Riau
OLEH:
1501121791
1|P a ge
LEMBAR PENGESAHAN
24 Februari 2018
Ketua kelompok,
2|P a ge
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum wr.wb.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“Pengembangan Potensi Ekowisata 3A (Atraction, Accessibility, Amenities) dan
Ekonomi Kreatif di Desa Batu Sanggan, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten
Kampar, Riau” tepat pada waktunya.
Adapun salah satu tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi
syarat kelulusan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik tahun 2018 Universitas Riau.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal penelitian ini
dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :
1. Orangtua kami yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil untuk
membantu menyelesaikan proposal ini.
2. Seluruh narasumber yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang membantu
kami mencari referensi
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para pembaca
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Wassalammu’alaikum wr.wb.
Penulis
3|P a ge
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................... 5
G. Penutup ............................................................................................................................. 16
I. Lampiran........................................................................................................................... 18
4|P a ge
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, kegiatan pariwisata kini
beralih menjadi suatu kegiatan dengan orientasi bisnis dan ekonomi. Paradigma ini kian
berkembang pesat karena pada kenyataanya kegiatan pariwisata langsung maupun tidak
langsung telah mengakibatkan kemajuan di berbagai bidang especially bidang
ekonomi. Pariwisata menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan pada dunia usaha saat ini, yang
merupakan magnet bagi para wisatawan untuk berkunjung ketempat-tempat yang menarik.
Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa masyarakat
akan menjalankan usaha ekowisata sendiri. Tataran implementasi ekowisata perlu dipandang
sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di suatu daerah.
Sehingga pada dasarnya dalam pengembangan ekowisata keterlibatan masyarakat harus ada
bahkan masyarakat sebagai pengelola dan para stakeholder dalam hal ini pemerintah sebagai
mitra yang saling bersinergi. Untuk menuju ke arah ekowisata yang berkelanjutan dan
berbasis masyarakat, World Wild Fund (WWF) Internasional (2001), dalam Guidelines for
community-based ecotourism development menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan yaitu menyediakan
kehidupan yang berkelanjutan untuk masyarakat lokal, mendorong masyarakat secara
langsung melakukan ekowisata, mendapatkan keuntungan langsung dari pelestarian alam,
produk yang dikembangkan harus berdasarkan pengetahuan masyarakat, serta nilai dan
kemampuan mereka, masyarakat bisa menentukan budaya wisatawan yang perlu disaring.
5|P a ge
Pengembangan ekowisata dapat dilakukan diberbagai lokasi tujuan ekowisata. Salah satu
lokasi yang dapat dijadikan sebagai tujuan ekowisata adalah wisata alam Desa Batu Sanggan
yang tepat berada di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Disamping keindahan alam yang ditawarkan, Desa Batu Sanggan juga memiliki sejuta
potensi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui ekowisata, terlebih lagi dikawasan
yang berada semenanjung Bukit Rimbang Baling ini melintas deras arus sungai Subayang
yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat setempat.
Selain memberdayakan masyarakat setempat guna meningkatkan kesadaran
lingkungan, ekowisata ini juga berpotensi meningkatkan ekonomi masyarakat setempat dan
juga diharapkan mampu meningkatkan minat pengunjung dari dalam kota maupun luar kota
sehingga memberikan pengalaman yang berkesan bagi pengunjung terhadap ekowisata Batu
Sanggan.
Terdapat enam kampung adat yang berada di zona inti kawasan suaka margasatwa
ini. Keenam kampung tersebut adalah, Tanjung Beringin, Batu Songgan, Gajah Betalut, Aur
Kuning, Terusan, Salo dan Pangkalan Serai. Keenam kampung adat ini tergabung dalam
kekalifahan adat Batu Songgan yang dipimpin oleh Lahasimo, yang bergelar Datuk Godang
Kekalifahan Batu Songgan. Dengan aturan adat yang ketat, masyarakat di yang tergabung
dalam kekalifahan Batu Songgan mampu menjaga kelestarian hutan mereka.
