Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HEWAN

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI


OLEH:
KELOMPOK V B

REVA AULIA QORRI (1710421014)


SAIDINA BIMA (1710421026)
YUNI ZAHARA (1710421030)
AQSHA INEZA (1710422008)

ASISTEN PENANGGUNGJAWAB
DWI MERYASTUTI
VIKA WIDYAWATI

LABORATORIUM PENDIDIKAN IV

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Populasi adalah sekelompok individu sejenis yang terdapat di suatu daerah dan waktu
tertentu. Populasi dapat didefinisikan pada berbagai skala ruang. Beberapa karakteristik
populasi diantaranya adalah kehidupan, ukuran, dispersi, rasio kelamin, struktur atau
komposisi umur, dan dinamika (Campbell, 2010). Perubahan ukuran dalam populasi
disebut dinamika populasi. Perubahan ini dihitung dengan menggunakan rumus
perubahan jumlah dibagi waktu, hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi.
Penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi adalah oleh bencana alam, kebakaran,
serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Karakteristik
khas yang terdapat dalam populasi antara lain kepadatan (densitas), laju kelahiran
(natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk
pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi
(Waluya, 2011).
Pertumbuhan populasi hewan di alam dibedakan atas golongan yang mempunyai
sifat satu kali berkembang biak dan beberapa kali berkembang biak. Untuk itu maka
pertumbuhan populasi organisme dibedakan atas dua golongan yaitu organisme dengan
satu generasi (discret generation), dan organisme dengan generasi lebih dari satu
(continous generation). Kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan yang terbatas
disebut kurva bentuk S (sigmoid). Pada kurva ini dikenal laju pertumbuhan pada fase
tersendat (lag phase), fase menanjak naik (accelerating growth phase), fase
pertumbuhan melambat (decelerating growth phase) dan periode keseimbangan
(equilibrium period) (Ewusi, 1990).
Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya individu
lain yang berasal dari daerah lain (imigrasi). Pengurangan terhadap suatu populasi dapat
disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya individu dari populasi
tersebut ke luar wilayah (Campbell, 2010). Dinamika poulasi dapat juga disebabkan
imigrasi dan emigrasi. Hal ini khususnya untuk organisme yang dapat bergerak,
misalnya hewan dan manusia. Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme ke
daerah lain atau peristiwa yang didatanginya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi
(Waluya, 2011).
Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya individu
lain yang berasal dari daerah lain (migrasi) dan karena adanya kelahiran kelahiran
(natalitas). Pengurangan terhadap suatu populasi dapat disebabkan karena kematian
(mortalitas) atau karena keluarnya individu dari populasi tersebut. Dinamika populasi
berada pada wilayah kajian antara biologi populasi dan matematika populasi. Biologi
populasi lebih banyak membutuhkan dasar keilmuan biologi dan sedikit atau kurang
memanfaatkan matematika. Sedangkan matematika populasi lebih banyak atau dominan
dalam matematika dan sedikit memanfaatkan biologi (Saputra, 2007).
Semua populasi dengan data jangka panjang yang tersedia menunjukkan
sejumlah fluktuasi dalam hal jumlah. Fluktuasi juga memberikan wawasan kepada para
ahli ekologi mengenai apa yang mengatur ukuran populasi. Penelitian terhadap dinamika
populasi (population dynamics) berfokus pada interaksi-interaksi komplek antara faktor
biotik dan abiotik yang menyebabkan variasi dalam hal ukuran populasi (Campbell,
2010).
Kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika serangga memilih sumber
makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau dalam proses
perkembangbiakan keturunannya. Sebagai contoh, kandungan protein, lemak dan fosfor
yang tinggi pada komoditas sorgum dibanding beras dan jagung, ternyata sorgum lebih
cocok untuk perkembangbiakan serangga Sitophilus sp. Fenomena tersebut memberikan
indikasi bahwa kualitas makanan suatu bahan mempunyai arti yang sangat dalam
kaitannya dengan percepatan perkembangbiakan serangga yang pada akhirnya
berpengaruh pada tingkatan serangan yang dilakukannya (kualitas dan kuantitas
serangan) (Michael, 2000).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Laju Pertumbuhan Populasi ini adalah untuk mengetahui
laju pertumbuhan populasi Sitophilus oryzae pada berbagai media.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu
tertentu. Contoh populasi dari komunitas sungai dapat berupa populasi rumput, populasi
ikan, populasi kepiting, popuasi kerang, populasi sumpil, dan lain lain. Contoh populasi
dari komunitas sawah dapat berupa populasi padi, populasi tikus, populasi ular, dan lain-
lain. Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam komunitasnya (Winatasasmita, 1993).
Estimasi ukuran populasi dapat dilakukan (berdasarkan densitas yang diperoleh)
dengan hanya mengamati sebagian dari kawasan yang hendak diduga, namun daerah
contoh harus dapat mewakili seluruh kawasan. Beberapa sumber menyarankan agar
areal (contoh) yang diamati mencapai 10 – 15% dari luas total kawasan yang hendak
diduga, tetapi beberapa berpendapat bahwa estimasi ukuran populasi sudah cukup akurat
hanya dengan mengamati areal contoh seluas 5 % dari luas total kawasan yang hendak
diduga. Namun demikian, yang paling penting dijadikan sebagai patokan persyaratan
agar data yang diperoleh berlaku umum untuk seluruh kawasan adalah bahwa areal
contoh harus dapat mewakili seluruh kondisi kawasan studi seperti tipe habitat, kualitas
habitat, ketinggian dan topografi, serta parameter-parameter lain (yang terjadi di dalam
kawasan) yang dapat mempengaruhi keberadaan / kehadiran dan/ atau kelangsungan
hidup spesies yang hendak diduga (Tobing, 2008).
Pertumbuhan populasi merupakan suatu perubahan dari suatu kondisi ke kondisi
lainnya, yaitu berupa perpindahan status dari satu titik ke titik berikutnya. Perubahan
tersebut adalah suatu proses yang dinamis seperti juga pada semua proses dalam semua
sisitem biologi. Pertumbuhan populasi mengalami perubahan sepanjang perjalanan
waktu, ada yang berlangsung secara cepat dan ada yang lambat, dan itu merupakan suatu
perubahan yang dinamis (Suin, 2003).
Menurut Siregar (2014), faktor yang menentukan tinggi rendahnya populasi
suatu organisme terdiri dari faktor internal, eksternal, dan makanan. Faktor internal
serangga meliputi siklus hidup, sex ratio, dan keperidian. Siklus hidup yaitu lamanya
waktu perkembangan serangga mulai telur hingga serangga tersebut meletakkan telur
untuk pertama kali. Semakin pendek siklus hidup maka perkembangan populasi
serangga akan semakin cepat. Sex ratio adalah perbandingan serangga jantan dan betina
yang mana semakin banyak betina yang dihasilkan akan semakin cepat populasi
serangga tersebut berkembang.
Kepadatan populasi suatu spesies disuatu tempat tidak pernah tetap. Kelahiran
menyebabkan bertambahnya anggota populasi sedangkan kematian menyebabkan
berkurangnya anggota populasi. Kelahiran ditentukan oleh kapasitas organisme secara
genetik untuk menghasilkan keturunan yang terkait dengan fekunditas dan fertilitas.
Selain itu juga ditentukan oleh lingkungan biotis (parasit dan predator) dan ketersediaan
bahan makanan serta tempat berlindung. Juga ditentukan oleh faktor kesanggupan
bertemunya spesies organisme jantan dan betina (Odum, 1983).
Menurut Molles (2004) laju pertumbuhan populasi dibagi 2 yaitu pertumbuhan
populasi yang berbentuk eksponensial dan pertumbuhan populasi berbentuk sigmoid.
Laju pertumbuhan populasi eksponensial dapat terjadi apabila suatu populasi mengalami
kelimpahan atau cukup dari makanan yang diperolehnya. Untuk membuktikan bahwa
pertumbuhan populasi berbentuk eksponensial dapat dilakukan dengan uji regresi linear
terhadap waktu dan kepadatan populasi.
Menurut Sukarman (2012), perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga
jantan dan betina yang diturunkan oleh serangga betina kadang kadang berbeda, antara
jenis betina dan jenis jantan adalah dua berbanding satu, lebih banyak jenis betinanya.
Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari jumlah jantan,
diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang lebih besar, bila
dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan yang menunjukkan
jumlah jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina.
Sitophilus oryzae mengalami metamorfosa sempurna (holometabola) yaitu dalam
perkembangan dari telur sampai dewasa melalui empat stadium yaitu telur, larva, pupa
dan imago. Imago merusak butiran bahan dengan bentuk alat mulutnya yang khas yaitu
berbentuk seperti moncong (rostrum), dikhususkan untuk melubangi butiran beras,
butiran jagung atau bebijian lainnya yang keras. Bebijian yang terserang, terutama beras
akan menjadi berlubang-lubang kecil-kecil sehingga mempercepat hancurnya bijian
tersebut menjadi seperti tepung. Kerusakan yang berat mengakibatkan adanya
gumpalan-gumpalan pada bahan pascapanen akibat adaanya/bercampurnya air liur larva
dan kotoran yang dihasilkan oleh serangga (Mallis, 2004).
Menurut Siregar (2014), perkembangan telur sampai dewasa dari Sitophilus
adalah di dalam biji beras sehingga hama ini akan memilih beras dengan ukuran dan
bentuk yang mampu menjadi tempat perkembangnya serta tempat makannya. Untuk
butir mengapur, dapat terjadi karena granula pati yang kurang padat/rapat, sehingga
tekstur menjadi lebih rapuh. Kekerasan beras pecah kulit berkolerasi positif dengan
ketahanan beras terhadap Sitophilus sp. Daur hidup dari Sitophilus oryzae, betina
sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam butiran beras maupun
biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat (gelatinoum). Stadium telur
berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan panjangnya kira-kira 0,5 mm.
Imago Sitophilus spp. berwarna hitam, hitam kecoklatan dan coklat. Serangga
betina bertelur sepanjang stadium dewasa. Setiap betina mampu bertelur lebih dari 150
butir. Telur diletakkan satu per satu dalam lubang yang dibuat oleh serangga betina pada
biji yang diserangnya. Telur dilindungi oleh lapisan lilin/gelatin hasil sekresi serangga
betina. Periode telur berlangsung selama 6 hari pada suhu 25℃. Setelah menetas, larva
segera memakan bagian biji yang di sekitarnya dan membentuk lubang-lubang. Larva
terdiri dari empat instar. Periode pupa berlangsung di dalam biji. Serangga dewasa yang
baru muncul segera membuat jalan keluar dengan cara menggerek bagian biji tersebut
sehingga membentuk lubang besar yang karakteristiknya khas. Total periode
perkembangan serangga ini antara 35-40 hari, tergantung jenis dan mutu biji yang
diserangnya (Kalshoven, 1981).
Menurut Sukarman (2012), faktor dalam yang mempengaruhi daya tahan
serangga untuk dapat tetap hidup dan berkembangbiak antara lain adalah kemampuan
berkembang biak. Kemampuan berkembang biak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh
kecepatan berkembang biak, keperidian dan fekunditas. Serangga umumnya memiliki
keperidian yang cukup tinggi. Semakin kecil ukuran serangga, biasanya semakin besar
keperidiannya. Sedangkan fekunditas (kesuburan) adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seekor betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan,
makalebih tinggi kemampuan berkembang biaknya.
Perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan betina yang
diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda, misalnya antara jenis betina dan
jenis jantan dari keturunan penggerek batang (Tryporyza) adalah dua berbanding satu,
lebih banyak jenis betinanya. Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betina
lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan
berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki
perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina
(Kertasapoetra, 1991).
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, serangga memiliki alat atau
kemampuan untuk melindungi diri dari serangan musuhnya. Kebanyakan serangga akan
berusaha menghindar atau meloloskan diri bila terganggu atau diserang musuhnya
dengan cara terbang, lari, meloncat, berenang atau menyelam. Beberapa perlindungan
serangga untuk melawan musuhnya adalah kamuflase (penyamaran), digunakan
serangga berbaur pada lingkungan mereka agar terhindar dari pendeteksian pemangsa,
seperti menyerupai ranting atau daun tanaman (Sukarman, 2012).
Menurut Tarumingkeng (1992) terdapat beberapa faktor pembatas dalam
pertumbuhan dan perkembangan serangga yang memiliki pengaruh langsung pada
populasi serangga. Faktor-faktor pembatas terdiri dari dua kelompok yaitu density
dependent factor dan density independent factor atau ada yang mengelompokkannya
menjadi external factor dan internal factor. Fekunditas, mortalitas dan rasio kelamin
termasuk dalam kelompok internal factor.
Telah banyak usaha-usaha para ahli untuk melihat lebih jauh tata cara atau upaya
untuk mendapat cara yang mantap atau sebaik mungkin guna dapat mengendalikan dan
mengatasi gangguan hama baik pada kondisi tanaman masih berada di lapangan maupun
pada saat pasca panen (periode penyimpanan). Keberhasilan para ahli dalam kegiatan
dan usaha ini harus ditunjang oleh pengetahuan tentang urgensinya memahami ekologi
suatu serangga hama (Yasin, 2009).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Ekologi Hewan tentang Laju Pertumbuhan Populasi dilaksanakan pada Rabu,
6 Maret 2019 di Laboratorium Teaching IV Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum Laju Pertumbuhan Populasi yaitu
toples ukuran 1 L, kain kasa, dan karet gelang. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
S. oryzae dewasa, beras, beras ketan putih, beras ketan hitam, kacang hijau, dan jagung.

3.3. Cara Kerja

Kedalam masing-masing toples diisikan 250 gram beras, beras ketan putih, beras ketan
hitam, kacang hijau, dan jagung lalu diinfeskan 15 pasang S. oryzae dewasa. Ditutup
mulut toples dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang, kemudian toples disimpan
pada tempat gelap. Dilakukan pengamatan selama empat minggu terhadap jumlah
kumbang yang masih hidup dan jumlah yang mati, dan dikeluarkan kumbang yang mati
dari media. Selama pengamatan dicatat suhu ruangan dan kelembaban relatif. Dihitung
laju pertumbuhan kumbang beras tersebut dan dibuat kurva laju pertumbuhan dari
masing-masing media.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2010.Biologi. Edisi Kedelapan. Jilid 3. Erlangga. Jakarta.


Ewusi, J.Y. 1990.Pengantar Ekologi Tropika. PT. Bumi Aksara. Jakarta
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve,
Jakarta
Kertasapoetra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang . Jakarta: PT Rinka Cipta.
Mallis, A. 2004. Handbook of Pest Control. The Behavior, Life History and Control of
Household Pests. Ninth Edition. Janie Johns, Wild Rice Press, Inc. GIE Media,
Inc
Michael,P.2000.Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta : UIPress.
Molles, Manuel C,Jr. 2004. Ecology Concepts And Applications. Third Edition. Mc
Grow Hill. New Mexico
Odum, EP. 1983. Fundamentals of Ecology third Edition. Georgia: Saunders College
Publishing
Saputra,R. 2007. Pemanfaatan Zeolit Sintesis sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Ind
ustri .Http://bem.its.ac.id
Siregar, Sarah Mioliana.2014.Teknologi Produksi Benih”Hama Gudang”.Website:https:/
/www.academia.edu7207687/laporan_tekben_hama_gudang_ sarahmiolina.
Suin, N. M. 2003. Ekologi Populasi. Andalas University Press. Padang
Sukarman.2012.KeanekaragamanSerangga.Website:http://garudabioindikator.2013/05/
keanekaragaman-serangga-saduran.Pdf
Tarumingkeng, R.C. 1992. Dinamika Pertumbuhan Populasi Serangga. Pusat Antar
Universitas-Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.
Tobing, Imran SL. 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies
Primata.Website:http://journal.unas.ac.id/index.php/visvitalis/article/download/
56/42
Waluya, Bagja. 2011. ekologi parawisata. website: http://file.upi. edu/direktori/
fpips/jur._pend._geografi/197210242001121bagja_waluya/ekologipariwisata/ho
ekologipdf.
Winatasasmita, Djamur.1993.Biologi I.Jakarta: Balai Pustaka
Yasin. M. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan
Faktor Fisikokimia Yang Mempengaruhinya. Prosiding Seminar Nasional
Serealia 2009. Balai Penelitian Tanaman Serealia. ISBN :978-979-8940-27-9.

Anda mungkin juga menyukai