Anda di halaman 1dari 39

Berbagi Ilmu Jalani Hidup dengan Penuh Semangat!!!!

Skip to content

Home

About

Aku

khadijah

← muslimahTIMSS DAN PISA →

Laporan praktikum PEMBUATAN PUPUK KOMPOS ORGANIK MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR EM4 DAN
AIR SAMPAH

Posted on June 7, 2014 by anggun wicaktini

Laporan praktikum PEMBUATAN PUPUK KOMPOS ORGANIK MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR EM4 DAN
AIR SAMPAH

uin

Kelompok: 5

Anggun Wicaktini (1111016100023)

Dian Nurmala W. (1111016100007)

Fathimah Salma Mahfudzah (1111016100026)

Nilam Angraini (1111016100022)

Marlina Septiani (1111016100028)

Ellisa Mahardini (1111016100031)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

Latar Belakang

Telah lama sampah menjadi permasalahan serius dii berbagai kota besar di Indonesia. Peningkatan
jumlah penduduk Indonesia berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan tiap harina. Sampah
berdasarkan kandungan zat kimia dibagi menjadi dua kelompok, yatu sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik pada umumnya mengalami pembusukan, seperti daun, sisa makanan,dll.
Sedangkan sampah anorganik pada umumnya tidak mengalami pembusukan, seperti plastik, logam, dll.

Terkadang kita tidak menyadari bahwa sampah organik sangat banyakjumlahnya dan memiliki nilai yang
lebih bermanfaat seperti dijadikan kompos dan pupuk dari pada dibakar yang hanya menghasilkan
polutan bagi udara. Dengan mengolah menjadi kompos akan membuat tanah menjadi subur karena
kandungan unsur hara bertambah. Pengolahan sampah organik untuk keperluan pembuatan kompos
dapat dilakukan secara sederhana. Sampah berupa dedaunan dimasukan ke dalam mesin perajang
sampah agar ukuran sampah menjadi lebih kecil sehingga memudahkan dalam proses decomposing
dengan bantuan mikrobakteri pengurai untuk hasil yang maksimal.
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba
maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama
dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-
teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi
tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian
bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga
pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi
sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi
masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan.

Saat ini telah dilakukan beberapa penelitian pembuatan kompos denganmenggunakan bantuan
aktivator, diantaranya aktivator EM4 dan aktivator Stardec.Aktivator EM4 dan Stardec merupakan
aktivator kompos yang mengandungmikroorganisme yang dapat meningkatkan keragaman
mikroorganisme tanah dandapat meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah serta mempercepat
prosespengomposan. Berdasarkan penelitian Utomo B. (2010), penggunaan bioaktivator(aktivator
kompos) pada tanah gambut menghasilkan peningkatan tinggi padatanaman sebesar 39,44% dan
penggunaan mikroorganisme efektif (EM4),menurunkan C-organik dan meningkatkan N, P, K dan Ca yang
terlarut dalamtanah serta memperbaiki sifat kimia tanah.

Berdasarkan penelitian Rahayu M. S. dan Nurhayati (2005), penggunaanEM4 dalam pengomposan


limbah teh padat dapat mempengaruhi kecepatanpengomposan, hal ini dapat dilihat dari perlakuan
lama pengomposan nyatameningkatkan kandungan N-total, P-tersedia, K-dd dan Mg, serta
menurunkansuhu, C-organik, dan nisbah C/N kompos. Unsur mikro cenderung meningkat danpH
cenderung menurun dengan lama pengmposan.

Sampah merupakan masalah yang harus diatasi oleh seluruh kalangan masyarakat. Kampus 1 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta memiliki taman yang cukup luas yang ditumbuhi beraneka jenis rumput dan
pepohonan lainnya. Dan setiap harinya menghasilkan sampah organik yang cukup banyak. Kami, sebagai
mahasiswa Pendidikan Biologi ingin memanfaatkan sampah organik dari hasil pemotongan rumput di
Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat. Dan karena,
jarak kampus tidak terlalu jauh dari pasar Ciputat, kami pun mengambil beberapa sampah sayuran dari
tukang sayur yang ada di Pasar tersebut.

Untuk dapat mengetahui kompos yang baik dan lebih efisien, kami menggunakan bioaktivator EM4 dan
bioaktivator air sampah sebagai perbandingannya. Dilihat dari efisiensi harga dan kemudahan
mendapatkannya, serta kompos yang dihasilkan. Penelitian kali ini diharapkan dapat memberikan
informasi tentang bioaktivator yang baik dan efisien dalam pembuatan kompos. Serta perbandingan
kompos yang menggunakan bioaktivator EM4 dan yang menggunakan bioaktivator air sampah.

TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan kompos skala rumah tangga dari
dedaunan hijau basah sekaligus membandingkan hasil dari kompos yang menggunakan EM4 dengan
yang menggunakan air sampah sebagai starternya.
TINJAUAN TEORITIS

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (J.H. Crawford, 2003).