Desa Batu Sanggan dikelilingi oleh bukit-bukit hutan yang saat ini, sebagian
lahannya sudah berubah menjadi hutan karet. Disebut “hutan” karena memang lahan-lahan
karet tersebut sekilas seperti hutan. Hampir seluruh mata pencaharian masyarakat Batu
6|P a ge
Sanggan dan desa-desa sekitarnya bertumpu pada getah karet. Karet adalah komoditi yang
bisa dipanen hampir setiap hari, Ketergantungan masyarakat terhadap karet sangat besar dan
hal ini menjadikan mereka rentan terhadap perubahan, baik dari dalam ataupun dari luar.
Misalnya saja ketika musim penghujan, hampir semua aktivitas memanen karet tidak dapat
dilakukan secara teratur. Jika di musim kemarau petani bisa memotong karet hampir setiap
hari, maka di musim penghujan sangat tergantung pada cuaca. Jika musim penghujan datang
bisa jadi hasil produksi turun hampir lebih dari separuh, tergantung cuaca, semakin banyak
hujan semakin sedikit karet dipanen. Sedikit panen panen berarti sedikit pula pemasukan
uang tunai yang berpengaruh pada kelangsungan hidup keluarga. Selama ini mata
pencaharian masyarakat sebagian besar adalah berkebun karet, akibatnya pada musim hujan
masyarakat tidak memiliki penghasilan. Sehingga fenomena ini seolah membenarkan bahwa
masyarakat desa sedang terkungkung didalam “hutan”. Padahal, alam sudah mewariskan
keindahannya untuk desa Batu Sanggan, sehingga untuk mengatasi keterbatasan ekonomi
masyarakat setempat harus diciptakan ekonomi kreatif serta alternatif bagi masyarakat.
Ekonomi alternatif dan kreatif inilah misalnya dengan memberdayan masyarakat setempat
dengan menciptakan dan mengembangkan potensi alam melalui ekowisata.
Selama ini, Batu Songgan hanya dikenal sebagai salah satu desa dimana lubuk
larangan berada. Lubuk larangan adalah salah satu kearifan lokal dari masyarakat adat
Kampar Kiri dalam menjaga kelestarian ikan-ikan yang berada di sungai Subayang, namun
ternyata Batu Songgan menyimpan sejuta pesona keindahan alamnya yang tentunya
berpotensi menjadi salah satu destinasi wisata andalan masyarakat Riau khususnya.
Selain tradisi lubuk larangan, ternyata masih ada sebuah tempat yang bisa dinikmati
di desa adat Batu Songgan ini, tempat tersebut adalah sebuah batu yang berada di pinggir
sungai Subayang. Mereka menamakan batu ini dengan batu belah. Disekitaran kawasan batu
belah juga terdapat pemandangan indah yang disuguhkan dari air terjun enam tingkat nan
indah dengan batu-batu alam berwarna hitam yang menjadi alur dari air terjun ini seolah olah
terpahat dengan sempurna.
7|P a ge
Berbagai potensi yang bisa dikembangkan di Desa Batu Sanggan, baik potensi alami
dan buatan manusia, antara lain dijabarkan sebagai berikut :
a) Potensi Alami
Pada beberapa jumlah sungai yang ada didaerah ini secara sederhana mengalir untuk
memenuhi kebutuhan seperti untuk mandi,minum, mencuci, dsb. Bermula dari mata air yang
mengalir ke anak sungai untuk membentuk sungai utama yang menjadi sebuah sungai yang
diberi nama oleh para leluhur atau nenek moyang terdahulu dengan sebutan sungai Songgan.
Sungai Songgan ini merupakan salah satu bagian dari anak sungai dari sungai
Subayang,yang membentang membelah hutan Rimbang Baling,kini pemanfaatan dari jasa
sungai Songgan ini dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik oleh Masyarakat setempat.
