EKOLOGI POPULASI
OLEH
LABORATORIUM PENDIDIKAN 4
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I. PENDAHULUAN
Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi dari
berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti :kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk
setiap benda hidup dimengerti dari segi hubungannya. Bukan hanya dengan alam
secara fisik -termasuk tanah, air dan iklim- tetapi juga dengan benda hidup lain
(Pratiwi, 2000).
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan
waktu tertentu. Contoh populasi dari komunitas sungai dapat berupa populasi
rumput, populasi ikan, populasi kepiting, popuasi kerang, populasi sumpil, dan lain-
lain. Contoh populasi dari komunitas sawah dapat berupa populasi padi, populasi
tikus, populasi ular, dan lain-lain. Antara populasi yang satu dengan populasi lain
selalu terjadi interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Dapat dikatakan juga bahwa ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi, dan produktivitas. Contoh
dari wujud ekosistem di sekitar kita salah satunya adalah ekosistem perairan seperti
sungai, danau atau laut dan ekosistem darat seperti ekosistem sawah ataupun kebun
(Soegianto, 1994).
kondisi lainnya, yaitu berupa perpindahan status dari sati titik ke titik berikutnya.
Perubahan tersebut adalah suatu proses yang dinamis sepertijuga pada semua proses
perjalanan waktu, ada yang berlangsung secara cepat dan ada yang lambat, dan itu
dengan uji regresi linear terhadap waktu dan kepadatan populasi. Selain itu
persamaan eksponensial perlu diubah menjadi bentuk persamaan linear yaitu sebagai
berikut :
Nt = N0 . erx
InNt = In Nt + r . t
dimana semakin lama tekanan itu semakin membesar akibat daya dukung lingkungan
sudah semakin dekat. Akhirnya besarnya kepadatan populasi hewan tersebut sampai
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan
Setiap organisme di permukaan bumi selalu dan terus berusaha agar jenisnya lestari.
lingkungan tetapi mereka juga dipengaruhi oleh factor lingkungan (Ewusi, 1990).
Untuk itu setiap organisme akan berusaha tumbuh dan berkembangbiak dan
mereka akan mencari daerah yang lingkungannya optimum bagi pertumbuhan dan
tempat yang cocok baginya secara fisik dan tersedianya makanan yang cukup serta
Dalam hal ini terjadi interaksi antara spesies tersebut dengan segala factor
lingkungan, baik factor lingkungan biotic maupun abiotik. Dari lingkungannya itulah
spesies tersebut mendapat energi (sumber makanan) untuk dapat bertahan hidup,
kelimpahan spesies tersebut di lingkungannya itu. Bila semua factor lingkungan itu
optimal baginya maka, dapatlah spesies tersebut tumbuh dan berkembang dengan
optimal pula. Demikian pula sebaliknya jika kompleksitas factor lingkungan tersebut
Kepadatan populasi suatu spesies disuatu tempat tidak pernah tetap. Kelahiran
secara genetic untuk menghasilkan keturunan yang terkait dengan fekunditas dan
fertilitas. Selain itu juga ditentukan oleh lingkungan biotis (parasit dan predator) dan
ketersediaan bahan makanan serta tempat berlindung. Juga ditentukan oleh factor
dasar dari suatu populasi yang dikenal dengan kepadatan populasi. Yang ditentukan
populasi dari daerah yang lain), dan emigrasi (keluarnya anggota populasi ke daerah
lain). Kepadatan populasi merupakan besarnya ukuran populasi pada areal tertentu
yang dinyatakan sebagai jumlah individu, biomassa populasi persatuan luas atau
yang hidup disana. Bila karena suatu hal keadaan suatu lingkungan berubah menjadi
ekstrim bagi kehidupan suatu organisme maka organisme terpaksa bermigrasi kearah
lain atau mati. Sebaliknya bila perubahan factor lingkungan sangat optimal bagi
Yaitu kurva eksponensial dan sigmoid. Kurva eksponensial dapat dipakai jika laju
interval yang pendek suatu individu mempunyai kemungkinan untuk kematian. Hal
Perubahan kepadatan merupakan perubahan suatu titik dalam suatu ruang yang
berdimensi banyak dalam selang waktu yang mengikuti suatu lintasan atau trayektori
dari system. Dalam hal ini perubahan terjadi dalam waktu tertentu. Jadi waktu
merupakan salah satu dimensi dari perubahan tersebut. Perubahan dalam dimensi
pendukung pertumbuhan populasi tidak pernah cukup tersedia dialam. Musuh alami
baik berupa predator maupun bibit penyakit akan makin beroperasi dalam menekan
batasnya dimana anggota populasi mencapai maksimum pada batas daya dukung.
berhenti tumbuh. Dan kurva dalam kondisi ini disebut sigmoid yang serupa huruf S.
