Anda di halaman 1dari 33

LABORATORIUM GEOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Nomor Tugas : 08
Mata Kuliah : Praktikum Geologi Dasar

LAPORAN AKHIR
PENGENALAN BATUAN SEDIMEN

Nama : Zahra Dilla


NPM : 10070121013
Shift Praktikum : IV (Empat) / 08.00 – 10.30 WIB
Hari/ Tanggal Praktikum : Selasa, 01 Maret 2022
Hari/ Tanggal Laporan : Selasa, 08 Maret 2022
Asisten : 1. Indra Karna Wijaksana, S.Pd., S.T., M.T.
2. Wahyu Budhi Khorniawa, S.T., M.T.
3. Ir. Sri Indiarto
4. Deni Mildan, S.T., M.T
5. Muhammad Aziz Rahmatullah
6. Roberto Wahab

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Waarahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sholawat serta
salam tidak lupa penulis ucapkan kepad nabi Muhammad SAW yang menjadi
teladan bagi kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir ini
dengan tepat waktu.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada para
instruktur Laboratorium Geologi Universitas Islam Bandung yang telah
memberikan ilmu serta wawasannya sehingga penulis dapat memahami dan
mengerti mengenai apa yang telah dijelaskan, sehingga akhirnya tersusunlah
laporan akhir. Hal ini penulis lakukan untuk memenuhi tugas laporan akhir
Terlepas dari semua itu, saya penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya dalam
pembuatan laporan akhir ini. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari pembaca
sangat berguna untuk pembuatan laporan ke depannya.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para
pembaca. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Bandung, 08 Maret 2022

Zahra Dilla
10070121013

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum ................................................................. 2
1.2.1 Maksud ........................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan ……………………………………………………………………..2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3
2.1 Definisi Batuan Sedimen .......................................................................... 3
2.2 Proses Batuan Sedimen........................................................................... 4
2.3 Genesa Keterbentukkan Batuan Sedimen................................................ 5
2.4 Klasifikasi Batuan Sedimen ...................................................................... 7
2.4.1 Berdasarkan Pembentukkannya ................................................. 7
2.4.2 Berdasarkan Jenisnya................................................................. 8
2.4.3 Berdasarkan Ukuran Butir ............................................................... 9
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10
3.1 Tugas ..................................................................................................... 10
3.2 Pembahasan .......................................................................................... 11
3.2.1 Deskripsi Batuan Sedimen ........................................................ 11
3.2.2 Struktur Batuan Sedimen .............................................................. 17
3.2.2 Golongan Batuan Sedimen ....................................................... 19
3.2.4 Skala Wenworth ............................................................................ 21
3.2.5 Hukum Steno ................................................................................ 22
3.2.6 Genesa Batuan Sedimen .............................................................. 23
BAB IV ANALISA.............................................................................................. 26
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28
FORM PENILAIAN LAPORAN ........................................................................ 29
LAMPIRAN........................................................................................................ 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertambangan didasari dengan salah satu cabang ilmu yaitu ilmu
geologi yang merupakan suatu mineralogi yang mempelajari berbagai bentuk bumi
serta mineral dan batuan dimulai dengan mengetahui sifat fisik dan kimi dari
mineral tersebut. Pertambangan merupakan sebagian atau salah satu kegiatan
yang dilakukan untuk pengambilan endapan galian berharga yang berharga dari
dalam kulit bumi, baik pada permukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi.
Hasil dari kegiatan pertambangan ini dapat berupa , minyak dan gas bumi, bijih
emas, perak, batubara, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, dan lain-
lain.
Penguasaan mineral dan batubara oleh negara dikelola oleh pemerintah
pusat, kewenangan pemerintah dalam pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara diatur dalam undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang mineral dan
batubara. Mineral dan batubara sebagai sumberdaya alam yang tak terbarukan
merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar
kesejahteraan rakyat.
Negara Indonesia memiliki sumber daya alam dengan potensi mineral yang
sangat melimpah yang memiliki tingkat kekerasan yang dapat di ukur dengan
tingkat skala mosh. Hal ini dikarenakan adanya siklus batuan yang di sebabkan
aktivitas dapur magma di perut bumi. Batuan cair yang memiliki suhu atau tekanan
di atas 1000℃ ini selalu bergerak dalam selubung mantel bumi. Lapisan kerak
bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang terus bertumbukan dan menyisakan
banyak retakan di luar mantel. Tekanan dan suhu yang kuat akan mendorong
suatu magma untuk keluar ke permukaan. Batuan-batuan yang telah ada akan
larut dengan cairan superpanas dan bertekanan tinggi saat mulai naik.
Sebagai makhluk hidup tentu saja membutuhkan mineral dalam kehidupan
sehari-hari . Contohnya perlatan dapur, peralatan sekolah hingga kosmetik
kebanyak berasal dari bahan mineral. Bahkan dapat dikatakan bahwa seorang
manusia hidup tidak lepas dan terlepas dari bahan galian industri mineral. Dengan

1
2

perkembangan nya zaman yang semakin maju, mineral-mineral itu dapat di


manfaatkan sesuai dengan bahan mineral itu sendiri yang bisa dimanfaatkan untuk
apa saja.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.2.1 Maksud
Maksud dilakukannya pembuatan laporan ini yaitu agar dapat mengenal
pengetahuan mengenai ilmu keterbentukkannya batuan sedimen

1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Mengetahui pengertian batuan sedimen
2. Mengetahui genesa keterbentukan batuan sedimen
3. Dapat mendeskripsikan batuan sedimen
4. Mengetahui skala wenworth
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Batuan Sedimen


Adanya proses pengendapan (sedimentasi dan diagenesa (pembatuan atau
peampatan endapan lepas) akan membentuk batuan yang disebut batuan
sedimen. Batuan sedimen termasuk batau yang paling banyak terdapat di
permukaan bumi hingga 75% dari luas permukaan bumi. Batuan sedimen ini
awalnya merupakan batuan yang lunak, tetapi karena adanya proses diagnesis,
maka sedimen-sedimen yang lunak ini akan berubah menjadi keras. Pasir yang
tadinya merupakan batuan yang lepas dan gebur akan menjadi batuan pasir dan
lempung akan menjadi sebuah batuan lempung. Adanya perekatan bahan-bahan
lepas yang menjadi batuan yang disebabkan oleh larutan - larutan kimia seperti
larutan kapur atau silisium ini merupakan proses diagnesis atau kompaksi yang
merupakan pemadatan karenan tekanan lapisan atau sementasi.

Sumber: Pertambangan, 2012


Gambar 1
Batuan Sedimen

Batuan sedimen menurut Pettijohn (1975) adalah batuan yang terbentuk dari
akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau
hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada
permukaan bumi yang keudian mengalami pembatuan. Sedimentasi ini meliputi

3
4

beberapa proses yaitu proses pelapukan yang terjadi yang berupa pelapukan fisik
maupun kimia, proses pelapukan transportasi yang dimana dilakukan oleh media
air dan angin, dan pelapukan deposisi yang dapat terjadi jika energi transport
sudah tidak mampu lagi mengangkut partikel tersebut.
Sifat utama dari batuan sedimen ini yaitu berlapis-lapis yang lapisannya
memiliki ukuran yang berbeda-beda dari beberapa cm hingga meter. Batuan
sedimen ini terendapkan di tempat-tempat yang relative lebih rendah letaknya dari
batuan asalnya, misalnya di laut, samudera ataupun danau-danau. Didekat muara
sungai biasanya endapan-endapan itu pada umumnya tebal, sedangkan semakin
maju kearah laut endapan-endapan ini menjadi semakin tipis dan pada akhirnya
hilang. Perbedaan butir atau warna batuan dan kekerasal dari materia yang
diendapkan itu akan menghasilkan lapisan-lapisan dalam sedimen.
Perbandingannya dengan batuan beku, batuan sedimen ini hanya 5% nya dari
seluruh batuan yangterdapat pada kerak bumi yang dimana dari 5% ini 80% nya
terdiri dari batuan lempung, 5% batuan pasir dan batuan gamping.

2.2 Proses Batuan Sedimen


Batuan sedimen terbentuk sebagai hasil dari rombakan batuan beku, batuan
metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri dengan melalui proses beberapa
proses, yaitu:
1. Pelapukan (Weathering)
Pelapukan ini perusakan batuan pada kulit bumi karena adanya pengaruh
cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban atau angin) dari bentuk gumpalan
menjadi butiran yang lebih kecil bahkan dapat hancur atau larut dengan air.
Pelapukan ini terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Pelapukan fisika, yaitu sebuah proses yang diana batuan itu hancur
membentuk yang lebih kecil tanpa adanya perubahan pada komposisi
lainnya pada batuan tersebut.
b. Pelapukan kimia, yaitu sebuah proses yang dimana adanya suatu
perubahan pada komposisi kimia dan mineral dari batuan itu sendiri.
c. Pelapukan biologi, yaitu sebuah proses yang dimana disebebakan
karena adanya tumbuhan, manusia dan binatang yang dapat melakukan
pelapukan sendiri seperti cacing tanah dan serangga.
5

2. Erosi
Erosi ini yaitu suatu perubahan bentuk pada batuan atau pengikisan tanah
atau lumpur yang disebabkan karena pengaruh gaya berat air, angin atau es
dan organisme hidup lainnya.
3. Pengangkutan atau Transportasi
Pengangkutan ini yaitu sebuah perpindahan suatu material dari suatu tempat
ke tempat lainnya dibantu dengan gerakan aliran arus hingga suatu material
tersebut berhenti dan terendapkan. Dalam pengangkutan ini juga dapat
seberapa jauh bahan-bahan atau material ditansfortasikan dapat
dicerminkan oleh bentuk dan ukuran butir. Media transfortasi itu dapat
berupa gravitasi, air, es dan udara.
4. Pengendapan (Sedimentasi)
Sedimentasi ini yaitu sebuah proses pengendapan sedimen yang dibantu
oleh media air, angina tau es pada cekungan pengendapan. Ada beberapa
hal yang ada pada proses pengendapan, yaitu:
a. Gaya gravitasi menghasilkan pemadatan
b. Akibat adanya penekanan yang continue, kadar air pada bahannya akan
keluar dari batuan membentuk rongga pori menjadi semakin kecil
menyebabkan terjadinya proses pembatuan.