Dengan potensi yang ada inilah Pemerintah telah membangunkan Mikrohidro (PLTMH mini)
untuk Masyarakat Kampung Desa Batu Sanggan. Selain sungai dan keindahan alam yang
tepat berada di semenanjung Bukit Rimbang Bukit Baling, adapun potensi alami lainnya yang
dimiliki oleh desa ini adalah banyaknya spesies ikan yang masih terjaga hingga saat ini.
Selain itu, potensi alami yang dianugerahkan Alam kepada Desa ini adalah adanya
air terjun enam tingkat yang indah dengan kekhasannya yang terdiri atas batu-batu pahat
berwarna hitam berkilau. Air terjun ini tentu menjadi satu potensi unggulan untuk menarik
wisatawan berkunjung kesana. Terlebih kepada wisatawan yang menyenangi alam ataupun
wisatawan yang ingin menikmati alam dan bermain air dari air terjun enam tingkat, selain itu
para wisatawan akan berswafoto mengabadikan momennya di air terjun nan indah ini.
8|P a ge
b) Potensi Buatan
Adapun salah satu potensi buatan yang terdapat di desa Batu Sanggan ini adalah
tersedianya homestay (penginapan sederhana) bagi pengunjung dan juga tersedianya rumah-
rumah pohon yang dibuat oleh masyarakat setempat, adapun rumah pohon ini bertujuan agar
masyarakat setempat maupun mengunjung dapat melihat sungai dan menikmati
pemandangan desa ekowisata ini dari ketinggian. Kemudian untuk sistem akomodasi yang
sering dipakai dalam ekowisata seperti homestaybukan hanya sebuah pilihan yang tidak
memerlukan modal yang tinggi, dengan sistem homestay pemilik rumah dapat merasakan
secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan wisatawan, dan distribusi manfaat di
masyarakat lebih terjamin. Sistem homestay mempunyai nilai jual yang cukup tinggi sebagai
produk ekowisata di mana seorang wisatawan akan mendapatkan kesempatan untuk belajar
mengenai alam, budaya masyarakat dan kehidupan sehari-hari lebih lama di lokasi tersebut.
Para wisatawan dan pihak tuan rumah juga bisa saling mengenal dan belajar satu sama lain,
dan dengan itu dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman yang lebih baik.
Selain potensi alami dan buatan yang telah dijabarkan diatas, ternyata Ekowisata
desa Batu Sanggan ini juga menyimpanjutaan potensi menarik dengan segala kekhasannya.
Dalam dunia pariwisata ada tiga faktor yang menentukan berhasilnya pengembangan
pariwisata sebagai suatu industri dan peningkatan ekonomi yang tentu saja akan menjadi
kekuatan utama untuk menarik para wisatawan. Ketiga faktor tersebut adalah 3A yaitu atraksi
wisata (attraction), mudah dicapai (accessibility), dan fasilitas tambahan (amenities).
Pertama, potensi yang dimiliki ekowisata Desa Batu Sanggan dalam hal penyediaan
atraksi (attraction) adalah tersedianya permainan arung jeram, river tubing, dan memancing
ikan di sungai Subayang.Sehingga para wisatawan yang menyenangi olahraga dan berkenaan
dengan atraksi-atraksi ekstrim di air tentu akan memberikan persepsi yang baik akan potensi
wisata yang dimiliki desa ini. Selain itu ada juga objek wisata rumah pohon yang menyajikan
pemandangan indah kawasan Bukit Rimbang Baling, dengan tersedianya satu rumah pohon
juga menjadi penarik wisatawan untuk berkunjung kesana dan mengabadikan momennya
ketika berada diatas pohon sambil menampilkan landscape kawasan desa ekowisata desa
tersebut. Adapula ojek wisata sejarah yaitu Batu Belah yang konon katanya tercipta karena
kedatangan Raja Majapahit ke desa Batu Sanggan. Dengan adanya icon desa ini, yakni “batu
belah” maka para wisatawan yang menyenangi wisata sejarah-pun juga dapat menambah
9|P a ge
khazanah daeah setempat serta melihat langsung batu belah yang terletak di pinggiran sungai
Songgan.
Kemudian ada banyak lagi atraksi khas dan menarik yang disuguhkan oleh Desa ini,
beragam atraksi yang ada merupakan implementasi dari kearifan lokal masyarakat yang
memegang teguh adat. Warga yang hidup disana begitu menjunjung tinggi adat istiadat dalam
kehidupan keseharian. Bahkan juga beberapa pemimpin mempunyai langkah sendiri dalam
melindungi kelestarian alam berdasar pada aturan adat. Dua kearifan lokal yang demikian
mencolok di lokasi ini yaitu usaha untuk melindungi kelestarian sungai dan hutan. Untuk
melindungi sungai desa ini mempunyai tradisi Lubuk Larangan, sedang untuk menjaga hutan,
warga masih mempercayai adanya “Datuk Penjaga” yang akan menerkam mereka ketika
merusak hutan. Kemudian juga terdapat tradisi Batobo Mancokau, yaitu panen ikan di Lubuk
Larangan. Sehingga, warga luar daerah atau wisatawan dapat hadir untuk melihat arifnya
warga disana melestarikan sungainya. Selain itu juga ada atraksi makan basamo di Pulau
yakni tradisi masak-memasak di pulau dengan masakan masyarakat khas yakni sambal
bakacau, kemudian juga atraksi belajar motong karet yakni menderes kebun karet. Dengan
beragam atraksi wisata yang khas dan kental dengan adat istiadat ini serta juga berbagai
atraksi buatan telah menjadi satu modal besar bagi desa ekowisata Batu Songgan untuk
menarik minat para wisatawan yang ingin melihat dan turut merasakan langsung beragam
atraksi-atraksi menarik yang ditawarkan.
Kemudian yang kedua, ialah tersedianya amenities (fasilitas tambahan) seperti toilet
darurat, homestay bagi pengunjung yang ingin sekedar melepas penat atau bermalam disana,
serta tersedianya sarana ibadah yakni mushola. Fasilitas tambahan seperti inilah yang
merupakan modal penarik wisatawan untuk berkujung kesana, dengan adanya fasilitas
tambahan maka para wisatawan akan dimudahkan dalam hal penyediaan dan penggunaan
fasilitas umum.
Adapun yang terakhir adalah tersedianya akses(accessibility), satu hal yang menjadi
kendala bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Desa Batu Sanggan ini adalah aksesnya
yang sulit dicapai. Akses transportasi menuju desa ini hanya bisa melalui sungai, dengan
berkisar 40 menit perjalanan dari Pelabuhan Gema dengan perahu kecil bermesin, belum ada
jalan darat menuju tempat ini. Inilah satu kendala terbesar yang dihadapi Desa Batu Sanggan
dalam meningkatkan jumlah kedatangan pengunjung/wisatawan. Jelas ini membutuhkan
perhatian serius bagi pemerintah Kabupaten Kampar khususnya, bahwa ada pemukiman
10 | P a g e
masyarakat yang status desanya definitif. Bagaimana kemudian bisa menciptakan ekonomi
kreatif dan alternatif untuk masyarakat, jika poros utama mempermudah ruang gerak
masyarakat setempat seperti akses jalan saja hingga saat ini tak terwujud oleh pemerintah
daerah.
C. Tujuan Kegiatan
Secara umum penelitian ilmiah bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu objek. Menemukan berarti mendapatkan dan melahirkan sesuatu hal
baru yang sebelumnya tidak ada. Mengembangkan berarti memperluas atau mengkaji lebih
dalam sesuatu yang sudah ada. Sedangkan menguji kebenaran dilakukan jika terdapat
keraguan terhadap apa yang suda ada sebelumnya. Oleh karena itu, tujuan yang hendak
1. Sebagai salah satu syarat Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2018.
2. Mengetahui gambaran umum mengenai Desa batu Sanggan, Kampar Kiri Hulu.
D. Luaran Kegiatan
Adapun luaran dari berbagai program yang kami rancang ini adalah dalam bentuk :
a. Video Dokumenter
11 | P a g e
Video dokumenter yang telah diedit sedemikian rupa kemudian akan diupload ke akun
youtube.
Selain melalaui video dokumenter dan membuat akun-akun media sosial, penulis juga
membuat model pengelolaan ekonomi dan lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya agenda penyuluhan ekonomi kreatif dan pembuatan gerai dengan tujuan mendorong
minat masyarakat sekitar untuk berwirausaha dan memanfaatkan peluang kunjungan para
wisatawan di daerah tersebut. Model pengelolaan lingkungan juga dibuktikan dengan aksi
nyata yaitu dengan membuat tong-tong sampah dan bergotong royong membersihkan desa
bersama dengan masyarakat setempat. Kegiatan tersebut untuk memberikan gambaran umum
kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan demi kesehatan dan kebersihan
desa.
12 | P a g e
E. Rencana Kegiatan
13 | P a g e
masyarakat gotong royong kekeluargaan antar
bersama anggota KKN dengan
masyarakat masyarakat setempat
7. Gerai Maryan Seluruh -Membangun -Sebagai implementasi
i anggota gerai untuk dari penyuluhan
kelompok tempat berjualan ekonomi kreatif
dan pemuda masyarakat -Membangun jiwa
setempat kewirausahaan pada
masyarakat setempat
-Sebagai tempat
beristirahat (stop point)
para wisatawan yang
berkunjung
8. Fun Amriza Seluruh -Membuat -Sebagai hiburan untuk
Weekend l anggota kegiatan bermain seluruh anggota KKN
kelompok dan belajar -Sebagai sarana
dan anak- bersama anak- bermain sambil belajar
anak anak di daerah bagi anak-anak di
didaerah tersebut setiap daerah tersebut
tersebut akhir pekan -Mempublikasikannya
lewat akun-akun media
sosial
14 | P a g e
Jumlah Rp1.330.000
Pembuatan 1 Tali tambang 20 Meter Rp 3.000 Rp 60.000 Bulan
Pojok 2 paku 1 Kg Rp 15.000 Rp 15.000 pertama
Kenangan 3 semen 1 Sak Rp 65.000 Rp 65.000 minggu
3&4
4 kayu 2 Batang Rp165.000 Rp 330.000
5 vernish 4 Kaleng Rp 20.000 Rp 80.000
Jumlah Rp 550.000
Program 1 Cat 4 Ember Rp200.000 Rp 800.000 Bulan
Sadar 2 Kuas 4 Buah Rp 30.000 Rp 120.000 Pertama
Kebersihan minggu 2 &
4 dan bulan
kedua
minggu 2
Jumlah Rp 920.000
Pembuatan 1 kayu 2 Batang Rp165.000 Rp 330.000 Bulan kedua
Gerai 2 Triplex 1 Lembar Rp 70.000 Rp 70.000 minggu 3
3 paku 1 Kg Rp 15.000 Rp 15.000
Jumlah Rp 415.000
Acara Fun 1 Origami 1 Bungkus Rp 50.000 Rp 50.000 Bulan
Weekend pertama
minggu
2,3,4 &
Bulan
Kedua
minggu
1,2,3
2
Jumlah Rp 50.000
Lain-Lain 1 Penggandaan 3 Buah Rp 10.000 Rp 30.000 Selama
Proposal Kegiatan
2 name tag 10 Buah Rp 3.000 Rp 30.000 KKN
3 spanduk 3x4 1 Buah Rp100.000 Rp 100.000 Tematik
4 spanduk 2x3 1 Buah Rp 50.000 Rp 50.000 Berlangsung
5 HVS 2 Rim Rp 42.000 Rp 84.000
6 spidol 3 Buah Rp 8.000 Rp 24.000
7 lem kertas 5 Buah Rp 5.000 Rp 25.000
8 selotip 3 Buah Rp 15.000 Rp 45.000
9 hekter 1 Buah Rp150.000 Rp 150.000
tembak
10 isi hekter 1 Kotak Rp 50.000 Rp 50.000
tembak
11 pena 1 Kotak Rp 20.000 Rp 20.000
12 tinta Printer 1 Botol Rp 90.000 Rp 90.000
Jumlah Rp 698.000
JUMLAH Rp4.993.000
15 | P a g e
G. Penutup
Pesona alam Desa Batu Sanggan sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan dengan
baik. Masih sedikit sekali masyarakat Provinsi Riau yang mengetahui potensi wisata di
daerah tersebut, mulai dari kearifan lokal, perayaan adat maupun potensi wisata alam dan
buatan. Alih-alih melihat sektor wisata sebagai sumber pemasukan daerah, kebanyakan
masyarakat di Desa Batu Sanggan di dominasi dengan profesi sebagai buruh karet.
Maka, penulis dapat menulis kesimpulan bahwa potensi ekowisata di Desa Batu
Sanggan ini dapat dimaksimalkan dan dapat diperkenalkan ke publik secara lebih luas jika
seluruh masyarakat dan stakeholders yang terkait saling bekerjasama untuk membuat
perayaan atau festival rakyat sebagai wujud atraksi, meningkatkan pelayanan publik seperti
menyediakan spot berfoto untuk dijadikan kenang-kenangan para wisatawan yang
berkunjung sebagai wujud fasilitas mendukung dan yang tak kalah penting adalah
bekerjasama dengan pemerintah kabupaten sambil berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi
untuk membuka akses jalan darat menuju desa tersebut sebagai wujud dari peningkatan
aksesibilitas.
Jika seluruh elemen yang diperlukan diatas telah ada dan dapat dijalankan dengan
baik oleh seluruh pihak terkait, maka masyarakat pun akan sadar bahwa daerah mereka
sangat berpotensi untuk tidak hanya menggantukan nasib ekonomi pada sektor perkebunan,
namun juga pada sektor wisata. Sehingga peningkatan ekowisata di Desa Batu Sanggan,
Kabupaten Kampar dapat berdampak secara signifikan pada kemandirian ekonomi pedesaan.
16 | P a g e
H. Biodata Anggota
17 | P a g e
I. Lampiran
18 | P a g e
3. Fuad Fadlilah Ibrahim
4. Bagus Aprianto
19 | P a g e
5. Alifia Ayu Kinanti Y. S
6. Fiki Sanora
20 | P a g e
7. Maryani Aritonang
21 | P a g e
9. Yola Yohana Damanik
10. Amrizal
22 | P a g e
b) Sertifikat Pendukung
23 | P a g e
24 | P a g e
25 | P a g e
26 | P a g e
27 | P a g e
28 | P a g e
29 | P a g e
30 | P a g e
31 | P a g e
32 | P a g e
33 | P a g e
c) Contoh Desain
34 | P a g e
35 | P a g e
d) Rancang Bangunan
1. Musholah
Denah
Perspektif
36 | P a g e
Tampak Depan
Tampak Belakang
37 | P a g e
Tampak Atas
Tampak Kanan
38 | P a g e
Tampak Kiri
39 | P a g e
2. Pojok Kenangan
Ayunan
Tampak Belakang
40 | P a g e
Tampak depan
Tampak Kanan
41 | P a g e
Tampak Kiri
Tampakatas
42 | P a g e
Perspektif
43 | P a g e
44 | P a g e