Anda di halaman 1dari 45

RoseLolitaaa

Life Style Blog

Sabtu, 18 Juni 2016

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN “Estimasi Besarnya Populasi”

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HEWAN

“Estimasi Besarnya Populasi”

Oleh

KELOMPOK 3:

Ayuni Dwi (130210103024)

Rose Lolita (130210103027)

Zainatuh Arifah (130210103066)

Relita Imaniar (130210103093)

Nira Virdarani (130210103098)

Kelas C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan
petunjuk dari-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Anatomi Fisiologi Manusia ini dengan baik dan
tanpa kendala apapun.

Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk megetahui dan memahami tentang Estimasi Besarnya
Populasi. Sebelumnya penulis berterima kasih pada teman-teman yang telah membantu penulis dalam
menghadapi berbagai masalah dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar laporan
ini lebih sempurna dan dapat meningkatkan pengetahuan bagi pembaca.

Terimakasih dan semoga makalah ini memberikan manfaat positif bagi pembaca dan kita semua.

Jember, 22April 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................... 2

DAFTAR ISI....................................................................................................... 3

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 5

1.3 Tujuan..................................................................................................... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Populasi dalam Ekologi ........................................................ 6

2.2 Pengertian CMRR................................................................................... 9

2.3 Teknik Pengambilan sampel.................................................................... 11

BAB 3. METODE PERCOBAAN

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan ............................................................... 13

3.2 Alat dan Bahan Percobaan ..................................................................... 13

3.3 Desain Percobaan.................................................................................... 13

3.4 Prosedur Percobaan................................................................................. 14

3.5 Skema Alur Percobaan............................................................................ 14

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Percobaan....................................................................................... 16

4. 2 Pembahasan............................................................................................. 18
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 23

5.2 Saran ...................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25

LAMPIRAN ABSTRAK JURNAL................................................................. 27

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Populasi merupakan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang
individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki
berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik
kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.

Estimasi populasi adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu
populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah
atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan.
Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan
semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk
persentase.

Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya
diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kerapatan
populasi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu secara absolut dan secara relatif. Pada kerapatan relatif
jumlah individu tidak dapat dinyatakan secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau
frekuensinya per satuan waktu. Cara mengukur kerapatan absolut ada dua, yaitu mengitung seluruh
individu dan metode sampling.

Dalam suatu ekosistem terdapat fluktuasi kepadatan populasi, untuk mempermudah dalam menghitung
kepadatan suatu populasi, maka dibuat suatu simulasi cara penghitungan kepadatan populasi tersebut.
Metode yang dapat digunakan adalah metode Peterson, yaitu metode cuplikan dengan menghitung
proporsil kecil populasi atau dengan metode Eschmeyer, yaitu memperkirakan besarnya populasi
simulan (objek simulasi). Dengan demikian dapat ditentukan nilai kepadatan suatu populasi dan
membandingkan hasil estimasi dari tiga rumus rumus Petersen, Schnabel, and Eschmeyer-Schumacher.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana cara kerja dalam praktikum ini ?

2. Bandingkanlah hasil rumus yang mendekati ?

3. Mengapa harus ada pengulangan 10 kali ?

4. Bagaimana perbedaan aplikasi ketiga rumus yang digunakan dalam praktikum ini ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui cara kerja dalam praktikum ini.

2. Untuk mengetahui hasil rumus yang mendekati.

3. Untuk mengetahui alasan harus ada pengulangan 10 kali.

4. Untuk mengetahui perbedaan aplikasi ketiga rumus yang digunakan dalam praktikum ini.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Populasi dalam Ekologi

Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak
selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar. Pola distribusi ini
disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak, menggerombol sebagai akibat
dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau
tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai interaksi
antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu
lain dalam populasi. Contoh pertumbuhan potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita
umur 15-35 tahun adalah lebih besar pada populasi yang terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak.
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi
struktur umur dan populasi (Southwood, 1876:75).

Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu dalam satu spesies atau kelompok
lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang bersangkutan, dan pada waktu
tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Populasi memiliki karakterisitik kelompok
(statistical measure) yang tidak dapat diterapkan pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak
didiskusikan adalah kepadatan (density). Empat parameter populasi yang mengubah kepadatan populasi
adalah natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi dan emigrasi (Tarumingkeng, 1994).

Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi
struktur umur dan populasi. Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama.
Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan
mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau
populasi setempat. Kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi
hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak
dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau
kerapatan (Junaidi,2010).

Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi
mempertahankan ukuran populasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan
populasi lain berfluktuasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang
dirangsang untuk meningkatkan populasi tersebut. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada
hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk
memahami pada tersebut di alam (Naughton, 1973).
Populasi adalah sekelompok organisme yang mempunyai spesies sama (takson tertentu) serta
hidup/menempati kawasan tertentu pada waktu tertentu. Suatu populasi memiliki sifat-sifat tertentu;
seperti kepadatan (densitas), laju/tingkat kelahiran (natalitas), laju/tingkat kematian (mortalitas),
sebaran umur dan sex (rasio bayi, anak, individu muda, dewasa dengan jenis kelamin betina atau jantan),
dll. Sifat-sifat ini dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui / memahami kondisi suatu
populasi secara alami maupun perubahan kondisi populasi karena adanya pengaruh perubahan
lingkungan. Sebagai salah satu sifat populasi, densitas merupakan cerminan ukuran populasi (jumlah
total individu) yang hidup dalam kawasan tertentu (Tobing, 2008: 43).

Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak
selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar. Pola distribusi ini
disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak, menggerombol sebagai akibat
dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau
tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai interaksi
antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu
lain dalam populasi. Contoh pertumbuhan potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita
umur 15-35 tahun adalah lebih besar pada populasi yang terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak.
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi
struktur umur dan populasi (Hadisubroto, 1989).

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau
biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan
pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas dan untuk membandingkan kepadatan
suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut (Rakhmanda, 2011: 1).

Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :

1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang
di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.

2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON) (Sukarsono,1992).

Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung
seluruh individu mahkluk hidup yang di maksud (sensus), namun situasi alam atau lokasi penelitian
sering tidak memungkinkan pelaksaan hal tersebut, terutama pada penghitungan hewan liar misalnya
nyamuk atau rusa. Mungkin sebagian medan habitat tidak dapat atau sukar dicapai, atau beberapa
individu sangat sulit untuk dijumpai secara langsung. Selain itu pergerakan hewan dari dan ke arah lokasi
sensus menyebabkan tidak akuratnya perhitungan (Sukarsono,1992).

Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi
sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk
menghitung sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode kuadarat rumput,
untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan
untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau burung dapat diperkirakan
populasinya dengan metode capture mark release recapture (Sukarsono,1992).

2.2 Pengertian CMRR

Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel
sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung
perkiraan besarnya populasi.

Capture-mark-recapture (CMR) merupakan eksperimen yang dikembangkan untuk mengatasi kesulitan


yang berhubungan dengan estimasi ukuran populasi pada hewan. Umum Prinsip CMR percobaan adalah
untuk menandai individu dalam sesi capture pertama dan kemudian merekam proporsi individu yang
ditandai dalam sesi merebut kembali berikutnya (Williams, 2001) dalam (Petit, 2005).

Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan secara langsung dan
tidak langsung. Secara tidak langsung, yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai
dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat dihitung. Misalnya, untuk sampling populasi rumput di
padang rumput dapat digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan
dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap
misalnya tikus, belalang atau rumput dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark
release recapture (CMRR) (Suin, 1989).

Suatu populasi dapat ditafsirkan sebagai suatu kelompok yang sama spesiesnya dan mendiami suatu
ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme atau populasi setempat,
kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau
tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat
diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau
kerapatan (Soetjipta, 1992).

Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya
diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala
penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (kerapatan spesifik). Kerapatan
kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah
individu biomassa persatuan ruang habitat (Hadisubroto, 1989).

Dalam kejadian yang tidak praktis, untuk menerapkan kerapatan mutlak suatu populasi, ternyata
dianggap cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu populasi. Kerapatan populasi dapat dihitung dengan
dua cara, yaitu secara absolut dan secara relatif. Pada kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat
dinyatakan secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan waktu.
Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Cara mengukur kerapatan absolut ada,
yaitu:

a. Mengitung seluruh individu di suatu daerah, contoh: sensus


b. Metode sampling, dengan metode Peterson atau metode Eschmeyer (capture and recapture
methode) (Widyaleksono, 2012).

Metode CMRR secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan dan menangkap
kembali. Kadang-kadang ada beberapa hewan yang bersifat suka ditangkap (trap happy) atau susah (trap
shy). Southwood (1971) menyatakan bahwa penerapan metode CMRR dengan asumsi- asumsi sebagai
berikut.

1) Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah hilang.

2) Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi.

3) Populasi harus dalam sistem tertutup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat dihitung).

4) Tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling.

5) Hewan yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil sampling selanjutnya.

6) Populasi sampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur dan jenis kelamin dapat
ditangkap serta semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk ditangkap.

7) Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap

(Wheather, 1995:208).

2.3 Teknik Pengambilan Sample

2.3.1 Metode Linceln-Peterson

Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample relatif kecil), dapat digunakan
schanabel. Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode lincon-peterson, juga
ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan
periode yang berikutnya.

Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode setiap sampling,
semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat
diduga dengan rumus:

N=∑(ni Mi)/∑Ri

Dengan :

· Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya
· Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode I

· Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke I

(Southwood dan Henderson, 1971:75).

Analisa data untuk mengetahui kepadatan populasi simpai dilakukan dengan menggunakan rumus:

sedangkan untuk mengetahui kepadatan kelompok digunakan rumus:

Satuan Kepadatan Populasi adalah individu/km2 dan Kepadatan Kelompok adalah kelompok/km2 (Fitri,
2013).

Untuk memperkirakan kepadatan populasi burung di areal penelitian digunakan

rumus:

Dimana :

D = Kepadatan burung (ekor/ha)

N = Estimasi jumlah populasi (ekor)

A = Luas pulau (ha) (Sawitri, 2012). (Sawitri,2012)


BAB 3. METODE PENELITIAN

3. 1 Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di laboratorium Zoologi Ruang 19 gedung Pendidikan Biologi Gedung 3 FKIP
Universitas Jember pada :

Hari : Jum’at

Tanggal : 15 April 2016

Waktu : 14-20 -16.00 WIB

3. 2 Alat dan Bahan Percobaan

3.2.1 Alat

1. Beras Warna Putih dan Merah

2. Toples kaca

3. Sendok makan

3.2.2 Bahan
-

3. 3 Desain Percobaan

3. 4 Prosedur Percobaan

1) Menyiapkan segenggam beras warna putih di dalam toples kaca

2) Menyiapkan segenggam beras warna merah di luar toples kaca

3) Mengambil beras warna putih di dalam toples menggunakan sendok dan menghitung jumlah beras
yang terambil tersebut
4) Mengganti beras berwarna putih yang terambil tersebut dengan beras merah dalam jumlah yang
sama

5) Memasukkan beras berwarna merah ke dalam toples kaca, dan membiarkan beras putih berada di
luar toples

6) Mengocok toples kaca sehingga beras merah dan beras putih dapat homogen

7) Mengambil satu sendok beras lagi dari dalam toples kaca secara acak lalu menghitung jumlah beras
yang terambil serta membedakan antara beras merah dengan beras putih

8) Mengganti beras warna putih yang ikut terambil dengan beras warna merah, lalu memasukkannya
lagi ke dalam toples

9) Mengulangi langkah 6 sampai 8 di atas sampai pengulangan ke-9 (recapture 9)

10) Memasukkan data, yaitu C sebagai tangkapan total, M sebagai jumlah beras putih keseluruhan, T
sebagai jumlah beras putih pada setiap pengambilan, R sebagai jumlah beras merah pada setiap
pengambilan

11) Melakukan estimasi populasi beras putih dihitung dengan 3 rumus yaitu Peterson, Schnabel, dan
Schumacher-Eschmeyer

3.5 Skema Alur Percobaan


Menghitung jumlah beras yang terambil, dan mengganti setiap beras putih yang terambil dengan beras
merah

BAB 4. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan


Peterson

Schnabel

Eschmeyer

CM

(CM)2

∑CM

MR

CM/R

∑R

∑CM/∑R

R2/C

∑(CM)2/∑MR=a

171

0
0

170

171

159

11

29070

845064900

915894

1881

2642,727273

417

2196,388489

0,711764706

327110,1923

162

330

135

27
53460

2857971600

915894

8910

1980

417

2196,388489

4,5

327110,1923

148

465

122

26

68820

4736192400

915894

12090

2646,923077

417

2196,388489

4,567567568

327110,1923

157
587

118

39

92159

8493281281

915894

22893

2363,051282

417

2196,388489

9,687898089

327110,1923

160

705

108

52

112800

12723840000

915894

36660

2169,230769

417

2196,388489

16,9
327110,1923

148

813

92

56

120324

14477864976

915894

45528

2148,642857

417

2196,388489

21,18918919

327110,1923

165

905

95

70

149325

22297955625

915894

63350

2133,214286
417

2196,388489

29,6969697

327110,1923

136

1000

69

67

136000

18496000000

915894

67000

2029,850746

417

2196,388489

33,00735294

327110,1923

10

144

1069

75

69

153936

23696292096
915894

73761

2230,956522

417

2196,388489

33,0625

327110,1923

Jumlah

1561

973

417

915894

1,08624E+11

332073

20344,59681

153,3232422

327110,1923

Schumacher

R2

∑MR/a
(∑R2/C) / (∑MR/a)

S-1

1/S-1

1/S-1 {∑R2/C / ∑MR/a}

a3

a3 .b

a3 . b / ∑MR

121

1,01517167

151,0318371

151,0318371

3,50011E+16

5,28629E+18

1,59191E+13
729

1,01517167

151,0318371

0,5

151,0318371

3,50011E+16

5,28629E+18

1,59191E+13

676

1,01517167

151,0318371

0,333333333

151,0318371

3,50011E+16

5,28629E+18

1,59191E+13

1521

1,01517167

151,0318371

0,25

151,0318371

3,50011E+16
5,28629E+18

1,59191E+13

2704

1,01517167

151,0318371

0,2

151,0318371

3,50011E+16

5,28629E+18

1,59191E+13

3136

1,01517167

151,0318371

0,166666667

151,0318371

3,50011E+16

5,28629E+18

1,59191E+13

4900

1,01517167

151,0318371

0,142857143
151,0318371

3,50011E+16

5,28629E+18

1,59191E+13

4489

1,01517167

151,0318371

0,125

151,0318371

3,50011E+16

5,28629E+18

1,59191E+13

4761

1,01517167

151,0318371

0,111111111

151,0318371

3,50011E+16

5,28629E+18

1,59191E+13

23037

1,01517167

151,0318371
.

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini membahas mengenai estimasi besarnya populasi secara simulasi (dengan beras
putih dan beras merah) dengan metode Capture-mark-release-recapture. Metode Capture-mark-release-
recapture ini secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan, dan menangkap
kembali (Tim Dosen Pembina, 2016). Metode simulasi menggunakan beras warna putih dan merah
dilakukan untuk menghemat waktu dan mengurangi resiko kesalahan, maka objek yang seharusnya
hewan diganti dengan beras putih dan beras merah. Adapun tujuan diadakannya praktikum ini ialah
menerapkan metode Capture-mark-release-recapture untuk memperkirakan populasi beras putih dan
merah serta membandingkan hasil estimasi dari 3 rumus Peterson, Schnabel, dan Eschmeyer-Sumacher.

Dalam pelaksanaan praktikum ini, digunakan 2 warna beras yang berbeda, yaitu putih dan merah.
Penggunaan beras yang berbeda warna disini berfungsi sebagai penanda, beras warna putih sebagai
hewan yang ada di populasi, sedangkan kancing beras warna merah sebagai hewan yang tertangkap dan
ditandai untuk dilepas kembali dengan asumsi bahwa beras tersebut mampu membaur secara homogen
di dalam populasi.

Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini yang pertama ialah menghitung jumlah beras
putih yang ada didalam toples kaca kemudian mengambil beras warna putih dalam toples dengan posisi
sedikit miring menggunakan sendok, kemudian menghitung hasil pengambilan pertama tersebut, lalu
mengganti beras warna putih dengan beras warna merah dengan jumlah yang sama dan dimasukkan ke
dalam toples. Cara ini bertujuan untuk menandai hewan (beras). Langkah selanjutnya yaitu mengocok
toples dengan konstan agar beras (putih dan merah) tercampur secara homogen. Setelah itu mengambil
cuplikan yang kedua dengan cara yang sama persis cuplikan yang pertama, apabila bila terdapat
sejumlah beras yang lain dicatat sebagai m atau R. Sedangkan cacah beras yang tertangkap kedua dicatat
sebagai T. Kemudian melakukan cuplikan berikutnya dengan cara yang sama sampai 9 kali. Dari hasil
tersebut maka estimasi populasi beras putih dan beras merah dapat dihitung dengan ketiga rumus yaitu:
Peterson, Schnabel, dan Eschmeyer-Sumacher. Selanjutnya populasi kancing benik dihitung keseluruhan
secara langsung.

Dari percobaan ini kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan
mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu. Menurut McNaughton, (1990:63) dalam
(Lestari, 2012), mengatakan bahwa bagian yang diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan objek
penelitian disebut populasi. Objek penelitian dapat berupa orang, hewan, maupun tumbuhan. Dalam
penelitian, objek penelitian ini disebut satuan analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi. Bila
kita meneliti seluruh unsur populasi, kita melakukan sensus. Menurut Sukarno (1989:89) dalam (Lestari,
2012), sensus mudah dilakukan bila jumlah populasi terbatas. Sensus, memang, tidak selamanya
sempurna. Hasil sensus, yang mengungkapkan karakteristik populasi (seperti rata-rata, ragam, modus,
atau (range), disebut parameter. Dalam objek penelitian ini Kami menggunakan objek berupa beras putih
dan beras merah yang diibaratkan sebagai hewan.

Bila jumlah unsur populasi terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus
puas dengan sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal
sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara
proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang
representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama
pada semua unsur populasi untuk dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang
menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut galat sampling
(sampling error). Statistik dapat membantu kita menentukan sampling error hanya bila kita
menggunakan sampel tak bias. Sampel tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas
(probability sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan
tertentu untuk dipilih. Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel
probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita mengambil sampel tertentu
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel pertimbangan
(judgemental sampling), disebut juga sample non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada
beberapa alternatif teknik penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana sampling
atau rancangan sampling (sampling design).

Dalam prakikum ini kami melakukan 10 kali pengulangan, pengulangan ini dilakukan dengan mengambil
beras putih dalam satu takaran dan menggantinya dengan beras merah dengan jumlah yang sama
berdasarkan jumlah beras putih yang diambil. Hal ini dilakukan agar hasil yang didapatkan adalah akurat
serta dapat diketahui standar erornya, selain itu agar memperoleh data yang lebih tepat dan akurat
sampai mendekati pada keadaan sebenarnya. Karena banyak faktor yang dapat mempengurangi
keakuratan hasil sehingga menghitung atau memperkirakan hal yang berada di alam bebas sangatlah
sulit. Metode Paterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari
suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Sehingga ketika di lakukan pengulangan sebanyak 10
kali akan di dapat hasil yang akurat yang nantinya nilai atau jumlah populasinya mendekati jumlah aslinya
di lapang.

Pada praktikum mengenai estimasi besarnya populasi ini kami menggunakan metode CMRR (Capture
Mark Release Recapture) yaitu dilakukan dengan cara mengambil beras putih didalam gelas,
menandainya (mengganti dengan beras merah), dan mengembalikannya pada gelas dengan tidak
mengurangi jumlah beras putih yang terambil. Pada metode CMRR sendiri kami menganalisis data
dengan menggunakan tiga rumus yaitu rumus Peterson dan schnabel. Untuk CMRR dengan rumus
Paterson kami melakukan 10 kali pengulangan. Sebuah alternatif lain untuk metode Schnabel yang
dikembangkan oleh Schumacher dan Eschmeyer, yaitu metode tangkap-lepas (capture and recapture
methode). Metode ini selain dapat mengestimasi populasi, juga dapat mengetahui panjang suatu umur
(longevity), dan sebarannya. Disamping itu angka kematian dan kelahiran dapat diketahui, hasilnya dapat
dipakai untuk memfasilitasi perbandingan antar bentuk populasi di bawah kondisi lingkungan yang
berbeda.
Menurut Southwood, model peterson adalah menangkap sejumlah individu dari sejumlah populasi
hewan yang akan diamati. Pada praktikum ini kami menggunakan beras merah sebagai simulasi individu
yang akan diamati. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam
beberapa waktu yang singkat. Pada praktikum ini yaitu individu yang ditandai adalah beras putih yang
digantikan dengan beras merah dengan jumlah yang sama dan tanpa mengurangi jumlah populasi beras
merah. Setelah itu dilakukan penangkapan kembali terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama.
Dari penangkapan kedua diidentifikasi individu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama
dan individu yang tidak bertanda merupakan dari hasil penangkapan ke dua.

Metode schnabel ini dapat digunakan untuk mengurangi ketidakvalidan dalam metode peterson.
Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode peterson yang ditambahkan dengan
asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya.
Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap
periode sampling semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali (Southwood,
1971).

Berdasarkan praktikum simulasi estimasi populasi yang telah dilakukan kami mendapatkan hasil yang
telah tertera pada tabel hasil pengamatan diatas. Hasil perhitungan menggunakan rumus schnabel,
diperoleh rata-rata hasil 2196,38. Sedangkan pada data yang dilakukan perhitungan dengan peterson
didapat hasil rata-rata 2034,457. Pada data menggunakan rumus schumacher dan eschmeyer diperoleh
hasil rata-rata 327,11. Dan data sebenarnya di dapatkan hasil estimasi populasi beras merah 1069.

Setelah menghitung banyaknya beras merah menggunakan metode peterson, metode Schnabel, dan
metode schmayer dapat dibandingkan bahwa perhitungan dengan menggunakan metode peterson lebih
mendekati jumlah yang sebenarnya dibandingkan dengan metode Schnabel dan mchmayer. Dikarenakan
nilai yang paling mendekati dengan nilai populasi sebenarnya adalah nilai pada rumus Peterson. Karena
nilainya yang paling dekat dengan nilai sesungguhnya dimana nilai populasi sesungguhnya adalah 1069
dan nilai yang di dapat dari hasil perhitungan menggunakan rumus peterson adalah 2034,45 sedangkan
jika menggunakan rumus schnabel nilainya 29196,38 dan menggunakan schumacher dan eschmeyer
diperoleh hasil rata-rata 327,11. Sehingga yang paling mendekati adalah nilai pada Peterson