2.3 Genesa Keterbentukkan Batuan Sedimen


Pembagian batuan sedimen berdasarkan genesis atau cara terbentuknya
(proses yang mempengaruhinya):
1. Sedimentasi Mekanik
Butir-butir sedimen transportasi hingga diendapkan pada suatu temoat
merupakan proses dari sedimentasi secara mekanik yang banyak
dipengaruhi oleh hal dari luar seperti air, gravitasi, angin dan es. Dalam
cairan itu terdapat dua macam aliran yaitu aliran laminar yang dimana tidak
dapat menghasilkan transportasi butir-butir sedimen dan aliran turbulent
yang dapat menghasilkan trasnportasi dan pengendapan butir-butir sedimen
yang halus seperti pasir dan lempung yang mengendap secara suspensi.
6

Sumber: EksisSMK
Gambar 2
Sedimentasi Mekanik

2. Sedimentasi Organik
Batuan sedimentasi organic ini terbentuk karena pengendapan dari sisa-sisa
bagian tubuh makhluk hidup dan mineral-mineral yang dihasilkannya.
Dibentuk karena adanya proses biokimia seperti endapan biokimia yang
dapat dilihat dari sumber air yang mengandung lumut yang akan membentuk
batuan yang disebut batuan tufa. Selain itu dapat terbentuk karena adanya
proses biomekanik yang terjadi karena binatang dan tumbuhan yang hidup
di lautan dan mengandung rangka kapur yang mati dan membentuk rongga-
rongga kapur yang kemudian menjadi batu gamping.
3. Sedimentasi Kimiawi

Sumber: wordpress.com 2015


Gambar 3
Sedimentasi Kimiawi

Batuan sedimen kimiawi ini terbentuk karena adanya pengendapan melalui


suatu proses kimia pada mineral-mineral seperti batu kapur yang dapat larut
7

dnegan air yang kemudian mengendap dan membentuk sebuah stalaktik dan
stalagmite di gua kapur. Selain itu, pembentukkan sedimen kimia ini
biasanya terjadi karena adanya proses penguapan, konsentrasi dan
pengendapan dari larutan yang telah jenuh. Sedimen ini tersusun dari kristal-
kristal. Pada dasarnya, dari deretan sedimen yang pertama mengendao yaitu
gypsum kemudian anhidrit dam garam dapur yang tidak mengandung fosil
karena kadar garam yang tinggi tidak memungkinkan hidupnya fosil di laut.
4. Sedimentasi Vulkanik
Batuan sedimen vulkanik terbentuk dari hasil aktivitas gunung api, seperti
debu yang diendapkan kembali. Endapan yangterbentuk secara primer dari
magma juga digolongkan dalam batuan sedimen karena cara
pembentukkannya terjadi dengan endapan dari udara.Sedimen-sedimen
vulkanik ini yaitu bahan lepas seperti bom, lapilli, pasir, dan debu vulkanik.
Batuan ini dapat direkatkan oleh suatu larutan dan zat tertentu sehingga
akan membentuk agglomerate dan breksi vulkanik. Ketika debu gunung api
diendapkan dalam suatu lapisan lempung makan akan membentuk
bentonite.

2.4 Klasifikasi Batuan Sedimen

Sumber: wordpress.com 2012


Gambar 4
Golongan Batuan Sedimen
2.4.1 Berdasarkan Pembentukkannya
1. Batuan Sedimen Klastis
Batuan ini yaitu jenis yang terbentuk di alam melalui proses pengendapan
dari material yang beragam seperti dari ukuran lempung hingga dengan
8

bongkah batuan. Batuan sedimen klastis terbentuk karena adanya proses


pelapukan atau erosi pada pecahan batuan atau mineral yang membuat
batuan itu hancur serta pecah lalu menngendap pada suatu tempat dan
menjadi keras. Contohnya batuan konglomerat.
2. Batuan Sedimen Kimia
Biasanya batuan ini terjadi saat mengendap dengan proses kimia pada suatu
mineral. Contohnya batuan anhidrit.
3. Batuan Sedimen Organik
Batuan ini terbentuk karena pengendapan pada tempat tertentu dari sisa-
sisa makhluk hidup. Contohnya batu karang.
4. Batuan Volkanoklastik
Batuan sedimen ini terbentuk karena aktivitas gunung api yang diendapkan
kembali seperti debu. Contohnya pasir tuff.

