Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah Survei Hidro-Oseanografi

“Pengamatan Pasang-Surut (Pasut)”


Dosen Pengampu: Dr. Asmadin, S. Pi., M. Si

Oleh Kelompok V:

Muhammad Restu Mulawarman


I1F1 19 020
Nurhayana
I1F1 19 025
Sulpadli
I1F1 19 043

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusunan “Makalah” ini dapat selesai tepat pada waktunya, serta ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan berbagai konstribusi yang sangat membantu dalam
penyusunannya.

Sebagai mahasiswa tentu tugas yang berkaitan dengan penyusunan makalah akan
sangat membantu karena dibutuhkan sumber referensi dan bacaan yang banyak untuk lebih
memahami materi yang telah diberikan oleh pengajar yang mengharapkan pemahaman lebih
dari mahasiswa sehingga dapat dijadikan bahan ajar dan diskusi yang lebih baik.

Penyusunan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan didalamnya, oleh karena
itu saran dan masukan serta kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk dapat melengkapi
segala kekurangan yang akan mendukung perbaikan yang dipelukan.

Kendari, September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2

2.1 Pasang Surut (Pasut)......................................................................................................... 2

2.2 Pengamatan Pasang Surut ................................................................................................ 5

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 7

Kesimpulan............................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pola gerak pasut harian tunggal (diurnal tide) (Malik,2007)................................... 3

Gambar 2. Pola gerak pasut harian gandal (semi-diurnal tide) (Malik,2007) ........................... 4

Gambar 3. Pola gerak pasut harian campuran condong harian tunggal (Malik,2007) .............. 4

Gambar 4. Pola gerak pasut harian campuran condong harian ganda (Malik,2007) ................. 5

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permukaan air laut tidak pernah memiliki nilai ketinggian yang tetap melainkan
bergerak naik turun dengan periode waktu yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh gaya tarik
benda- benda langit terutama gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Fenomena tersebut
dapat diketahui dengan melakukan pengamatan pasang surut (pasut).
Pasang surut merupakan suatu kejadian fenomena alam proses terjadinya naik turun
air laut, yang di sebabkan oleh gaya tarik benda langit seperti matahari, bulan dan bumi.
Meskipun massa bulan lebih kecil dari pada massa matahari akan tetapi jarak bulan ke bumi
lebih dekat dari jarak matahari ke bumi. Oleh karena itu pengaruh gaya tarik bulan ke bumi
lebih besar dibandingkan dengan pengaruh gaya tarik matahari ke bumi (Fadilah, 2013).
Hidrografi adalah cabang dari ilmu terapan yang membahas tentang pengukuran dan
deskripsi atau uraian permukaan laut dan kawasan pantai terutama untuk keperluan navigasi
maupun kegiatan kelautan yang lainnya termasuk kegiatan lepas pantai, perlindungan
lingkungan, dan untuk kegiatan peramalan (IHO, 2006). Salah satu bagian dari survei
hidrografi adalah pengamatan pasang surut (pasut) air laut. Pasut air laut didefinisikan sebagai
naik turunnya permukaan laut karena adanya pengaruh gaya yang ditimbulkan oleh benda-
benda langit (Ali, dkk., 1994).

1.2 Rumusan Masalah

▪ Pasang surut (Pasut)


▪ Pengamatan pasang surut
1.3 Tujuan

▪ Untuk memahami bagaimana proses pasang surut di lautan


▪ Untuk memahami metode pengamatan pasang surut di lautan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pasang Surut (Pasut)

Pasang surut air laut merupakan fenomena naik dan turunnya permukaan air laut
secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit. Gaya- gaya
pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik bumi, bulan dan matahari
(Triatmodjo, 2012). Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan tersebut menyebabkan sistem
bumi-bulan menjadi satu sistem kesatuan yang beredar bersama-sama sekeliling sumbu
perputaran bersama. Pembentukan pasang surut air laut sangat dipengaruhi oleh gerakan utama
matahari dan bulan (Ongkosongo dan Suyarso, 1989), yaitu:
1. Revolusi bulan terhadap bumi, dimana orbitnya berbentuk elips dan memerlukan periode
untuk menyelesaikan revolusi itu selama 29,5 hari.
2. Revolusi bumi terhadap matahari dengan orbitnya berbentuk elips, periode yang diperlukan
adalah 365,25 hari.
3. Perputaran bumi terhadap sumbunya sendiri, periode yang diperlukan untuk gerakan ini
adalah 24 jam.
Pengaruh gravitasi benda-benda langit terhadap bumi tidak hanya menyebabkan
pasang surut air laut, tetapi juga mengakibatkan perubahan bentuk bumi (bodily tides) dan
atmosfer (atmospheric tides). Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasang surut terutama
di perairan semi tertutup (teluk) antara lain adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar
perairan. Fenomena pembangkitan pasang surut menyebabkan perbedaan tinggi permukaan air
laut pada kondisi kedudukan-kedudukan tertentu dari bumi, bulan dan matahari. Fenomena lain
yang berhubungan dengan pasang surut adalah arus pasang surut, yaitu gerak badan air menuju
dan meninggalkan pantai saat air pasang dan surut (Poerbandono dan Djunasjah, 2005). Oleh
karena itu, pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan. Pasang surut sebagai salah
satu parameter hidro-oseanografi yang dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan profil
wilayah pantai dan pesisir, trasportasi laut dan kegiatan perikanan. Karena sifat pasang surut
yang periodik, maka pasang surut dapat diramalkan. Pasang surut juga sangat mempengaruhi
kehidupan organisme laut, terutama pada daerah intertidal dan daerah litoral. Dengan adanya
pasang surut, organisme-organisme memiliki strategi ekologi sendiri-sendiri untuk bisa
bertahan hidup. Disamping itu, pasang surut sangat mempengaruhi ekosistem mangrove yang
merupakan pilar pertahanan alam utama pada daerah pesisir dari ancaman badai, erosi dan lain-
lain (Hasriyanti, 2015; Pugh, 1987 dalam Tanto et al., 2016).

