Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 1 PENGINDERAAN JAUH OSEANOGRAFI (OS3207)

RESUME MATERI REVIEW OSEANOGRAFI

Disusun sebagai tugas dalam pelaksanaan praktikum mata kuliah


Penginderaan Jauh Oseanografi (OS3207)

Dosen Pengampu :
Dr. Susanna Nurdjaman, S.Si., M.T.

Disusun Oleh :

Brigita Steffy Mutiara


NIM 12921061
(Program Studi Oseanografi)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Februari 2024
A. Penginderaan Jarak Jauh utuk Mengukur Variabel Oseanografi
Penginderaan jauh adalah seni untuk memperoleh informasi tentang objek, area, atau
fenomena tanpa kontak langsung dengan objek tersebut melalui analisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat. Hasil dari proses penginderaan jauh adalah citra,
yang merupakan gambaran objek yang didapatkan melalui teknik tersebut. Dalam
oseanografi, penginderaan jarak jauh merupakan metode ilmiah yang menggunakan
teknologi penginderaan jauh untuk memantau dan mempelajari lautan serta fenomena
yang terkait dengannya dari jarak jauh, dengan memanfaatkan sensor dan instrumen
yang terpasang di pesawat udara atau satelit. Teknologi ini memungkinkan para
ilmuwan untuk memperoleh data tentang berbagai parameter oseanografi, seperti suhu
permukaan laut, konsentrasi plankton, arus laut, dan sifat fisik lainnya dari seluruh
wilayah lautan dengan cara yang efisien dan luas.

Penginderaan jauh oseanografi memiliki manfaat yang luas dan penting dalam
pemahaman dan pengelolaan lingkungan laut. Dengan teknologi penginderaan jauh,
para ilmuwan dapat terus-menerus memantau kondisi lingkungan laut, termasuk
perubahan suhu permukaan laut, distribusi plankton, aliran laut, dan parameter lainnya
yang penting untuk keseimbangan ekosistem laut. Selain itu, data yang diperoleh dari
penginderaan jauh membantu dalam pemahaman iklim laut global dengan
mengumpulkan informasi tentang pola suhu, arus laut, dan pola cuaca di lautan. Hal
ini sangat penting dalam memprediksi perubahan iklim, mengidentifikasi anomali
iklim, dan menyusun strategi adaptasi.

Tidak hanya itu, penginderaan jauh juga memberikan kontribusi besar dalam
pengelolaan sumber daya laut. Data yang diperoleh digunakan untuk menangkap ikan
secara berkelanjutan, memantau kesehatan terumbu karang, serta mendeteksi dan
mengurangi polusi laut. Penginderaan jauh juga memiliki peran penting dalam
meningkatkan keselamatan maritim dengan memantau aktivitas pelayaran, lalu lintas
kapal, dan keamanan perairan, yang membantu dalam pengendalian navigasi,
pemantauan jalur pelayaran, dan penegakan hukum maritim.

1
Selain manfaat praktis, penginderaan jauh juga memfasilitasi penelitian ilmiah yang
lebih mendalam tentang fenomena laut yang kompleks. Akses yang lebih luas dan
efisien ke data oseanografi membuka peluang bagi penemuan baru tentang kehidupan
laut, geologi bawah laut, dan proses oseanografi lainnya. Dengan demikian,
penginderaan jauh oseanografi tidak hanya penting untuk pemahaman dasar tentang
lautan, tetapi juga untuk pengelolaan yang berkelanjutan dan perlindungan lingkungan
laut bagi kepentingan masa depan.

Penginderaan jarak jauh memiliki peran yang signifikan dalam mengukur berbagai
variabel oseanografi yang memengaruhi lingkungan laut. Dengan menggunakan
teknologi citra satelit dan sensor-sensor khusus, penginderaan jarak jauh dapat
memantau suhu permukaan laut, konsentrasi klorofil-a untuk mengukur produktivitas
biologis, ketinggian permukaan laut melalui data altimeter satelit, arus laut
menggunakan teknik radar seperti radar pencitraan sintetis (SAR), serta kondisi cuaca
laut seperti pola awan. Selain itu, penginderaan jarak jauh dapat memberikan perkiraan
tentang salinitas air laut dengan memperhatikan perubahan indeks bias air laut,
mengamati pola gelombang laut, dan memberikan perkiraan kedalaman laut dengan
memperhatikan ciri-ciri permukaan laut. Variabel-variabel tersebut dijelaskan lebih
lanjut dalam tabel berikut.

Gambar 1. Sumber Data dan Tipe Sensor Variabel Oseanografi

2
Gambar 2. Varibel, Sumber Data, Server dan Database yang Tersedia (Sumber:
Nurdjaman, 2024)

B. Apa yang menggerakkan arus laut?


Arus laut dapat digerakkan oleh dua gaya eksternal utama yang memengaruhi Samudra
Dunia: gravitasi dan aliran energi dari matahari. Gaya gravitasi mencakup pasang surut
yang dihasilkan oleh interaksi massa air dengan bulan dan matahari, serta rotasi Bumi.
Pasang surut ini menciptakan pergerakan air di sepanjang pantai dan dalam laut yang
berkontribusi pada pembentukan arus laut. Selain itu, aliran energi dari matahari
menyebabkan berbagai fenomena, seperti tekanan angin, pemanasan dan pendinginan
permukaan laut, serta penguapan dan presipitasi air. Proses ini memicu perbedaan suhu
dan tekanan di permukaan laut, yang selanjutnya mempengaruhi pembentukan arus
laut. Interaksi kompleks antara gaya-gaya ini menghasilkan pola sirkulasi laut yang
kompleks dan bervariasi di seluruh Samudra Dunia.

Pemanasan matahari juga memiliki peran penting dalam menggerakkan arus laut. Hal
ini karena jumlah sinar matahari yang tersebar lebih luas di dekat kutub daripada di

3
daerah tropis. Variasi dalam jumlah energi matahari seiring waktu, yang dipengaruhi
oleh rotasi tahunan Bumi mengelilingi matahari dan rotasi harian Bumi, juga
berkontribusi pada dinamika arus laut. Perbedaan dalam pemanasan dan pendinginan
permukaan laut di berbagai lintang menciptakan perbedaan tekanan udara yang
mengarah pada terbentuknya angin laut. Dalam proses ini, angin membawa air laut
secara horizontal, membentuk arus permukaan yang dapat membawa air hangat ke
arah kutub atau air dingin ke arah khatulistiwa.

Efek Coriolis, yang disebabkan oleh rotasi Bumi, juga memainkan peran penting
dalam pembentukan arus laut. Ketika massa udara atau air bergerak di Bumi yang
berputar, efek Coriolis menyebabkan pergeseran ke arah kanan di belahan bumi utara
dan ke arah kiri di belahan bumi selatan. Hal ini mengubah jalur pergerakan arus laut
di berbagai belahan bumi dan memengaruhi pola sirkulasi global. Seluruh fenomena
ini, bersama dengan faktor-faktor lain seperti topografi laut, distribusi suhu dan
salinitas, serta keadaan angin, terlibat dalam menciptakan pola sirkulasi laut yang
kompleks dan dinamis di seluruh Samudra Dunia.

Wind Stress

Wind stress, atau tegangan angin, adalah gaya yang dihasilkan oleh gesekan angin
terhadap permukaan laut. Ketika angin bertiup di atas permukaan laut, partikel-partikel
udara mengalami hambatan dari molekul-molekul air di permukaan laut, menciptakan
gaya gesek yang dikenal sebagai wind stress. Besarnya wind stress diukur dalam
satuan tegangan (𝑘𝑔 𝑚−1 𝑠 −2 atau Newton per 𝑚2 ) dan merupakan salah satu faktor
penting dalam memahami proses penggerak arus laut oleh angin. Angin yang kuat
akan menciptakan wind stress yang lebih besar, yang kemudian akan mendorong
pergerakan massa air di permukaan laut. Perbedaan dalam kekuatan dan arah angin di
berbagai wilayah dapat menghasilkan perbedaan dalam besar dan arah wind stress,
yang pada gilirannya mempengaruhi pola arus laut setempat. Wind stress di permukaan
adalah sebagai berikut

4
|𝜏| = 𝐶𝑑 𝜌𝑎 𝑈 2

𝜏 = 𝑐 𝑈2

Keterangan:

𝐶𝑑 : Drag coefficient, 𝐶𝑑 = 1.4 × 10−3

𝜌𝑎 : Densitas udara

𝑈2 : Kecepatan angin pada ketinggian 10 m dpl (𝑚 𝑠 −1 )

𝑐 : Konstanta

Wind stress yang bekerja pada permukaan laut berbanding lurus dengan kecepatan
angin kuadrat. Semakin cepat angin bertiup, semakin besar tekanan angin yang
dihasilkan, dan semakin besar pula gaya yang diterapkan pada permukaan laut. Secara
kasar kecepatan arus permukaan yang ditimbulkan oleh angin besarnya ≈ 3% x
kecepatan angin.

C. Sirkulasi Laut
Horizontal circulation - Ekman drift

Gerakan air di Samudra Dunia dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu efek Coriolis
dan gravitasi. Salah satu fenomena yang terjadi sebagai hasil dari interaksi ini adalah
spiral Ekman. Dalam spiral Ekman, lapisan atas air didorong maju oleh angin,
sementara setiap lapisan di bawahnya digerakkan oleh gesekan sehingga menyebabkan
setiap lapisan yang lebih dalam bergerak dengan kecepatan yang lebih lambat. Arah
arus permukaan tidak sama dengan arah angin permukaan yang membentuknya tetapi
dibelokkan sebesar 20º – 40º kearah kanan angin di BBU dan ke arah kiri angin di
BBS. Secara teoritik penyimpangan arah arus permukaan terhadap arah angin besarnya
45º. Arus yang dihasilkan bergerak pada sudut terhadap arah angin, yang kemudian
berbelok lebih jauh dari arah angin dan melemah dengan kedalaman. Sebagai hasilnya,
komponen penggerak air oleh angin diarahkan tegak lurus terhadap tekanan angin rata-
rata ke kanan di belahan bumi bagian utara.

5
Di laut sebenarnya angin tidak akan uniform seperti yang diasumsikan oleh Ekman.
Kecepatan dan arah angin berubah dalam ruang dan waktu; meskipun arah angin
konstan kecepatan bervariasi dalam arah normal terhadap arah angin. Akibat variasi
kecepatan angin ini lapisan air permukaan akan dipaksa bergerak menuju atau
menjahui satu dengan yang lainnya atau akan terbentuk daerah konvergensi dan
divergensi disertai dengan gerakan vertikal dari massa air berupa downwelling dan
upwelling. Jadi angin yang berhembus diatas permukaan laut dengan arah yang
konstan tetapi kecepatannya bervariasi dalam arah normal terhadap arah angin dapat
menimbulkan upwelling dan downwelling di lepas pantai. Di wilayah timur samudra,
angin permanen yang mengarah ke khatulistiwa menyebabkan aliran Ekman ke laut
dan upwelling pantai yang kaya akan nutrisi, meningkatkan produksi primer. Namun,
angin yang berlangsung lama ke arah kutub di sepanjang pantai barat dapat
menghasilkan downwelling, menyebabkan perubahan pola arus.

Gambar 3. Upwelling di Perairan Pantai (Sumber: Hadi dan Radjawane, 2009)

6
Gambar 4. Downwelling di Perairan Pantai (Sumber: Hadi dan Radjawane, 2009)

Horizontal circulation - Geostrophic flow

Arus geostropik adalah hasil dari keseimbangan antara gaya gradien tekanan dan gaya
Coriolis. Gaya gradien tekanan bertanggung jawab sebagai pendorong utama arus,
sedangkan gaya Coriolis membelokkan arah arus tersebut. Proses terbentuknya arus
geostropik dimulai dengan pembentukan slope muka air atau slope isobar akibat
distribusi horizontal densitas, pengaruh angin, atau pengaruh tekanan atmosfer.
Kemudian, gaya gradien tekanan yang dihasilkan oleh slope tersebut menggerakkan
massa air dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, membentuk arus gradien atau arus
densitas yang dipercepat. Selama perjalanan ini, arus mengalami pengaruh gaya
Coriolis yang bertambah seiring dengan peningkatan kecepatan arus, yang
menyebabkan arahnya membengkok ke kanan di Belahan Bumi Utara dan ke kiri di
Belahan Bumi Selatan. Ketika gaya Coriolis mencapai besaran yang sama dengan gaya
gradien tekanan, terbentuklah arus geostropik dengan kecepatan yang konstan. Arus
geostropik bergerak di dalam laut, jauh dari permukaan dan dasar laut, dan tidak
dipengaruhi oleh gesekan dasar maupun gesekan angin di permukaan.

7
Untuk menentukan besar gradien tekanan, kita mempertimbangkan kondisi laut yang
homogen (densitas konstan), meskipun tidak realistis tapi berguna dalam menentukan
gradien tekanan. Misalkan, di antara dua stasiun oseanografi A dan B, terbentuk slope
muka laut di mana muka air di B lebih tinggi daripada di A, seperti yang terlihat pada
gambar:

Gambar 5. Slope isobar yang bervariasi terhadap kedalaman (Sumber: Hadi dan
Radjawane, 2009; Adaptasi dari Colling, 2007)

Besarnya gaya gradien tekanan adalah 𝑔 × tan 𝜃, di mana tan 𝜃 adalah slope muka
laut dibagi slope isobar. Gaya gradien tekanan berbanding lurus dengan besarnya slope
muka laut dibagi slope isobar; semakin besar nilainya, semakin besar gradien tekanan
dan semakin kuat arus yang terbentuk. Hubungan antara slope isobar dan distribusi
densitas secara horizontal sangat erat, sehingga kecepatan arus geostropik dapat
ditentukan dari distribusi densitas horisontal. Karena muka air di stasiun B lebih tinggi
daripada di stasiun A, awalnya arus akan bergerak dari stasiun B ke stasiun A. Namun,
dalam perjalanannya menuju stasiun A, arus ini dipengaruhi oleh gaya Coriolis yang
membelokkannya ke arah kanan (utara), sehingga arus geostropik bergerak ke arah
utara. Aturan penentuan arah arus geostropik dapat didasarkan pada beberapa faktor,
seperti tinggi muka air/isobar, densitas, dan slope isopiknal (permukaan dengan
densitas konstan). Misalnya, di Belahan Bumi Utara, arus bergerak sedemikian rupa
sehingga muka air/isobar yang tinggi berada di sebelah kanan arus, atau air yang ringan
berada di sebelah kanan arus, atau slope isopiknal turun ke arah kanan, menentukan
arah gerak arus.

8
Besarnya (transportasi massa per satuan kedalaman) aliran geostropik adalah:

𝜌0 𝑔 𝑇𝑑 ∆ℎ 𝜌0 𝑔 ∆ℎ
𝑀′ = =
4𝜋 sin ∅ 𝑓

𝜌0 : Rata-rata densitas air

𝑔 : Percepatan gravitasi

𝑇𝑑 : Lamanya satu hari (86.400 s)

𝜙 : Latitude

∆ℎ : Perbedaan tinggi sterik antara dua isobar yang berdekatan.

𝑇 −1
𝑑
𝑓 = (4𝜋 sin ) adalah parameter Coriolis

Horizontal circulation - 1½ layer model

Model sirkulasi horizontal 1½ lapisan adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam
oseanografi untuk memodelkan gerakan air di lautan. Dalam model ini, lautan dibagi
menjadi dua lapisan: lapisan dalam yang memiliki kepadatan konstan 𝜌2 dan lapisan
dangkal di atasnya dengan kepadatan yang sedikit berbeda 𝜌1 = 𝜌2 − ∆𝜌. Lapisan
dalam dianggap diam, sedangkan tebalnya lapisan atas 𝑧 = 𝐻(𝑥, 𝑦, 𝑡) dapat bervariasi.

∆𝜌
ℎ(𝑥, 𝑦) = − 𝐻(𝑥, 𝑦)
𝜌0

∆𝜌
Faktor berada dalam kisaran 0.01 atau kurang. Oleh karena itu, dalam laut lapisan
𝜌0

1 1⁄2 permukaan laut adalah cermin berskala dari kedalaman pinoklin (100-300 kali
lebih besar). Model ini memberikan gambaran yang lebih sederhana tentang sirkulasi
laut, dengan fokus pada interaksi antara kedua lapisan ini dan bagaimana faktor-faktor
seperti tekanan dan perubahan kepadatan mempengaruhi gerakan air di lautan.

Horizontal circulation – Rossby waves

9
Gelombang Rossby adalah fenomena dalam dinamika fluida yang terjadi di lautan dan
atmosfer bumi. Gelombang ini dinamai dari nama Carl-Gustaf Rossby, seorang
meteorolog dan oseanograf Swedia yang mempelajari fenomena ini pada tahun 1930-
an. Gelombang Rossby adalah jenis gelombang panjang yang terjadi dalam fluida yang
berputar, seperti lautan dan atmosfer bumi.

Gelombang Rossby biasanya terjadi dalam sistem yang memiliki perbedaan kecepatan
rotasi antara daerah di khatulistiwa dan daerah di kutub. Fenomena ini terjadi karena
efek Coriolis, yaitu gaya semu yang disebabkan oleh rotasi bumi.
Perbedaan magnitudo arus total ke arah kutub antara titik A dan B dibandingkan
dengan C dan D disebabkan oleh perbedaan parameter Coriolis antara kedua titik
tersebut. Parameter Coriolis yang lebih kecil di titik A dan B menyebabkan arus total
yang lebih besar dalam magnitudonya. Selain itu, dalam kondisi tersebut, termoklin di
wilayah ABCD menjadi lebih dalam. Sebaliknya, termoklin di wilayah A'B'C'D'
menjadi lebih dangkal karena parameter Coriolis yang lebih besar. Fenomena ini juga
mempengaruhi pergerakan eddy, yang cenderung bergerak ke arah barat. Gelombang
ini bergerak ke arah barat, berlawanan arah dengan rotasi bumi di belahan bumi utara,
dan searah dengan rotasi bumi di belahan bumi selatan.

Di lautan, Gelombang Rossby terjadi karena perubahan kecepatan angin dan distribusi
suhu air laut. Dampak dari propagasi gelombang Rossby ke arah barat adalah
terkonsentrasinya air hangat di bagian barat samudra dalam lapisan campuran atas.
Secara umum, Gelombang Rossby terjadi dalam skala waktu yang sangat besar dan
bergerak lambat, dengan panjang gelombang ratusan hingga ribuan kilometer.
Gelombang Rossby memainkan peran penting dalam redistribusi energi termal di
lautan, mempengaruhi pola sirkulasi air, dan memengaruhi iklim regional.

D. Fluks panas melalui permukaan laut


Fluks panas melalui permukaan laut dipengaruhi oleh keseimbangan antara empat
komponen utama: radiasi matahari yang masuk, radiasi kembali keluar, kehilangan

10
panas melalui penguapan, dan perpindahan panas mekanis antara laut dan atmosfer.
Suhu permukaan laut (SST), yang merupakan properti dasar laut yang diukur dari
satelit, memainkan peran kunci dalam menentukan tiga komponen terakhir tersebut.
Proses pelepasan panas dari laut ke atmosfer menyebabkan peningkatan suhu udara
lokal dan penurunan kerapatan udara, yang memicu pergerakan udara hangat ke atas.
Di bawah pengaruh gaya Coriolis, udara hangat ini berputar membentuk struktur
pusaran yang berlawanan arah jarum jam di Belahan Bumi Utara dan searah jarum jam
di Belahan Bumi Selatan, dikenal sebagai siklon. Fenomena ini, bersama dengan
pergerakan air hangat ke atas dan air dingin ke bawah yang disebabkan oleh perbedaan
kepadatan, menghasilkan stratifikasi dalam lapisan air di laut. Variasi musiman dalam
fluks panas menyebabkan perubahan musiman dalam suhu permukaan laut dan suhu
lapisan campuran atas.

E. Distribusi vertikal sifat-sifat air


Pada umumnya, distribusi vertikal sifat-sifat air dipengaruhi oleh beberapa faktor,
termasuk pengaruh sinar matahari, perbedaan suhu dan salinitas antara permukaan dan
kedalaman, serta proses-proses fisik seperti sirkulasi lautan dan stratifikasi termal. Di
permukaan laut, suhu dan salinitas dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti radiasi
matahari, angin, dan interaksi dengan atmosfer. Namun, dengan bertambahnya
kedalaman, sifat-sifat air laut dapat berubah secara signifikan akibat adanya faktor-
faktor lain seperti arus laut, topografi dasar laut, dan proses biologis seperti produksi
primer dan dekomposisi organik.

Biasanya, terdapat tiga lapisan utama dalam distribusi vertikal sifat-sifat air: lapisan
permukaan, termoklin, dan lapisan dasar. Lapisan permukaan cenderung memiliki
suhu yang lebih hangat dan salinitas yang lebih rendah karena interaksi langsung
dengan atmosfer dan paparan sinar matahari. Di bawah lapisan permukaan, terdapat
termoklin, yaitu zona di mana suhu turun secara signifikan dengan meningkatnya
kedalaman. Ini biasanya terjadi di daerah tropis di mana perbedaan suhu antara
permukaan dan kedalaman sangat besar. Di bawah termoklin, terdapat lapisan dasar di
mana suhu dan salinitas cenderung lebih stabil.

11
Gambar 6. Profil Vertikal Sifat-Sifat Air (Sumber: Nurdjaman, 2024)

Densitas air laut dipengaruhi oleh suhu, salinitas, dan tekanan. Hubungan antara
densitas, suhu, salinitas, dan tekanan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Suhu: Secara umum, ketika suhu air meningkat, densitasnya cenderung


menurun. Hal ini disebabkan oleh sifat air yang ekspansif saat dipanaskan.
Ketika suhu air meningkat, molekul air akan bergetar lebih banyak dan memiliki
energi kinetik yang lebih tinggi, sehingga jarak antar molekulnya lebih besar.
Akibatnya, volumenya akan membesar, dan densitasnya akan menurun.
2. Salinitas: Salinitas mengacu pada kandungan garam dalam air laut. Semakin
tinggi salinitasnya, maka densitas air laut akan semakin tinggi. Garam dalam air
laut meningkatkan massa jenis air karena ion-ion garam menambah massa dalam
suatu volume air tertentu. Sebaliknya, ketika salinitas berkurang, densitas air laut
akan menurun.
3. Tekanan: Tekanan memiliki efek yang kompleks terhadap densitas air laut. Pada
umumnya, dengan meningkatnya tekanan, densitas air laut akan sedikit
meningkat. Ini karena tekanan dapat menyebabkan kompresi dari volume air,
yang mengakibatkan molekul-molekul air tertekan lebih rapat bersama-sama,
sehingga meningkatkan densitasnya. Namun, efek ini biasanya lebih signifikan
pada kedalaman yang besar di dalam lautan, di mana tekanan yang tinggi
berpengaruh lebih besar terhadap kompresi air.

12
Medan tekanan dalam kolom air laut merupakan hasil dari peningkatan tekanan
dengan kedalaman, yang dipengaruhi oleh distribusi vertikal densitas air. Untuk
mengukur perbedaan tekanan pada kedalaman yang berbeda atau perbedaan
kedalaman antara dua permukaan tekanan konstan, kita menggunakan suatu kuantitas
yang disebut tinggi sterik. Tinggi sterik ini menggambarkan ketinggian dengan mana
kolom air antara kedalaman z1 dan z2, dengan suhu standar T=0°C dan salinitas S=35,
akan mengembang jika suhu dan salinitasnya diubah menjadi nilai yang diamati.
Biasanya, tinggi sterik ini hanya beberapa puluh sentimeter. Oseanografer
menggunakan kontur tinggi sterik yang sama relatif terhadap kedalaman tanpa
gerakan, yang sering diset pada kedalaman konstan seperti 1500 atau 2000 meter,
untuk memetakan bentuk permukaan laut. Selain itu, tinggi dinamis, yang merupakan
hasil kali antara gravitasi dan tinggi sterik, sering digunakan dalam perhitungan. Dari
tinggi sterik atau tinggi dinamis ini, dapat diperkirakan gradien tekanan horizontal
yang menghasilkan sirkulasi air geostrofik di lautan.

F. Peran stratifikasi dalam pertumbuhan fitoplankton


Stratifikasi dalam lautan memainkan peran kunci dalam pertumbuhan fitoplankton,
mikroorganisme tumbuhan yang merupakan dasar rantai makanan di ekosistem laut.
Stratifikasi, baik itu dalam bentuk stratifikasi termal maupun salinitas, mempengaruhi
ketersediaan nutrien dan cahaya matahari yang sangat penting bagi pertumbuhan
fitoplankton. Di lapisan permukaan yang terang dan hangat, fitoplankton memiliki
akses yang baik ke cahaya matahari yang diperlukan untuk fotosintesis. Namun,
lapisan ini juga sering kali memiliki konsentrasi nutrien yang rendah karena
pembatasan pencampuran dengan lapisan yang lebih dalam, di mana nutrien biasanya
lebih melimpah. Selain itu, stratifikasi termal dapat menciptakan stabilitas termal di
lapisan permukaan, yang dapat menghambat pencampuran air dan transportasi nutrien
dari kedalaman ke permukaan. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus, stratifikasi
juga dapat memberikan manfaat bagi fitoplankton, seperti mempertahankan nutrien
dari aliran sungai di lapisan permukaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, (2020): Kamus Oseanografi Fisika,


diakses dari http://kbbi.kemdikbud.go.id.
Fitriana, D. (2022): Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dalam Bidang Oseanografi,
Jurnal Geografi, Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.
Hadi, S. dan Radjawane, I. M. (2009): Arus laut, Institut Teknologi Bandung:
Bandung.
Nurdjaman, S. (2024): Review Oseanografi, Materi Kuliah, Program Studi
Oseanografi, FITB, Institut Teknologi Bandung: Bandung.
Pratama, Y. (2018): Studi Parameter Oseanografi terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Jawa Timur, Skripsi, Program
Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, Universitas Brawijaya:
Malang.

14

Anda mungkin juga menyukai