Anda di halaman 1dari 31

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal
sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di
seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang
dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang
panjang. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin,
perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya Coriolis dan arus ekman,
topografi dasar laut, arus permukaan, upwellng, dan downwelling.
Sirkulasi atau dinamika pada air laut selalu terjadi secara kontinu.
Sirkulasi dapat terjadi di permukaan maupun di kedalaman. Salah satu bentuk dari
sirkulasi tersebut adalah arus laut. Arus laut adalah pergerakan massa air laut secara
horizontal maupun vertikal dari satu lokasi ke lokasi lain untuk mencapai
kesetimbangan dan terjadi secara kontinu. Gerakan massa air laut tersebut
timbul akibat pengaruh dari resultan gaya-gaya yang bekerja dan faktor yang
mempengaruhinya.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui metode pengukuran arus laut.


2. Dapat mengetahui cara sampling untuk mendapatkan data.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pengukuran arus laut.

1.3 Manfaat

1. Mahasiswa mampu menggunakan metode pengukuran arus laut.


2. Mahasiswa dapat mengetahui cara sampling untuk mendapatkan data dengan
benar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pengukuran
arus laut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arus Laut


2.1.1 Arus Pasut
Arus laut adalah pergerakan massa air laut secara horizontal maupun
vertikal dari satu lokasi ke lokasi lain untuk mencapai kesetimbangan dan
terjadi secara kontinu. Gerakan massa air laut tersebut timbul akibat pengaruh
dari resultan gaya-gaya yang bekerja dan faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan gaya-gaya yang mempengaruhinya (Brown et al. dalam
Marpaung, 2014).
Arus memiliki peranan penting dalam memodifikasi cuaca dan iklim
dunia. Di Atlantik Utara, aliran arus yang relatif panas di sekitar Islandia dan
Semenanjung Skandinavia membuatpelabuhan-pelabuhan di daerah Arctic
bebas dari es meskipun pada musim dingin dan membuat udara di daerah
tersebut menjadi lebih hangat dibanding daerah lain pada lintang yang sama. Di
Samudera Pasifik arus Kuroshio yang panas yang mengalir ke arah utara di
pantai timur Kepulauan Jepang memainkan peranan yang sama di daerah
ekuator Pulau Aleutian. Sebaliknya, arus dingin seperti arus Labrador dan arus
California menyebabkan udara panas di atasnya menjadi dingin dan
menimbulkan kabut laut. Pada dasarnya, energi yang menggerakkan massa air
laut tersebut berasal dari matahari yang akan menghasilkan panas. Adanya
perbedaan pemanasan matahari terhadap setiap bagian dilayah di permukaan
bumi menimbulkan perbedaan energi yang diterima permukaan bumi.
Perbedaan ini menimbulkan fenomena alam yang disebut dengan arus laut dan
angin yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi yang menuju ke
permukaan bumi (Alberola et all, 1995).
2.1.2 Arus Non Pasut
Arus residu adalah kolom air rata-rata yang telah melalui current meter
pada suatu periode waktu tertentu. Data pengolahan arus residu dapat kita
analisis penyebab dominan terjadinya arus residu, dengan melihat
bagaimanaperiode ulang dari magnitudenya atau bentuk siklus dari arus
pembentuknya.Diagram vektor dinamik adalah suatu metode analisis dari arus
residuyang menggunakan data yang dihasilkan dari current meter yaitu
denganmenghitung panjang kolom air yang melewati current meter. Metode
inidigunakan untuk mendapatkan kecepatan rata-rata dan transport volume air
rata-rata dengan perhitungan komponen-komponen arus residu secarasistematis
maupun pengeplotan dengan vektor dinamik. Ini digambarkan secara geometris
oleh suatu tanda panah yang mempunyai panjangsebanding dengan magnitude
kecepatan arusnya dan arah yang tepat denganarus tersebut.Arus residu sendiri
itu dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Arus Tetap
Merupakan arus yang selalu ada walaupun pada perairantersebut
tidak terjadi hembusan angin ataupun pasang surut.arus tetap initerbagi
atas dua macam, yaitu arus konveksi dan arus dasar.
2. Arus Gradien
Atau arus geostropik, merupakan arus yang ditinjau karenaadanya
kemiringan (slope) bidang isobar dengan bidang datar. Arusgeostropik
ini bergerak pada bagian interior laut (daerah yang jauh daripermukaan
dua dasar laut) dan tidak dipengaruhi oleh adanya gayagesekan, baik
gesekan dasar maupun gesekan angin di permukaan.
3. Arus Angin
Atau biasa disebut dengan arus Ekman, merupakan arusdilapisan
permukaan yang ditimbulkan oleh angin
2.2 Gaya Pembangkit Arus Laut
Arah arus lautan tidak sama dengan arah angin, ini disebabkan karena
adanya gaya Coriolis yang membelokkan arah aliran air. Di belahan utara, angin
berputar berlawanan dengan arah jarum jam, lalu arah arus membentuk lingkaran
yang berputar searah dengan jarum jam. Sebaliknya pada belahan selatan, angin
berputar searah jarum jam, dan arus berlawanan dengan arah jarum jam. Arus ini
disebut gyre yang terdapat di daerah subtropis. Salah satu gaya pembangkit arus
laut adalah gaya coriolis. Gaya Coriolis juga menyebabkan pembelokan massa air
di permukaan, sehingga terjadi gerakan perubahan arah dan kecepatan arus dari
permukaan ke bawah yang disebut dengan spiral Ekman (Segar, 2012).
Gaya-gaya pembangkit arus bisa dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Gaya-gaya primer (menggerakkan arus dan menentukan kecepataannya):
Stress angin, ekspansi termal dan konstraksi air , serta perbedaan densitas
2. Gaya-gaya sekunder (mempengaruhi arah gerakan dan kondisi aliran arus):
gaya coriolis, gravitasi, gesekan, morfologi pantai dan laut (Gross,1990).
Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang
bertiup di atasnya. Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan
(atas) sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan
berkurang sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan sampai pada
akhirnya angin tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter (Gross,1990).