2
Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
a. Pasang surut diurnal yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut.
Biasanya terjadi di laut sekitar khatulistiwa.
b. Pasang surut semi diurnal yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
yang hampir sama tingginya.
c. Pasang surut campuran yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan
mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Matahari dan bumi akan menghasilkan fenomena pasang surut yang mirip dengan
fenomena yang diakibatkan oleh bumi dan bulan (Pariwono, 1992). Perbedaan yang utama
adalah gaya penggerak pasang surut yang disebabkan oleh matahari hanya separuh dari
kekuatan yang disebabkan oleh bulan, dikarenakan jarak bumi dan bulan yang jauh lebih dekat
dibanding jarak matahari dan bumi, meskipun massa matahari jauh lebih besar daripada massa
bulan. Gaya penggerak pasang surut dapat diuraikan sebagai hasil gabungan sejumlah
komponen harmonik pasang surut dan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian
komponen, antara lain tengah harian (semi diurnal), harian (diurnal), dan periode panjang
(quarterly). Frekuensi air pasang dan surut setiap hari menentukan tipe pasang surut dan secara
kuantitatif tipe pasang surut dapat ditentukan oleh perbandingan antara amplitudo unsur- unsur
pasang surut ganda utama dan unsur- unsur pasang surut tunggal utama.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide). Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata.

Gambar 1. Pola gerak pasut harian tunggal (diurnal tide) (Malik,2007)

3
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide). Merupakan pasut yang terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut yang tin

Gambar 2. Pola gerak pasut harian gandal (semi-diurnal tide) (Malik,2007)

3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal).
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi
terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan
waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

Gambar 3. Pola gerak pasut harian campuran condong harian tunggal (Malik,2007)

4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi
terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali. Surut dengan memiliki tinggi dan waktu
yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur

4
Gambar 4. Pola gerak pasut harian campuran condong harian ganda (Malik,2007)

Pola gerak muka air pasut di wilayah Indonesia didominasi oleh tipe harian ganda.
Secara umum pola tersebut dapat dilihat pada gambar 4.

2.2 Pengamatan Pasang Surut

Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan
air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang
diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Periode
pasang surut tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada mana muka air naik disebut
pasang, sedangkan pada saat air turun disebut surut. Pasang surut tidak hanya mempengaruhi
lapisan di bagian teratas saja, melainkan seluruh massa air dan energinya pun sangat besar. Di
perairan-perairan pantai, terutama di teluk-teluk atau di selat-selat yang sempit, gerakan naik
turun atau variasi muka air menimbulkan arus yang disebut dengan arus pasang surut, yang
menyangkut massa air dalam jumlah sangat besar dan arahnya kurang lebih bolak-balik
(Triatmodjo, 1999).

Metode Admiralty mulanya dikembangkan oleh A.T. Doodson pada tahun 1921
seorang Direktur Tidal Institute di Liverpool yang digunakan untuk keperluan kantor hidrografi
Inggris yaitu British Admiralty. Metode admiralty merupakan metode yang digunakan
menghitung konstanta pasang surut harmonik dari pengamatan ketinggian air laut tiap jam
selama 15 piantan (15 hari) atau 29 piantan (29 hari). Adapun kelemahan dari metode
Admiralty ini adalah hanya digunakan untuk pengolahan data-data berjangka waktu pendek
dan hasil perhitungan yang relatif sedikit hanya menghasilkan 9 komponen pasang surut
(Pariwono, 1989). Karena terbatas pada rentang data yang singkat, sehingga metode ini

5
digunakan pada lokasi yang memiliki keterbatasan data, namun dapat memprediksi kondisi dan
karakteristik pasutnya dengan teliti (Ahmad dkk., 2017). Prosesnya perhitungan pasut dengan
metode ini memerlukan tabel pendukung yang berisi konstanta perhitungan. Selanjutnya
perhitungan dengan metode ini mendapatkan 2 konstanta harmonik yaitu amplitudo (A), dan
perbedaan fase (g°) sehingga analisa tentang tipe pasut dapat dilakukan.

