Anda di halaman 1dari 13

Tanggal Pelaksanaan : 05 Desember2020

LAPORAN PRAKTIKUM

Mata kuliaha : Ekologi Hewan


METODE ESTIMASI POPULASI

Nama : Erlinda marito pulungan


NIM : 0310183123
Semester : V (Lima)
Jurusan : Tadris Biologi 1

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
I. JUDUL PRAKTIKUM : METODE ESTIMASI POPULASI

II. TUJUAN

Untuk menaksir kepadatan populasi kumbang beras (Sitophylus oryzae) pada substrat tepung

III. TINJAUAN PUSTAKA

Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu
itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar.
Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak,
menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah
karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan,
dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya
tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu lain dalam populasi. Contoh pertumbuhan
potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita umur 15-35 tahun adalah lebih besar
pada populasi yang terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak. Tingkat pertumbuhan
populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur
dan populasi (Southwood, 1876:75).
Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu dalam satu spesies atau
kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang bersangkutan, dan
pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Populasi memiliki
karakterisitik kelompok (statistical measure) yang tidak dapat diterapkan pada individu.
Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan adalah kepadatan (density). Empat
parameter populasi yang mengubah kepadatan populasi adalah natalitas (kelahiran), mortalitas
(kematian), imigrasi dan emigrasi (Tarumingkeng, 1994).
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga
mempengaruhi struktur umur dan populasi. Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu
kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk
yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi
dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat. Kelompok-kelompok yang dapat saling
membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa
karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota
populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan (Junaidi,2010).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa
populasi mempertahankan ukuran populasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif
konstan sedangkan populasi lain berfluktuasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok
adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi tersebut. Penyelidikan
tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian
dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Naughton, 1973).
Populasi adalah sekelompokorganisme yang mempunyai spesies sama(takson tertentu)
serta hidup/menempatikawasan tertentu pada waktu tertentu.Suatu populasi memiliki sifat-sifat
tertentu;seperti kepadatan (densitas), laju/tingkatkelahiran (natalitas), laju/tingkat
kematian(mortalitas), sebaran umur dan sex (rasiobayi, anak, individu muda, dewasa denganjenis
kelamin betina atau jantan), dll. Sifat-sifat ini dapat dijadikan sebagai parameter untuk
mengetahui / memahami kondisi suatu populasi secara alami maupun perubahan kondisi
populasi karena adanya pengaruh perubahan lingkungan. Sebagai salah satu sifat populasi,
densitasmerupakan cerminan ukuran populasi(jumlah total individu) yang hidup dalamkawasan
tertentu (Tobing, 2008: 43).
Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu
tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar. Pola
distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak,
menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah
karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan,
dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya
tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu lain dalam populasi. Contoh pertumbuhan
potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita umur 15-35 tahun adalah lebih besar
pada populasi yang terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak. Tingkat pertumbuhan
populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur
dan populasi(Hadisubroto, 1989).

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk
jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan
penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas dan
untuk membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam
unit tersebut (Rakhmanda, 2011: 1).

Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :

1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah
makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.

2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON)


(Sukarsono,1992).

Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung
seluruh individu mahkluk hidup yang di maksud (sensus), namun situasi alam atau lokasi
penelitian sering tidak memungkinkan pelaksaan hal tersebut, terutama pada penghitungan
hewan liar misalnya nyamuk atau rusa. Mungkin sebagian medan habitat tidak dapat atau sukar
dicapai, atau beberapa individu sangat sulit untuk dijumpai secara langsung. Selain itu
pergerakan hewan dari dan ke arah lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya perhitungan
(Sukarsono,1992).

Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan dengan dua cara
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya
populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung.
Misalnya untuk menghitung sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan
metode kuadarat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count
atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang
atau burung dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release recapture
(Sukarsono,1992).

2.2 Pengertian CMRR

Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali
sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metodeyang umumnya dipakai untuk
menghitung perkiraan besarnya populasi.

Capture-mark-recapture (CMR) merupakan eksperimen yang dikembangkan untuk mengatasi


kesulitan yang berhubungan dengan estimasi ukuran populasi pada hewan. Umum Prinsip CMR
percobaan adalah untuk menandai individu dalam sesi capture pertama dan kemudian merekam
proporsi individu yang ditandai dalam sesi merebut kembali berikutnya (Williams, 2001) dalam
(Petit, 2005).

Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan secara langsung
dan tidak langsung. Secara tidak langsung, yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian
rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat dihitung. Misalnya, untuk sampling
populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan
besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang
relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau rumput dapat diperkirakan populasinya
dengan metode capture mark release recapture (CMRR) (Suin, 1989).

Suatu populasi dapat ditafsirkan sebagai suatu kelompok yang sama spesiesnya dan mendiami
suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme atau populasi
setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi
hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik
yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah
besar populasi atau kerapatan (Soetjipta, 1992).

Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang
umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan
isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (kerapatan
spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan
kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat (Hadisubroto, 1989).

Dalam kejadian yang tidak praktis, untuk menerapkan kerapatan mutlak suatu populasi, ternyata
dianggap cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu populasi. Kerapatan populasi dapat dihitung
dengan dua cara, yaitu secara absolut dan secara relatif. Pada kerapatan relatif jumlah individu
tidak dapat dinyatakan secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya
per satuan waktu. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Cara
mengukur kerapatan absolut ada, yaitu:

a. Mengitung seluruh individu di suatu daerah, contoh: sensus

b. Metode sampling, dengan metode Peterson atau metode Eschmeyer (capture and recapture
methode) (Widyaleksono, 2012).

Metode CMRR secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan dan
menangkap kembali. Kadang-kadang ada beberapa hewan yang bersifat suka ditangkap (trap
happy) atau susah (trap shy). Southwood (1971) menyatakan bahwa penerapan metode CMRR
dengan asumsi- asumsi sebagai berikut.

1) Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah hilang.

2) Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi.

3) Populasi harus dalam sistem tertutup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat dihitung).
4) Tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling.

5) Hewan yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil sampling selanjutnya.

6) Populasi sampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur dan jenis kelamin
dapat ditangkap serta semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk ditangkap.

7) Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap

(Wheather, 1995:208).

IV. ALAT DAN BAHAN

a. Tepung terigu 500 gram,


b. kumbang beras (S. oryzae),
c. cat penanda (tipe-x),
d. botol selai, dan
e. alat pencacah (counter)

V. LANGKAH KERJA

Masukkan tepung beras ke dalam baki sebanyak setengahnya, kemudian lepaskan kumbang
beras ke dalam wadah tersebut (jumlahnya tidak dihitung) serta diaduk sampai penyebarannya
merata dalam wadah. Ratakan kumbang beras di dalam wadah dan bagilah dalam petak-petak
bujur sangkar ukuran 5x5 cm. Biarkan kurang lebih 1 jam dan lanjutkan dengan pencuplikan
sebanyak 5 cuplikan.

Berilah tanda pada bagian dorsal kumbang beras yang diperoleh dari pencuplikan I (F1),
kemudian lepaskan kembali. Setelah 1 jam ambil kembali cuplikan sampel tadi (F2). Jumlah
kumbang keseluruhan hasil I dan II, maka hitunglah total populasi kumbang beras dalam baki

dengan menggunakan persamaan berikut:

Dimana:

N = Total populasi

F1 = Jumlah hewan hasil cuplikan I

F2 = Jumlah hewan hasil cuplikan II

F3 = Jumlah hewan hasil cuplikan II yang bertanda


VI. HASIL PENGAMATAN

VII. PEMBAHASAN

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa saat pengambilan kumbang beras
dalam pengamatan populasi menggunakan metode capture recapture, saat pengambilan cuplikan
pertama kumbang beras yang dianggap sebagai hewan yang akan ditandai (F1) diperoleh hasil
jumlah yang tertangkap adalah 5, kemudian Sitophilus oryzae yang didapat diberi tanda, dan
pada cuplikan kedua menunjukkan nilai F2 sebanyak 8 ekor dan jumlah kumbang beras yang
sudah bertanda pada cuplikan kedua menunjukkan nilai F3 yaitu sebanyak 1 ekor. Kemudian
ditemukan nilai N sebanyak 40 ekor. Pada proses perhitungan estimasi populasi Sitophilus
oryzae, baki yang digunakan untuk meletakkan tepung dibagi menjadi beberapa plot dengan
ukuran sekitar 5 cm x 5 cm. Kemudian cuplikan di ambil pada 5 buah plot. Cuplikan inilah yang
disebut sebagai sampel. Kemudian sampel itu diestimasi sehingga dapat dihasilkan populasi
sebanyak 40 ekor Sitophilus oryzae yang terdapat di dalam area yang diamati, jumlah populasi
ini mendekati jumlah populasi yang sebenarnya yaitu sebanyak 50 ekor. Namun dari hasil dapat
kita lihat terjadi penyimpangan atau galat pada populasi sebenarnya. Pernyataan diatas sesuai
dengan literatur menurut Suin (1989), bahwa estimasi menggunakan sampel mungkin
menunjukkan karakteristik yang menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari
karakteristik populasi disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah
perbedaan antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus. Dari
percobaan dapat terlihat bahwa kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian
hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu. Bagian yang diamati itu
disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi. Objek penelitian dapat
berupa orang, hewan, maupun tumbuhan. Dalam penelitian, objek penelitian ini disebut satuan
analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi(Soetjipta, 1992).

