Anda di halaman 1dari 5

Praktikum Ekologi, Semester Ganjil (5) 1-4.

2018@Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau; Pekanbaru

PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN UNTUK MENGETAHUI KONDISI FAKTOR


FISIKA DAN KIMIA PADA LINGKUNGAN MIKRO YANG BERBEDA
Rara Pritia Ayu Saputry
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Pekanbaru 28293
email : rara.pritia2959@student.unri.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fisika dan kimia
lingkungan terhadap lingkungan mikro yang berbeda (di bawah naungan pohon, daerah
transisi/peralihan dan di daerah terbuka/terdedah). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau pada tanggal 20 September 2018.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Setelah dilakukan
eksperimen, beberapa data yang diperoleh dari hasil eksperimen menunjukkan bahwa faktor iklim,
fisika, dan kimia tanah berpengaruh terhadap lingkungan mikro. Dan beberapa data yang lain tidak
menunjukkan hasil yang sesuai dengan teori tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah waktu untuk melaksanakan praktikum yang singkat, alat yang digunakan untuk
mengukur terbatas jumlahnya serta cara pengukuran yang tidak sesuai.

Kata Kunci: Faktor fisika, faktor kimia, lingkungan mikro

PENDAHULUAN
Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan
faktor kimia. Faktor fisika antara lain adalah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur
tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-
unsur mineral tanah. (Suin,1997:1).
Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan.
Interaksi antara temperatur dan kelembaban, seperti pada khususnya interaksi
kebanyakan faktor tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor
(Odum, 1996:34).
Berdasarkan hal diatas, terdapat rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh
faktor fisika dan kimia lingkungan terhadap lingkungan mikro yang berbeda (di
bawah naungan pohon, daerah transisi/peralihan dan di daerah terbuka/terdedah).
Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian ini.

METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau pada tanggal 20 September 2018.
Alat yang digunakan adalah sendok, garpu, gelas aqua, termohygrometer, termometer
Hg, lux meter, soil tester, neraca analitik, oven , furnace muffle. Bahan yang
digunakan adalah tanah cuplikan, aquades.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Cara kerja
dalam pengukuran faktor iklim (iklim mikro) adalah; (1)Lakukan pengukuran
temperatur udara dan kelembaban relative udara menggunakan termohygrometer

1
Praktikum Ekologi, Semester Ganjil (5) 1-4.
2018@Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau; Pekanbaru

pada ketinggian 1 dan 2 meter dari permukaan tanah masing-masing 5 menit, (2)
Hasil pengukuran ditulis dalam bentuk tabel pengamatan.
Cara kerja dalam pengukuran faktor tanah adalah; (1)Lakukan pengukuran suhu
pada permukaan tanah dan pada kedalaman 30 cm menggunakan thermometer Hg,
(2)Ukurlah pH dan kelembaban tanah menggunakan soil tester selama 5 menit lalu
amati hasilnya, (3)Ukurlah Kadar Air Tanah (KAT) dengan cara pengeringan.
Timbanglah sampel tanah sebanyak 20 gr, kemudian keringkan dalam oven pada
suhu 105°C selama 2 jam lalu timbang beratnya; (4)Ukurlah Kadar Organik Tanah
(KOT) dengan cara membakar 5 gr tanah yang sudah dikeringkan dalam tungku
pembakar pada suhu 600°C selama 3 jam, lalu timbang beratnya; (5)Hasil
pengukuran dicatat pada tabel pengamatan.
Parameter yang diamati adalah temperatur udara (°C), kelembapan udara (%),
intensitas cahaya (lux), temperatur tanah (°C), kelembapan tanah (%), pH tanah,
Kandungan Air Tanah (%), Kandungan Organik Tanah (%).
Rumus yang digunakan untuk menghitung KAT dan KOT:
KAT = ((Berat Basah − Berat Kering / Berat Basah)) × 100 %
KOT = ((Berat Kering – Berat Abu / Berat Kering)) × 100 %

PEMBAHASAN
A. Pengukuran Faktor Iklim Mikro
1500
1000
Ketinggian (1m)

500 Temperatur udara (°C)

0 Kelembaban udara (%)


Daerah Daerah Daerah RERATA Intensitas cahaya (lux)
ternaung transisi terbuka

Faktor Lingkungan
Grafik 1. Hasil pengukuran temperatur udara, kelembaban relatif udara,dan intensitas cahaya
pada daerah ternaung, transisi dan terbuka pada ketinggian 1 meter.

2000
1500
1000
Ketinggian (2m)

Temperatur udara (°C)


500
0 Kelembaban udara (%)
Daerah Daerah Daerah RERATA Intensitas cahaya (lux)
ternaung transisi terbuka