Dari ketiga rumus yang di aplikasikan yaitu rumus menurut Peterson, Schnabel dan juga Schumayer
dapat di ketahui perbedaannya ketika di aplikasikan. Jika menggunakan metode Peterson pada dasarnya
menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap
kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang
pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap. Dari dua
kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi. Sedangkan jika menggunakan
metode Schnabel yang sedikit lebih akurat di bandingkan dengan metode Peterson, dimana Schnabel ini
memperbaiki keakuratan dari metode Peterson. Pada metode Schnabel selain membutuhkan asumsi
yang sama dengan metode Peterson, juga membutuhkan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan
dari periode sampling dengan periode yang berikutnya. Pada metode ini penangkapan dan pelepasan
hewan lebih dari 2 kali. Dan untuk setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan
dilepaskan kembali. Kemudian pada metode menurut Schumayer dan Eschmeyer berbeda dengan
metode menurut Peterson dan Schnabel. Schumayer menggunakan metode tangkap lepas (capture and
recapture methode) yang lebih akurat karena selain dapat mengestimasi populasi, juga dapat
mengetahui panjang suatu umur (longevity), dan sebarannya. Di samping itu angka kematian dan
kelahiran dapat diketahui serta hasilnya dapat dipakai untuk memfasilitasi perbandingan antar bentuk
populasi di bawah kondisi lingkungan yang berbeda. Jadi ketiga rumus menurut ketiga ahli tersebut
berbeda dan semakin menyempurnakan teori-teori sebelumnya sehingga menjadi lebih akurat di
gunakan untuk mengestimasikan suatu populasi.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pada praktikum kali ini terdapat beberapa cara yang di gunakan untuk mengestimasi populasi yang
di ukur dengan di wakili beras merah dan beras putih. Pertama di lakukan perhitungan beras putih yang
utuh-utuh untuk mengetahui populasi awal. Kemudian di ambil beras putih menggunakan sendok dan di
ratakan sendoknya kemudian di hitung beras putihnya, dan yang di ambil tadi di ganti dengan beras
merah dengan jumlah beras yang sama. Melakukan hal tersebut selama 9 kali pengulangan

2. Pada praktikum kali ini di dapatkan rumus yang paling mendekati dengan nilai populasi
sesungguhnya adalah menggunakan metode peterson. Karena nilainya yang paling dekat dengan nilai
sesungguhnya dimana nilai populasi sesungguhnya adalah 1069 dan nilai yang di dapat dari hasil
perhitungan menggunakan rumus peterson adalah 2034,45 sedangkan jika menggunakan rumus
schnabel nilainya 29196,38 dan menggunakan schumacher dan eschmeyer diperoleh hasil rata-rata
327,11. Sehingga yang paling mendekati adalah nilai pada Peterson.

3. Pada praktikum kali ini pengulangan di lakukan untuk mengetahui estimasi populasi yang akurat
dan valid sehingga nantinya di dapat kan jumlah populasi yang mewakili suatu ekosistem akan sesuai
atau mendekati jumlah populasi sesungguhnya yang ada di lapang.

4. Ketiga rumus tersebut memiliki perbedaan dalam mengestimasi populasi dimana semakin lama
semakin di sempurnakan sehingga nantinya di dapat jumlah populasi yang sesuai dengan keadaan
sesungguhnya. Dari Petterson di sempurnakan oleh Schnabel kemudian di kembangkan lagi oleh
Schumayer.

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum digunakan pion-pion yang lebih besar bukan menggunakan beras
gunanya untuk mengefisienkan waktu. Jika menggunakan pion-pion kecil tidak perlu memisahkan beras-
beras yang utuh-utuh.
Daftar Pustaka

Fitri Rahmi . 2013. Kepadatan Populasi dan Struktur Kelompok Simpai (Presbytis melalophos) serta Jenis
Tumbuhan Makanannya di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas Padang:
Jurnal Biologi. Vol 2(1) : 25-30

Hadisubroto, Tisno (1989) dalam Dewi Suryani. 2011. Azas-azas dan Konsep mengenai Organisasi pada
Tingkat Populasi. Padang : Universitas Negeri Padang.

Junaidi, Endri. 2010. Kelimpahan Populasi dan Pola Distribusi Remis (Corbicula sp) di Sungai Borang
Kabupaten Banyuasin. Sumatera Selatan: Jurnal Penelitian Sains. Vol 13 (3)

Naughton (1973) dalam Rahmawati. 2007. Pola Migrasi Vertikal Harian Zooplankton di Berbagai
Kedalaman Waduk Sutami Karangkates Malang. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang.
Petit and Valerie. 2005. Estimating Population Size with Noninvasive Capture-Mark-Recapture Data.
Jurnal Conservation Biology. Vol 20 ( 4): 1062–1073.

Rakhmanda, Andhika. 2011. Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta. Jurnal
Ekologi Perairan. Vol 1(1): 1-7.

Sawitri, Reny. 2012. Keragaman Jenis Burung Di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi Dan Taman
Nasional Kepulauan Seribu. Bogor: Jurnal penelitian hutan dan konservasi alam. Vol 9 (2): 175-187.