Pada kurva dikenal fase tersendat (liog), fase pertumbuhan menanjak naik
dengan kelahiran. Selain mortalitas juga dikenal migrasi atau perpindahan individu
Pemencaran merupakan bagian yang penting dalam siklus hidup organisme. Hal ini
dapat mencegah inbreeding dan proses ekologi yang menghasilkan aliran gen antara
populasi local. Pemencaran ini diatur oleh pembatasan distribusi geografik dan
peneluran telur, perbanyakan secara aseksual, produksi spora serta biji. Laju natalitas
adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh satu induk per satuan waktu. Natalitas
tergantung pada ukuran per sarang (clutch size) atau jumlah dihasilkan pada tiap
kelahiran, waktu antara satu kejadian reproduksi dengan kejadian selanjutnya dan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 18 Maret 2014, pada
Padang.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol selai sebanyak 5 buah,
kain kasa untuk penutup botol dan karet gelang. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah kutu beras (Sitophylus oryzae) sebanyak 50 pasang, beras, ketan hitam, ketan
Beras, ketan hitam, ketan putih, kacang padi dan jagung ditimbang masing-
dengan beberapa lapis kain kasa dan diikat dengan karet gelang , kemudian disimpan
ditempat yang gelap. Setiap minggunya dihitung jumlah Sitophylus oryzae yang
terdapat dalam masing-masing botol, baik itu yang hidup maupun yang mati. Dan
pengamatan ini dilakukan selama 8 minggu. Data yang didapat dimasukkan ke kurva
Dari table 1 dapat dilihat bahwa ada perbedaan laju populasi dari setiap perlakuan
yang diberikan kepada kumbang beras. Dengan begini berarti jenis makanan yang
didapat juga mempengaruhi laju pertumbuhan populasi. Kumbang beras yang
diletakkan pada botol yang berisi ketan hitam memiliki jumlah kumbang beras yang
paling banyak diantara botol yang diberi jenis makanan yang berbeda lainnya, yaitu
sebanyak 515 ekor. Lalu diikuti oleh beras sebanyak 200 ekor. Sedangkan pada jenis
makanan berupa jagung, maka kumbang beras yang hidup hanya satu ekor saja dan
mengalami pengurangan individu setiap minggunya.
Selanjutnya pada pemberian makanna berupa kacang hijau, jumlah individu
terus berkurang setiap minggunya dan seluruh kumbang beras ini mati setelah tiga
minggu pengamatan. Sedangkan pada pemberian makanan berupa kacang kedelai,
kumbang beras seluruhnya mati pada minggu ke dua. Ini dikarenakan struktur
makanan pada kacang hijau dan kacang kedelai sanh=gatlah keras sehinga kutu beras
tidak mampu bertahan lama. Sedangkan pada ketan hitam yang memiliki struktur
yang lunak maka kumbang beras dapat bertahan hidup lebih lama dan mampu
bereproduksi hinga laju pertumbuhan populasi semakin banyak.
Kumbang beras yang biasanya hidup didalam beras, ketika diberi ekosistem
yang berbeda maka akan menunjukan reaksi yang berbeda pula. Ada yang meningkat
dan adapula yang menurun, ini tergantung pada jenis makanan yang diberikan.
Menurut Odum (1971) populasi akan memperlihatkan suatu peningkatan atau
penyusutan secara terus menerus, kecuali jika lingkungannya berubah dengan sangat
cepat atau terjadi perubahan populasi secara drastis. Pada umumnya populasi akan
menunjukkan perubahan yang stabil, apabila lingkungan yang mendukung untuk
kehidupan organisme.
Preferensi sejenis serangga terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli zat
kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi dan
adaptasi struktur. Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok
bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya
populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan
makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang diperlukan,
rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan
bentuk materialnya. Sudah merupakan hukum alam walaupun semua faktor
lingkungan cukup baik bagi kehidupan sarangga, pada akhirnya kehidupan dan
perkembangan serangga ditentukan oleh ada tidaknya faktor makanan.Syarat agar
makanan dapat memberikan pengaruh yang baik adalah tersedianya makanan dalam
jumlah yang cukup dan cocok untuk pertumbuhan serangga (Kartasapoetra, 1991).
Makanan yang cukup sangat diperlukan pada tingkat hidup yang aktif,
terutama sejak penetasan telur berlanjut pada stadium larva dan kadang-kadang pada
tingkat setelah menjadi imago. Kumbang bubuk beras menyukai biji yang kasar dan
tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung.
Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena imago
tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Kartasapoetra, 1991).
Berkembangnya serangga hama gudang berhubungan dengan kadar amilosa,
bentuk beras, kekerasan dan kandungan nutrisi beras. Menurut Damardjati dan Siwi
(1982) kadar amilosa yang tinggi akan menurunkan daya cerna pati oleh α-amilase
yang terdapat dalam air liur serangga. Dengan menurunnya daya cerna pati maka,
kandungan gula perduksi yang dihasilkan melalui pemecahan pati oleh α-amilase dan
β-amilase menjadi rendah. Berdasarkan hal ini, maka gula yang dikonversi oleh
serangga untuk menjadi energi menjadi rendah, maka perkembangan serangga
menjadi lambat dan populasi serangga menjadi rendah.
Perkembangan serangga, kumbang beras sangat menyukai beras pecah kulit
yang masih memiliki lapisan aleuron yang kaya akan protein. Ketebalan lapisan ini
tergantung pada varietas. Varietas yang memiliki bentuk beras yang lebih pendek dan
bulat cenderung mempunyai lapisan sel yang banyak dibandingkan dengan varietas
yang panjang dan lonjong. Perkembangan telur sampai dewasa dari Sitophillus
oryzae di dalam biji beras sehingga hama ini akan memilih beras dengan ukuran dan
bentuk yang mampu menjadi tempat perkembangnya serta tempat makannya,
sehingga kumbang beras lebih bisa bertahan lama pada beras ketan hitam daripada
yang lainnya.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
beda.
2. Laju pertumbuhan kumbang beras yang paling banyak adalah pada pemberian
3. Laju pertumbuhan kumbang beras yang paling rendah adalah pada pemberian
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan adalah agar praktikan lebih hati-hati lagi
dalam praktikum dan mengerjakan praktikum sesuai dengan apa yang telah
pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Damardjati, D.S. & B.H. Siwi. 1982. Kadar dan Mutu Protein Beras serta
Permasalahannya. Makalah yang disampaikan dalam Simposium Nasional
Pangan dan Gizi.26-28 Nopember. Yogyakarta
Ewusi, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. PT. Bumi Aksara. Jakarta
Molles, Manuel C,Jr. 2004. Ecology Concepts And Applications. Third Edition. Mc
Grow Hill. New Mexico