dihembuskan angin atau endapan lempung pelagik pada
laut dalam. Suspension load bekerja mengangkut sedimen halus (lempung, lanau hingga pasir
sangat halus) berbentuk suspensi yang terangkut cukup jauh dalam aliran, sebelum pada
akhirnya mengendap dengan kecepatan arus yang melemah. Sifat sedimen hasil pengendapan
suspense ini adalah mengandung prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak
mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai memilahan butir yang buruk. Ciri lain
dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran. Wash
load adalah angkutan partikel halus yang dapat berupa lempung (silk) dan debu (dust), yang
terbawa oleh aliran sungai. Partikel ini akan terbawa aliran sampai ke laut, atau dapat
juga mengendap pada aliran yang tenang atau pada air yang tergenang. Sumber utama dari
wash load adalah hasil pelapukan lapisan atas batuan atau tanah di dalam daerah aliran
sungai. Pada kondisi ini, pengangkutan material terjadi pada aliran yang mempunyai
kecepatan aliran yang relatif cepat, sehingga material yang terbawa arus membuat loncatan-
loncatan akibat dari gaya dorong pada material tersebut (Gemilang et al., 2017).
Menurut Fitryane (2017), Transport sedimen adalah proses pengangkutan sedimen dari
sumber aslinya ke lokasi yang lebih rendah, kemudian ke badan sungai dan masuk ke muara.
Proses transpor sedimen merupakan proses yang sangat rumit karena dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah banyaknya sedimen yang masuk ke sungai yang
dipengaruhi oleh iklim, topografi cekungan drainase, kondisi geologi, kondisi limpasan
permukaan, bentuk cekungan drainase, kerapatan aliran vegetasi dan metode budidaya daerah
tangkapan. Yang merupakan asal muasal cekungan drainase pengendapan. Karakteristik
saluran air dan kondisi limpasan permukaan, aliran permukaan, yaitu air yang mengalir di atas
permukaan tanah. Bentuk aliran permukaan merupakan faktor penting dalam menyebabkan
erosi dan pengangkutan sedimen. Karakteristik aliran permukaan yang menentukan
kemampuannya menyebabkan erosi dan pengangkutan sedimen adalah jumlah, kecepatan dan
fluktuasi aliran permukaan. Terakhir, sifat fisik sedimen yang menentukan jumlah sedimen
yang terlibat adalah jumlah dan ukuran partikel sedimen.

2.4 Distribusi Sedimen Parangkusumo


Menurut Helfinalis (2018), sedimen adalah material atau partikel yang terbentuk dari
pelapukan batuan, material biologi, endapan kimia, debu, material sisa tumbuhan dan daun.
Dari hasil pembentukkan sedimen secara terus-menerus dapat membentuk suatu endapan
sedimen. Kata sedimen berasal dari bahasa latin “Sedimentum” yang berarti “pengendapan”.
Endapan sedimen merupakan material padat yang terakumulasi di permukaan bumi atau dekat
permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan temperatur yang rendah. Umumnya endapan
sedimen adalah produk penghancuran batuan tua yang kemudian dibawa dan didistribusikan
oleh arus atau angin. sebagian sedimen merupakan hasil presipitasi kimia atau biokimia dari
larutan. Ada beberapa jenis sedimen yang tidak berasal dari hancuran batuan tua, seperti
batubara yang merupakan residu organik berasal dari tumbuhan serta sedimen vulkanogenik
yang berasal dari material hasil letusan gunung api. Sedimen yang tidak berasal dari batuan
tua biasanya memiliki ukuran yang relatif kecil dan jarang ditemukan. Selain itu, terdapat
material lain yang tergolong ke dalam batuan sedimen yang sangat jarang ditemui, yaitu
endapan material kosmik yang berasal dari ruang angkasa.

Menurut Gemilang et al. (2017), dalam analisis butir sedimen sifat-sifat sedimen yang
penting diketahui meliputi ukuran partikel dan butir sedimen, rapat massa, bentuk, dan juga
kecepatan sedimen. Ukuran butir adalah aspek yang paling fundamental dari partikel sedimen.
Hal ini dikarenakan ukuran butir sedimen mempengaruhi proses sedimentasi transportasi dan
pengendapan. Analisis ukuran butir memberikan petunjuk penting mengenai asal sedimen,
sejarah transportasi, kondisi pengendapan, dan distribusi sedimen. Distribusi ukuran butir
sedimen dipengaruhi oleh faktor seperti jarak dari garis pantai, jarak dari sumber (sungai),
sumber material sedimen, topografi, dan mekanisme transportasi sedimen. Selain itu,
distribusi ukuran juga dipengaruhi oleh faktor ketersediaan sumber sedimen menuju ke
lingkungan pengendapan dan kondisi hidrodinamis selama transportasi dan deposisi sedimen.
Dalam analisis granulometri yang menganalisis sedimen berdasarkan perubahan ukuran butir
memiliki tujuan untuk menentukan tingkat resistensi terhadap proses eksogenik butir sedimen,
sebagai contoh proses pelapukan, erosi, dan abrasi.