Soetjipta (1992) dalam Hendra Marihot Pasaribu. 2010. Simulasi Estimasi Populasi Hewan. Jambi:
Universitas Negeri Jambi

Soegianto, Agus. 1994. Ekologi Kwantatif. Surabaya: Usaha Nasional

Southwood, T.R.E. Henderson, P.A. 1971. Ecologycal Method. Bandung: Angkasa.

Suin, Nurdin Muhammad (1989) dalam Hasnah. 2010. Estimasi Besarnya Populasi Serangga. Makassar:
Universitas Negeri Hasanudin.

Sukarsono. 1992. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Tarumingkeng, R.C. (1994) dalam Harmin Adijaya. 2011. Metode Sampling Biotik untuk Menduga
Populasi Hewan Bergerak. Makassar: Universitas Negeri Hasanudin.

Tobing. 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies Primata. Jurnal

VIS VITALIS. Vol (1).

Wheather, Philip C. Bell, James R. Cook, Penny A. 1995. Practical Field Ecology. Yogyakarta:UGM Press.

Widyaleksono C.P, Trisnadi, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Ekologi Umum.

Surabaya : Airlangga University Press.


Lampiran
Description: F:\Semester 6 dari mas Oenta\Laporan Ekwan\Bab II Estimasi
Populasi\512vpk123nL._SY344_BO1,204,203,200_.jpgDescription: F:\Semester 6 dari mas
Oenta\Laporan Ekwan\Bab II Estimasi Populasi\0321736079.jpg

Description: F:\Semester 6 dari mas Oenta\Laporan Ekwan\Bab II Estimasi Populasi\ekologi


hewan.jpgDescription: F:\Semester 6 dari mas Oenta\Laporan Ekwan\Bab II Estimasi
Populasi\191053.jpg

di 22.26

Berbagi

1 komentar:

Farhan Bachtier14 Maret 2019 09.15

mantap djiwa makasih

Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Laporan Praktikum Ekologi Hewan

telusuri
SEP

ESTIMASI KELIMPAHAN SERANGGA

A. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu menerapkan metode CMRR
(Capture-Mark-Release-Recapture-Method) untuk memperkirakan cacah populasi serangga Belalang dan
membandingkan hasil estimasi dengan rumus Schumacer-Eschemeyer.

B. Dasar Teori

Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk hidup yang sama spesies (atau
kelompok lain individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang khusus, yang
memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai
miliki kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Odum, 1971).

Estimasi populasi adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan
suatu populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk
jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan
penangkapan. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan
kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam
bentuk persentase. Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan
secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung, yaitu dengan perkiraan besarnya populasi
sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat dihitung. Misalnya, untuk hewan-
hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang
relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang dapat diperkirakan populasinya dengan metode Capture
mark release recapture (Suin, 1989).

Dalam mempelajari kelimpahan suatu spesies disatu lokasi tunggal maka idealnya perlu tahu
tentang kondisi fisika kimia, tingkat sumber daya yang dapat diperoleh, daur hidup makhluk itu,
pengaruh kompetitor, pemangsa, parasit dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan dalam populasi
mungkin dapat dikorelasi dengan cuaca, jenis tanah, cacah predator dan sebagainya. Suatu populasi
dapat dirubah oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Suatu nilai ekstrim besarnya populasi dapat
mencerminkan tingkat saat terakhir ketika berkurang, waktu yang dilampaui untuk tumbuh kembali dan
laju pertumbuhan intrinsik selama waktu tersebut. Suatu nilai ekstrim lain besarnya populasi juga dapat
mencerminkan ketersediaan beberapa sumber daya yang menjadi kendala perluasan populasi lebih
lanjut yang dibatasi oleh laju kelahiran, bertambahnya laju kematian atau stimulasi migrasi (Soetjipta,
1993).

Dalam kejadian yang tidak praktis, untuk menerapkan kerapatan mutlak suatu populasi, ternyata
dianggap cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu populasi. Kerapatan populasi dapat dihitung dengan
dua cara, yaitu secara absolut dan secara relatif. Pada kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat
dinyatakan secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan waktu.
Cara mengukur kerapatan absolut ada dua, yaitu menghitung seluruh individu dan metode sampling
(Widyaleksono, 2012).

C. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:

Hari / Tanggal : Sabtu, 12 Mei 2014

Pukul : 10.00 – 12.00 WITA

Tempat : Lapangan depan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Negeri Alauddin Makassar

Samata, Gowa.

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah jaring penangkap serangga dan spidol.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah serangga.