2.4.2 Berdasarkan Jenisnya


1. Batu Pasir
Batu pasir ini tersusun dari butiran-butiran pasir yang berwarna abu, kuning
atau merah yang terbentuk dari bahan yang lepas karena gaya beratnya
menjadi padat dan saling terikat.
2. Batu Konglomerat
Batu konglomerat ini terbentuk dari kerikil-kerikil bulat, pasir dan batu yang
merekat menjadi satu yang terbentuk dari bahan yang lepas karena adanya
gaya berat yang kemudian menjadi padat dan saling terikat.
3. Batu Gamping
Batu gamping ini terbentuk dari cangkang binatak lunak seperti siput, kerrang
dan binatang laut yang sudah mati yang merupakan batu yang agak lunak
dengan warna yang putih ke abu-abuan dan membentuk gas karbon dioksida
apabila ditetesi asam.
4. Batu Breksi
Batu breksi ini terbentuk kerena adanya pecahan-pecahan yang berasal dari
letusan gunung berapi yang terlempartinggi ke udara dan mengendap di
suatu tempat.
9

5. Batu Lempung
Batu lempung ini terbentuk karena adanya proses pelapukan pada batuan
beku yang menghasilkan material lempung dan umumnya ditemukan
disekitas batu induknya yang kemudian mengendap dan membentuk batu
lempung yang pada dasarnya berwarna coklat, keemas an, merah dan abu-
abu.

2.4.3 Berdasarkan Ukuran Butir

Sumber: wordpress.com 2012


Gambar 5
Klasifikasi Batuan Sedimen
Besar butir yaitu ukuran atau diameter butiran yang merupakan unsur utaa
dari batuan sedien klastik yang berhubungan dnegan tingkat energi pada saat
transportasi dan pengendapan. Penamaan batuan sedimen dapat ditentukan
dengan klasifikasi batuan dengan menentukan warna, tekstur, struktur, komposisi,
ukuran butiran dan bentuk butirnya.
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Deskripsikan 6 batuan sedimen.
2. Menggambarkan struktur batuan sedimen minimal 5 struktur beserta
penjelasan dari tiap strukturnya.
3. Gambarkan dan jelaskan bahan golongan batuan sedimen utama.
4. Membuat skala wenworth.
5. Gambarkan dan jelaskan Hukum Steno.
6. Gambarkan dan jelaskan genesa batuan sedimen Mekanik, Organik, dan
Kimiawi.

10
11

3.2 Pembahasan
3.2.1 Deskripsi Batuan Sedimen

Tabel 3.1
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BS/607/2022
Warna Black
Tekstur
• Ukuran butir -
• Bentuk butir -
• Kompaksi Kompak
Reaksi HCl Tidak bereaksi
Genesa batuan Organik
Jenis batuan Non Klastik
Nama batuan Batu Bara
Sketsa Foto

Batuan sedimen ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Black. Tidak memiliki tekstur ukuran dan bentuk butir karena
termasuk jenis batuan non klastik. Ketika di reaksikan dengan HCl tidak bereaksi
apa-apa. Batuan ini terbentuk melalui proses genesa batuan organic yang berasal
dari tanaman yang berkambium yang sudah mengalami pelapukan. Biasanya
batuan ini dinamakan dengan batubara.
12

Tabel 3.2
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BS/616/2022
Warna Blanched Almond
Tekstur
• Ukuran butir -
• Bentuk butir -
• Kompaksi Kompak
Reaksi HCl bereaksi
Genesa batuan Kimiawi
Jenis batuan Non Klastik
Nama batuan Batu Gamping
Sketsa Foto

Batuan sedimen ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Blanched Almond. Tidak memiliki tekstur ukuran dan bentuk butir
karena termasuk jenis batuan non klastik. Ketika di reaksikan dengan HCl ada
reaksi pada bataun nya. Batuan ini terbentuk melalui proses genesa batuan
kimiawi. Biasanya batuan ini dinamakan dengan gamping.
13

Tabel 3.3
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BS/604/2022
Warna Bridge
Tekstur
• Ukuran butir -
• Bentuk butir -
• Kompaksi Kompak
Reaksi HCl Bereaksi
Genesa batuan Organik
Jenis batuan Non Klastik
Nama batuan Kalsit
Sketsa Foto

Batuan sedimen ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Bridge. Tidak memiliki tekstur ukuran dan bentuk butir karena
termasuk jenis batuan non klastik. Ketika di reaksikan dengan HCl akan bereaksi
pada batuannya. Batuan ini terbentuk melalui proses genesa batuan organic.
Biasanya batuan ini dinamakan dengan Kalsit.
14

Tabel 3.4
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BS/573/2022
Warna Black
Tekstur
• Ukuran butir Lempung (1/256) mm
• Bentuk butir Membundar
• Kompaksi Kompak
Reaksi HCl Bereaksi
Genesa batuan Mekanik
Jenis batuan Klastik
Nama batuan Batulempung
Sketsa Foto