Menurut Randa et al. (2021), sedimen merupakan proses akumulasi mineral yang
disebabkan oleh pengendapan dari material maupun partikel lain yang terbentuk melalui
proses kimia di laut. Muatan sedimen yang masuk ke dalam perairan melalui media air akan
tersedimentasi sehingga dengan proses yang terjadi secara terus-menerus pada material
tersebut akan terjadi pengendapan. Proses pengendapan sedimen dapat diperkirakan dari
sebaran ukuran butir sedimen. Morfologi sedimen berupa butir mempengaruhi sebaran
sedimen pada dasar perairan. Terdapat dua bentuk utama partikel sedimen yaitu angular dan
roundness. Angular adalah urutan tingkatan yang menunjukkan suatu partikel mendekati
bentuk bola. Sedangkan roundness adalah bentuk partikel yang berhubungan dengan tingkat
ketajaman dan lekukan dari sisi-sisi dan sudut partikel. Bentuk partikel-partikel ini
mempengaruhi model transportasi sedimen tersebut. Sehingga ukuran dan bentuk butir
sedimen merupakan faktor pembatas sebaran sedimen di dasar perairan. Ukuran butir sedimen
salah satu faktor pengontrol proses pengendapan sedimen di perairan, semakin kecil ukuran
butir, maka semakin lama partikel tersebut dalam kolam air dan semakin jauh diendapkan dari
sumbernya.
Menurut Haryanti dan Sutanto (2019), distribusi sedimen di Parangkusumo terbagi ke
beberapa morfologi seperti gumuk pasir, daerah run off, vegetasi dan sebagainya. Vegetasi
merupakan komunitas tumbuhan yang menempati suatu daerah. Kerapatan vegetasi
mempengaruhi proses pembentukan gumuk pasir atau yang disebut dengan proses deflasi.
Proses deflasi di Pantai Parangkusumo didukung oleh adanya lorong angin Parangtritis-
Parangkusumo. Gumuk pasir memiliki fungsi ekologis yang penting meliputi mencegah
terjadinya peresapan air laut (intrusi) ke lapisan tanah, mencegah abrasi, dan penghalang
ketika terjadi tsunami. Proses pembentukan gumuk pasir dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kecepatan angin dan arah angin serta pasokan material pasir. Selain itu, vegetasi
penutup juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terhadap perubahan morfologi
gumuk pasir. Hal ini disebabkan kecepatan angin akan tertahan oleh vegetasi tersebut,
sehingga material deposisi terperangkap pada muka vegetasi dan angin mengalami penurunan
kecepatan membentuk angin turbulen di belakang vegetasi.
Menurut Putro dan Prasetiyowati (2020), geomorfologi Parangtritis dan daerah
sekitarnya terdiri dari beragam bentuk lahan dengan asal proses meliputi volkanik, struktural,
fluvial, marin, aeolian, denudasional, dan antropogenik. Gumuk pasir pada Pantai
Parangkusumo merupakan bentukan yang unik dengan ukuran yang besar dan satu-satunya
tempat berkembangnya gumuk pasir tipe barchan di sistem tropika basah. Sedimentasi pada
gumuk pasir dipengaruhi adanya tutupan lahan. Faktor tersebut merupakan salah satu adanya
proses antropogenik. Distribusi sedimen pada Parangtritis dan daerah sekitarnya berkembang
karena disuplai oleh material yang berasal dari aktivitas vulkanik dari Gunung Merapi,
Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, dan Gunung Sumbing di Kabupaten Gunungkidul.
Material dari dari aktivitas vulkanik tersebut akan terbawa oleh aliran sungai yang ada di
daerah tersebut meliputi Sungai Progo, Sungai Oyo, dan Sungai Opak. Material sedimen akan
terbawa mencapai muara dan terangkut oleh aktivitas arus sepanjang pantai. Material yang
diangkut oleh arus tersebut akan mengendap dan tersendimentasi oleh adanya energi
gelombang. Ketika surut, material tersebut mengering dan dibawa oleh angin dan mengendap
pada suatu tempat yang membentuk sebuah gumuk pasir.

2.5 Analisis Perhitungan Kelerengan Pantai


Menurut Darmiati et al. (2020), pantai adalah kawasan yang bersifat dinamis. Hal ini
dikarenakan merupakan tempat pertemuan dan interaksi antara darat, laut, dan udara. Pantai
selalu menyesuaikan secara terus-menerus menuju keseimbangan alami terhadap dampak
yang terjadi sehingga mempengaruhi perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai adalah
suatu proses yang kontinyu melalui berbagai proses alami di pantai seperti pergerakan
sedimen, arus menyusur pantai, gelombang dan penggunaan lahan. Perubahan garis pantai
dapat disebabkan oleh faktor alami maupun antropogenik. Faktor alami berupa sedimentasi,
abrasi, pemadatan sedimen pantai, kenaikan muka air laut, dan kondisi geologi. Faktor
manusia dapat berupa penanggulan pantai, penggalian sedimen pantai, penimbunan pantai,
penebangan tumbuhan pelindung pantai, pembuatan kanal banjir, dan pengaturan pola daerah
aliran sungai. Perubahan garis pantai dapat terjadi dari waktu ke waktu dalam skala musiman
maupun tahunan, tergantung daya tahan kondisi pantai dalam bentuk gelombang laut, pasang
surut, dan angin.

Menurut Kalay et al. (2018), sistem sirkulasi air laut yang dibangkitkan oleh pasang
surut, arus, dan gelombang pada daerah pesisir sangat efektif untuk mengangkut material
sedimen khususnya pada perairan dangkal dan kawasan pesisir. Dinamika hidro-oseanografi
tersebut menghasilkan morfologi pantai bervariasi secara spasial maupun temporal. Dinamika
yang terjadi pada kawasan pantai yang diakibatkan dari tekanan gelombang dan arus
merupakan suatu proses keseimbangan secara terus-menerus. Arus dan gelombang merupakan
faktor utama kekuatan yang menentukan arah dan sebaran sedimen. Kekuatan ini yang
menyebabkan karakteristik berbeda sehingga pada dasar perairan disusun oleh berbagai
kelompok. Perbedaan ukuran partikel pada perairan dipengaruhi oleh perbedaan jarak dari
sumber sedimen tersebut. Proses transport sedimen di pantai akan memberikan dampak pada
perubahan kemiringan pantai, bahkan dapat mengganggu proses keseimbangan pantai. Jika
keseimbangan pantai terganggu akan menyebabkan kawasan lain yang bertambah atau erosi
dan pengendapan sedimen yang berlebihan (akresi). Metode analisis data untuk menentukan
besar sudut kemiringan pantai dapat menggunakan persamaan:

y
tan ( β )=
x

Dimana x merupakan jarak bidang datar pengamatan dan y merupakan jarak vertikal
bidang pantai terhadap sumbu x. Untuk mengetahui nilai pada sumbu x, ditentukan dengan
menggunakan phitagoras:

x=√ r − y
2 2

Kemiringan pantai ( β )=arc tan ( yx )