E. Cara Kerja

Adapun prosedur kerja di dalam melakukan praktikum ini adalah:

1. Menangkap sejumlah Belalang dengan menggunakan jaring.

2. Menghitung jumlah belalang yang tertangkap, lalu memberi tanda dengan spidol pada bagian caput,
thorax atau abdomen pada tiap belalang dan melepaskannya kembali.

3. Mengulangi langkah 1 dan menghitung jumlah belalang yang tertangkap baik yang telah diberi tanda
dan tertangkap kembali maupun yang belum memiliki tanda.

4. Memberi tanda pada belalang yang belum memiliki tanda dan kembali melepaskannya.

5. Mengulangi percobaan di atas sampai penangkapan 10 kali.

6. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

F. Hasil Pengamatan
No

CM

C(M)2

ƩCM

MR

CM/R

ƩR

ƩCM/ƩR

R2/C

12

12

12

144

1.728

12

144

0
0,08

0,5

0,3

4
2,25

0,5

0,5

0,33

0
8

0,25

15

0,13

49

0
0

20

0,1

3,57

20

0,3

12

24

18
2

12

21

0,85

0.16

10

21

1,5

23

0,91

1,3

39

18

39

23

165

1.761
55

20

162,5

121

5,42

64,61

Analisis data:

N = ƩC.M2 = a

ƩM.R2

1652 = a

202

27,225 = a

400

= 0,068

= Variansi = 1/s -1 (Ʃ R2) - (Ʃ M.R)

C a

= 1/s -1 (1212) - (20)

39 0,068

= 1/s -1 (14,641) - 294,117

39

= 1/s -1 (0,37541 – 294,117)

= 1/s -1 (-293.741)
= 294,741

Standart = a3 . a

Ʃ M.R

= 0,0683 . 0,068

Ʃ M.R

= 0.00031 . 0,068

= 0,20

G. Pembahasan

Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk hidup yang sama spesies (atau
kelompok lain individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang khusus, yang
memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai
miliki kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Estimasi populasi digunakan
untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok
hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau
persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan
membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit
tersebut.

Pada pengamatan ini dengan penangkapan serangga berupa belalang dilakukan dengan
menggunakan jaring, setelah itu menandai setiap belalang yang didapatkan. Hal ini dilakukan sebanyak
sepuluh kali. Namun, penangkapan hingga sepuluh kali, tidak didapatkan kembali serangga yang telah
ditandai. Hal ini disebabkan karena banyaknya populasi belalang sehingga sulit untuk mendapatkan
kembali belalng yang telah ditandai. Adapaun pada analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil
nilai N sebesar 0,068 dengan nilai variansi 294,741 dan nilai standar yaitu 0,20. Pada percobaan tersebut
didapatkan serangga belalang dengan jenis yang berbeda dimana merupakan serangga belalang yang
sebelumnya belum tertandai. Hal ini menandakan bahwa serangga belalang yang berada di lokasi
tersebut memiliki jumlah yang banyak serta tingginya mobilitas dan persebaran spesies-spesies yang
berada di lokasi tersebut.

Penangkapan serangga belalang di lokasi tepatnya depan rektorat (lapangan) Universitas Islam
Negeri Alauddin dilaksanakan pada pukul 10.00 WiTA dengan kondisi suhu yang tinggi dengan
kelembaban yang rendah dimana telah diketahui bahwa jenis-jenis serangga merupakan hewan-hewan
yang aktif pada siang hari. Maka tidak adanya atau sedikitnya serangga belalang yang tertangkap kembali
dikarenakan serangga-serangga di lokasi penangkapan tersebut sedang dalam kondisi aktif mencari
sumber-sumber makanan ke tempat lain sehingga mobilitasnya sangat tinggi. Disamping itu, jumlah
individu maupun besarnya populasi di alam maupun kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat
ditentukan oleh adanya keanekaragamn dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang
tersedia pada habitat tersebut.

H. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah nilai kelimpahan populasi serangga belalang dan
mobilitas serangga belalang memiliki nilai yang besar karena sulitnya atau tidak ada serangga belalang
yang ditandai yang dapat tertangkap kembali. Sulitnya menangkap serangga yang telah ditandai karena
serangga berada pada kondisi aktif. Pada rumus Schumacer-Eschemeyer diperoleh nilai N sebesar 0,068,
variansi 294,741 dan nilai standar adalah 0.20.

DAFTAR PUSTAKA

Odum, E.P. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 1971.

Soerjipta. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, 1993.

Suin. Estimasi Besarnya Populasi Serangga. Makassar: Universitas Hasanuddin, 1989.

Widyaleksono, C.P. Petunjuk Praktikum Ekologi Umum. Surabaya: Airlangga University Press, 2012.
Nhenackz_Saenab_To_Galesong

Diposting 2nd September 2015 oleh Unknown

0 Tambahkan komentar

Memuat

Anda mungkin juga menyukai