2.3 Metode Pengukuran Arus


2.3.1 Metode Euler
Metode Euler merupakan metode pengukuran arus pada lokasi yang tetap
pada kurun waktu tertentu. Nama metode Euler sendiri diambil dari nama
matematikawan Swiss Leonhard Euler (1707-1783) yang pertama kali
merumuskan persamaan pergerakan fluida. Metode ini dipakai pada pengukuran
menggunakan current meter. Berdasarkan sensor kecepatan yang digunakan,
current meter dibagi menjadi dua, yaitu sensor mekanik dan sensor non-mekanik
(Putro, 2014).
Current meter memiliki baling-baling yang digunakan untuk mengetahui
kecepatan arus, terdapat kompas yang dihubungkan secara langsung ke kapal
dan dihubungkan juga pada pelampung menuju kapal induk (gelombang
elektromagnetik). Hal ini dapat mempermudah dalam pengolahan data serta
pencatatan dengan periode yang terus menerus. Pada dasarnya curent meter
merupakan alat yang digunakan untuk mencatat kecepatan dan arah arus. Alat
ini sejatinya salah satu akustik yang sudah memiliki sensor yang berfungsi untuk
mempermudah penelitian. Idealnya kecepatan sensor memiliki inersia yang
kecil, dilengkapi kompas dan harus dikalibrasi dengan baik. Mayoritas sistem
pencatatan arus dilakukan di kapal untuk pengolahan lebih lanjut dan juga
berasal dari satellite (Putro, 2014).
2.3.2 Metode Langrange
Sistem pengukuran arus Lagrange ( pengukuran arus pada titik tidak
tetap) yaitu mengukur arus dengan mengikuti gerakan air dan digambarkan
sesuai dengan garis lintas (trajectory) yang ditempuh pada saat-saat tertentu.
Untuk suatu penetapan arus di suatu perairan yang luas dengan jarak waktu yang
berbulan-bulan bahkan hingga lebih dari setahun sistem Lagrange lebih cocok
untuk digunakan (Kunarso, 2015).
Prinsip dari sistem ini adalah dengan cara mengapungkan benda, partikel
atau bahkan hanyutan kapal dari satu titik ke titik lain. Titik awal dicatat
posisinya kemudian arah dan waktu hanyutnya diikuti dan pada posisi-posisi
tertentu dicatat lagi sesuai yang kita kehendaki atau minimal posisi akhir dicatat.
Arah arus bisa kita ketahui dengan mengeplotkan trajectory alat yang
dihanyutkan pada peta dasar. Kecepatan arus dapatdihitung dari jarak yang
ditempuh pelapung dibagi lama waktu hanyut.Beberapa aplikasi dari
pengukuran arus dengan sistem Lagrange dikembangkan berbagai peralatan dari
yang sederhana hingga yang modern (canggih) (Kunarso, 2015).
Metode Drift Measurement dengan botol digunakan untuk pengukuran
arus di perairan yang luas. Botol-botol yang akan digunakan dilengkapi dengan
etiket-etiket yang berisi keterangan tentang lembaga atau institut pemilik botol,
tanggal, jam dan posisi tempat mulai diapungkan di laut. Botol-botol itu akan
hanyut dibawa oleh arus ke berbagai tempat sesuai dengan arah arus. Setelah
selang waktu tertentu, botol yang ditemukan kembali dicatat posisi tempat
diketemukannya. Lintasan botol kemudian diplot di peta dasar, dari ploting
tersebut maka dapat ditentukan arah arus dan kecepatannya dari jarak yang
ditempuh dibagi dengan waktu hanyut (Kunarso, 2015).

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengukuran Arus


2.4.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Euler
Salah satu instrument yang menggunakan metode euler adalah current
meter. Kelebihan dari current meter, yaitu memiliki baling-baling yang
digunakan untuk mengetahui kecepatan arus, terdapat kompas yang
dihubungkan secara langsung ke kapal dan dihubungkan juga pada pelampung
menuju kapal induk (gelombang elektromagnetik). Hal ini dapat mempermudah
dalam pengolahan data serta pencatatan dengan periode yang terus menerus.
Pada dasarnya curent meter merupakan alat yang digunakan untuk mencatat
kecepatan dan arah arus. Alat ini sejatinya salah satu akustik yang sudah
memiliki sensor yang berfungsi untuk mempermudah penelitian. Idealnya
kecepatan sensor memiliki inersia yang kecil, dilengkapi kompas dan harus
dikalibrasi dengan baik. Mayoritas sistem pencatatan arus dilakukan di kapal
untuk pengolahan lebih lanjut dan juga berasal dari satelit (Putro, 2014)
Salah satu instrument yang menggunakan metode euler adalah current
meter. Kekurangan dari current meter, yaitu saat diturunkan ke kedalaman yang
lebih baling-baling akan mengalami pergerakan yang kurang stabil dimana dalam
mengukur kecepatan arus. Kemudian arah dari pengukuran arus secara otomatis
dihantarkan oleh gelobang elektromagnetik ke kompas yang sudah terhubung.
Kemudian tingkat sensitivitasnya juga tinggi terhadap pergerakan arus sehingga
pencatatan kurang begitu maksimal (Putro, 2014). .
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Lagrange
Kelebihan dari metode lagrange adalah instrument yang digunakan
seperti boloa duga dapat dibuat sendiri dan harganya lebih ekonomis jika
dibandingkan dengan instrument yang modern. Turunan instrument modern
Lagrange adalah The Swallow dimana merupakan pelampung jenis apung
netral, yang berarti bahwa massa mengambang ini disesuaikan sebelum
meluncur sehingga akan tenggelam ke area dengan besar densitas yang dapat
ditentukan. Kerapatan air laut sebenarnya adalah fungsi tekanan primarilya,
karena kompresibilitas air laut menyebabkan densitas menjadi lebih besar dari
pada suhu atau salinitas. The Swallow mengambang mengirimkan pulsa suara
pada interval tertentu, yang diikuti dengan mendengarkan hydrophone dari
kapal yang mengejar float (pelampung) dan sekaligus menentukan posisinya
sendiri (Sudarto, et al., 2013).
Salah satu instrument yang menggunakan metode lagrange adalah bola
duga. Kekurangan dari bola duga adalah tingkat ketelitian yang rendah karena
dapat terjadi error baik dari pengamat maupun dari instrument yang dibuat.
Panjang tali yang digunakan juga hanya sebatas 5-10 meter. Pencatatan arah
arus juga tdak dapat digunakan mengingat bahwa kecepatan arus yang didapat
hanya dari jarak (panjang tali) dan waktu yang dibutuhkan saat tali menegang
(Sudarto, et al., 2013).

2.5 Botol Drift


Botol drift merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur arus laut.
Botol drift merupakan alat atau instrumen yang masih konvensional. Dalam prinsip
kerjanya, botol drift cukup dihanyutkan dalam interval waktu tertentu selama
hanyut. Misalkan, botol drifter dihanyutkan setiap 10 menit sekali. Dan setelah 10
menit, tempat botol drifter tersebut ditandai. Dan hal ini dilakukan beberapa kali
agar memperoleh data pengukuran arus dengan menggunakan botol drifter sebagai
alatnya (Kako et al, 2010).
Botol drift ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Botol drifter merupakan
alat konvesional, sehingga alat ini dapat dibuat sendiri. Hal ini dikarenakan bahan
untuk membuat botol drift mudah dicari. Oleh karena itu, alat ini sangat terjangkau
atau dapat dikatakan murah daripada alat-alat pengukuran arus yang lain. Namun,
nilai ketelitian dan keakuratan dari botol drift ini sangatlah rendah. Sehingga data
pengukuran dengan menggunakan botol drift hasilnya kurang valid. Selain itu,
botol drift hanya dapat digunakan di perairan dangkal. Hal ini dikarenakan
pergerakkan botol drift saat dihanyutkan akan diamati dan diikuti oleh si pengamat,
agar setiap interval waktu botol drift bergerak, botol drift dapat dihentikan langsung
oleh si pengamat. Selain itu, botol drift tidak dapat digunakan di perairan yang
memiliki arus kencang atau cepat (Kistler et al, 2014).
2.6 ADCP
Alat modern yang dapat digunakan dalam memperoleh data arus salah
satunya adalah ADCP atau yang dapat disebut dengan Accoustic Doppler Current
Profiler. Dalam penggunaannya, ADCP dapat dipasang dibawah kapal maupun di
dasar perairan. ADCP merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui dan
mengukur kecepatan dan komponen arus yang ada. ADCP memiliki tiga buah
tranducer yang dilengkapi oleh penerima, amplifier, sensor temperatur, kompas,
memori, prosesor dan petunjuk sinyal dari pergeseran Doppler. Untuk pemasangan
ADCP di dasar perairan, pada umumnya dilakukan oleh penyelam peneliti yang
sudah profesional (Yuningsih, 2015).
Pada prinsip kerjanya, ADCP memperoleh data arus dengan mentransmisikan
gelombang suara dengan pola tertentu ke kolom air dan menerima pantulannya
yang disebabkan oleh partikel-partikel dan biota-biota yang ada di kolom air seperti
fitoplankton. Gelombang akustik yang merambat ke kolom air ini dipancarkan oleh
partikel dan biota di kolom air yang bergerak dengan kecepatan yang sama dengan
kecepatan arus, seperti sedimen dan fitoplankton. Gelombang yang dipantulkan
kembali ini mengalami gerak relatif terhadap alat ukur. Oleh karena itu, gelombang
yang akan diterima mengalami perubahan frekuensi. Peristiwa ini dapat disebut
dengan efek doppler. Teori doppler menjelaskan, apabila gelombang dipantulkan
oleh objek yang bergerak mendekat akan menghasilkan frekuensi gelombang yang
lebih tinggi dari frekuensi awalnya. Sedangkan jika gelombang dipantulkan oleh
objek yang bergerak menjauh akan menghasilkan frekuensi gelombang yang lebih
rendah dari frekuensi awalnya (Ramdani et al, 2014).
Ada tiga konfigurasi ADCP yang diproduksi RD Instruments, yaitu :
1. Direct-reading ADCP (RD-ADCP)
Dioperasikan dari kapal/perahu dan dihubungkan langsung ke komputer
sehingga hasil pengukuran dapat diamati secara langsung.
2. Hull-mounted ADCP
Terpasang permanen di kapal. Pengoperasiannya seperti halnya Direct-
reading ADCP.
3. Mooring ADCP
Dimaksudkan untuk pengukuran arus pada suatu titik tetap pada jangka waktu
tertentu. Hasil pengukuran direkam pada memory di alat tersebut.
2.7 Kondisi Perairan Jepara
Keadaan geografis Indonesia menunjukkan bahwa hampir dua pertiga
wilayah Indonesia terdiri dari perairan.Salah satunyaadalahTeluk Awur yang
berada di ujung utara Jepara, Jawa Tengah Indonesia. Terletak pada 110°38’8” BT
dan 6°37’38” LS. Pantainya berbatasan langsung dengan Laut Jawa sedangkan di
sebalah selatan berbatasan dengan desa Semat, pada sebelah barat berbatasan
dengan desa Laut Jawa, Serta di sebelah timur berbatasan dengan desa Platar dan
Demangan (Rizky, 2014).
Bentuk pantai Teluk awur yang tanjung merupakan daerah yang paling
mudah terkena erosi, karena akan menyebabkan terjadinya pemusatan energi
gelombang sehingga tinggi gelombang menjadi lebih besar dari pada daerah teluk.
Pemusatan Energi gelombang sangat berpengaruh terhadap longshore current
pantai yang mengakibatkan adanya longshore transport sehingga mempengaruhi
perubahan garis pantai (Hariyadi, 2011).
Perairan Teluk Awur berlokasi di Jepara, Jawa Tengah yang dimana memiliki
beraneka ragam ekosistem seperti terumbu karang, mangrove dan padang lamun.
Kondisi perairan di daerah Teluk Awur Jepara adalah tenang dimana gelombang
tidak besar dan angin tidak kencang. Hanya saja di jam-jam tertentu, angin
berhembus sangat kencang yang mengakibatkan gelombang besar. Umumnya,
perairan Teluk Awur Jepara termasuk kedalam Pantai Utara Jawa. Jika dikaitkan
dengan hal tersebut, yang menyebabkan kondisi perairan di daerah tersebut tenang
karena berdasarkan letak geografisnya. Lokasi pantai Utara Jawa memiliki
topografi dasar laut (bathimetri) yang landai, gelombang relatif kecil serta
berbatasan dengan laut Jawa. Laut Jawa berbatasan langsung dengan pulau-pulau
dihadapannya, sehingga arus kencang yang datang menuju Laut Jawa telah teredam
akibat tabrakan dengan pulau-pulau. Maka dari itu, perairan yang berlokasi di
wilayah Utara Jawa termasuk Perairan Teluk Awur lebih tenang dibandingkan
perairan yang berlokasi di wilayah Selatan Jawa (Aji, 2014).
III. MATERI DAN METODE

3.1 Materi
3.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan Arus dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Kamis, 19 April 2018- Sabtu, 21 April 2018
Waktu : 16.00 WIB s/d Selesai
Tempat : Dermaga Teluk Awur Jepara
Kondisi Perairan : Tenang
Kondisi Cuaca : Cerah berawan

3.1.2 Alat dan Bahan


Tabel 3.1.2a Alat
No Nama Gambar Fungsi

Alat untuk mengukur arus


1 Bola Duga
pada kedalaman tertentu.

2 Alat tulis Mencatat hasil pengamatan

Mencari koordinat lokasi


3 GPS
stasiun

Menunjukkan waktu
4 Jam
pengamatan

Megukur arus dengan


5 Botol Kaca
metode lagrange

Laporan Mencatat hasil pengamatan


6
Sementara yaitu elevasi pasang surut
Transportasi untuk menuju
7 Sopek tempat pengamatan di
tengah laut.

Untuk mengukur kecepatan


8 Anemometer
angin

9 ADCP Untuk Mengukur Arus

Tabel 3.1.1b Bahan


No Nama Gambar Fungsi

Bahan yang diamati


1. Air Laut
pergerakan elevasinya

3.2 Metode
3.2.1 Metode Euler
3.2.1.1 Bola duga dengan sudut
1. Alat yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu yaitu bola duga 1 m dan
0.5 m.
2. Bola duga dimasukkan kedalam air, kemudian timbang bola duga dengan
neraca pegas.
3. Lakukan penimbangan untuk bola duga 1 m dan 0.5 m.
4. emudian dilakukan pengukuran dengan cara meregangkan tali sepanjang 5
m diatas permukaan air dan dihidupkan stopwatch.
5. Tali dibiarkan tegang hingga 5 m, kemudian matikan stopwatch dan catat
waktu yang diperlukan.
6. Bidik bola duga dengan kompas tembak untuk menentukan arah arus,
kemudian bola duga diangkat.
7. Pengukuran arus dilakukan sebanyak 3 kali.

3.2.1.2 Bola duga tanpa sudut


1. Bola duga dimasukkan kedalam air.
2. Tongkat sepanjang 1 m ditegangkan ditegakkan diatas muka air.
3. Pengukuran dilakukan diatas tongkat sehingga membentuk sudut.
4. Tali ditegangkan sepanjang 5 m dan dihidupkan stopwatch.
5. Tali dibiarkan tegang, kemudian dimatikan stopwatch dan catat waktu
yang diperlukan.
6. Bidik bola duga dengan kompas tembak untuk menentukan arah arus,
kemudian bola diangkat.
7. Pengukuran arus dilakukan sebanyak 3 kali.
8. Pengukuran dilakukan untuk bola duga 1 m dan 0.5 m.

3.2.2. Botol Drift


3.2.2.1. Metode Botol Drift Permukaan
1. Botol kaca dimasukkan ke dalam air.
2. Marking koordinat awal botol kaca.
3. Botol kaca dibiarkan mengapung dan terbawa arus, dibiarkan
selama 30 menit.
4. Setelah itu dilakukan marking koordinat akhir pada botol kaca.
5. Catat hasil koordinatnya.
6. Kemudian catat kecepatan angin dengan menggunakan
anemometer setiap menit selama 30 menit, catat hasilnya.

3.2.2.2. Metode Botol Drift Kedalaman


1. Kapal dimatikan saat sampai di lokasi yang dituju.
2. Pengecekan titik koordinat dilakukan di lokasi awal dengan
menggunakan GPS yang telah di kalibrasi, dan dicatat hasilnya.
3. Kemudian ditunggu selama 15 menit dan perahu dibiarkan
terombang – ambing di laut.
4. Pengecekan titik koordinat dilakukan di lokasi akhir perahu
dengan menggunakan GPS.
5. Kemudian dicatat hasil pengecekannya.

3.2.3. ADCP
1. Instal software ADCP ke laptop.
2. Buka program untuk penyetingan ADCP.
3. Sambungkan Batrai dengan Transmiter.
4. Sambungkan pula adapter pada ADCP dan dicolokkan pada stopkontak.
5. Sambungkan ADCP dengan laptop.
6. Klik pada Deployment untuk mengatur lamanya perekaman dan mengatur
parameter apa saja yang akan diambil.
7. Simpan penyetelan tersebut dalam laptop.
8. Jalankan penyetelan ADCP tersebut dan keluar dari aplikasi.
9. Bawa ADCP ketempat yang akan direkam.
10. Masukkan ADCP kedalam air hingga dasar perairan dan pastikan ADCP
tidak terombang ambing oleh gelombang dan tidak terbawa oleh arus.
11. Marking tempat peletakan ADCP dengan GPS untuk mengoreksi bahwa
GPS dari ADCP bekerja dengan baik atau tidak.
12. Setelah waktu perekaman selesai, angkat ADCP dari dasar perairan.
13. Selanjutnya bilas ADCP dengan air tawar terlebih dahulu.
14. Keringkan ADCP sebelum dihubungkan ke laptop.
15. Hubungkan ADCP ke laptop untuk diambil datanya dan untuk mematikan
ADCP.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengukuran Lagrange
Botol Drift Permukaan
Kelompok 1 Kelompok 2
No Koordinat No Koordinat
1 S 06⁰37'1.5” || E 110⁰38'20.8" 1 S 06⁰37'1.26” || E 110⁰38'20.56"
2 S 06⁰37'1.8” || E 110⁰38'20.6" 2 S 06⁰37'1.34” || E 110⁰38'20.43"
3 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.3" 3 S 06⁰37'1.39” || E 110⁰38'20.37"
4 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.4" 4 S 06⁰37'1.44” || E 110⁰38'20.15"
5 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.2" 5 S 06⁰37'1.49” || E 110⁰38'20.04"
6 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.5" 6 S 06⁰37'1.57” || E 110⁰38'19.94"
Kelompok 3 Kelompok 4
No Koordinat No Koordinat
1 S 06⁰37'1.5” || E 110⁰38'20.8" 1 S 06⁰37'1.20” || E 110⁰38'20.66"
2 S 06⁰37'1.8” || E 110⁰38'20.6" 2 S 06⁰37'1.32” || E 110⁰38'20.43"
3 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.3" 3 S 06⁰37'1.56” || E 110⁰38'20.15"
4 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.4" 4 S 06⁰37'1.85” || E 110⁰38'19.93"
5 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.2" 5 S 06⁰37'2.07” || E 110⁰38'19.70"
6 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.5" 6 S 06⁰37'2.27” || E 110⁰38'19.53"
Kelompok 5 Kelompok 6
No Koordinat No Koordinat
1 S 06⁰37'1.95” || E 110⁰38'20.82" 1 S 06⁰37'1.44” || E 110⁰38'20.68"
2 S 06⁰37'1.83” || E 110⁰38'20.66" 2 S 06⁰37'1.62” || E 110⁰38'20.63"
3 S 06⁰37'1.78” || E 110⁰38'20.48" 3 S 06⁰37'1.75” || E 110⁰38'20.54"
4 S 06⁰37'1.99” || E 110⁰38'20.23" 4 S 06⁰37'1.77” || E 110⁰38'20.40"
5 S 06⁰37'2.08” || E 110⁰38'19.73" 5 S 06⁰37'2.01” || E 110⁰38'20.2"
6 6 S 06⁰37'2.37” || E 110⁰38'19.83"
Kelompok 7 Kelompok 8
No Koordinat No Koordinat
1 S 06⁰37'1.5” || E 110⁰38'20.8" 1 S 06⁰37'1.5” || E 110⁰38'20.8"
2 S 06⁰37'1.8” || E 110⁰38'20.6" 2 S 06⁰37'1.8” || E 110⁰38'20.6"
3 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.3" 3 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.3"
4 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.4" 4 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.4"
5 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.2" 5 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.2"
6 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.5" 6 S 06⁰37'1.7” || E 110⁰38'20.5"
Kelompok 9 Kelompok 10
No Koordinat No Koordinat
1 S 06⁰37'1.40” || E 110⁰38'20.71" 1 S 06⁰37'1.44” || E 110⁰38'20.64"
2 S 06⁰37'1.18” || E 110⁰38'20.44" 2 S 06⁰37'1.25” || E 110⁰38'20.51"
3 S 06⁰37'1.22” || E 110⁰38'20.26" 3 S 06⁰37'1.20” || E 110⁰38'20.49"
4 S 06⁰37'1.24” || E 110⁰38'20.12" 4 S 06⁰37'1.15” || E 110⁰38'20.52"
5 S 06⁰37'1.21” || E 110⁰38'20.03" 5 S 06⁰37'1.1” || E 110⁰38'20.73"
6 S 06⁰37'1.10” || E 110⁰38'20.07" 6 S 06⁰37'1.04” || E 110⁰38'20.81"
Kelompok 11 Kelompok 12
No Koordinat No Koordinat
1 S 06⁰37'1.44” || E 110⁰38'20.70" 1
2 S 06⁰37'1.62” || E 110⁰38'20.64" 2
3 S 06⁰37'1.75” || E 110⁰38'20.55" 3
4 S 06⁰37'1.77” || E 110⁰38'20.42" 4
5 S 06⁰37'2.01” || E 110⁰38'20.18" 5
6 S 06⁰37'2.37” || E 110⁰38'19.84" 6
Botol Drift Kedalaman
Kelompok 1
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3
ͦ 6' 27.3" E 110 3
ͦ 7' 43.8" 1 S 06 3
ͦ 6' 18.5" E 110 3
ͦ 7' 8.7"
2 S 06 3ͦ 6' 28.7" E 110 3ͦ 7' 41.1" 2 S 06 3ͦ 6' 19.9" E 110 3ͦ 7' 6.8"

Kelompok 2
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3
ͦ 6' 20.95" E 110 3
ͦ 7' 50.30" 1 S 06 3
ͦ 6' 16.09" E 110 ͦ37' 21.12"
2 S 06 3ͦ 6' 25.36" E 110 3ͦ 7' 48.33" 2 S 06 3ͦ 6' 20.03" E 110 ͦ37' 19.39"

Kelompok 3
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3
ͦ 6' 27.3" E 110 3
ͦ 7' 43.8" 1 S 06 3
ͦ 6' 18.5" E 110 3
ͦ 7' 8.7"
2 S 06 3ͦ 6' 28.7" E 110 3ͦ 7' 41.1" 2 S 06 3ͦ 6' 19.9" E 110 3ͦ 7' 6.8"

Kelompok 4
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3
ͦ 6' 20.95" E 110 3
ͦ 7' 50.30" 1 S 06 3
ͦ 6' 16.09" E 110 ͦ37' 21.12"
2 S 06 3ͦ 6' 25.36" E 110 3ͦ 7' 48.33" 2 S 06 3ͦ 6' 20.03" E 110 ͦ37' 19.39"
Kelompok 5
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3
ͦ 6' 12.55" E 110 3
ͦ 7' 46.15" 1
2 S 06 3ͦ 6' 0.691" E 110 3ͦ 7' 23.25" 2

Kelompok 6
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3
ͦ 6' 12.55" E 110 3
ͦ 7' 46.15" 1
2 S 06 3ͦ 6' 0.691" E 110 3ͦ 7' 23.25" 2

Kelompok 7
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3
ͦ 6' 27.3" E 110 3
ͦ 7' 43.8" 1 S 06 3
ͦ 6' 18.5" E 110 3
ͦ 7' 8.7"
2 S 06 3ͦ 6' 28.7" E 110 3ͦ 7' 41.1" 2 S 06 3ͦ 6' 19.9" E 110 3ͦ 7' 6.8"

Kelompok 8
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3
ͦ 6' 27.3" E 110 3
ͦ 7' 43.8" 1 S 06 3
ͦ 6' 18.5" E 110 3
ͦ 7' 8.7"
2 S 06 3ͦ 6' 28.7" E 110 3ͦ 7' 41.1" 2 S 06 3ͦ 6' 19.9" E 110 3ͦ 7' 6.8"

Kelompok 9
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3ͦ 6' 26.4" E 110 3ͦ 7' 4.24" 1S 06 3


ͦ 6' 25.58" E 110 ͦ37' 56.67"
2 S 06 3
ͦ 6' 23.24" E 110 3
ͦ 7' 58.69" 2S 06 3ͦ 6' 24.15" E 110 ͦ37' 53.64"

Kelompok 10
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3ͦ 6' 26.4" E 110 3ͦ 7' 4.24" 1S 06 3


ͦ 6' 25.58" E 110 ͦ37' 56.67"
2 S 06 3
ͦ 6' 23.24" E 110 3
ͦ 7' 58.69" 2S 06 3ͦ 6' 24.15" E 110 ͦ37' 53.64"

Kelompok 11
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 S 06 3ͦ 6' 26.4" E 110 3ͦ 7' 4.24" 1 S 06 3


ͦ 6' 25.58" E 110 ͦ37' 56.67"
2 S 06 3
ͦ 6' 23.24" E 110 3
ͦ 7' 58.69" 2 S 06 3ͦ 6' 24.15" E 110 ͦ37' 53.64"
Kelompok 12
d=15 m d=10 m

No Koordinat No Koordinat

1 1
2 2

Bola duga
Kelompok 1
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 18.5" E 110 3
ͦ 7' 08.7"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 50.3 0.099 195.35 Barat Daya
Kecil 2 5 55.4 0.09 235.42 Barat Daya
3 5 58.5 0.085 240.43 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 4.67 56.9 0.087 225.4 Barat Daya
Kecil 2 4.96 67.1 0.073 225.39 Barat Daya
3 4.967 54.7 0.09 220.39 Barat Daya

Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 27.3" E 110 3
ͦ 7' 43.8"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 52.15 0.0958 215 Barat Daya
Kecil 2 5 19.86 0.257 220 Barat Daya
3 5 19.64 0.254 220 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 4.982 37.18 0.133 215 Barat Daya
Kecil 2 4.984 41.92 0.118 205 Barat Daya
3 4.983 38.85 0.128 200 Barat Daya

Kelompok 2
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 16.09" E 110 ͦ37' 21.12"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 36.79 0.136 115 Barat Daya
Kecil 2 5 24.39 0.25 225 Barat Daya
3 5 26.42 0.1892 220 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 29 39.44 0.7352 260 Barat Daya
Kecil 2 20 29.64 0.6474 217 Barat Daya
3 20 30.28 0.6605 219 Barat Daya
Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 20.95" E 110 3
ͦ 7' 50.30"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 41.7 0.1196 190 Barat Daya
Kecil 2 5 43.09 0.116 215 Barat Daya
3 5 43.3 0.11415 214 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 33.45 0.1494 217 Barat Daya
Kecil 2 7 42.9 0.1637 197 Barat Daya
3 9 43.6 0.2064 192 Barat Daya

Kelompok 3
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 18.5" E 110 3
ͦ 7' 08.7"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 27.76 0.18 215 Barat Daya
Kecil 2 5 19.22 0.26 210 Barat Daya
3 5 20.97 0.238 200 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 4.982 32.35 0.154 186 Barat Daya
Kecil 2 4.981 35.11 0.141 194 Barat Daya
3 4.976 29.62 0.167 168 Barat Daya

Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 27.3" E 110 3
ͦ 7' 43.8"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 52.15 0.0958 215 Barat Daya
Kecil 2 5 19.86 0.257 220 Barat Daya
3 5 19.64 0.254 220 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 4.982 37.18 0.133 215 Barat Daya
Kecil 2 4.984 41.92 0.118 205 Barat Daya
3 4.983 38.85 0.128 200 Barat Daya

Kelompok 4
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 16.09" E 110 ͦ37' 21.12"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 36.79 0.136 115 Barat Daya
Kecil 2 5 24.39 0.25 225 Barat Daya
3 5 26.42 0.1892 220 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 29 39.44 0.7352 260 Barat Daya
Kecil 2 20 29.64 0.6474 217 Barat Daya
3 20 30.28 0.6605 219 Barat Daya
Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 20.95" E 110 3
ͦ 7' 50.30"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 41.7 0.1196 190 Barat Daya
Kecil 2 5 43.09 0.116 215 Barat Daya
3 5 43.3 0.11415 214 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 33.45 0.1494 217 Barat Daya
Kecil 2 7 42.9 0.1637 197 Barat Daya
3 9 43.6 0.2064 192 Barat Daya

Kelompok 5
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 06.91" E 110 ͦ37' 23.25"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 79 0.063 275 Barat Daya
Kecil 2 5 44 0.1136 240 Barat Daya
3 5 53 0.0943 250 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 3.53 50 0.0706 253 Barat Daya
Kecil 2 3.53 58 0.0609 260 Barat Daya
3 3.53 53 0.0666 260 Barat Daya

Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 12.55" E 110 3
ͦ 7' 16.5"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 108 0.046 260 Barat Daya
Kecil 2 5 170 0.029 220 Barat Daya
3 5 107 0.0467 190 Selatan

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 353.55 113 0.031 225 Barat Daya
Kecil 2 353.55 61 0.007 225 Barat Daya
3 353.55 63 0.08 215 Barat Daya

Kelompok 6
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 06.91" E 110 ͦ37' 23.25"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 79 0.063 275 Barat Daya
Kecil 2 5 44 0.1136 240 Barat Daya
3 5 53 0.0943 250 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 3.53 50 0.0706 253 Barat Daya
Kecil 2 3.53 58 0.0609 260 Barat Daya
3 3.53 53 0.0666 260 Barat Daya
Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 12.55" E 110 3
ͦ 7' 6.15"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 108 0.046 260 Barat Daya
Kecil 2 5 170 0.029 220 Barat Daya
3 5 107 0.0467 190 Selatan

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 63 0.031 225 Barat Daya
Kecil 2 7 61 0.057 225 Barat Daya
3 9 63 0.056 215 Barat Daya

Kelompok 7
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 18.5" E 110 3
ͦ 7' 08.7"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 50.3 0.099 195.35 Barat Daya
Kecil 2 5 55.4 0.09 235.42 Barat Daya
3 5 58.5 0.089 240.43 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 4.97 56.9 0.087 225.4 Barat Daya
Kecil 2 4.96 67.1 0.073 225.39 Barat Daya
3 4.967 54.7 0.09 220.39 Barat Daya

Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 27.3" E 110 3
ͦ 7' 43.8"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 56 0.089 200.35 Barat Daya
Kecil 2 5 50.8 0.098 190.34 Barat Daya
3 5 69.4 0.071 210.38 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 0.071 4.698 64.7 210.37 Barat Daya
Kecil 2 0.072 4.97 59.5 220.4 Barat Daya
3 0.066 4.96 0.073 220.41 Barat Daya

Kelompok 8
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 18.5" E 110 3
ͦ 7' 08.7"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 50.3 0.099 195.35 Barat Daya
Kecil 2 5 55.4 0.09 235.42 Barat Daya
3 5 58.5 0.085 240.43 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 4.97 56.9 0.087 225.4 Barat Daya
Kecil 2 4.96 67.1 0.073 225.39 Barat Daya
3 4.967 54.7 0.09 220.39 Barat Daya
Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 27.3" E 110 3
ͦ 7' 43.8"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 56 0.089 200.35 Barat Daya
Kecil 2 5 50.8 0.098 190.34 Barat Daya
3 5 69.4 0.071 0.071 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 0.071 4.698 64.7 210.37 Barat Daya
Kecil 2 0.072 4.97 59.5 220.4 Barat Daya
3 0.066 4.96 0.073 230.41 Barat Daya

Kelompok 9
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 16.09" E 110 ͦ37' 21.12"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 54 0.0926 245 Barat
Kecil 2 5 76 0.0658 260 Barat
3 5 54 0.0512 270 Barat

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 0.071 70 0.001014 250 Barat
Kecil 2 0.065 94 0.00651 220 Barat
3 0.066 95 0.000695 245 Barat

Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 20.95" E 110 3
ͦ 7' 50.30"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 81 0.06172 280 Barat Daya
Kecil 2 5 132 0.0378 260 Barat Daya
3 5 120 0.0416 235 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 0.071 111 0.000696 240 Barat Daya
Kecil 2 0.072 76 0.000347 240 Barat Daya
3 0.066 77 0.000857 245 Barat Daya

Kelompok 10
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 25.58" E 110 ͦ37' 56.67"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 54 0.0926 245 Barat
Kecil 2 5 76 0.0658 260 Barat Daya
3 5 54 0.0512 270 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 0.071 70 0.001014 250 Barat
Kecil 2 0.065 94 0.00651 220 Barat
3 0.066 95 0.000695 245 Barat
Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 26.4" E 110 3
ͦ 7' 4.24"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 181 0.06172 280 Barat Daya
Kecil 2 5 132 0.0378 260 Barat Daya
3 5 120 0.0416 235 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 0.071 111 0.000696 240 Barat
Kecil 2 0.072 76 0.000347 240 Barat
3 0.066 77 0.000857 245 Barat

Kelompok 11
Kedalaman : 10 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 3
ͦ 6' 25.58" E 110 ͦ37' 56.67"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 54 0.0926 245 Barat Daya
Kecil 2 5 76 0.0658 260 Barat Daya
3 5 54 0.0512 270 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 0.071 70 0.001014 250 Barat Daya
Kecil 2 0.065 94 0.00651 220 Barat Daya
3 0.066 95 0.000695 245 Barat Daya

Kedalaman : 15 m
Arah angin : Barat Daya
Koordinat Lokasi : S 06 ͦ36' 26.4" E 110 3
ͦ 8' 4.24"
1. Metode Tanpa Sudut
Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 5 81 0.06172 280 Barat Laut
Kecil 2 5 132 0.0378 260 Barat Daya
3 5 120 0.0416 235 Barat Daya

2. Metode dengan Sudut


Bola Duga Pengukuran Jarak Waktu Kecepatan Arah
1 0.071 111 0.000696 240 Barat Daya
Kecil 2 0.072 76 0.000347 240 Barat Daya
3 0.066 77 0.000857 245 Barat Daya
4.1.2 Data Arus Time series
Data dan grafik
1. Data Arus Time Series
Arah Rata2
Hari, tanggal Pukul Jarak Waktu Kecepatan
Derajat Mata Angin
16:00:00 0.031593
16:15:00 0.031593
16:30:00 5 58 0.086206897 265 BD 0.031593
16:45:00 5 41 0.12195122 260 BD 0.031593
17:00:00 5 61 0.081967213 255 BD 0.031593
17:15:00 5 34.5 0.144927536 250 BD 0.031593
17:30:00 5 45.5 0.10989011 240 BD 0.031593
17:45:00 5 64 0.078125 285 B 0.031593
18:00:00 5 52.9 0.094517958 270 B 0.031593
18:15:00 5 35 0.142857143 265 BD 0.031593
18:30:00 5 48 0.104166667 245 BD 0.031593
18:45:00 5 69 0.072463768 243 BD 0.031593
19:00:00 5 57.5 0.086956522 264 BD 0.031593
Kamis, 19 April 2018

