Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KEBIJAKAN PARIWISATA

POTENSI PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA WAKATOBI

Dosen Pengampu :

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

Abigail Nadya Bernadita Caunang 1911521025

Geronsia Renyarosari 1911521031

Fadya Putri Haryati 1911521004

Audia Yolanda Wulandari 1911521015

Jonathan David Nababan 1911521034

INDUSTRI PERJALANAN WISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
3. Analisis Masalah Lingkungan

Mengacu pada Pasal 15 Undang – Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa KLHS adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
keberlanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana dan/atau program. KLHS juga memiliki relevansi yang tinggi di dalam
kontekspembangunan daerah, karena KLHS menawarkan dua manfaat utama, yaitu, mengatasi
kelemahan dan keterbatasan AMDAL, dan mempromosikan prinsip-prinsip
pembangunanberkelanjutan dan ramah lingkunganPrinsip dari pengembangan wilayah. Dampak
suatu kegiatan tergolong pentingapabila:

a. Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus sehingga pada kurun waktu
tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya

b. Berbagai dampak lingkungan bertumpuk pada suatu ruang tertentu sehingga tidak dapat
diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya,

c. Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan yang menimbulkan efek yang saling
memperkuat.

Dampak kumulatif lingkungan di Kabupaten Wakatobi padaumumnya akibat berlangsung


berulang kali dan terus menerus,sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh
lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya. Berikut adalah masalah atau isu
yang dihadapi Wakatobi dalam aspek lingkungan :

1. Masalah sampah
-Daratan : Masyarakat masih menggunakan konsep timbun dan bakar untuk
mengatasi masalah sampah.
-Pesisir : Masih ada sebagian masyarakat yang masih menjadikan laut
sebagai halaman belakang dan belum sadar akan larangan membuang sampah dilaut.
Serta Metode pembuangan sampah dipermukiman diatas air dilakukan dengan menyusun
batu diatas air dengan bentuk lubang dan nantinya ditimbun dapat merusak lingkungan.
-Diatas air : sama seperti masyarakat yang tinggal didaerah pesisir mereka belum
sadar akan larangan membuang sampah dilaut.

2. Air minum
-Daratan :
 Sistem penyediaan air minum terkendala oleh debit air dan sumber air yang berkurang
pada musim kemarau
 Kondisi air minum yang berkapur.
 Sistem perpipaan yang belum melayani seluruh kota
 Sumber air goa memerlukan tenaga pengisap melalui pompanisasi
 Masih banyak jalur pipa yang belum tersambung
 Pipa transmisi yang belum seusai kebutuhan pelanggan.
-Diatas laut :
Upaya menghubungkan pipa transmisi dari daratan ke kawasan permukiman diatas air
terkendala oleh debit air dan jangkauan jaringan yang jauh dan terputus
 Sistem perpipan yang teputus dan tidak memiliki Pompa.
-Pesisir :
 Sistem penyediaan air minum terkendala oleh debit air dan sumber air yang berkurang
pada musim kemarau
 Kondisi air minum yang berkapur.
 Sistem perpipaan yang belum melayani seluruh kota
 Sumber air goa memerlukan tenaga pengisap melalui pompanisasi
 Masih ada masyarakat yang menggunakan sumber air minum dari sumur resapan.
3. Sanitasi dan drainase
-Daratan : Kulaitas lingkungan permukiman yang buruk dengan kondisi bangunan yang
dominan dari material kayu memberi terkesan buruk dan tidak tertata.
-Diatas air :
 Etnis Suku Bajo Berkembang Kuat, membangun di atas air yang fungsi ruangnya berada di
Zona Pemanfaatan Lokal
 Permukiman diatas Laut sangat Berpotensi sebagai Kawasan Rawan Bencana Gelombang.
 Adanya indikasi permukiman diatas laut melakukan Penimbunan area rumah Penduduk
dengan menggunakan material Koral Laut.
 Sampah dapat menyebabkan pencemaran ekosistem dan Buruknya kesehatan masyarakat
-Pesisir :
 Wilayah pesisir mayoritas dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan kekerabatan
keluarga yang dekat satu sama lain
 Penghasilan masyarakat belum dapat menopang penghidupan secara utuh
 Pola hidup yang kurang sehat memberikan dampak buruk bagi lingkungan.
 Kurangnya wadah bagi masyarakat untuk menjual hasil perikanan
4. Penataan bangunan dan lingkungan
-Daratan :
 Tidak Memiliki Jaringan Drainase
 Drainase tidak menerus dan volume jaringan tidak sama
 Ukuran saluran kecil dan sedimen besar
 Masalah elevasi saluran yang menyebabkan air tidak mengalir
 Sisterm pengolahan limbah langsung dibuang kelingkungan sekitar dan tidak diolah
-Diatas air :
 Sanitasi Buruk dan langsung kelaut
 MCK langsung Kelaut
 Budaya hidup sehat belum terlihat
-Pesisir :
 Reklamasi pantai masih dilakukan secara tradisional pada kawasan pesisir.
 Sanitasi Buruk dan langsung kelaut
 MCK langsung Kelaut
 Budaya hidup sehat belum terlihat

Anda mungkin juga menyukai