Batuan sedimen ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Black. Termasuk ke dalam jenis batuan klastik karena memiliki
ukuran butir yaitu lempung dengan ukuran (1/256) mm dan bentuk butir yang
membundar. Ketika di reaksikan dengan HCl akan bereaksi pada batuannya.
Batuan ini terbentuk melalui proses genesa batuan mekanik. Biasanya batuan ini
dinamakan dengan batulempung.
15

Tabel 3.5
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BS/521/2022
Warna Grey
Tekstur
• Ukuran butir Lempung (1/256) mm
• Bentuk butir Membundar
• Kompaksi Mudah Hancur
Reaksi HCl Tidak bereaksi
Genesa batuan Mekanik
Jenis batuan Klastik
Nama batuan Batu lempung
Sketsa Foto

Batuan sedimen ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Silver. Termasuk ke dalam jenis batuan klastik karena memiliki
ukuran butir yaitu lempung dengan ukuran (1/256) mm dan bentuk butir yang
membundar. Ketika di reaksikan dengan HCl tidak bereaksi pada batuannya.
Batuan ini terbentuk melalui proses genesa batuan mekanik. Biasanya batuan ini
dinamakan dengan batulempung.
16

Tabel 3.6
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BS/296/2022
Warna Olive
Tekstur
• Ukuran butir Pasir Sangat Halus
• Bentuk butir Membundar Tanggung
• Kompaksi Kompak
Reaksi HCl Tidak bereaksi
Genesa batuan Mekanik
Jenis batuan Klastik
Nama batuan Batu Pasir
Sketsa Foto

Batuan sedimen ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Olive. Termasuk ke dalam jenis batuan klastik karena memiliki
ukuran butir yaitu pasir sangat halus dengan ukuran (1/8) mm dan bentuk butir
yang membundar. Ketika di reaksikan dengan HCl tidak bereaksi pada batuannya.
Batuan ini terbentuk melalui proses genesa batuan mekanik. Biasanya batuan ini
dinamakan dengan batupasir.
17

3.2.2 Struktur Batuan Sedimen


1. Cross Bedding

Gambar 3.1
Cross-Bedding

Struktur sedimen cross bedding ini merupakan suatu lapisan yang silang siur
yang di mana pelapisan ini memperlihatkan suatu struktur yang memotong
satu sama lain. Lapisan ini akan membentuk suatu sudut pada lapisan
terhadap suatu bidang diatas atau dibawahnya yang disertai dengan
pemisah oleh bidang erosi. Adanya pengaruh arah arus atau suatu
perubahan energi pada saat terjadinya proses sedimentasi akan membentuk
suatu pelapisan ini atau dapat terbentuk dikarenakan intensitas arus yang
mengalami perubahan nya.
2. Granded Bedding

Gambar 3.2
Granded Bedding

Struktur branded badi memiliki ciri khas yang di mana sebuah butirannya
akan semakin halus ketika semakin ke atas. Kredit banding ini penting sekali
artinya untuk menentukan bagian atas (up) yaitu bagian yang halus dan
bagian bawah (bottom) yaitu bagian yang kasar. Butiran yang lebih kasar
akan terendapkan lebih dahulu dibandingkan butiran yang lebih halus yang
18

akan terendapkan terakhir. Grand wedding disebut juga dengan struktur


lapisan bergradasi yang di mana lapisan-lapisannya menunjukkan adanya
perbedaan dari setiap ukuran butiran (fragmen dari lapisan batuan sedimen).
3. Bedding (perlapisan)

Gambar 3.3
Granded Bedding

Struktur bedding disebut juga struktur berlapis yang di mana struktur itu
memiliki suatu ciri yang khas dengan susunan yang berlapis-lapis dan ukuran
ketebalan nya lebih dari sama dengan 1 cm yang diibaratkan struktur beni
sama dengan kue lapis. Adanya perubahan di lingkungan pengendapan
yang di mana proses pengendapan itu menjadi sangat singkat waktunya dan
pengendapannya sangat sedikit akan membentuk suatu pola barisan
tersebut. Adanya perbedaan warna mineral, komposisi mineral, ukuran butir
dan adanya perubahan macam batuan, kelompok batuan, struktur sedimen
dan porositas batuan menjadi faktor-faktor yang mengakibatkan adanya
struktur perlapisan.
4. Inverted Granded Bedding

Gambar3.4
Inverted Granded Bedding

Struktur inverted granded bending ini terbalik dengan struktur dinding


badinding yang di mana sulur ini memiliki ciri khas dan sebuah butiran yang
19

akan semakin atas akan semakin kasar dan bagian bawahnya yang halus.
Adanya pengendapan yang berlangsung saat pasti rekreasi akan
menyebabkan hal ini terjadi. Sedangkan pengendapan yang terjadi secara
bertahap dan sesuai dengan penentangan dari energi transportasi akan
menyebabkan terjadinya normal granded bedding.
5. Flute cast

Gambar 3.5
Inverted Granded Bedding

Struktur flute cast ini disebabkan karena adanya pengaruh dari suatu arus
yang akan membentuk batuan sedimen yang berupa gerusan di permukaan
lapisan batuan.

