Pokok Bahasan
Pendahuluan
Daerah
penelitian
Metodelogi
Hasil dan
Pembahasan
Kesimpulan
Pendahuluan
Karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai
akibat dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas
sekunder yang berkembang baik (Ford dan Williams, 1989)
Proses pelarutan menyebabkan air permukaan dengan cepat
meresap menuju sistem air bawah tanah akibat adanya diakasdiakas (retakan-retakan) serta lubang-lubang yang berukuran kecil
(diffuse), sedang (fissure) atau berukuran besar (conduit) (White,
1988).
Warga memiliki angka ketergantungan yang cukup tinggi terhadap
sumber air permukaan, hal ini disebabkan oleh kelangkaan
sumberair permukaan di wilayah karst (Santosa, 2007).
Pendahuluan pt.2
Kearifan lokal adalah kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan
alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah
berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta
keteledoran manusia (Francis Wahono, 2005)
Terdapat tiga ranah utama dalam memetakan kearifan lokal. Ranah
pertama adalah hubungan manusia dengan manusia, kedua adalah
hubungan manusia dengan alam, dan ranah ketiga adalah
hubungan manusia dengan Tuhan (Sulastriono, 2009)
Masuknya jaringan pipa PDAM berpotensi dalam menyebabkan
perubahan pada pranatasosial dan kearifan lokal.
Pendahuluan pt.3
1. Bagaimanakah kondisi kearifan lokal yang berkembang di
masyarakat sekitar telaga ?
2. Bagaimana kondisi masyarakat terkait dengan pola pemenuhan
kebutuhan air terkait dengan pembangunan pipa PDAM ?
3. Permasalahan apa yang timbul didalam mempertahankan kearifan
lokal ?
Daerah Penelitian
Telaga Namberan
49 L 446825-9111273
Telaga Bromo
49 L 446825-9111273
Metodelogi
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam (in-depth intervew).
Target : Penduduk yang tinggal di sekitar telaga, penduduk yang
sedang beraktivitas di telaga, Perangkat Desa dan Tokoh
Masyarakat.
Pemilihan lokasi : Didasarkan pada asumsi bahwa Telaga
Namberan dan Telaga Bromo merupakan telaga yang masih
dimanfaatkan oleh masyarakat, dimana Telaga Namberan mewakili
telaga yang telah dikelola secara teknis, sementara itu Telaga
Bromo mewakili telaga yang belum memperoleh pengelolaan.
Masalahsolusi
Hasil
Kearifan
Lokal
OlahKelola
Kondisi Umum
Telaga Namberan
Kondisi Umum
Telaga Bromo
Kearifan Lokal
Sulastriono (2009) menjelaskan bahwa terdapat tiga
ranah utama dalam memetakan kearifan lokal.
1. hubungan manusia dengan manusia.
2. hubungan manusia dengan alam.
3. hubungan manusia dengan Tuhan.
P.Suratman
P.Sumarwanto
Rekomendasi
Pemantauan telaga secara berkala untuk deteksi
ponor secara dini.
Pembersihan telaga secara rutin.
Pembuatan talud dengan teknik yang lebih
ramah lingkungan.
Pembuatan tanggul pemisah guna membatasi
wilayah telaga sesuai peruntukannya.
Upaya pengelolaan lingkungan berbasis
masyarakat atau Community Based Nature
Resource Management (CBNRM)
Sosialisasi dan pemberdayaan kearifan lokal
yang dikemas dalam sistem organisasi yang
lebih modern.
Pengembangan potensi daerah untuk wisata
telaga guna mengurangi arus urbanisasi
Pengambilan kebijakan dengan memperhatikan
kondisi lokal