β
Persentase kemiringan lereng (%) =
0.45

Berdasarkan persentase kemiringannya diklasifikasikan kemiringan lereng berdasarkan


kriteria Van Zuidan, yaitu:

- Lereng datar = 0-3%

- Lereng landai = 3-8%

- Lereng miring = 8-14%

- Lereng sangat miring = 14-21%

- Lereng curam = 21-56%

- Lereng sangat curam = 56-140%

- Lereng terjal => 140%


Pada umumnya pesisir pantai yang memiliki tipe kemiringan lereng datar dan landai
mempunyai energi gelombang kecil dengan sedimen berfraksi halus, karena semakin landai
pantai maka gelombang datang akan semakin kecil. Sedangkan untuk pesisir pantai yang
memiliki kemiringan lereng sangat miring dan curam, mempunyai energi gelombang yang
kuat dengan sedimen berfraksi kasar. Kemiringan pantai menyebabkan gelombang pecah
sehingga terjadi kenaikan gelombang dan terbentuk arus, baik arus sepanjang pantai maupun
arus tegak lurus pantai. morfologi dan tipe pantai sangat ditentukan oleh intensitas, frekuensi,
dan kekuatan energi yang diterima pantai tersebut.

Menurut Setyawan et al. (2017), analisis kelerengan pantai dapat diperoleh dengan
menghitung kemiringan (slope) menggunakan peta kontur batimetri dari hasil pengolahan
data batimetri. Perhitungan kemiringan dasar laut menggunakan persamaan sebagai berikut:

( n−1 ) × Ic
S= ×100 %
∆h

Keterangan:

S : nilai kemiringan lereng

∆h : jarak horizontal

Ic : interval kontur

n : jumlah kontur

Gambar 2. Klasifikasi Slope

(Sumber: Setyawan et al., 2017)