Bila kita meneliti seluruh populasi, kita melakukan sensus. Sensus mudah dilakukan bila jumlah
populasi terbatas. Sensus memang, tidak selamanya sempurna. Hasil sensus yang
mengungkapkan populasi (seperti rata-rata, ragam, modus, atau (range), disebut parameter. Bila
jumlah populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin memantau biaya dan waktu, kita harus
puas dengan sampel. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik Kita ingin memperkirakan
secara cermat parameter dari statistik Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori
sampling Ini berarti sampel harus mencerminkan semua populasi secara proporsional.Sampel
seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif Malah
bias sampel adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur
populasi untuk dipilih (Hadisubroto, 1989). dan pada cuplikan kedua menunjukkan nilai F2 dan
jumlah kumbang beras ya sudah bertanda pada ayat kedua menunjukkan nilai F3. Model ini
menurut pendapat Agus (1994) disebut juga sebagai model Peterson menangkap sejumlah
individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi
tanda dibebaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan
pengambilan ke-2 terhadap sejulah individu dari populasi yang sama. Dari penangkap kedua
inilah identitas individu yang bertanda yang bertanda yang penangkap pertama dan individu yang
tidak bertanda dari hasil penangkap ke dua. Metode schanebel ini dapat digunakan untuk
mengurangi validan dalam metode Patersen. Metode ini membutuhkan asumsi yang sama
dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan
dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Pada metode penangkap penandaan dan
pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode pengambilan sampel semua
hewan yang belum bertanda diberi tanda dan tidak dapat kembali.

VIII. SIMPULAN

Pada proses perhitungan estimasi populasi Sitophilus oryzae, baki yang digunakan untuk
meletakkan tepung dibagi menjadi beberapa plot dengan ukuran sekitar 5 cm x 5 cm. Kemudian
cuplikan di ambil pada 5 buah plot. Cuplikan inilah yang disebut sebagai sampel. Kemudian
sampel itu diestimasi sehingga dapat dihasilkan populasi sebanyak 40 ekor Sitophilus oryzae
yang terdapat di dalam area yang diamati, jumlah populasi ini mendekati jumlah populasi yang
sebenarnya yaitu sebanyak 50 ekor.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. 1994. Penuntun Ekologi Umum. Universitas jambi. Jambi Hadisubroto, T. 1989.
Ekologi Dasar. DEPDIKBUD. Jakarta.

Arnita, indriani. 1990.Ekologi Umum.Gita Media Press. Jakarta. Krebs, C.J. 1978. Ekologi,
Analisis Eksperimental Distribusi dan Kelimpahan Edisi Kedua.

Harper dan Row. New York. Michael, R. 1994. Pengantar Ekologi.


McGraw Hill Company. New york. Naughhton. 1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press.
Yogyakarta Poole, R. 1974. Pengantar Ekologi Kuantitatif.

McGraw-Hill. New York. Rustamsyah. Zulaika, Erny. Nurhatina, Sri dan Gani,
N.A.1990.Biologi. Jurusan Kimia Fakultas MIPA ITS. Surabaya.

Soetjipta. 1992. Dasar-dasar Ekologi Hewan. DEPDIKBUD DIKTIJakarta

Suin, N.M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. Tarumingkeng, R.C.1994.
Metode Sampling Biotik Untuk Menduga Populasi Hewan Bergerak. Universitas Negeri
Hasanudin. Makasar.

DosenMataKuliah Sibuhuan 05 November2020

Mahasiswa,

(RoniAfriadi,M.Pd) (Erlinda Marito Pulungan )

Anda mungkin juga menyukai