MODUL 2
UPWELLING
Oleh:
Afiq Mahasin
26050120130084
Oseanografi A
Koordinator Praktikum:
Dr. Kunarso, ST, MSi.
NIP. 19690525 199603 1 002
Tim Asisten :
Deera Herdi Mardhiyah 26050119130067
Ahmad Fai’q Indra Susilo 26050119130057
Ebenezer Michael Dave 26050119130119
Riyanti Maharani Ilyas 26050119120014
Siti Hamidah 26050119120018
Petrik Siano Okta Prima L. 26050119130125
Ferancha Retika 26050119130049
Riska Widyah Ningrum 26050119120002
Salma Nabila Khairunnisa 26050119130063
Ramadoni Khirtin 26050119130079
Eka Salma Afifah Putri 26050119120010
Arij Kemala Yasmin R. 26050119140144
Amalia Sekar A. 26050119130135
Kurnia Fajar Hidayat 26050119130104
DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Lembar Pengesahan
Modul 2 : Upwelling
No Keterangan Nilai
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar pustaka
Total
Cilacap, 28-09-2021
Asisten Praktikan
Afiq Mahasin
Arij Kemala Yasmin R.
NIM. 26050119140144 NIM. 26050120130084
Mengetahui,
Arus Laut
2.1 Upwelling
Menurut Putra et al. (2017), upwelling atau pembalikan massa air
merupakan naiknya massa air di lapisan bawah (termoklin) ke permukaan.
Naiknya massa air ini dikarenakan adanya angin yang bergerak di atas perairan
sehingga angin ini akan mendorong massa air di permukaan. Semakin
terdorongnya massa air di permukaan ini maka akan terjadi kekosongan sehingga
kekosongan inilah yang kemudian diisi oleh massa air yang berada di lapisan
bawahnya. Karakteristik lapisan termoklin memiliki sifat di mana suhu yang lebih
dingin dan salinitas yang lebih tinggi. Selain kedua hal tersebut, pada lapisan
termoklin, juga kaya akan nutrient. Oleh karena itu, ketika terjadi upwelling dan
lapisan termoklin naik, karakteristik perairan di permukaan akan berubah. Jika
umumnya karakteristik perairan memiliki suhu yang hangat, suhu permukaan laut
akan lebih dingin dari biasanya (turun sekitar 2 oC pada daerah tropis) saat terjadi
upwelling. Salinitas juga bisa mencapai 34 ppt dan perairan permukaan juga akan
kaya dengan nutrient serta plankton-plankton. Keberadaan plankton yang banyak
ini juga menjadi faktor akan banyaknya ikan yang nantinya berkumpul di perairan
ini.
Menurut Silubun et al. (2015), upwelling adalah peristiwa naiknya massa air
dari lapisan bawah ke permukaan perairan. Proses upwelling disebabkan karena
adanya pengaruh angin dan proses divergensi Ekman. Angin yang berhembus
terus menerus dengan kecepatan penuh dalam waktu yang lama sejajar garis
pantai mendorong massa air dan karena gaya coriolis, sebagai akibat pengaruh
rotasi bumi, massa air bergerak menjauhi pantai. Di belahan bumi utara
pembelokan mengarah ke kanan dari arah arus sedangkan pada belahan bumi
selatan pembelokan mengarah ke kiri dari arah arus. Air permukaan yang
bergerak menjauhi pantai akan diisi air yang dingin di bawahnya naik untuk
mengisi kekosongan pada daerah permukaan.
Menurut Hadi dan Radjawane (2009), bila angin bertiup sejajar pantai ke
arah Utara atau angin Selatan maka terbentuk transpor massa ke arah timur atau
menuju pantai. Akibatnya, terjadi penumpukan massa di dekat pantai atau
terbentuk daerah konvergensi di dekat pantai. Massa air yang bertumpuk di pantai
ini kemudian didorong ke lapisan dalam. Gerakan massa air permukaan yang
turun atau tenggelam ke lapisan dalam ini disebut downwelling. Upwelling dan
downwelling yang terjadi di perairan pantai ini mengakibatkan terjadinya arus
geostropik yang bergerak menyusuri pantai yang arahnya sama dengan arah angin.