19:15:00 5 55.2 0.09057971 257 BD 0.031593


19:30:00 5 76.3 0.065530799 265 BD 0.031593
19:45:00 5 72.1 0.069348128 266 B 0.031593
20:00:00 5 105 0.047619048 261 BD 0.031593
20:15:00 5 81.2 0.061576355 270 B 0.031593
20:30:00 5 54.8 0.091240876 260 BD 0.031593
20:45:00 3.4 180 0.018888889 270 B 0.031593
21:00:00 5 155.2 0.032216495 271 B 0.031593
21:15:00 2 180 0.011111111 270 B 0.031593
21:30:00 5 93 0.053763441 270 B 0.031593
21:45:00 5 144.6 0.034578147 262 BD 0.031593
22:00:00 4 300 0.013333333 262 BD 0.031593
22:15:00 0.1 300 0.000333333 60 TL 0.031593
22:30:00 2 30 0.066666667 120 TG 0.031593
22:45:00 1.5 300 0.005 110 T 0.031593
23:00:00 5 213 0.023474178 80 T 0.031593
23:15:00 1.5 300 0.005 60 TL 0.031593
23:30:00 4.8 300 0.016 290 B 0.031593
23:45:00 1 300 0.003333333 310 BL 0.031593
00:00:00 3 300 0.01 270 B 0.031593
00:15:00 3 300 0.01 360 U 0.031593
00:30:00 1 300 0.003333333 360 U 0.031593
00:45:00 1 300 0.003333333 200 S 0.031593
01:00:00 1.2 300 0.004 6.4 U 0.031593
01:15:00 3.2 300 0.010666667 320.56 BL 0.031593
01:30:00 1 300 0.003333333 60.13 TL 0.031593
01:45:00 1 300 0.003333333 241 BD 0.031593
02:00:00 0.2 300 0.000666667 61 TL 0.031593
02:15:00 0.5 300 0.001666667 54 TL 0.031593
02:30:00 1 300 0.003333333 85 T 0.031593
02:45:00 2 300 0.006666667 352 U 0.031593
03:00:00 1 300 0.003333333 332 BL 0.031593
03:15:00 2 300 0.006666667 332 BL 0.031593
03:30:00 2 300 0.006666667 33 TL 0.031593
03:45:00 0.5 300 0.001666667 36 TL 0.031593
04:00:00 0.2 300 0.000666667 68 T 0.031593
04:15:00 2.2 300 0.007333333 20 U 0.031593
04:30:00 1.5 300 0.005 12 U 0.031593
04:45:00 5 224 0.022321429 18 U 0.031593
05:00:00 5 255 0.019607843 10 U 0.031593
05:15:00 3 300 0.01 285 B 0.031593
05:30:00 1.5 300 0.005 345 U 0.031593
05:45:00 1 300 0.003333333 310 BL 0.031593
06:00:00 2.15 300 0.007166667 330 BL 0.031593
06:15:00 3 144 0.020833333 270 B 0.031593
06:30:00 4.6 300 0.015333333 245 BD 0.031593
06:45:00 5 185 0.027027027 289 B 0.031593
07:00:00 3.1 300 0.010333333 290 B 0.031593
07:15:00 2.3 300 0.007666667 280 B 0.031593
Sabtu, 21 April 2018

07:30:00 4.8 300 0.016 20 U 0.031593


07:45:00 2.1 300 0.007 320 BL 0.031593
08:00:00 3 300 0.01 289 B 0.031593
08:15:00 1.8 300 0.006 180 S 0.031593
08:30:00 2.1 300 0.007 273 B 0.031593
08:45:00 2 300 0.006666667 320 BL 0.031593
09:00:00 5 97 0.051546392 260 BD 0.031593
09:15:00 3 300 0.01 345 U 0.031593
09:30:00 5 104 0.048076923 225 BD 0.031593
09:45:00 5 103 0.048543689 250 BD 0.031593
10:00:00 1 300 0.003333333 330 BL 0.031593
10:15:00 5 93 0.053763441 215 BD 0.031593
10:30:00 5 250 0.02 340.2 U 0.031593
10:45:00 4 300 0.013333333 305 BL 0.031593
11:00:00 5 67 0.074626866 260 BD 0.031593
11:15:00 5 196 0.025510204 292 BL 0.031593
11:30:00 5 104 0.048076923 90 T 0.031593
11:45:00 5 163 0.030674847 237 BD 0.031593
12:00:00 5 67 0.074626866 280 B 0.031593
12:15:00 5 161 0.031055901 264 BD 0.031593
12:30:00 4 300 0.013333333 190 S 0.031593
12:45:00 5 50 0.1 234 BD 0.031593
13:00:00 3 300 0.01 230 BD 0.031593
13:15:00 3 300 0.01 120.22 TG 0.031593
13:30:00 5 48 0.104166667 235.42 BD 0.031593
13:45:00 5 120 0.041666667 185.33 S 0.031593
14:00:00 5 163 0.030674847 220 BD 0.031593
14:15:00 5 121 0.041322314 190.34 S 0.031593
14:30:00 5 142 0.035211268 230.41 BD 0.031593
14:45:00 5 110 0.045454545 240.43 BD 0.031593
15:00:00 5 77 0.064935065 235.42 BD 0.031593
15:15:00 5 44 0.113636364 240.43 BD 0.031593
15:30:00 5 127 0.039370079 265 BD 0.031593
15:45:00 5 259 0.019305019 260 BD 0.031593
16:00:00 5 33 0.151515152 260 BD 0.031593
2. Grafik Kecepatan Arus VS Rata-rata