2.6 Studi Kasus Penelitian Sedimentologi Oseanografi


Perairan Mangunharjo merupakan perairan yang terletak di Kota Semarang dan banyak
dijadikan sebagai tempat pusat berbagai kegiatan vital seperti perumahan penduduk,
pertambakan, rekreasi dan tak kalah penting sarana perhubungan. Dinamika pesisir yang
terjadi di Perairan Mangunharjo yaitu sedimentasi dan abrasi menjadi permasalahan yang
sering terjadi. Penanganan dinamika pantai memerlukan kajian terkait sedimen dasar perairan
untuk memperoleh solusi yang tepat terhadap permasalahan. Target yang ingin diperoleh dari
studi ini untuk mengetahui pengaruh dari faktor oseanografi seperti arus, gelombang, angin,
pasut dan lainnya terhadap pola sebaran sedimen dasar. Data penelitian yang digunakan
berupa data sedimen dasar sebagai data pengukuran lapangan, sementara untuk data arus laut,
gelombang laut, angin, pasang surut, batimetri, debit sungai bersumber data sekunder.
Pengolahan data sedimen dasar menggunakan metode granulometri, pengolahan data
gelombang dan angin menggunakan metode SMB dan data pasang surut diolah dan dianalisa
menggunakan metode admiralty. Selain itu, masalah lain yang muncul adalah mundurnya
garis pantai akibat konversi hutan mangrove menjadi pertambakan dan proses abrasi pantai.
Pergerakan sedimen yang berlangsung secara kontinu akan memicu terjadinya perubahan
garis pantai melalui proses sedimentasi yang berdampak pada pendangkalan atau erosi yang
berdampak pada hilangnya suatu area pada suatu perairan. Tahap pengukuran dan
pengambilan data lapangan dilakukan di 9 stasiun di perairan Mangunharjo diolah
menggunakan metode admiralty yang menghasilkan komponen pasang surut untuk
mengidentifikasi tipe pasang surut dan elevasi muka air. Data gelombang dan angin dari
bersumber dari ERA5 European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF).
Pola Arus di Perairan Mangunharjo menggunakan Pemodelan Hidrodinamika DHI, yang
hasilnya diperoleh didominasi oleh arus pasang surut karena memiliki pola pergerakannya
mirip atau mendekati dengan pola pasang surut yang terjadi. Arus di Perairan Mangunharjo
mempunyai karakteristik yang dominan bergerak pola arus menuju ke arah barat laut dan
tenggara Hasil penelitian diperoleh bahwa Perairan Mangunharjo, Kota Semarang didominasi
oleh ukuran butir pasir, lanau. Faktor oseanografi yang paling berpengaruh terhadap sebaran
sedimen dasar perairan Mangunharjo adalah arus. Arah arus dominan mengarah ke tenggara
dan barat laut mempengaruhi pola persebaran sedimen dasar yang arah persebarannya
mengikuti arah arusnya. Kecepatan arus di tiap titik pengambilan sampel sampel berbanding
lurus dengan perubahan ukuran butir sedimen. Arah gelombang datang didominasi dari arah
timur laut, gelombang di perairan Mangunharjo relatif kecil yaitu >1 sehingga tidak
berpengaruh signifikan pada sebaran sedimen dan sulit untuk dipindahkan oleh tenaga
gelombang dengan rentang jarak yang panjang dan luas.(Purba et al.,2022)
Pada Kabupaten Demak terdapat sungai yang melintasi beberapa wilayah kecamatan
yaitu Sungai Jajar. Muara Sungai Jajar ini juga dimanfaatkan penduduk sekitar untuk jalur
transportasi bagi nelayan. Tingkat sedimentasi di perairan akan sangat berkaitan dengan
faktor-faktor oseanografi seperti arus dan pasang surut yang selanjutnya akan menentukan
distribusi ukuran butir sedimen. Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian bertujuan untuk
mendapatkan sebaran ukuran butir sedimen dan mengkaitkannya dengan faktor oseanografi
yang mempengaruhinya.Pada perairan tesebut permasalahan yang terjadi adalah terkait erosi
dan perubahan garis pantai. Perpindahan sedimen yang perlahan mengubah kondisi garis
pantai merupakan mekanisme transpor sedimen yang dipengaruhi langsung oleh gelombang
dan arus. Material sedimen yang terbawa menuju laut mengendap di dasar perairan. Proses
pengendapan yang terjadi secara terus menerus menyebabkan penumpukan substrat sedimen.
Wilayah Sungai Jajar merupakan daerah yang mengalami sedimentasi tinggi karena Sungai
Jajar merupakan tempat pencampuran air dari persawahan, pertambakan, industri maupun
kawasan penduduk. Sungai Jajar juga banyak dilintasi oleh nelayan – nelayan sekitar. Setiap
tahun pengangkutan sedimen menuju laut dapat mencapai ribuan meter kubik. Tingkat