Penjelasannya adalah sebagai berikut. Upwelling yang terjadi di pantai
mengakibatkan terbentuknya daerah divergensi yang membuat tinggi muka air di
pantai lebih rendah dibandingkan tinggi muka air di daerah lepas pantai. Jadi,
upwelling di pantai mengakibatkan slope muka air yang turun ke arah pantai.
Akibat adanya slope muka air ini, terbentuk arus geostropik yang bergerak
menyusur pantai ke arah selatan atau searah dengan arah angin.
Gambar 1. Proses Upwelling di Pantai
(Sumber: Hadi dan Radjawane, 2009)
2.3.2 Klorofil-a
Proses penyuburan laut disebabkan oleh adanya proses upwelling yang
menyebabkan tingginya kandungan klorofil-a di wilayah perairan tersebut.
Tingkat kesuburan laut yang tinggi sebanding dengan produktivitas primer yang
tinggi pula Klorofil-a menggambarkan kondisi fitoplankton di suatu area. Apabila
fiitoplankton tinggi, potensi hasil tangkap nelayan juga tinggi. Hal ini dikarenakan
oleh peran fitoplankton sebagai produsen di ekosistem laut yang memengaruhi
keberadaan ikan-ikan (konsumen) di sekitarnya. Sementara itu, SST berkaitan erat
dengan proses upwelling yang memengaruhi jumlah ikan di suatu perairan. Suhu
yang rendah menjadi ciri khas dari upwelling. Upwelling membawa nutrient dari
dasar dan menyuburkan permukaan laut sehingga klorofil-a menjadi tinggi. Suhu
yang rendah juga dapat menyebabkan proses mixing dimana lapisan perairan akan
teraduk dan mengantarkan nutrient di dasar ke permukaan. (Purwanto dan
Ramadhani, 2020).
3.1 Materi
3.1.1 Waktu dan tempat
Hari,tanggal : Kamis,24 September 2021
Waktu : 18.30 – 20.50
Tempat : Dirumah masing – masing
3.2.2 Alat dan Bahan
Tabel 1.Alat Praktikum Upwelling
No Nama Gambar Kegu
. naan
1 Laptop Sebagai alat untuk
melakukan pengolahan
data
3.3 Metode
3.3.1 Download Citra AQUA MODIS
3.3.2 SEADASS
1. Buka aplikasi SeaDas
2. Kemudian pilih file>>>>Open>>>>buka citra yang terunduh
3. Pada file manager buka file raster, klik sebanyak dua kali pada setiap
raster
4. Pilih hyperlink
2. Pilih toolbar file>> pilih open, lalu buka file dari hasil ekstraksi di SeaDas
3. Data yang tidak diperlukan dihapus
4. Lakukan proses pemfilteran untuk memilah data yang terdapat nilai 0 atau
NaN dibagian klorofil
7. Setelah mencari nilai a,b, dan c, save file berdasarkan Excel Workbook 97-
2003
3. Kemudian klik kanan pada layer citra bagian klorofil a, lalu pilih
properties>>symbology. Pada tab ini, beri tanda centang pada bagian Display
Background Value kemudian ubah stretch type menjadi Histogram Equalized.
Setelah itu, ganti warna citra sesuai dengan kebutuhan.