Gambar 1. Grafik Kecepatan Arus

4.2 Pembahasan
Praktikum arus laut ini merupakan praktikum yang dilakukan dengan tujuan
dapat mengerti dalam menggunakan metode pengukuran arus. Metode
pengukuran arus yang digunakan adalah metode lagrange dengan
menggunakan botol kaca dan kapal. Metode euler menggunakan bola duga.
Masing – masing metode ini menghasilkan data arus yang berbeda, selain itu
setiap kelompok juga memiliki hasil yang berbeda untuk setiap metode.
Metode euler dilakukan pada lepas pantai yaitu di 5d dan 10d. Dari hasil
kelompok pada pengukuran pertama kecepatan arus pada tali pengukuran 10
meter pertama sebesar 0.113 m/s dengan waktu 88 detik, selanjutnya pada
pengukuran kedua yaitu 5 meter selanjutnya didapatkan kecepatan arus sebesar 0.03
m/s dengan waktu 129 detik. setelah itu pada pengukuran terakhir didapatkan
kecepatan arus sebesar 0.033 m/s dengan waktu 148 detik. Dengan ketiga pengukuran
tersebut telat didapatkan data kecepatan arusnya. Perbedaan hasil ini dikarenakan
arus yang diukur merupakan arus yang dipengaruhi oleh angina sehingga
kecepatan arus juga dipengaruhi oleh angin. Selain itu pengukuran yang kurang
tepat juga dapat membuat hasil yang diperoleh berbeda – beda. Metode kapal
ini dimaksudkan untuk mengetahui kemana arus yang bergerak. Dari mana arus
tersebut datang. Kapal yang dihentikan akan terbawa arus dan kemudian kita
bisa melihat kemana kapal tersebut akan di bawa oleh arus. Dengan melihat
koordinat yang telah dicatat, kita bisa mengetahui bahwa kapal telah berpindah
dari tempat asalnya kapal tersebut dihentikan.
Percepatan arus yang di dapat pada praktikum metode euler dan lagrange
di teluk awur jepara di dapatkan variasi hasil, hal ini di sebabkan karena faktor
pasang surut. Arus dapat dibangkitkan oleh berbagai faktor. Berdasarkan
praktikum pengukuran arus, faktor yang mempengaruhi kecepatan arus adalah
angin dan kedalaman perairan. Seiring bertambahnya kedalaman maka
kecepatan arus akan semakin berkurang karena pada titik tertentu sudah tidak
terpengaruh oleh angin. Pada pengukuran arus ini digunakan metode Euler.
Metode Euler merupakan metode pengukuran arus pada lokasi yang tetap pada
kurun waktu tertentu. Nama metode Euler sendiri diambil dari nama
matematikawan Swiss Leonhard Euler (1707-1783) yang pertama kali
merumuskan persamaan pergerakan fluida. Pada kelompok 5 pengukuran arus
didapatkan pada data pasang surut jam sekitar jam 10 pagi, bila di kaitkan
dengan data pasang surut yang di dapat pada jam tersebut maka akan di
dapatkan pasang surut dengan tinggi gelombang rata rata 132,5. Dengan data
tersebut di simpulkan bahwa pasang surut bertipe sedang, yaitu dengan tinggi
pasang yang tidak terlu tinggi dan surut yang tidak terlalu rendah. Untuk
percepatan arus keseluruhan yang di ukur pada hari kamis jam 8 sampai jam
11, memikili pengaruh dari data pasang surut yang di ukur oleh semua
kelompok pada jam tersebut. Didapatkan bahwa pasang surut pada jam tersebut
memiliki rata rata sedang, dengan pasang yang tidak terlalu tinggi dan surut
tidak terlalu rendah. Rata rata tinggi pasang berkisar 90-140 cm sementara
dengan surut yang rata rata berkisar antara 70-90 cm. Oleh karena itu kecepatan
arus juga tidak terlalu cepat karena pasang surut yang tidak terlalu tinggi.
Metode Langrange yaitu menggunakan metode drift measurement
floating kapal dan botol kaca. Dalam metode Lagrange ini, untuk pengukuran
waktu jarak dan arah arus dengan metode garis lurus tidak hanya di satu titik.
Pada metode drift measurement floating digunakan untuk mengetahui arah dari
pergerakan arus yang terjadi di perarian Teluk Awur. Sedangkan untuk metode
botol kaca untuk menentukan titik awal dan titik akhir posisi. 4 botol kaca
digunakan untuk mengetahui persebaran arah arus yang tejadi diperairan
tersebut. Selain itu dilakukan pengukuran kecepatan angin guna mengetahui
kecepatan angin yang terjadi pada perairan Teluk Awur setiap 30 menit.
Secara umum, arus yang terjadi di wilayah perairan Teluk Awur Jepara,
dibangkitkan oleh angin dan pasang surut. Pada waktu tertentu angin yang
berhembus cukup kencang yang mengakibatkan arus yang terjadi memiliki
kecepatn yang lebih tinggi. Pada pengukuran yang terjadi didapatkan
kecepatan arusnya sedang dengan arah dominan menuju kea rah barat laut. Hal
tersebut dikarenakan pola arus yang terjadi di perairan ini memilki pola arus
yang relatif tenang dan kecepatannya tidak terlalu besar pada jam 08.00 sampai
11.00 WIB dimana angin yang berhembus tidak terlalu kencang sehingga
mengakibatkan permukaan air laut menjadi stabil.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum lapangan arus laut ini adalah :
1. Metode pengukuran arus laut yang digunakan dalam praktikum ini
adalah metode euler dan metode lagrange.
2. Cara sampling untuk mendapatkan data pada metode euler adalah
menggunakan bola duga yang dibiarkan hanyut kemudian diukur
berapa kecepatannya. Pengambilan sampling data menggunakan
metode lagrange adalah menggunakan botol kaca dan kapal.
3. Kelebihan metode euler adalah pengamatannya singkat, praktis dan
cocok digunakan di laut dalam. Kekurangannya metode ini hasilnya
tidak bisa di dapat dengan jangkauan yang luas. Sedangkan kekurangan
metode lagrange ini agak sulit karena harus mengambil setiap botol
yang di celupkan di laut dan tidak dapat digunakan untuk memperoleh
data yang cepat. Namun, kelebihannya yaitu hasil yang di dapat akurat
karena didapatkan berbagai variasi yang dapat di rata rata

5.2 Saran
Saran untuk praktikum lapangan arus laut yang telah dilakukan adalah :
1. Praktikan sebaiknya membawa obat yang diperlukan agar tidak terjadi
hal yang tidak diinginkan saat di kapal
2. Sebaiknya asisten lebih baik lagi dalam mendampingi praktikannya
DAFTAR PUSTAKA

Aji, et al,. 2014. Kelimpahan Zooplankton Krustasea Berdasarkan Fase Bulan di


Perairan Pantai Jepara, Kabupaten Jepara. JOURNAL OF
MAQUARES. 3(3) : 188-196.
Alberola C, et all. 1995. Tidal Currents in The Western Mediterranean Sea.
Oceanologica Vol 18.
Gross, M. 1990. Oceanography sixth edition. New Jersey : Prentice-Hall.Inc.
Hariyadi, 2011. Analisis Perubahan Garis Pantai selama 10 Tahun
MenggunakanCEDAS (Coastal Engineering Design and Analisys System)
diPerairan Teluk Awur pada Skenario Penambahan Bangunan
Pelindung Pantai. vol.1 82 – 94 ISSN 2089 – 3507. Jurusan Ilmu
Kelautan. FPIK. UNDIP : Semarang.
Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi.Jakarta:Djambatan.
Liu Hong-wei, et all. 2011. A review on The Development of Tidal Current Energy
in China. Renewable and Sustainable Energy Reviews 15 : 1141–1146.
Kunars, Elis Indrayanti, Indra Budi P. 2015. Petunjuk Praktikum Arus Laut.
Perbandingan Hasil Pengukuran Arus Laut Antara Metode Lagrange Dan
Euler. Program Studi Oseanografi. Jurusan Ilmu Kelautan. FPIK. UNDIP
: Semarang
Marpaung Sartono dan Prayogo Teguh. 2014. Analisis Arus Geostropik Permukaan
Laut Berdasarkan Data Satelit Altimetri. Deteksi Parameter Geobiofisik
dan Diseminasi Penginderaan Jauh - LAPAN. 561-566.
Putro, Haryono. 2014. Survei Pelabuhan dan Perairan Pantai. FTSP Universitas
Gunadarma.
Rizky, Akhmar Yusuf Prihartanto., 2014. Laporan Praktikum Dasar-Dasar
Oseanografi. JPIK. FST. Unsoed : Purwokerto.
Segar Douglas A. 2012. Introduction to Ocean Sciences. Third Edition First
Electronik Edition ver 3.2. California,USA.
Sudarto, etall,. 2013. Kondisi Arus Permukaan Di Perairan Pantai: Pengamatan
Dengan Metode Lagrangian. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Tangkap. 1 (3) : 98-102.
DOKUMENTASI

Gambar 1. Kompas tembak dan Bola duga Gambar 2. Pengukuran arus kedalaman

Gambar 3 Pemasangan profiler pada bola


duga arus kedalaman Gambar 4. Pengambilan data arus permukaan

Gambar 5. Palem gelombang di perairan teluk Gambar 6. Proses pengambilan data


awur gelombang

Gambar 7. Pengukuran data angin


LAMPIRAN
1. Abstrak
2. Laporan Sementara
3. Dokumentasi lapangan

NB:
TNR 12; 1,5; 4333; Watermark Nama_NIM_Kelompok.
PJ Pengumpulan turun 1 lagi setelah modul 7 Arus
Geostropik.

Anda mungkin juga menyukai