Anda di halaman 1dari 9

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DANAU

BAKUOK DI DESA AUR SATI KECAMATAN TAMBANG PROVINSI RIAU


Rara Pritia Ayu Saputry
1605112959
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau
rara.pritia2959@student.unri.ac.id

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kearifan lokal yang ada di Danau Bakuok yang terletak di
Desa Aur Sati, Kecamatan Tambang , Kabupaten Kampar, Provinsi Riau pada tanggal 26 Mei 2018.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan metode diskusi. Metode survei
dimana pengambilan data dilakukan melalui teknik wawancara dan observasi langsung ke lapangan.
Metode diskusi dimana pengolahan data dilakukan secara berdiskusi dengan tokoh masyarakat. Hasil
penelitian ini berfokus pada 6 prinsip pengelolaan, yaitu perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Kata kunci: Danau Bakuok, Kearifan Lokal, Pengelolaan.

PENDAHULUAN
Desa Aur Sati merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar. Di Desa Aur Sati terdapat sebuah danau, danau ini bernama Danau
Bakuok yang merupakan lubuk larangan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Aur
Sati khususnya untuk kegiatan penangkapan ikan (dikonsumsi sendiri maupun dijual
kepada para konsumen) jika telah ada izin untuk melakukan penangkapan secara
bersama-sama. Untuk mengeksploitasi sumber daya perairan ini jika dilakukan dengan
cara yang tidak baik dan dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan maka akan
menimbulkan dampak yang tidak baik pula terhadap kelangsungan hidup organisme-
organisme serta ekosistem perairan sekitar desa tersebut, seperti penangkapan ikan
dengan putas ataupun tuba, menyetrum ikan, penambangan pasir, penebangan pohon, dan
lain-lain.

1
Banyak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan masyarakat baik
dari pihak masyarakat Desa Aur Sati itu sendiri khususnya dan dari pihak luar Desa Aur
Sati pada umumnya. Kegiatan yang menimbulkan kerusakan terhadap sumber daya
perairan, hutan dan lingkungan sekitarnya membuat masyarakat dan para ninik mamak
(persukuan) yang ada di Kecamatan Tambang khususnya membuat aturan yang bisa
menjaga kelestarian dari sumber daya perairan di Desa Aur Sati tersebut.
Dengan adanya kearifan lokal seharusnya kondisi perairan di Desa Aur Sati
terawat dengan baik akan tetapi pada kenyataannya Danau Bakuok tampak kurang
perawatan karena banyaknya tumbuhan air yang menutupi sebagian permukaan danau.
Penilitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui tujuan dibentuknya Kearifan
Lokal Dalam Pengelolaan Danau Bakuok di Desa Aur Sati. 2) Mengetahui norma-norma
yang melandasi Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Danau Bakuok di Desa Aur Sati. 3)
Mengetahui mekanisme sistem Ma awuo yang diterapkan di Danau Bakuok Desa Aur
Sati.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Ramadhan yaitu pada tanggal 26 Mei 2018,
bertempat di Desa Aur Sati, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.
Penentuan lokasi ini dilakukan dengan survei yakni di Desa Aur Sati yang terdapat
“Kearifan Lokal” berupa Lubuk Larangan yaitu Danau Bakuok dan wilayahnya memiliki
potensi sumberdaya hayati, khususnya sumberdaya perairan yang rentan terhadap
kepunahan oleh kegiatan manusia , dan juga memiliki potensi wisata budaya khususnya
di Kabupaten Kampar. Penelitian ini menggunakan metode observasi melalui grup
diskusi dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan melibatkan informan yakni tokoh
masyarakat dan melibatkan informan pendukung (narasumber) yakni aparat desa dan
warga masyarakat Desa Aur Sati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

2
A. Danau Bakuok
Danau Bakuok terletak di Desa Aursati, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
dengan posisi geografis berada pada koordinat 00.21.47.3 LU dan 101.15.57.6 BT. Danau
ini berada sekitar 50 km arah barat daya Kota Pekanbaru. Jalan masuk menunju danau ini
berada di Kecamatan Tambang sebelah kiri jalan dari arah Pekanbaru menuju
Bangkinang, jarak ke dalam sekitar 6 km dari jalan lintas provinsi.
Danau Bakuok berbentuk memanjang ke arah utara-selatan sejalan dengan arah
aliran air Sungai Kampar. Lokasinya berada persis pada bagian sisi timur Sungai Kampar
dan berukuran kurang lebih 1.000 x 100 m dengan panjang keliling danau sekitar 1,5 km
(Anonimus, 2005). Sungai Kampar ini merupakan salah satu sungai penting di Riau yang
juga dimanfaatkan sebagai sarana transportasi air dan memiliki panjang sekitar 400 km
dengan kedalaman rata-rata 6 m.
Danau Bakuok merupakan jenis danau oxbow (danau banjiran atau sungai mati).
Danau ini terbentuk melalui pemutusan aliran sungai akibat proses alami berupa
pengendapan Sungai Kampar yang lokasinya terjadi persis di Desa Aursati. Secara
ekologis, sekaligus telah merubah ekosistem perairan tersebut dari yang semula berupa
perairan mengalir (dalam bentuk sungai) menjadi ekosistem air tergenang (dalam bentuk
danau). Secara fisik, terlihat bahwa Danau Bakuok telah kehilangan hubungan langsung
dengan Sungai Kampar. Namun, hubungan ekologis keduanya kembali dapat terjadi
manakala terjadi banjir sehingga air Sungai Kampar melimpas dan memasuki Danau
Bakuok.
Kedalaman danau berkisar 4 - 6 m pada bagian yang dalam lokasinya di tengah
danau dan sekitar 2 - 3 m pada bagian pinggiran. Ketika musim kemarau (Mei - Agustus),
volume air danau menyusut seiring berkurangnya suplai air dan sebaliknya ketika musim
hujan (Nopember - Januari), volume air danau meningkat seiring terjadi limpasan air
(banjir) Sungai Kampar. Air danau terlihat berwarna coklat agak kemerahan dan
cenderung keruh ketika musim hujan.
Pada salah satu sisi danau sebelah timur terdapat jalan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor roda 2 dan 4 dengan kondisi jalan yang relatif baik. Pada bagian pinggir danau

3
pada sisi timur ini ditumbuhi berbagai pohon besar dan perdu. Pada sisi danau bagian
barat yang berdampingan dengan Sungai Kampar ditumbuhi dengan semak belukar
sebagai tanaman liar. Sebagian sistem riparian danau (tepi danau yang berair) terdapat
tanaman air berupa jenis rumput terendam yang terdiri atas aneka rerumputan yang tahan
rendaman air. Jenis-jenis rerumputan ini banyak terdapat sepanjang sisi barat danau dan
terlihat tumbuh subur.

B. Konsep Pengelolaan
1. Perencanaan
Danau Bakuok merupakan danau yang memiliki sumber daya ikan dengan
keragaman jenis dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi (Dinas Perikanan Kampar:
komunikasi pribadi, 2007). Sudah sejak lama Danau Bakuok dijadikan sebagai sumber
ikan, khususnya bagi masyarakat di sekitar danau maupun masyarakat Bangkinang pada
umumnya.
Berdasarkan pada pengamatan lapangan dan studi literatur menunjukkan bahwa
pada umumnya ikan-ikan di Danau Bakuok didominasi oleh jenis-jenis ikan perairan
umum, khususnya jenis-jenis ikan sungai. Sebagian besar dari jenis-jenis ikan yang
terdapat di danau ini merupakan jenis-jenis ikan konsumsi dan memiliki nilai ekonomis
penting dengan harga jual yang tinggi. Jenis ikan yang dominan adalah ikan patin
(Pangasius sp), ikan lais (Kryptopterus sp), dan baung (Hemibagrus nemurus). Ikan
motan (Thynnichthys thynnoides) merupakan jenis ikan khas di danau ini.
2. Pemanfaatan
Danau Bakuok merupakan suaka perikanan yang dijalankan berdasarkan sistem
atau hukum adat. Sampai sejauh ini belum ada surat keputusan resmi yang dikeluarkan
pemerintah kabupaten atau propinsi yang dijadikan dasar penetapan Danau Bakuok
sebagai kawasan konservasi perikanan (Komunikasi pribadi: Dinas Perikanan Kabupaten
Kampar, 2007).
Walaupun demikian, disebutkan bahwa kondisi sumber daya ikan di danau ini
terjaga dengan baik. Penangkapan ikan di danau ini dilakukan 1 kali 1 tahun (sekitar

4
September setiap tahun) dan menjelang bulan Ramadhan. Kegiatan penangkapan ikan
yang dilakukan secara serentak dan melibatkan seluruh masyarakat ini disebut dengan
Ma awuo (Anonimus, 2005).
Sepanjang masa di luar hari Ma awuo, masyarakat dan siapa pun dilarang
menangkap ikan di danau ini. Sehingga oleh masyarakat sekitar Danau Bakuok ini
disebut juga sebagai Danau Larangan. Pengaturan larangan menangkap ikan, waktu
penangkapan ikan, pemanfaatan hasil tangkapan ikan dan bahkan kegiatan apa yang akan
dilaksanakan di danau ini dikendalikan Pemangku Adat Kenegerian Tambang yang
diawasi oleh Ninik Mamak Pesukuan Kenegarian Tambang.
Apabila ada yang melanggar (menangkap ikan di luar masa ma’awuo) akan
dikenakan denda. Besar dan jenis denda yang dikenakan terhadap pelanggar ketentuan
tersebut diputuskan secara musyawarah oleh Pemangku Adat, berupa hewan ternak
kambing atau kerbau. Tradisi berupa perlindungan sumber daya ikan dan pola
pemanfaatan secara bersama ini telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Semula
kegiatan ini dilaksanakan pada skala kecil, setingkat kenegerian. Seiring dengan
perkembangan masyarakat, hal ini semakin maju dan dikenal luas, bahkan sampai dengan
ke luar Kenegerian Tambang. Tak kalah pentingnya, bahkan telah dikembangkan menjadi
even tahunan berupa pesta rakyat yang dilengkapi berbagai kegiatan selain kegiatan Ma
awuo yang menjadi soko aktivitas dan dibuka oleh pejabat daerah seperti Gubernur atau
Bupati (Anonimus, 2005).
Pada saat kegiatan Ma awuo, masyarakat mengambil ikan secara bebas dan gratis
semaksimal mungkin (tanpa dibatasi). Diinformasikan bahwa pada saat tersebut
masyarakat sengaja mendirikan tenda untuk menetap di sekitar danau selama masa
ma’awuo (rata-rata selama 7 hari) dengan melibatkan anggota keluarga. Selain itu,
masyarakat Kabupaten Kampar juga ada peserta yang berasal dari luar daerah bahkan
dari luar propinsi yakni dari Sumatera Barat.
3. Pengendalian
Penangkapan ikan dilakukan menggunakan jala dan untuk penangkapan ikan di
bagian tengah danau menggunakan perahu atau sampan. Kegiatan menangkap ikan

5
melibatkan seluruh anggota keluarga di mana kaum laki-laki bertugas menebar jala,
sementara kaum perempuan dan anak-anak berada di pinggir danau menyambut hasil
tangkapan. Ikan hasil tangkapan selain dikonsumi sendiri juga untuk dijual. Berbeda
dengan tradisi lubuk larangan, seperti yang terdapat di Sumatera Barat dan Sumatera
Utara, yang memanen ikan secara bersama-sama dan dibagi rata, sedangkan ikan
tangkapan Ma awuo menjadi hak para penangkap. Dalam tradisi Ma awuo terdapat
prinsip, siapa yang banyak menangkap ikan dia yang akan beruntung (Anonimus, 2008).
4. Pemeliharaan
Menjadikan area kawasan sekitar Danau Bokuok sebagai kawasan konservasi
perairan umum dan konservasi tanaman disekitarnya.
Menjaga keragaman hayati perairan seperti ikan-ikan lokal yang telah hampir
punah dengan cara melakukan restocking yang benihnya tersebut dibantu oleh
pemerintah dan instansi-instansi terkait dengan permasalahan perikanan.
Melakukan pembersihan danau jika tanaman jenis lumut-lumutan dan jenis
tanaman lain yang tumbuh dipermukaan danau sudah banyak menutupi permukaan danau
dengan cara memasukkan kerbau-kerbau penduduk kedalam danau, hal ini dilakukan
agar tanaman tersebut bisa dimakan oleh kerbau-kerbau penduduk setempat. Alasan
mengapa kerbau yang digunakan sebagai pembersihan secara alami karena kerbau yang
dianggap paling cocok dalam hal membersihkan danau dibandingkan dengan hewan
lainnya. Kerbau yang dimasukan tersebut juga bukan kerbau biasa, akan tetapi kerbau
yang bisa memakan tumbuhan di permukaan danau adalah kerbau rawa.
5. Pengawasan
Lembaga adat merupakan organisasi yang melakukan pengawasan dan
pengelolaan terhadap Danau Bakuok. Adapun kebijakan yang dibuat ataupun aturan serta
sangsinya mengenai Danau Bokuok tersebut antara lain :
1. Orang tertangkap atas perbuatan menangkap ikan pada waktu yang sudah
dilarang
maka akan di kenakan sangsi seekor kerbau.

6
2. Apabila ada yang menebang pohon di sekitar ataupun sekeliling Danau Bakuok
maka akan dikenakan sangsi sesuai peraturan pemerintah mengenai perbuatan
tidak terpuji.
3. Dalam penjatuhan sangsinya dilakukan dulu dalam rapat lembaga adat Desa
Aur Sati Kecamatan Tambang. Dalam rapat tersebut tidak hanya membahas
tentang penjatuhan sangsinya saja akan tetapi terlebih dahulu para ninik
mamak persukuan memberikan nasehat-nasehatnya kepada anak kemenakan
yang melanggar aturan itu. Jika pelanggaran yang dilakukan pada poin 2 di
atas tidak terlalu mengkhawatirkan maka anak kemenakan yang melanggarnya
akan ditegur dan diberikan nasehat-nasehat oleh para ninik mamak persukuan
saja.
Selain menerapkan kebijakan ataupun aturan adat yang telah disepakati oleh ninik
mamak persukuan, lembaga Adat Desa Aur Sati Kecamatan Tambang memiliki tugas
dan wewenang (Misi) sebagai berikut :
1. Melakukan langsung pengawasan terhadap kawasan yang dijadikan areal
kawasan konservasi perairan dan tanaman sekitar disertai dengan cara
mempekerjakan dan membuat rumah penjaga di pinggiran Danau Bakuok.
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar Desa Aur Sati khususnya
tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup organisme-
organisme perairan khususnya seperti jenis ikan-ikan lokal yang hampir punah.

6. Penegakan hukum
Norma-norma yang berkembang meliputi :
1. Norma agama
Penerapannya sebagai berikut :
 Pelarangan pengunjung untuk tidak berpasang-pasangan di tempat sepi
di pinggiran Danau Bakuok.
 Berpakaian yang menutup aurat di waktu pembukaan acara Tradisi Ma
awuo Danau Bakuok.

7
Pelanggaran terhadap norma agama ini akan mendapat hukuman (sangsi) dari
Tuhan Yang Maha Esa berupa siksaan kelak di akhirat.
2. Norma adat istiadat
Sebagai berikut :
 Pelarangan menangkap ikan di waktu yang telah ditentukan dan
pelarangan menebang pohon-pohon di pinggiran danau.
 Setiap suku diwajibkan membawa hidangan (Dulang Bacatuok) saat
acara pembukaan Tradisi Mawuo Danau Bokuok.
 Berpakaian yang sopan di waktu pembukaan acara Tradisi Ma awuo
Danau Bokuok.
 Masyarakat setempat (peserta) Mawuo khususnya yang mendirikan
tenda-tenda di pinggiran danau membawa Lomang (makanan khas
Kampar yang berbahan dasar beras pulut yang dibungkus dengan daun
pisang dan dimasukkan kedalam bambu yang dimasak dengan cara
dipanggang) pada saat acara pembukaan Ma awuo untuk dihidangkan di
depan tenda mereka masing-masing.
Jika pelanggaran terhadap norma adat istiadat ini sangsinya berbeda dibandingkan
dengan sangsi pelanggaran terhadap norma-norma agama. Sangsi atas pelanggaran norma
adat istiadat ini langsung diterima di kehidupan nyata yang ditentukan langsung oleh
lembaga adat setempat. Sangsi tersebut bisa berupa denda ataupun diasingkan
(dikucilkan) dalam kehidupan bermasyarakat.
Apabila masyarakat melakukan kerusakan terhadap Danau Bakuok seperti
meracuni ikan-ikan, menebang sembarangan pohon-pohon yang ada di Danau Bakuok
tersebut serta merusak kelestarian alam lainnya di sekitar danau dan perbuatan itu tidak
dapat ditoleransi lagi oleh lembaga adat setempat, maka orang tersebut akan diserahkan
langsung kepada pihak yang berwajib atas khasus tersebut. Kasus ini akan dikenakan
sangsi hukum sesuai dengan perilaku yang dilakukan sipelanggarnya yang biasanya
sangsi tersebut tegas dan diatur dalam perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga
formal yang diberi kewenangan untuk membuatnya oleh negara.
8
KESIMPULAN
Kearifan Lokal yang ada di Danau Bakuok, Desa Aur Sati, Kecamatan Tambang,
Kabupaten Kampar adalah Tradisi Ma awuo. Terbentuknya tradisi Ma auwo ini dilatar
belakangi karena perekonomian masyarakat setempat yang kurang baik, sehingga harus
mencari nilai tambah terhadap perekonomian yang digunakan untuk membayar pajak
(upeti) pada zaman penjajahan Belanda yakni dengan melakukan penangkapan ikan di
Danau Bakuok. Tujuan kearifan lokal yang berkembang ini adalah untuk persiapan bulan
Ramadhan, menjaga keragaman hayati perairan, sebagai ajang silaturahmi, event
pariwisata, dan untuk memperingati HUT Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Andriadi.2012.LocalWisdomOfCommunityInManagementBakuokLakeInTheAurSatiVill
age,TambangDistrict,KamparRegency,RiauProvince.https://repository.unri.
ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1726/Andriadi%20%20090412162
6.pdf?sequence=1&isAllowed=y.(Diakses 6 Juni 2018)
KhairulAmri.2017.PengelolaanSuakaPerikananDanauBakuokKabupatenKamparRiau.
https://www.researchgate.net/profile/Khairul_Amri5/publication/31381146
0_PENGELOLAAN_SUAKA_PERIKANAN_DANAU_BAKUOK_KAB
UPATEN_KAMPAR_RIAU/links/5aaf6978458515ecebe992e4/PENGELO
LAAN-SUAKA-PERIKANAN-DANAU-BAKUOK-KABUPATEN-
KAMPAR-RIAU.pdf?origin=publication_detail.(Diakses 6 Juni 2018)
Listya.2011.KearifanLokalMasyarakatKampar.http://listyabio.blogspot.com/2011/10/kea
rifan-lokal-masyarakat-kampar.html.(Diakses 6 Juni 2018)

Anda mungkin juga menyukai