4. Pada ArcToolBox, pilih Map Algebra>> raster calculator kemudian
masukkan syarat upwelling berdasarkan kriteria yang sudah ada
4. Rapihkan peta dan kosongkan bagian bawah sedikit untuk diberi rectangle
4.1.1.2 Klorofil A
a. September 2019
Nilai Maksimum = 17,2℃ Nilai rata-rata = 13,65℃
Nilai Minimum = 10,1℃ Nilai Standar Deviasi = 5,6℃
a = 10,85
b = 16,45
c = 22,05
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling sangat lemah = USL <= 10,85
2. Upwelling lemah = 10,85 < = UL < 16,45
3. Upwelling kuat = 16,45 <= UK < 22,05
4. Upwelling sangat kuat = USK >= 22,05
b. Oktober 2019
Nilai Maksimum = 19,3℃ Nilai rata-rata = 15,1 ℃
Nilai Minimum = 10,8℃ Nilai Standar Deviasi = 4,5 ℃
a. = 12,85
b. = 17,35
c. = 21,85
Klasifikasi Upwelling
1. Upwelling sangat lemah = USL <= 12,85
2. Upwelling lemah = 12,85 < = UL < 17,35
3. Upwelling kuat = 17,35 <= UK < 21,85
4. Upwelling sangat kuat = USK >= 21,85
c. November 2019
Nilai Maksimum = 22,7℃ Nilai rata-rata = 21,4 ℃
Nilai Minimum = 21,3℃ Nilai Standar Deviasi = 14,5
a. = 14,15
b. = 28,65
c. = 43,15
Klasifikasi Upwelling
5. Upwelling sangat lemah = USL <= 14,15
6. Upwelling lemah = 14,15 < = UL < 28,65
7. Upwelling kuat = 28,65 <= UK < 43,15
8. Upwelling sangat kuat = USK >= 43,15
Gambar 1.Peta Daerah Upwelling Perairan Laut Seram Bulan September 2019
Gambar 2.Peta Daerah Upwelling Perairan Laut Seram Bulan Oktober 2019
Gambar 3.Peta Daerah Upwelling Perairan Laut Seram Bulan November 2019
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data praktikum mengenai upwelling di
wilayah Laut Seram pada bulan September sampai dengan November tahun 2019.
Diperoleh hasil parameter yang bervariasi dimana berdasarkan parameter yang
digunakan berupa nilai dari suhu dan persebaran klorofil-a bahwa dapat
ditentukan besarnya upwelling yang terjadi di wilayah perairan Laut Seram
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa sebagian besar yang
terjadi pada Laut September bulan September 2019 secara spasial menggunakan
Citra AQUA MODIS adalah didominasi upwelling kuat dan upwelling lemah pada
daerah lepas pantai. Sedangkan untuk wilayah dekat dengan daratan didominasi
dengan upwelling kuat walaupun terdapat sedikit upwelling sangat lemah. Hal ini
karena mendapat pengaruh dari daratan, aktivitas di daratan memberikan masukan
nutrient yang tinggi di perairan. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa pada bulan Oktober di wilayah Perairan Laut
Seram didapatkan sejumlah daerah yang memiliki upwelling. Menurut hasil yang
diperoleh upwelling pada kawasan Laut Seram yang mendekati daratan terdapat
upwelling sangat lemah. Hal ini karena kurang mendapat pengaruh dari daratan,
aktivitas di daratan kurang memberikan masukan nutrient yang tinggi di perairan.
Pada bulan Oktober hanya terdapat sedikit wilayah yang memiliki potensi
upwelling.Pada bulan Oktober upwelling sangat lemah . Berdasarkan hasil
pengolahan data untuk bulan November diperoleh bahwa pada wilayah Laut
Seram didominasi upwelling lemah di wilayah lepas pantai perairan tersebut. Pada
hasil pengolahan terlihat bahwa terjadi upwelling sangat kuat, lemah dan sangat
lemah di wilayah dekat dengan daratan dan laut lepas.
Berdasarkan nilai klorofil-a dan suhu permukaan laut yang didapatkan,
dapat diketahui bahwa pada bulan September – November suhu permukaan laut
mengalami kenaikan dan penurunan secara bertahap, sehingga menyebabkan
klorofil-a semakin berkurang dan naik dikarenakan intensitas cahaya yang
tinggi,dan iklim yang tidak stabil Dapat diketahui bahwa sebaran konsentrasi
klorofil-a sangat bergantung pada kondisi suhu muka laut dimana semakin dingin
suhu muka laut, semakin banyak pula klorofil-a yang terkandung di dalamnya.