3.2.2 Golongan Batuan Sedimen

Gambar 3.6
Golongan Batuan Sedimen
Batuan sedimen banyak memiliki jenis yang tersebar luas dengan ketebalan
beberapa sentimeter hingga beberapa kilometer. Berdasarkan pembentukannya
20

Koesoemandinata (1985) menyatakan bahwa suatu batuan sedimen ini dapat


dikelompokkan menjadi 6, yaitu:
1. Golongab Detritus kasar
Golongan batuan sedimen ini terendapkan karena proses mekanisme yang
memiliki jenis batuan yang kasar. Lingkungan tempat pengendapannya
biasanya terjadi di danau, sungai, dan laut. Batu pasir, konglomerat, dan
breksi, termasuk ke dalam golongan detritus kasar.
2. Golongan Detritus Halus
Golongan batuan sedimen ini terendapkan di lingkungan seperti laut dangkal
sampai laut yang dalam yang memiliki klastik yang halus. Batulempung,
batulanau, batuserpih dan nepal termasuk ke dalam golongan detritus halus.
3. Golongan karbonat
Batuan sedimen karbonat berasal dari proses kimiawi dan juga proses
biokimia yang terbentuk dari kumpulan cangkang moluska dan foraminifera.
Mineral utama dalam pembentukan batuan karbonat yaitu kalsit (CaCO3)
dan dolomit (CaMg(CO3)2). Jenis batuan karbonat memiliki banyak variasi
tergantung pada material penyusunnya karena terbentuk dengan proses
pengendapan yang merombak dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan
terendapkan di suatu tempat yang biasanya diawali dengan terjadi di
lingkungan laut litoral sampai neritik dan terakhir terendapkan pada
lingkungan neritik hingga bahtial.
4. Golongan silika
Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini
terbentuk dari proses organik yang berkomposisi silika seperti sponges
diatomae dan radiolaria yang disempurnakan dengan proses kimiawi.
Batuan karbonat dapat menjadi batuan silika jika terjadi reaksi kimia yang di
mana mineral silika mengubah kalsium karbonat.
5. Golongan Evaporit
Batuan sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil dari proses penguapan
yang harus ada air yang memiliki larutan kimia yang pekat, maka terbentuk
di lingkungan laut atau danau yang tertutup. Proses penguapan ini menjadi
uap yang mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada akhirnya
akan menghablur semua air menjadi uap. Tingginya suatu penguapan akan
membentuk suatu endapan. Proses penguapan ini memerlukan sinar
21

matahari yang cukup lama. Contohnya batu garam (Rock Salt) yang berupa
halite (NaCl).
6. Golongan Batubara
Suatu endapan organik terdiri dari beberapa kumpulan materi organik yang
akhirnya mengeras menjadi batu. Serpihan daun dan batang tumbuhan yang
tebal dalam suatu cekungan apabila mengalami tekanan yang tinggi akan
termampatkan dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.
Lingkungan terbentuknya batubara ini harus di tempat yang memiliki
tumbuhan yang banyak. Jadi ketika timbunan itu tertumpuk akan menjadi
satu di tempat tersebut.
3.2.4 Skala Wenworth

Gambar 3.7
Skala Wenworth

Skala wenworth ini merupakan sebuah komporator yang dapat mengukur


batuan sedimen. Salah satu faktor dalam mengkasifikasikan batuan sedimen ini
berdasarkan ukuran pasrtikel nya, terutama dalam mengukur batuan sedimen
klastik.
22

3.2.5 Hukum Steno


Pelapisan atau urut-urutan batuan berdasarkan karakteristik batuan yang
membedakan waktu pengendapannya yang berbeda disebut stratigrafi yang
mempunyai arti yang luas yaitu sebuah ilmu yang mempelajari lapisan-lapisan
batuan dengan hubungannya satu dengan yang lainnya termasuk umur,
ketebalan, hubungan lateral/vertikal, penyebaran serta terjadinya.

Gambar 3.8
Hukum Steno

Pada tahun 1960-an, Nicholas Steno seorang ilmuwan bangsa Denmark


mempelajari posisi relatif pada batuan batuan sedimen dan menyatakan bahwa
berat jenis yang besar yang berada pada suatu larutan fluida akan mengendap ke
bagian bawah sesuai dengan urutan berat jenisnya yang lebih besar pada partikel-
partikel. Partikel yang besar dan memiliki berat jenis yang besar akan diendapkan
pertama kali dan partikel yang berukuran lebih kecil dan lebih ringan akan
terendapkan terakhir. Suatu pelapisan akan terbentuk ketika adanya perbedaan
ukuran butir (partikel) atau komposisi mineral. Empat prinsip hukum steno, yaitu:
1. Original Lateral Continuity
Suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara lateral dan
berkelanjutan jauh sebelum akhirnya terbentuk sekarang. Lapisan batuan ini
meluas hingga perubahan dan reformasi terjadi dan menjelaskan bahwa
sedimen dapat terakumulasi dengan cara menyebar dan mendatar pada
suatu cekungan atau disebut dengan basin.
"Material yang membentuk suatu pelapisan terbentuk secara menerus pada
permukaan bumi walaupun beberapa material yang padat langsung berhenti
pada saat mengalami transportasi."-Steno.
23

2. Original Horizontality
Lapisan terendapkan secara horizontal dan kemudian terdeformasi menjadi
beragam posisi. Lapisan sedimen dapat terletak pada suatu cekungan
seperti laut dan danau dibantu oleh gravitasi yang akan membentuk suatu
lapisan yang mendatar.
"Lapisan baik yang berposisi tegak lurus maupun miring terhendap horizon,
pada awalnya paralel terhadap horizon." -Steno.
3. The Principles of Superpotitiom (prinsip superposisi)
Dalam suatu urutan lapisan lapisan yang lebih mudah berada di atas lapisan
yang lebih tua. Maka, natural lapisan sedimen yang paling tua akan berada
pada lapisan yang paling bawah atau dasar jika tidak ada deformasi.
"... Pada waktu suatu lapisan terbentuk (saat terjadinya pengendapan),
semua massa yang berada di atasnya adalah fluida, maka pada saat suatu
lapisan yang lebih dulu terbentuk tidak ada keterdapatan lapisan di atasnya."
-Steno.
4. Cross Cutting
Suatu hal (sesar atau tubuh intrusi) yang memotong pelapisan selalu
berumur lebih muda dari batuan yang diterobosnya. Maka batuan yang
dipotong harus lebih tua dibanding lapisan (instrusi) yang memotong lapisan
sebelumnya.
"Jika suatu tubuh atau diskontinuitas memotong pelapisan, tubuh tersebut
pasti terbentuk setelah perlapisan tersebut terbentuk." -Steno.

3.2.6 Genesa Batuan Sedimen


Pembagian batuan sedimen berdasarkan Genesis atau cara
keterbentukannya (proses yang mempengaruhi nya):
1. Sedimentasi Mekanik
Butir-butir sedimen transportasi hingga diendapkannya pada suatu tempat
merupakan proses dari sedimentasi secara mekanik yang banyak
dipengaruhi oleh hal dari luar seperti air, es, angin, dan gravitasi. Dalam
suatu cairan terdapat dua macam aliran yaitu aliran laminar yang di mana
tidak dapat menghasilkan transportasi butir butir sedimen dan aliran turbulen
24

yang dapat menghasilkan transportasi dan pengendapan butir butir sedimen


yang halus seperti pasir dan lempung yang mengendap secara suspensi.

Gambar 3.9
Sedimentasi Mekanik

Pada batuan sedimen klastis terbentuk di alam melalui proses pengendapan


dari material yang beragam seperti dari ukuran Lampung hingga dengan
bongkah batuan. Batuan sedimen klastis juga terbentuk karena adanya
proses pelapukan atau erosi pada pecahan batuan atau mineral yang
membuat batuan itu hancur serta pecah lalu mengendap pada suatu tempat
dan menjadi keras. Contohnya batu konglomerat.
2. Sedimentasi Organik

Gambar 3.10
Sedimentasi Organik

Sedimentasi organik sebuah batuan terbentuk karena adanya pengendapan


dari sisa-sisa bagian tubuh makhluk hidup dan mineral-mineral yang
dihasilkannya. Dibentuk karena adanya proses biokimia seperti endapan
biokimia yang dapat dilihat dari sumber air yang mengandung lumut yang
akan membentuk sebuah batuan yang disebut batuan tufa. Selain itu dapat
25

terbentuk karena adanya proses biomekanik yang terjadi karena binatang


dan tumbuhan yang hidup di lautan dan mengandung rangka kapur yang
mati dan membentuk rongga rongga kapur yang kemudian menjadi batu
gamping. Contoh batu yang terbentuk secara organik yaitu batu bara.
3. Sedimentasi kimiawi

Gambar 3.11
Sedimentasi Kimiawi

Batuan sedimen kimia terbentuk karena adanya pengendapan melalui suatu


proses kimia pada mineral mineral seperti batu kapur yang dapat larut
dengan air yang kemudian mengendap dan membentuk sebuah stalaktit dan
stalagmit di gua kapur. Selain itu pembentukan sedimen kimia ini biasanya
terjadi karena adanya proses penguapan, konsentrasi dan pengendapan dari
larutan yang telah jenuh. Sedimen ini tersusun dari kristal kristal. Pada
dasarnya dari deretan sedimen yang pertama mengendap yaitu gipsum
kemudian anhidrat dan garam dapur yang tidak mengandung fosil karena
kadar garam yang tinggi tidak memungkinkan hidupnya fosil di laut.
BAB IV
ANALISA

Pada sautu batuan bentuk butir yang membundar ia akan lebih halus karenas
telah tertransport jauh, hal itu dapat disebabkan oleh gesekan-gesekan saat
batuan tersebut melakukan transfortasi yang dibantu oleh media air, angin atau
gravitasi. Semakin menuju hilir rata-rata ukuran butirnya memiliki kecenderungan
menghalus dengan derajat kebundaran yang semakin tinggi.
Batubara terbentuk karena proses penggambutan dan pembatubaraan yang
terbentuk karena tumbuhan berkambium yang membusuk dengan mengalami
pengendapan di lingkungan yang berair dengan bantuan aktifitas bakteri aerob
dan anaerob yang berlangsung jutaan tahun lamanya. Formasi pembawa batubara
umumnya terdapat pada cekungan sedimen yang berbeda-beda tergantung pada
kondisi geologi pada saat pembentukkan batubara di cekungan tersebut.
Terdapat batu gamping yang berbutir padahal jenis batuan non klastik. Hal
itu disebabkan karena terdapat batugamping klastik fragmentar yang dimana
tersusun atas fragmen yang asalnya tidak jelas dan dapat merupakan campuran.
Biasanya memiliki tekstur perlapisan yang menyerupai batu pasir dengan struktur
sedimen silang siur, dan laminasi yang diendapkan secara mekanik oleh air laut.
Cara menentukan umur batuan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu
secara relative yang dimana sebuah batuan pada dua lapisan yang berbeda
dengan satu penampang dapat ditentukan dengan melihat lapisan yang pertama
kali terendapkan berarti lebih tua umurnya daripada yang terendapkan setelahnya.
Selain itu dapat ditentukan dengan cara absolut yang dimana dilakukan
berdasarkan radioaktif yang terdapat pada batuan tersebut dengan mengukur
paruh waktunya dengan memberikan keuntungan dapat menafsirkan umur suatu
batuan yang memberikan keterangan dalam jutaan tahun.
Magma dapat mengintrusi sebuah lapisan karena tekan yang dimiliki
magmanya sangat kecil, sehingga dapat melewati celah-celah lapisan batuan di
lapisan kulit bumi dan membeku di dalam kulit bumi.

26
BAB V
KESIMPULAN

1. Batuan sedimen ini terbentuk karena proses pengendapan (sedimentasi)


dan diagenesa (pembatuan atau pemampatan endapan lepas) yang
memiliki sifat berlapis-lapis. Batuan Sedimen terjadi karena adanya proses
pelapukan, transportasi, pengendapan, litifikasi dan diagenesa. Batuan
sedimen termasuk batau yang paling banyak terdapat di permukaan bumi
hingga 75% dari luas permukaan bumi. Batuan sedimen ini awalnya
merupakan batuan yang lunak, tetapi karena adanya proses diagnesis,
maka sedimen-sedimen yang lunak ini akan berubah menjadi keras.
2. Berdasarkan genesanya batuan sedimen ini terbagi menjadi sedimentasi
mekanik, sedimentasi organik, sedimentasi kimia dan sedimentasi vulkanik
yang dimana dari setiap sedimentasi ini memiliki proses yang berbeda
dalam pembentukkannya.
3. Untuk mendeskripsikan batuan sedimen ini terdapat beberapa parameter
yang menentukannya, yaitu kode, warna yang dapat dilihat berdasarkan
skala warna, tekstur yang meliputi ukuran butir, bentuk butir serta
kompaksi. Selain itu dapat di reaksikan dengan HCl yang membuat pada
bataun tersebut bereaksi atau tidak, kemudian berdasarkan genesan
batuan dan jenis batuannya. Dalam menentukan parameter itu kita dapat
melihat batuan tersebut hingga memudahkan untuk menentukan nama
batuan nya.
4. Dalam mendeskripsikan batuan terutama dalam menentukan jenis batuan
yang berhubungan dengan tekstur dapat dibantu oleh sebuah komperator
yang disebut dengan skala wenworth yang dimana adalah salah satu factor
yang dapat membantu mengklasifikasikan batuan sedimen.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Jaya. 2016 “Batuan Sedimen”. wangsajaya.files.wordpress.com. Diakses


pada 27 Februari 2022 pukul 18.24 WIB

2. Khairil, Muh Ruhman. 2016. “Geologi Dasar” Kendari.

3. Noor, Djauhari. 2009. “Pengantar Geologi” Bogor: Universitas Pakuan

4. Zikri, Khairul. 2018. “Geologi Umum”, Geografi UNP, Padang: Universitas


Negeri Padang.

5. Zuhdi, Muhammad. 2019. “Buku Ajar Pengantar Geologi”. Duta Pustaka


Ilmu. Mataram.

28
FORM PENILAIAN
LAPORAN

Laporan Akhir

Format Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Dapus


(10) (15) (5) (20) (30) (15) (5)

Total Nilai

29
LAMPIRAN

30

Anda mungkin juga menyukai