sedimentasi yang tinggi ini berpotensi membawa pasokan sedimen masuk ke perairan Sungai
Jajar sehingga dapat menyebabkan pendangkalan.Pada penelitian ini sampel sedimen yang
diambil dari perairan muara sungai Jajar, Demak. Parameter oseanografi yang diukur meliputi
arus, pasang surut, data angin. Metode penentuan lokasi pengambilan sampel sedimen
menggunakan metode purposive sampling yaitu berupa penentuan lokasi sampel dengan
pertimbangan atau tujuan tertentu. Sampel sedimen diambil sebanyak 100 gram pada masing-
masing stasiun untuk dilakukan proses sieving dan pemipetan. Proses pemisahan sedimen
(sieving) sesuai ukuran butir menggunakan sieve shaker dengan amplitudo 60 dalam waktu 15
menit. Setelah proses pengayakan didapatkan nilai ukuran butir sedimen pada setiap lapisan
mesh (2 μm, 0.5 μm, 0.3 μm, 0.150 μm dan 0.063 μm, Sedimen yang berukuran sangat halus
yaitu kurang dari 0,063 tidak dapat diukur melalui sieve shaker . Setelah pengolahan
data ,didapatkan hasil yaitu secara umum persebaran ukuran butir sedimen di perairan Muara
Sungai Jajar Demak terdiri dari fraksi silt dan clay. Persebarannya sedimen dengan ukuran
yang lebih halus lebih mudah berpindah dari permukaan pantai menuju laut dan cenderung
lebih cepat bergerak daripada ukuran kasar dikarenakan adanya pergerakan arus pasang surut
yang membawa sedimen halus lebih dominan kearah laut. Persebaran sedimen pada Muara
Sungai Jajar dapat disebabkan oleh suplai sedimen dari DAS Sungai Jajar yang merupakan
hilir dari Sungai Jajar Demak, yang membantu membawa sedimen dari hilir suangi menuju
laut. Ukuran butir sedimen yang mendominasi di perairan Sungai Jajar Demak adalah
sedimen dengan ukuran butir silt. Sedangkan ukuran butir sedimen lainnya yang tidak
mendominasi yaitu sedimen dengan ukuran butir clay dan sedimen dengan ukuran butir sand.
Butiran sedimen disungai Jajar, Demak tersusun oleh yaitu sand, clay ,silt. Sedimen tersusun
atas 79,99 % silt ; 5,99 % clay dan 16,05 % sand. Faktor oseanografi yang dominan
mempengaruhi sebaran ukuran butir sedimen adalah Arus pasang surut. Hal ini dibuktikan
dengan persebaran ukuran butir yang lebih dominan ke silt dan clay pada Muara Sungai Jajar
Demak.(Sihombing et.al.,2021)
Menurut Gemilang et al (2018), Faktor oseanografi yang berperan dalam distribusi
sedimen di suatu perairan adalah arus, khususnya terhadap sedimen tersuspensi (suspended
sediment).Distribusi fraksi sedimen dipengaruhi oleh arus. Mekanisme distribusi pasir ini
sangat tergantung dari dua faktor yang saling bergantung yaitu penyortiran hidrolik (hydrolic
sorting) dan pengendapan. Dalam lingkungan pesisir, sedimen bersifat dinamis yang akan
mengalami pengikisan, transportasi dan pengendapan dalam skala spasial maupun temporal.
Penyelidikan pemahaman tentang proses dinamis yang terjadi di lingkungan pesisir sangatlah
diperlukan untuk prediksi evolusi pesisir dimasa datang. Pengendapan berupa fraksi lumpur
halus yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara arus, pasang-surut dan salinitas. Oleh
karena itu muara merupakan lingkungan pertukaran terbatas yang dapat bertindak sebagai
buangan atau sumber sedimen dan sedimen berasosiasi dengan kontaminan dibuang ke
lingkungan perairan. Interpretasi lingkungan dari distribusi ukuran butir ditemukan dalam
deposit sedimen dan masih merupakan tujuan dasar sedimentologi. Pengetahuan tentang
karakteristik tekstur sedimen muara sangat penting dalam membedakan berbagai
pengendapan mikro lingkungan. Proses pengendapan sedimen dapat diperkirakan melalui
penyebaran ukuran butir sedimen. Sifat-sifat sedimen yang penting untuk diketahui antara lain
ukuran partikel dan butir sedimen, rapat massa, bentuk dan juga kecepatan sedimen.
III. MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum sedimentologi modul 4 analisa bentuk butir roundness dan sphericity
dilakukan pada tanggal 8 April 2022 secara daring melalui platform Ms. Teams bertempat di
kediaman masing-masing.
3.1.2 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan Analisa Bentuk Butir
No Nama Gambar Fungsi
1. Mikroskop
Binokuler
Sebagai alat
bantu
pengamatan
butir sedimen
2. Cawan Petri Sebagai
tempat
meletakkan
sampel
sedimen saat
pengamatan
3. Sampel
Sedimen Bahan yang
digunakan
untuk analisa