Metode ini digunakan untuk menentukan Muka Air Laut Rerata (MLR) harian,
bulanan, tahunan atau lainnya (Suyarso, 1989). Metode admiralty adalah metode perhitungan
pasang surut yang digunakan untuk menghitung dua konstanta harmonic yaitu amplitudo dan
keterlambatan phasa. Proses perhitungan metode admiralty dihitung dengan bantuan tabel,
dimana untuk waktu pengamatan yang tidak ditabelkan harus dilakukan pendekatan dan
interpolasi dengan bantuan tabel. Proses perhitungan analisa harmonik metode admiralty
dilakukan pengembangan perhitungan sistem formula dengan bantuan perangkat lunak Excel,
yang akan menghasilkan harga beberapa parameter yang ditabelkan sehingga perhitungan pada
metode ini akan menjadi efisien dan memiliki keakuratan yang tinggi serta fleksibel untuk
waktu kapanpun.

6
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1) Pasang surut air laut merupakan fenomena naik dan turunnya permukaan air laut secara
periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit. Gaya-gaya
pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik bumi, bulan dan matahari
(Triatmodjo, 2012). Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan tersebut menyebabkan
sistem bumi-bulan menjadi satu sistem kesatuan yang beredar bersama-sama sekeliling
sumbu perputaran bersama. Pembentukan pasang surut air laut sangat dipengaruhi oleh
gerakan utama matahari dan bulan.
2) Metode admiralty adalah metode perhitungan pasang surut yang digunakan untuk
menghitung dua konstanta harmonic yaitu amplitudo dan keterlambatan phasa. Proses
perhitungan metode admiralty dihitung dengan bantuan tabel, dimana untuk waktu
pengamatan yang tidak ditabelkan harus dilakukan pendekatan dan interpolasi dengan
bantuan tabel.

7
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, D. T., & Pratomo, D. G. (2010). ANALISA HASIL PENGAMATAN PASANG


SURUT AIR LAUT METODE LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG. Geoid,
3(2), 130-138.
Fitriana, D., Oktaviani, N., & Khasanah, I. U. (2019). Analisa harmonik pasang surut dengan
metode admiralty pada stasiun berjarak kurang dari 50 km. Jurnal Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, 6(1), 38-48.
Hamuna, B., Tanjung, R. H., Kalor, J. D., Dimara, L., Indrayani, E., Warpur, M., ... & Paiki,
K. (2018). Studi Karakteristik Pasang Surut Perairan Laut Mimika, Provinsi Papua.
ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan Dan Perikanan Papua, 1(1).
Hasriyanti. (2015). Tipe gelombang dan pasang surut di perairan Pulau Dutungan Kabupaten
Barru Sulawesi Selatan, Jurnal Sainsmat 4(1), 14-27.
Korto, J., Jasin, M. I., & Mamoto, J. D. (2015). Analisis pasang surut di pantai nuangan (desa
iyok) boltim dengan metode admiralty. Jurnal Sipil Statik, 3(6).
Nikentari, N., Kurniawan, H., Ritha, N., & Kurniawan, D. (2018). Optimasi Jaringan Syaraf
Tiruan Backpropagation Dengan Particle Swarm Optimization Untuk Prediksi
Pasang Surut Air Laut. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK),
5(5).
Ongkosongo, O. S. R., & Suyarso. (1989). Pasang surut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Pusat Pengembangan Oseanologi. Jakarta.
Poerbandono, & Djunasjah, E. (2005). Survei hidrografi. Bandung. Penerbit PT. Refika
Aditama.
Richasari, D. S., Rohmawati, C. N., & Fitriana, D. (2019, October). Analisis Perbandingan
Konstanta Harmonik Pasang Surut Air Laut Menggunakan Software GeoTide dan
Toga (Studi Kasus: Stasiun Pasang Surut Surabaya, Jawa Timur, Indonesia). In
Seminar Nasional: Strategi Pengembangan Infrastruktur (SPI) 2019.
Tanto, T. A., Husrin, S., Wisha, U. J., Putra, A., Putri, R. K., & Ilham. 2016. Karakteristik
oseanografi fisik (batimetri, pasang surut, gelombang signifikan dan arus laut)
perairan Teluk Bungus, Jurnal Kelautan, 9(2), 108-121.
Triatmodjo, B. (2012). Perencanaan bangunan pantai. Yogyakarta. Penerbit Beta Offset.

Anda mungkin juga menyukai