Dapat dilihat berdasarkan hasil praktikum bahwa pada bulan Oktober upwelling
yang terjadi didominasi dengan upwelling sangat lemah.Kemudian dapat
diketahui bahwa pola pergerakan angin di Indonesia pada umumnya mengikuti
pergerakan musim. Setiap musim memiliki arah pergerakan angin yang berbeda-
beda. Pada musim peralihan di bulan September pengaruh dari upwelling tinggi
karena pola pergerakan angin berasal dari utara dan dari timur . Kecepatan angin
di daerah pesisir dapat berpengaruh terhadap pencampuran massa air, sehingga
mengakibatkan terjadinya upwelling. Dari parameter yang sudah ditentukan
mengakibatkan besarnya peristiwa upwelling yang terjadi di wilayah perairan
Laut Seram sebagian besar memiliki intensitas yang lemah. Hal ini disebabkan
karena pada bulan Oktober hingga November merupakan musim kemarau
sehingga upwelling yang terjadi lemah karena suhu di permukaan air laut
cenderung tinggi, sehingga upwelling yang terjadi di perairan Laut Seram
umumnya yaitu upwelling lemah.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hadi, I. M. dan S. Hadi. 2009. Arus Laut. Institut Teknologi Bandung, Bandung,
163 hlm.
Kurnianingsih,T. N., Budi S., Yudo P., Anindya, W.2017.Analisis Suhu
Permukaan Laut ,Klorofil-A,dan Angin Terhadap Fenomena Upwelling di
Perairan Pulau Bulu dan Seram.Jurnal Geodesi Undip.6(1),238-248
Louhenapessy, D., & Waas, H. J. D. 2009. Aplikasi Teknologi Remote Sensing
Satelit Dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Memetakan Klorofil-
a Fitoplankton. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan, 5(1).
Purwanti, I., Prasetyo, Y., & Wijaya, A. P. 2017. Analisis Pola Persebaran
Klorofil-A, Suhu Permukaan Laut, Dan Arah Angin Untuk Identifikasi
Kawasan Upwelling Secara Temporal Tahun 2003-2016 (Studi Kasus:
Laut Halmahera). Jurnal Geodesi Undip, 6(4), 506-516.
Purwanto, A. D. dan D. P. Ramadhani. 2020. Analisis Zona Potensi Penangkapan
Ikan (ZPPI) Berdasarkan Citra Satelit SUOMI NPP-VIIRS (Studi Kasus:
Laut Arafura). Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and
Technology., 13 (3): 249-260.
Putra, I. I., A. Sukmono dan A. P. Wijaya. 2017. Analisis Pola Sebaran Area
Upwelling Menggunakan Parameter Suhu Permukaan Laut, Klorofil-A,
Angin dan Arus Secara Temporal Tahun 2003-2016. Jurnal Geodesi
Undip., 6(4).
Ratnawati, H. I., Hidayat, R., Bey, A., & June, T. 2017. Upwelling di Laut Banda
dan Pesisir Selatan Jawa serta hubungannya dengan ENSO dan IOD.
Omni-Akuatika, 12(3).
Silubun, D. T., Gaol, L. J., & Naulita, Y. 2016. Estimasi Intensitas Upwelling
Pantai Dari Datelit Aquamodis Di Perairan Selatan Jawa Dan Barat
Sumatra. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, 6(1), 21-29.
Sukresno, B., Jatisworo, D., & Kusuma, D. W. 2018. Analisis multilayer
variabilitas upwelling di perairan Selatan Jawa. Jurnal Kelautan Nasional,
13(1), 15.
Yuhendrasmiko, R., Kunarso, & Wirasatriya, A. (2016). Identifikasi Variasibilitas
Upwelling Berdasarkan Indikator suhu dan klorofil-A di Selatan Lombok.
5(November 2015), 530– 537.