4. Kertas Untuk
Identifikasi mencatat dan
mengidentifik
asi sampel
sedimen
5. Handphone
Untuk
mendokument
asikan hasil
pengamatan
sampel

3.2 Metode
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel sedimen sedimen diambil dan ditaruh ke cawan petri
3. Sampel diamati menggunakan mikroskop
4. Dominasi dan kerapatan sampel diamati
5. Sampel dianalisa dan diidentifikasi dengan acuan kertas identifikasi
6. Kelas roundness butiran sampel ditentukan
7. Hal yang sama dilakukan pada sampel lain
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisa Bentuk Butir Roundness
Hasil dari sampel masing masing di 4 stasiun menunjukkan karakteristik pada daerah
masing masing. Pada stasiun 1 menunjukkan di daerah run up, vegetasi, sand dune fornt, dan
sand dune back memiliki karakteristik masing masing sub angular, angular, sub rounded dan
sub rounded. Presentase masing masing kerapatan di setiap daerah di stasiun 1 adalah 45%,
45%, 45%, dan 40%. Pada stasiun 2 menunjukkan di daerah run up, vegetasi, sand dune fornt,
dan sand dune back memiliki karakteristik masing masing sub angular, rounded, sub rounded
dan sub angular. Presentase masing masing kerapatan di setiap daerah di stasiun 2 adalah
40%, 45%, 45%, dan 45%. Pada stasiun 3 menunjukkan di daerah run up, vegetasi, sand dune
fornt, dan sand dune back memiliki karakteristik masing masing sub angular, angular,
rounded dan sub rounded. Presentase masing masing kerapatan di setiap daerah di stasiun 3
adalah 45%, 40%, 45%, dan 40%. Pada stasiun 4 menunjukkan di daerah run up, vegetasi,
sand dune fornt, dan sand dune back memiliki karakteristik masing masing sub angular, sub
rounded, sub angular dan angular. Presentase masing masing kerapatan di setiap daerah di
stasiun 4 adalah 45%, 45%, 45%, dan 40%.
Butir sedimen di setiap masing masing tempat memiliki karakteristik sendiri sendiri.
Pada daerah run up memiliki karakteristik butiran sedimen sub angular dan angular.
Karateristik tersebut diakibatkan adanya memiliki tekanan dari perairan seperti gelombang
mengikis batuan yang ada di dasar pantai kemudian mengendap di dasar perairan run up yang
cenderung lebih kasar. Hal tersebut menyebabkan perubahan bentuk butiran sedimen sehingga
nilai dari rounnes lebih rendah. Pada daerah vegetasi memiliki karakrterisitk butiran sedimen
sub rounded, rounded, dan angular. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan vegetasi
mampu menahan pergerakkan udara yang membawa butiran sedimen ke daerah vegetasi dan
terhambat oleh daun daun sekiter sehingga sedimen mengendap di daerah vegetasi. Angin
memiliki energi transport yang kebanyakan membawa sedimen yang berukuran halus. Pada
daerah sand dune front memiliki karakteristik butiran sedimen sub rounded, rounded dan sub
angular. Karateristik tersebut diakibatkan pada daerah sand dune front memiliki sedimen yang
terbawa oleh angin dari hasil daerah yang memiliki kontak dengan perairan yang dimana
gelombang dan arus memiliki energi transport yang menurun yang mngakibatkan beberapa
sedimen yang dibawa memiliki krakteristik halus sehingga bentuk butir sedimen dari daerah
sand dune front memiliki karakteristik lebih bunda atau roundness yang mendominasi wilayah
ini. Pada sand dune back bentuk butiran sedimen angular, sub rounded, dan sub angular. Hal
tersebut dikarenakan pecahan dari sand dune front atau tempat lain terbawa angin yang
dimana butiran sedimen yang dibawa enderung lebih halus sehingga pecahan batu tersebut
terbawa dan terendap di daerah sand back dune.
4.2.2. Analisa Bentuk Butir Spherecity
Hasil dari sampel masing masing di 4 stasiun menunjukkan karakteristik pada daerah
masing masing. Pada daerah Run up menunjukkan di stasiun 1,2,3 dan 4 memiliki
karakteristik masing masing high sphericity, medium sphericity, medium sphericity, dan low
sphericity. Pada vegetasi menunjukkan di stasiun 1,2,3 dan 4 memiliki karakteristik masing
masing low sphericity, medium sphericity, medium sphericity, dan sphericity. Pada Sand dune
front menunjukkan di stasiun 1,2,3 dan 4 memiliki karakteristik masing masing medium
sphericity, medium sphericity, medium sphericity, dan medium sphericity. Pada sand dune
back menunjukkan di stasiun 1,2,3 dan 4 memiliki karakteristik masing masing medium
sphericity, medium sphericity, medium sphericity, dan low sphericity.
Butir sedimen di setiap masing masing tempat memiliki karakteristik sendiri sendiri.
Pada daerah run up memiliki karakteristik butiran sedimen high hingga low sphericity.
Karateristik tersebut diakibatkan adanya memiliki tekanan dari perairan seperti gelombang
mengikis batuan yang ada di dasar pantai kemudian mengendap di dasar perairan run up yang
cenderung lebih kasar. Selain itu, pada proses transport di sekitar daerah run up gelombang
beberapa butiran di dasar perairan juga ikut terangkat sehingga butiran halus juga ikut terbawa
oleh gelombang dan menyebabkan perubahan bentuk butiran sedimen. Pada daerah vegetasi
memiliki karakrterisitk butiran sedimen low hingga medium sphericity. Hal tersebut
disebabkan oleh kemampuan vegetasi mampu menahan pergerakkan udara yang membawa
butiran sedimen ke daerah vegetasi dan terhambat oleh daun daun sekiter sehingga sedimen
mengendap di daerah vegetasi. Selain itu, low sphericity menjadi minoritas karakteristik dari
4 stasiun karena butiran halus merupakan salah satu butiran yang mudah dibawa oleh masing
masing medium transport. Pada daerah sand dune front memiliki karakteristik butiran
sedimen medium sphericity. Karateristik tersebut diakibatkan pada daerah sand dune front
memiliki kontak dengan angin yang membawa sedimen di pantai yang dimana gelombang
dan arus memiliki energi transport yang menurun yang mengakibatkan beberapa sedimen
yang terbawa oleh gelombang lagi ke perairan memiliki krakteristik halus dan butiran
medium mengendap lebih mudah mengendap dan terbawa angin ke daerah sand dune front.