Faktor Lingkungan

2
Praktikum Ekologi, Semester Ganjil (5) 1-4.
2018@Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau; Pekanbaru

Grafik 2. Hasil pengukuran temperatur udara, kelembaban relatif udara,dan intensitas cahaya
pada daerah ternaung, transisi dan terbuka pada ketinggian 2 meter.
Grafik 1 dan 2 menunjukkan perbandingan hasil pengukuran temperatur udara,
kelembaban relatif udara, dan intensitas cahaya pada daerah ternaung, transisi, dan
terbuka pada ketinggian 1 m dan 2 m. Hasil pengukuran temperatur udara pada
daerah ternaung ketinggian 1 m dari permukaan tanah sama dengan hasil pengukuran
temperatur udara pada daerah ternaung ketinggian 2 m. Pada daerah transisi,
temperatur udara pada ketinggian 1 m sama dengan temperatur udara ketinggian 2 m.
Sedangkan pada daerah terbuka, temperatur udara pada ketinggian 1 m lebih rendah
dari temperatur udara ketinggian 2 m. Menurut Lakitan (2002), temperatur udara
dipengaruhi oleh ketinggian tempat, temperatur udara akan semakin rendah seiring
dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan tanah.
Hasil pengukuran kelembaban udara daerah ternaung ketinggian 1 m dari
permukaan tanah lebih rendah dari kelembaban udara daerah ternaung ketinggian 2
m. Pada daerah transisi, kelembaban udara ketinggian 1 m lebih tinggi dari
kelembaban udara ketinggian 2 m. Pada daerah terbuka, kelembaban udara ketinggian
1 m lebih rendah dari kelembaban udara ketinggian 2 m.
Hasil pengukuran intensitas cahaya pada daerah ternaung ketinggian 1 m dari
permukaan tanah lebih rendah dari intensitas cahaya ketinggian 2 m. Pada daerah
transisi, intensitas cahaya ketinggian 1 m lebih rendah dari intensitas cahaya
ketinggian 2 m. Pada daerah terbuka, intensitas cahaya ketinggian 1 m lebih rendah
dari intensitas cahaya ketinggian 2 m.

B. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Tanah

Temperatur tanah Kelembapan tanah pH


Keterangan
(°C) (%) tanah
Permukaan 25 55
5 Ternaung
Kedalaman 30 cm 25 -
Permukaan 25 50
5 Transisi
Kedalaman 30 cm 24 -
Permukaan 32 40
6 Terbuka
Kedalaman 30 cm 30 -

Tabel 1. Hasil pengukuran temperatur tanah , kelembapan tanah dan pH tanah pada permukaan
dan kedalaman 30 cm tanah daerah ternaung,transisi,dan terbuka.

Temperatur tanah pada daerah ternaung di permukaan sebesar 25°C dan di kedalaman 30
cm sebesar 25°C. Hasil yang diperoleh tersebut tidak memiliki perbedaan. Pada daerah transisi,
temperatur tanah di permukaan sebesar 25°C dan di kedalaman 30 cm sebesar 24°C. Pada daerah
terbuka, temperatur tanah pada permukaan sebesar 32°C dan di kedalaman 30 cm sebesar 30°C.
Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kedalaman permukaan tanah maka

3
Praktikum Ekologi, Semester Ganjil (5) 1-4.
2018@Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau; Pekanbaru

semakin rendah temperatur tanah yang diperoleh. Selain itu, temperatur tanah juga dipengaruhi
oleh kondisi suatu daerah. Semakin rendah intensitas cahaya matahari maka semakin tinggi
temperatur tanah yang diperoleh.
Kelembaban tanah juga dipengaruhi oleh kedalaman tanah dan kondisi suatu daerah.
Semakin tinggi kedalaman permukaan tanah maka semakin tinggi kelembaban tanah yang
diperoleh. Pada penelitian ini hanya mengukur kelembaban tanah pada permukaan tanah saja, dan
tidak mengukur kelembaban tanah pada kedalam 30 cm. Hasil pengukuran kelembaban tanah
daerah ternaung, transisi, dan terbuka pada permukaan tanah berturut-turut yaitu; 55%, 50%, dan
40%.
Hasil pengukuran pH tanah yang dilakukan pada daerah ternaung, transisi dan terbuka
pada permukaan tanah berturut-turut yaitu ; 5 ,5 dan 6. Tanah yang basah dan mengandung
banyak air pH-nya cenderung bersifat netral atau basa, sedangkan tanah yang kering dan
mengandung sedikit air cenderung bersifat asam.
Kadar air tanah dan kadar organik tanah dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari pada
suatu daerah. Kadar air tanah (KAT) pada daerah ternaung, transisi dan terbuka berturut-turut
adalah 26%, 12%, dan 9,7%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas cahaya
matahari yang ada disuatu daerah maka semakin rendah kadar air tanah yang dimiliki pada tanah
di daerah tersebut.
Kadar organik tanah (KOT) pada daerah ternaung, transisi dan terbuka berturut-turut adalah
7,5%, 2,2% dan 5,4%. Menurut teori yang ada menyatakan bahwa semakin tinggi intensitas
cahaya matahari yang ada disuatu daerah maka semakin rendah kadar organik tanah yang
dimiliki pada tanah di daerah tersebut. Pada pengukuran KOT diperoleh bahwa tanah pada daerah
terbuka memiliki KOT lebih tinggi dibandingkan pada daerah transisi. Hal ini dapat disebabkan
oleh kesalahan dalam melakukan pengamatan dan pengukuran.

KESIMPULAN
Lingkungan mikro sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, topografi dan geografi
permukaan bumi serta faktor biotik. Ketinggian suatu tempat dari permukaan tanah
mempengaruhi temperatur udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya pada suatu tempat.
Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan tanah maka temperatur udara dan kelembaban udara
semakin rendah. Semakin tinggi suatu tempat maka intensitas cahaya juga akan semakin tinggi.
Intensitas cahaya matahari berpengaruh terhadap lingkungan. Apabila intensitas cahaya
yang tinggi, maka temperatur tanah akan semakin tinggi dan kelembaban tanah akan semakin
rendah. Selain itu, kadar air tanah dan kadar organik tanah juga akan semakin rendah jika
intensitas cahaya matahari tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Odum, E. P., 1996, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press, Yogyakarta.
Suin, N. M., 1997, Ekologi Hewan Tanah, Bumi Aksara, Jakarta
Soetjipta, 1993, Dasar-dasar Ekologi Hewan, Depdikbud Dirjen Dikti, Yogyakarta.
Fauziah dan Fitra, 2018, Panduan Praktikum Ekologi, UNRI, Pekanbaru.
Ewusie, J. Y., 1990, Ekologi Tropika, ITB, Bandung.

4
Praktikum Ekologi, Semester Ganjil (5) 1-4.
2018@Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau; Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai