PEMBAHASAN
Dikenal dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk pertumbuhan eksponensial
(dengan bentuk kurva J) dan bentuk pertumbuhan sigmoid (dengan bentuk kurva S). Pertumbuhan
dapat digambarkan menjadi dua bagian yakni pertumbuhan eksponensial dan pertumbuhan
sigmoid.
Pertumbuhan populasi bentuk eksponensial ini terjadi ketika populasi ada dalam sesuatu
lingkungan ideal baik, yaitu ketersediaan makanan, ruang dan kondisi lingkungan lainnya
tidak beroperasi membatasi, tanpa ada persaingan dan lain sebagainya. Pada pertumbuhan
populasi yang demikian kelimpahan bertambah dengan cepat secara eksponensial dan
kemudian berhenti mendadak saat berbagai faktor pembatas mulai berlaku mendadak
(Zulkifli, 1996).
Pada pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid, populasi mula-mula meningkat sangat
lambat (fase akselerasi positif). Kemudian makin capet sehingga mencapai laju peningkatan
secara logaritmik (fase logaritmik), namun segera menurun lagi secara perlahan dengan makin
meningkatnya pertahanan lingkungan, misalnya yang berupa persaingan intra spesies (fase
akselerasi negatif) sehingga akhirnya mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang
(fase keseimbangan). Tingkat populasi yang merupakan asimptot atas dari kurva sigmod, yang
menandakan bahwa populasi tidak dapat meningkat lagi di sebut daya dukung (K= suatu
konstanta). Jadi daya dukung suatu habitat adalah tingkat kelimpahan populasi maksimal
(kerapatan jumlah atau biomasa) yang kelulus hidupannya dapat di dukung oleh habitat
tersebut (Yasin, 2009).
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi.
Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan
atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat
disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim,
terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi
mempertahankan ukuran populasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan
sedangkan populasi lain berfluktuasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu
eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi tersebut. Penyelidikan tentang
dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam
populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Naughton, 1973).
Natalitas
Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau ntukmeningkatkan jumlahnya, melalui
produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu melalui aktifitas perkembangan.
Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau per betina per satuan waktu. Ada dua aspek
yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain :
a. fertilitas tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan tinggi
rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak yang
dilahirkan.
b. fekunditas tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru. Dalam
ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu: 1.natalitas maksimum= n. mutlak (absolut) =n. 2.
natalitas ekologi= pertambahan populasi dibawah kondisi lingkungan yang spesifik atau
sesungguhnya.
Mortalitas
Mortalitas adalah angka kematian dalam populasi. Laju mertalitas adalah laju kematian dalam
demografi ialah jumlah individu yang mati dalam satu satuan waktu. Mortalitas dapat dibedakan
dalam dua jenis yakni:
a. Mortalitas ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya individu dibawah
kondisi lingkungan tertentu.
b. Mortalitas minimum(teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan yang
ideal, optimum dan mati semata- mata karena usia tua.
Emigrasi, imigrasi dan migrasi.
Ketiga istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.
a. Emigrasi : perpindahan keluar dari area suatu populasi.
b. Imigrasi : perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi dan mengakibatkan
meningkatkan kerapatan
c. Migrasi : menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali dari
populasi.
Menurut Umar (2013), penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola
yaitu :
1) Emigrasi, yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat lainnya dan tinggal
secara permanen.
2) Imigrasi, yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara
permanen.
3) Migrasi, yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah populasi
lainnya secara periodik.
Menurut Michael (1994), pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun
keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran
demikian yang terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
1) Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada tempat tertentu
dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras sehingga timbul
kompetisi yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
2) Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam beberapa
tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi
jika lingkungan homogen.
3) Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu selalu ada dalam
kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pola ini umumnya
dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama.
Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati dan
merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada
hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran
seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor
hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada
tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin
(Michael, 1994).
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan demikian
adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu yang relatif ketat. Pola
penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya
kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif
jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-
kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti atraksi
seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi social yang
merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti
pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).