Pada sand dune back bentuk butiran sedimen low hingga medium sphericity. Hal tersebut
dikarenakan pecahan dari sand dune front atau tempat lain terbawa angin yang dimana butiran
sedimen yang dibawa cenderung lebih halus sehingga sedimen terbawa dan terendap di
daerah sand back dune dan untuk low sphericity kemungkinan berasal dari daerah lain yang
terbawa oleh angin menuju ke daerah sand dune back.
4.2.3. Analisa Bentuk Butir Lapangan
Daerah yang memiliki dinamika air yang besar seperti daerah run up maupun sand dune
front cenderung memiki sub angular dan sub rounded yang rendah dan sedangkan pada daerah
yang memiliki pergerakkan air yang minim seperti vegetasi berkarakteristik angular dan
rounded membuat roundness di daerah tersebut bervariasi. Selain itu, pada daerah spherecity
bernilai tinggi yaitu run up dan sand dune front memiliki karakteristik high sphericity da
medium sphericity yang dimana buitran sedimen memiliki proses transport yang panjang
sehingga nilai resitensi butiran sedimen tersebut lebih tinggi. Pada daerah run up gelombang
dan sand dune back memiliki sphericity yang rendah karena proses transport yang dialami
oleh butiran sedimen mengakibatkan perubahan bentuk yang ada di butiran sedimen tersebut.
Butiran pada kedua lokasi itu memiliki resistensi yang rendah. Pada distribusi di daerah
pantai, pada derah yang berada di dekat sungai memiliki ukuran butir yang halus dan di
daerah laut cenderung memiliki ukuran butir yang kasar. Ketika suatu butiran mengalami
transport yang jauh akan mengakibatkan perubahan bentuk dan cenderung menjadi halus.
Pada seidmnen yang berada di laut meiliki jangka transport yang lebih pendek yang bentuk
butir yang dihasilkan cenderung kasar. Diameter pada daerah lepas pantai hingga pantai lebih
besar dari daerah dekat sungai jika dilihat dari tingkat kehalusan butir sedimen. Sedimen bed
load akan terangkat oleh aliran sungai yang kemudian membawa sedimen terrsebut
tertransport ke daerah lain. Sedimen tersebut tertransport akibat dari berat sedimen dan
gesekan dari suatu aliran fluida. Pada faktor hidro osenaografi yang mempengaruhi bentuk
butir adalah arus dan gelombang yang dimana memiliki gesekkan perairan di butiran tersebut
tinggi. Pada rsistensi sedimen, apabila roundness dan spherecity tinggi maka  resistensi dari
butiran seidmen juga tinggi dan sebaliknya. Analisa ini dipengaruhi oleh human error yang
dimana akan mempengaruhi ketelitian pada hasil akhir. Pada nilai human error juga bisa
terjadi di saat pengamatan dan penentuan bentuk karakteristik karena hanya dengan
pengamatan akan menimbulkan multitafsir dan diperlukan bukti pendukung kuar dalam
emnganalisa. Selain itu pada pengamatan di mikroskop juga dilakukan dengn menyebarkan
butiran sedimen secara merata di cawan petri dan tidak menumpuk agar butiran sedimen dapat
dilihat secara utuh.
Pada sampel vegetasi dapat dilihat stasiun 1 dan 2 merupakan rounded dan low
spherecity, hal ini terjadi karena tidak terlalu terpengaruh oleh eksogen dan dapat dikatakan
sampel ini high resistance, karena dipengaruhi oleh arus dan endogen lainnya pada stasiun 3
dan 4 merupakan medium spherecity dan sub rounded di stasiun 3 dan rounded pada stasiun
4. Dengan tingkat erosi yang rendah maka sedimen akan memiliki derajat kebundaran yang
rendah juga, jadi dapat dikatakan pada sampel ini derajat erosinya rendah sehingga tidak
terlalu bundar ( Dana et al., 2016). Jika dikaitkan dengan transport sedimennya sampel ini
tidak terlalu lama terangkut sehingga tidak terlalu terkikis. Perayaan atau bed load juga tidak
terlalu sering sehingga masih belum terlalu bulat atau spherecity tetapi rounded dan terkikis
karena gerakan arus yang cukup kencang mengikisnya, mengapa halus namun tidak
spherecity atau membulat? Karena pengaruh arus yang cukup kencang dapat mempengaruhi
terkikisnya sedimen.
Pada sampel sand dune front hasil dari stasiun 1-4 sama yaitu sub rounded dan medium
spherecity yaitu tidak terlalu halus dan tidak terlalu bundar. Hal ini terjadi karena resistensi
dari sampel sedimen tersebut yang dapat dikatakan cukup tinggi sehingga tidak terlalu
terpengaruh, dan juga sand dunes merupakan sedimen yang menggunung dan berarti sedikit
merapat antar sedimennya sehingga diendapkan disepanjang pantai dan membuatnya tidak
terlalu terpengaruh oleh eksogen, menurut Hariyanti dan Susanto (2019), proses deflasi pasir
pada berbagai tipe gumul pasir berbeda tergantung faktor yang menyertainya. Dapat dilihat
proses deflasi sedimen ini tidak terlalu terpengaruh sehingga membuat bentuknya tidak terlalu
halus dan tidak terlalu bulat.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Bentuk butir sedimen dalam praktikum ini ditentukan berdasarkan spherecity dan
roundness. Untuk spherecitynya, terdapat 3 jenis di praktikum ini dimana high
spherecity pada stasiun 1&4 runoff, medium spherecity pada stasiun 2 &3 runoff,
stasiun 3&4 vegetasi, stasiun 1-4 sand dune front dan stasiun 1-3 sand dunes back.
untuk jenis low spherecity ada pada stasiun 1&2 vegetasi dan stasiun 4 sand dunes
back. Untuk roundness pada praktikum ini hanya ada 2 jenis yaitu sub rounded pada
stasiun 1,3&4 runoff, stasiun 3 vegetasi, dan stasiun 1-4 sampel sand dunes front dan
sand dunes back. Selanjutnya ada jenis rounded pada stasiun 2 runoff dan stasiun 1,2
dan 4 vegetasi. Jenis jenis ini bentuk butir ya berbeda karena letak dan sifat dari
masing masing sampel.
2. Proses pengendapan sedimen setiap sampel berbeda tergantung bentuknya karena
setiap bentuk tertransport berbeda beda. Pada hasil yang didapat sampel vegetasi tidak
tertransport dengan baik sehingga bentuknya tidak terlalu halus dan membulat. Sampel
sand dunes back maupun front termasuk sedimen yang menggunung dan merapat
sehingga pengendapannya menyebabkan kerapatan dan membuatnya tidak terlalu
sering terkikis. Sedangkan sampel runoff terlihat sering terkikis yang membuktikan
bahwa faktor eksogen sangat mempengaruhi dan kerapatannya rendah.

5.2. Saran
1. Sebaiknya praktikum selnajutnya diberi waktu yang lebih banyak untuk pelaksanaan
posttest terlebih ketika soalnya perhitungan
2. Diharapkan dalam pemberian peraturan penugasan disederhanakan agar memudahkan
praktikan
3. Sebaiknya dalam pemberian materi dalam modul dilengkapkan agar memudahkan
praktikan dalam memahami
4. Lebih baik untuk praktikum selanjutnya dimulai tepat waktu
DAFTAR PUSTAKA
Arif, S., Adibrata, P. F., dan Dzakia, N. 2020. Karakteristik Endapan Sedimen : Studi Kasus
Pantai Parangkusumo Daerah Istimewa Yogyakarta. Journal of Physics., 1(1): 25-
31.
Astari., Heendrawan, A. P., dan Yuliani, E. 2021. Evaluasi Karakteristik Mikro-Fisik dan
Mekanik Pasir Vulkanik Tersementasi di Tebing Sungai Aliran Lahar Gubung
Kelud. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air., 1(2): 661-671.
Azizah, Yusa, M., & Fatnanta, F.2021. Pengaruh Bentuk Partikel dan Waktu Pembebanan
Terhadap Kuat Geser Tanah Pasir. Jurnal Aptek, 13(1):50-58.
Dana CDP, MR Sudirman, A Noviana, R Hidayat. 2016. Analisis Granulometri, Morfologi
Butir, Dan Batuan Asal Pada Endapan Pasir-Kerakal Di Sepanjang Aliran Sungai
Progo, D.I. Yogyakarta. Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-9. 6 - 7
OKTOBER 2016.1(2):775-785
Darmiati, I. W. Nurjaya, dan A. S. Atmadipoera. 2020. Analisis Perubahan Garis Pantai di
Wilayah Pantai Barat Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis., 12(1) : 211-222.
Fathoni, M. R. 2018. Analisis Morfologi Berangkal Andesite yang Mengalami Pelapukan
Membola (Spheroidal Weathering) Hubungannya dengan Morfologi Bola Batu di
Sangiran. Jurnal Sangiran., 7 : 32-47.
Firmadofi., Yusa. M., dan Fatnanta, F. 2019. Pengukuran Bentuk Butiran Terhadap Kekuatan
Tanah Pasir. Jurnal Fteknik., 6(2): 1-13.
Fitryane, L. 2017. Daerah Aliran Sungai Alo Erosi, Sedimentasi dan Longsoran. CV Budi
Utama. Yogyakarta., 1-213 hlm
Gemilang, W.A., U.J.Wisha dan G. Kusumah. 2017. Distribusi Sedimen Dasar Sebagai
Identifikasi Erosi Pantai di Kecamatan Brebes Menggunakan Analisis Granulometri.
Jurnal Kelautan., 10 (1) : 54 – 66.
Gemilang, Wisnu A., Ulung J. Wisha, Guntur A. Rahmawan dan Ruzana Dhiauddin.2018.
Karakteristik Sebaran Sedimen antai Utara Jawa Studi Kasus : Kecamatan Brebes
Jawa Tengah. Jurnal Kelautan Nasional.,13(2):65-74
Haryanti, S. P. dan T. P. Sutanto. 2019. Pengaruh Tutupan Vegetasi Terhadap Laju
Sedimentasi Di Gumuk Pasir Parangtritis. Jurnal Rekayasa Lingkungan., 19(1).
Helfinalis. 2018. Sedimen dan Manfaatnya. Oseana., 43(1) : 37-43.
Hukubun, C., Nurdrajat., D.J.Setiadi dan H. Prabowo.2020. Rekonstruksi Lingkungan
Pengendapan berdasarkan Analisis Granulometri Sedimen Core No 7 pada Perairan
Laut Arafura, Maluku. Padjadjaran Geoscience Journal., 4(1): 163-172.
Hutauruk, J., Bura, R.O., dan Wibowo, H.B. 2020. Karakterisasi Ukuran Dan Bentuk
Amonium Perklorat China, Korea Selatan Dan Indonesia Serta Potensi
Pengaruhnya Terhadap Karakteristik Propelan. Jurnal Teknologi Dirgantara., 18 (1)
: 53 – 61.
Iqbal, M. dan Harnani. 2017. Penentuan Lingkungan Pengendapan dan Mekanisme
Transportasi Sedimen dengan Analisis Granulometri Pada Formasi Seblat Cekungan
Bengkulu, Daerah Merigi Kelindang, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi
Bengkulu. Proceedings of National Colloquium Research and Community Service,
Universitas Sriwijaya, Palembang, 6 hlm.
Kalay, D. E., V. F. Lopulissa dan Y. A. Noya. 2018. Analisis Kemiringan Lereng Pantai Dan
Distribusi Sedimen Pantai Perairan Negeri Waai Kecamatan Salahutu Provinsi
Maluku. Jurnal TRITON., 14(1): 10-18.
Kusumawardani, M., S. Kasim dan Maskur. 2018. Karakteristik Endapan Tsunami 1835
Berdasarkan Metode Granulometri dan Metode Suseptibilitas di Sulawesi Tengah.
Journal of Science and Technology., 7(1): 36-43.
Li, T., G. Sun, C. Yang, K. Liang, S. Ma, L. Huang dan W. Luo. 2018. Source apportionment
and Source-to-Sink Transport of Major and Trace Elements in Coastal Sediment :
Combining Positive Matrix Factorzation and Sediment Trend Analysis. Science of
the Total Environment., 651 : 344-354
Matias, I. C., Ayala, D., Hiller, D., Gutsch, S., Zacharias, M., Estrade, S., and Peiro, F. 2019.
Sphericity and roundness computation for particles using the extreme vertices
model. Journal of Computational Science., 30(1): 28-40.
Mustofa. 2019. Penentuan Sifat Fisik Kentang (Solanum Tuberosum L.): Sphericity, Luas
Permukaan Volume dan Densitas. Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo., 4 (2) :
46-51.
Nuraini, F., Sunarto, S., & Santosa, L. W. 2016. Pengaruh Vegetasi Terhadap Dinamika
Perkembangan Gumuk Pasir Di Pesisir Parangkusumo. Geomedia: Majalah Ilmiah
dan Informasi Kegeografian, 14(2): 1-11.
Purba, J. R., Setiyono, H., Atmodjo, W., Muslim, M., & Widada, S.2022. Pengaruh Kondisi
Oseanografi Terhadap Pola Sebaran Sedimen Dasar di Perairan Mangunharjo, Kota
Semarang. Indonesian Journal of Oceanography, 4(1):77-87.
Purnawan, S. Azizah, Z. Jalil, dan Zaki, M.2018.Karakteristik Sedimen dan Kandungan
Mineral Pasir Besi di Labuhan Haji Timur, Kabupaten Aceh Selatan. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 13 (2): 110 – 119.
Putro, S. T. dan S. H. Prasetiyowati. 2020. Sedimentasi di Gumuk Pasir Parangtritis
Berdasarkan Tutupan Lahannya. Geomedia., 18(1) : 1-11.
Randa, A. M., E. A. Patandianan, dan I. Marisan. 2021. Sebaran Sedimen Berdasarkan
Analisis Ukuran Butir di Sepanjang Sungai Nuni Kabupaten Manokwari. Jurnal
Manajemen Riset dan Teknologi., 3(1) : 8-17.
Saputra, D. F., Lestari, A. D., & Meirany, J.2021.Analisa Transport Sedimen di Desa Sungai
Awan Kanan,Muara Pawan,Kabupaten Ketapang.  Jurnal PWK, Laut, Sipil,
Tambang., 9(1):1-8.
Setyawan, R., H. Setiyono, dan B. Rochaddi. 2017. Studi Rip Current di Pantai Taman,
Kabupaten Pacitan. Jurnal Oseanografi., 6(4) : 639-649.
Sihombing, D. Y. S., Zainuri, M., Maslukah, L., Widada, S., & Atmodjo, W.2021. Studi
Sebaran Ukuran Butir Sedimen Di Muara Sungai Jajar, Demak, Jawa
Tengah. Indonesian Journal of Oceanography, 3(1): 111-119.
Simanjuntak, L. J., M. Yusa dan F. Fatnanta. 2020. Pengaruh Gradasi dan Bentuk Butiran
Pasir Terhadap Kuat Gesernya., 7(1): 1-16.
Zhang, S., C. Liu, H. Liang, L. Jia, J. Bai, L. Zhang and J. Wang. 2021. Mineralogical
Composition and Organic Matter Characteristics of Lacustrine Fine-Grained
Volcanic-Hydrothermal Sedimentary Rocks: A Data-Driven Analytics For the
Second Member of Permian Lucaogou Formation, Santanghu Basin, Nw China.
Marine and Petroleum Geology., 104920:1-15
Zikri, K. 2018. Geologi Umum. Geografi UNP. Padang., 161 hlm.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai