Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDRODINAMIKA

PASANG SURUT

OLEH:
M EVRAN FIRDAUS
08051381924076
KELAS: B

DOSEN PENGAMPU:
GUSTI DIANSYAH, S.PI., M.SC
DR. MELKI, S.PI., M.SI
DR. ROZIRWAN, S.PI., M.SC

LABORATORIUM OSEANOGRAFI DAN INSTRUMENTASI


KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrodinamika adalah studi ilmiah tentang gerak fluida, khususnya zat cair
incompressible yang dipengaruhi oleh gaya internal dan eksternal. Konsep
hidrodinamika membicarakan sistem fisis fluida yang mengalir. Fenomena alam
yang berkaitan dengan konsep hidrodinamika adalah limbah aliran sungai ke
pantai pada arah yang berlawanan di estuari. Daerah aliran sungai merupakan
sistem biofisik yang di dalamnya terdapat siklus hidrologi yang berlangsung
secara terus menerus. Beberapa proses tersebut seperti evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, perkolasi, dan limpasan.
Proses tersebut akan mendukung satu dengan yang lain, sehingga akan membuat
sistem yang kompleks dalam suatu DAS (Harifa et al. 2017).
Indonesia merupakan negara yang mempunyai lautan yang cukup luas.
Posisinya cukup strategis, yaitu terletak di kawasan khatulistiwa yang berada di
antara dua samudera, Samudera Hindia dan Pasifik, dan dua benua, Asia dan
Australia. Laut Indonesia yang semula (versi wawasan Nusantara) seluas ±
3.166.000 km² menjadi ± 6 juta km² menurut versi ZEE sedangkan luas seluruh
laut yang ada di bumi ± 361 juta km². Perairan pesisir meliputi pantai dan estuaria
(muara sungai) paling banyak dimanfaatkan masyarakat (Hamuna et al. 2018).
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut,
kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain.
Mengingat pentingnya pengetahuan tentang pasang surut terutama bagi yang
mempelajari mengenai perencanaan pelabuhan. Pasang surut laut merupakan
suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-
benda astronomi terutama oleh matahari, bumidan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil
(Samudra et al. 2018).
Pasang surut atau dikenal dengan istilah ocean tide merupakan fenomena
naik turunnya air laut secara periodik akibat gaya gravitasi benda-benda langit
terutama bulan dan matahari. Gaya gravitasi juga akan menyebabkan perubahan
bentuk terhadap bentuk bumi dan atmosfer. Gaya pembangkit pasut adalah
resultan dari gaya sentrifugal dan gaya gravitasi benda-benda luar angkasa seperti
bulan dan matahari. Gaya sentrifugal tercipta akibat revolusi bulan mengelilingi
bumi yang arahnya menjauhi bulan serta setiap titik di permukaan bumi besarnya
sama.Sedangkan gaya gravitasi bulan di pengaruhi oleh jarak dari titik
dipermukaan bumi terhadap bulan (Effendi et al. 2017).
Fenomena pasang surut adalah naik turunnya muka laut secara berulang
dengan periode tertentu akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama
matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut merupakan hasil
dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke
arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar
daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak
bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi (Irawan et al. 2018).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini, yaitu :
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pasang surut dengan papan skala
(Tide Staff) dan menentukan tipe pasang surut berdasarkan grafik pasang surut
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis pasang surut berdasarkan
konstantanya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menghitung beberapa kondisi muka air

1.3 Manfaat
Adapun manfaat pada praktikum kali ini yaitu, yaitu :
1. Mahasiswa memahami tentang cara pengukuran pasang surut dengan papan
skala (tide staff) dan menentukan tipe pasang surut berdasarkan grafik pasang
surut
2. Mahasiswa memahami tentang jenis-jenis pasang surut berdasarkan
konstantanya
3. Mahasiswa memahami cara menghitung berapa kondisi muka air
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definsi Pasang Surut


Fenomena pasang surut air laut memiliki dampak yang cukup besar.
Beberapa kejadian merugikan yang dapat diakibatkan oleh pasang surut air laut
diantaranya adalah karamnya kapal besar ketika terjadi surut dan meluapnya air
laut ke jalan sehingga mengakibatkan banjir ketika terjadi air pasang. Salah satu
faktor yang mempengaruhi pasang surut air laut adalah angin kencang yang dapat
mengakibatkan tergulingnya perahu nelayan. Beberapa kejadian merugikan yang
diakibatkan oleh pasang surut air laut dan angin kencang dapat dihindari ketika
hal tersebut dapat diprediksi (Novitasari et al. 2018).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal berasal dari dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik
gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari
dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang
dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi
bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Irawan et al. 2018).
Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turun permukaan
air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya
tarik-menarik benda langit, terutama matahari, bumi, dan bulan. Pengaruh benda-
benda angkasa lain dapat diabaikan karena jaraknya sangat jauh atau ukurannya
lebih kecil. Faktor non astronomi yang memengaruhi pasang surut perairan
semitertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai, topografi dasar perairan,
tekanan atmosfer, angin, densitas air laut, arus laut, penguapan, dan curah hujan.
Sifat pasang surut perambatan gelombang pasang surut menuju perairan dangkal
yang berbentuk semi tertutup dapat berubah, mengalami amplifikasi, tergantung
mekanisme resonansi daerah tersebut (Kusmanto et al. 2016).
Pasang surut merupakan efek gaya pembangkit bergejala periodik. Pasang
surut dapat dinyatakan sebagai jumlah linier gelombang stasioner yang bergerak.
Setiap gelombang harus mewakili setiap gaya gerak periodik dan dinamakan
komponen pasang surut. Dalam jangka waktu yang lama kombinasi suku-suku
pasang surut yang mungkin terjadi dapat berupa kombinasi frekuensi yang
menimbulkan variasi komponen (Irwan, 2018).
2.2 Tipe Tipe Pasang Surut
Tipe pasang surut campuran dominan keharian ganda ditandai dengan dalam
satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tinggi pasang surut yang
pertama berbeda dengantinggi pasang surut yang kedua.Pasang dan surut air taut
dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan dan matahari. Bulan yang lebih dekat
dengan bumi mempunyai pengaruh yang lebih besar pada pasang dan surutnya air
laut dibandingkan dengan pengaruh gravitasi matahari (Triadmodjo, 1999).
Tipe pasang surut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan
ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasang surut ini
digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe
campuran dominasi tunggal. Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot
dalam bentuk grafik, tipe pasang surut juga dapat ditentukan berdasarkan bilangan
formzahl F (Suhaemi et al. 2018).
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pasang Surut
Arus pasang surut disebabkan oleh fenomena pasang surut yang dapat
berubah sesuai dengan tipe dari pasang surut tersebut, sehingga arus pasang surut
dapat memiliki tipe seperti tipe pasang surut yaitu diurnal atau harian tunggal
dimana dalam satu hari terdapat satu kali perubahan arus, sedangkan untuk daerah
yang memiliki tipe pasang surut semi diurnal atau harian ganda maka dalam satu
hari akan mengalami dua kali perubahan arah arus (Hamuna et al. 2018).
Pasang surut juga memengaruhi aktivitas biologis seperti zonasitanaman
dan kegiatan makanorganisme laut, serta proses yang terkait dengan perendaman
dan pengeringan permukaan daratan di zona intertidal, yaitu daerah yang terletak
antara pasang tertinggi dan surut terendah. Teluk semitertutup memiliki amplitudo
pasang surut yang tinggi. Setelah air laut pasang memasuki perairan teluk,
gelombang pasang progresif menjadi terkondisikan pada teluk yang berbentuk
seperti celah sempit yang merambat dari mulut teluk ke garis-garis pantai dan
menginduksi energi pasang surut untuk mempercepat arus (Kusmanto et al. 2016).
III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Hidrodinamika dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi
Zoom, pada hari selasa 30 November 2020 pada pukul 13.00 WIB S/d, bertempat
di Komplek Ppi blok E7 no.10. Talang Kelapa, Kecamatan Alang-alang Lebar,
Kota Palembang, Sumatera selatan 30153.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini, yaitu:
No Nama Fungsi
1. Kalkulator Alat bantu perhitungan
2. Penggaris Untuk membuat garis
3. Pensil Untuk alat tulis
4. Spidol warna Untuk alat tulis

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum kali ini, yaitu :
Tentukan tipe pasang surut dengan memplotkan tinggi muka air dan
membandingkannya dengan pasang surut di daerah lain

Hitung kondisi muka air (HW, MHHWL, MHWL, MSL, MLWL, MLLWL, LW,
Tide Range)

Menentukan tipe pasang surut berdasarkan bilangan Formzahl


DAFTAR PUSTAKA

Effendi R, Handoyo G dan Setiyono H. 2017. Peramalan pasang surut di sekita


perairan tempat pelelangan ikan (tpi) Banyuwoto, kabupaten Pati, Jawa
Tengah. Jurnal Oseanografi Vol. 6 (1): 221 – 227

Hamuna B, Tanjung RHR, Kalor JD, Dimara L, Indrayani E, Warpur M,


Paulangan YYP dan Paiki K. 2018. Studi karakteristik pasang surut
perairan laut Mimika, Provinsi Papua. Jurnal Acropora Ilmu Kelautan dan
Perikanan Papua Vol.1 (1): 19 – 28

Harifa AC, Sholichin M, Prayogo TB. 2017. Analisa pengaruh perubahan


penutupan lahan terhadap debit sungai sub DAS Metro dengan
menggunakan program ARCSWAT. Teknik Pengairan Vol. 8 (1): 1-14

Irawan S, Fahmi R, Roziqin A. 2018. Kondisi hidro-oseanografi (pasang surut,


arus laut, dan gelombang) perairan Nongsa Batam. Kelautan Vol. 11(1):
57-58

Kusmanto E, Hasanudin M, Setyawan WB. 2016. Amplifikasi pasang surut dan


dampaknya terhadap perairan Pesisir Probolinggo. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia Vol. 1(3): 69–80

Novitasari DCR, Febrianti F, Setiawan F. 2018. Analisis kecepatan angin pada


pasang surut air laut dengan menggunakan algoritma forward-backward
dalam hidden markov model di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya. Sains Matematika dan Statistika Vol. 4(1): 26-35

Samudra AR, Jasin MI, Halim F. 2018. Evaluasi kinerja breakwater terhadap
gelombang di kawasan pelabuhan manado. Sipil Statik Vol. 6(4) : 211-224

Suhaemi, Raharjo S, Marhan. 2018. Penentuan tipe pasang surut perairan padaalur
pelayaran Manokwari denganmenggunakan metode admiralty. Sumber
daya Akuatik Indo pasifik Vol. 2(1): 58

Triatmodjo B. 1999. Teknik pantai. Yogyakarta : Beta Offset

Anda mungkin juga menyukai