Menurut Sutedjo (2002), kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi, tumpukan sampah/
seresah tanaman dan ada kalanya pula termasuk bingkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentas
suatu pemupukan, dirincikan oleh hasil bagi C/N yang menurun. Perkembangan mikrobia memerlukan
waktu agar tercapai suatu keadaan fermentasi yang optimal. Pada kegiatan mempercepat proses dipakai
aktifator, baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak, yaitu bahan dengan perkembangan mikrobia
dengan fermentasi maksimum. Aktifator misalnya: kotoran hewan. Akhir fermentasi untuk C/N kompos
15 – 17.

Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik
sampah mencapai ±80%,sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos
sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang
dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana
ke udara. (Rohendi, 2005).

Pertanian organik menjadi hal yang saat ini sedang dikembangkan dengan pesat.Hal ini dilata rbelakangi
dengan masalah,dimana semakin jenuhnya pemberian pupuk yang berasal dari industri. Tanah semakin
kering, semakin kurangnya kandungan hara organik yang pada akhirnya merugikan petani.Dasar inilah
diperlukan upaya dalam peningkatan kebutuhan bahan organik bagi tanaman.Salah satunya adalah
dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik untuk diolah menjadi kompos.

Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang pertumbuhan bakteri (mikroorganisme) untuk
menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan sehingga terurai menjadi senyawa
lain.Proses yang terjadi adalah dekomposisi, yaitu menghancurkan ikatan organik molekul besar menjadi
molekul yang lebih kecil, mengeluarkan ikatan CO2 dan H2O serta penguraian lanjutan yaitu transformasi
ke dalam mineral atau dari ikatan organik menjadi anorganik.Proses penguraian tersebut mengubah
unsur hara yang terikat dalam senyawa organik yang sukar larut menjadi senyawa organik yang larut
sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses
alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.Proses pengomposan oleh bahan organik
mengalami penguraian secara biologis,khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber energi.Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami
tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Karakteristik umum yang dimiliki kompos antara lain : mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah
yang bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan unsur secara lambat (slow release) dan dalam
jumlah terbatas dan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. Kehadiran
kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah dan,
meningkatkan meningkatkan kapasitas tukar kation. Hal yang terpenting adalah kompos justru
memperbaiki sifat tanah dan lingkungan, (Dipoyuwono, 2007).

Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan, sedangkan
proses pengolahan kompos sendiri sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan perbandingan C dan N
bahan baku, maka untuk menentukan standarisasi kompos adalah dengan membuat standarisasi proses
pembuatan kompos serta standarisasi bahan baku kompos, sehingga diperoleh kompos yang memiliki
standar tertentu. Setelah standar campuran bahan baku kompos dapat dipenuhi yaitu kelembaban ideal
50 – 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N bahan baku 30 :terdapat hal lain yang harus sangat
diperhatikan selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan pengawasan
terhadap:

Temperatur

Kelembaban

Odor atau Aroma, dan

pH

Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pengomposan yaitu :

Rasio C/NRasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba
memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N
di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila
rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan
lambat.
Ukuran PartikelAktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih
luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan
lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk
meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

AerasiPengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara
alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara
yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air
bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan
menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau
mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

Porositasadalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan
mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara.
Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka
pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

Kelembaban (Moisture content)Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses
metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. Kelembaban 40 – 60
% adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas
mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila
kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas
mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

Temperatur/suhu panas dihasilkan dari aktivitas mikroba.

Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses
dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang
berkisar antara 30 – 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari
60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan
hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih
gulma.

pH,Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses
pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5

Lama pengomposan

Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode
pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara
alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos
benar-benar matang.(Jakmi,2009)
Mengetahui kematangan kompos dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu :

Dicium : kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum. Apabila kompos tercium bau
yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang
mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti
kompos masih belum matang.

Kekerasan bahan : kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk kompos
mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas – remas akan mudah hancur.

Warna kompos : kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam – hitaman. Apabila kompos masih
berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang.
Selama proses pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium jamur yang
berwarna putih.

Penyusutan : terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya
penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan
berkisar antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses
pengomposan belum selesai dan kompos belum matang.

Suhu : suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang
masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum
cukup matang.

Sifat khusus dari pupuk organik antara lain kandungan hara rendah dan sangat beragam, pelepasan hara
terjadi secara lambat, penyediaan hara dengan jumlah terbatas. Keunggulan dalam pemanfaatan pupuk
organik antara lain adalah perbaikan pada sifat fisik tanah, perkayaan kandungan kimiawi tanah lebih
berimbang, meningkatkan biodiversitas kehidupan biologi tanah, dan aman bagi lingkungan. Walaupun
demikian pupuk organik juga memiliki kelemahan antara lain memerlukan jumlah besar bagi satu musim
tanaman, jumlah dan jenis hara sangat beragam, voluminous/bulky dalam transportasi dan dosisi
lapangan, berdampak negatif jika diberikan belum matang benar.

Secara umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi tiga,
yaitu:

1. Menanipulasi kondisi/faktor – faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan.


2. Menambahkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba

pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing).

3. Menggabungkan strategi pertama dan kedua.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek Ekonomi

menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.

mengurangi volume/ukuran limbah.

Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

Aspek lingkungan

Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik
yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah.

Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbuna

Aspek bagi tanah/tanaman:

Meningkatkan kesuburan tanah

Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah


Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah

Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)

Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman

Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah(amaminimoy,2008)

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam praktikum ini yaitu bagaimanakah perbandingan hasil kompos yang berasal dari
dedaunan hijau basah yang menggunakan EM4 dengan yang menggunakan air sampah sebagai
starternya ?

METODE

Metode yang digunakan adalah metode free inquiry dimana mahasiswa secara bebas dan mandiri
melakukan praktikum baik dalam menentukan variable-variabelnya serta langkah kerja yang dilakukan.
VARIABEL

Variabel yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari variable bebas, variable terikat dan variable
kontrol. Variabel bebas dalam praktikum ini yaitu jenis starter yang digunakan ( EM4 dan air sampah).
Variabel terikatnya yaitu alat dan bahan yang digunakan ( kecuali jenis starter), komposisi bahan, waktu
dan kondisi lingkungan (anaerobik).

ALAT dan BAHAN

a) Alat :

1. Ember / keranjang plastik ( 2 buah )

2. Plastik sampah ( Trash bag ) ( 2 buah)

3. pisau / cutter

4. botol bekas air mineral ( 2 buah)

5. sarung tangan

b) Bahan :
1. Dedaunan hijau basah ( rumput, daun singkong, kedebong pisang)

2. Larutan EM4

3. air sampah

4. sekam / sisa serbuk kayu

5. gula pasir

6. tanah

7. air

LANGKAH KERJA

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dedaunan hijau seperti rumput, daun singkong, kedebong pisang dicacah atau dipotong kecil-kecil
dengan menggunakan pisau / cutter. Setelah itu dicuci bersih.

3. Cairkan gula pasir dengan air sebanyak 250 gram ke dalam sebuah botol air mineral. Kocok atau aduk
hingga rata.
4. kemudian, larutkan larutan EM4 sebanyak 10 ml dengan air sebanyak 250 ml di botol bekas air mineral
yang lainnya.

5. Plastik sampah kemudian dimasukkan ke dalam masing- masing keranjang plastik.

6. Serbuk kayu dimasukkan ke dalam plastik sampah secukupnya. Kemudian masukkan dedaunan yang
telah dicacah tersebut sekitar 2 genggaman. Lalu, ditumpuk lagi dengan sebaran tanah sekitar 1
genggam. Siram dengan larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml. Keranjang plastik I disiram
dengan larutan EM4, sedangkan keranjang plastik II disiram dengan air sampah. Dan diaduk hingga
merata.

7. Setelah itu, lakukan hal yang sama hingga beberapa lapis dan keranjang plastiknya hampir penuh. Dan
aduk hingga merata.

8. kemudian ikat ujung plastik sampah dengan kuat, hingga tertutup rapat. Dan simpan di tempat yang
teduh.

9. Secara berkala sekitar 2-3 hari, amati perubahan yang terjadi pada kompos sambil ditambahkan
larutan gula, dan aduk kembali hingga merata. Plastik kompos ditutup kembali.
Hasil data

Hari dan aerasi Kompos starter EM4 Kompos starter air sampah

Hari ke-1 Dedaunan hijau segar, bau khas EM4 Dedaunan hijau segar, bau khas air sampah yang
busuk

Hari ke-4 aerasi 1 Dedaunan tidak nampak berubah drastis seperti semula, aroma tidak terlalu bau
Dedaunan tidak nampak berubah drastis seperti semula, aroma tidak terlalu bau.

Hari ke-8 aerasi 2 Dedaunan me-layu agak kecoklatan, masih terdapat daun yang hijau, aroma
sangat menusuk Dedaunan me-layu melebihi substrat EM4, masih terdapat daun hijau, aroma
tidak sebau EM4 yang menusuk
Hari ke-12 aerasi 3 Dedaunan terlihat melayu keseluruhan, berwarna coklat lebih gelap dari semula,
aroma tetap menusuk tetapi tidak sebau substrat kompos air sampah di hari akhir ini. Dedaunan
terlihat melayu keseluruhan, berwarna coklat lebih gelap dari semula, aroma sangat menusuk, melebihi
bau yang ditimbulkan dari EM4.

PEMBAHASAN

Berdasarkan pustaka yang dipakai, tata cara atau langkah yang kami kerjakan sama, hanya saja sedikit
perbedaan, yaitu pada starter. Kami menentukan variabel kontrol dengan perbedaan pada starter antara
starter organik yang berasal dari air sampah pasar dan starter buatan yaitu EM4 komposisinya
mengandung beragam jenis bakteri yang ditentukan. Tata cara yang kami gunakan dengan kondisi
anaerob dimana starter dan substrat dibiarkan kedap udara yaitu dengan penaruhan pada kantung
polibag yang diikat rapat. Dengan tiga hari sekali dilakukan aerasi dan pemberian gula sebagai makanan
tambahan bagi dekomposer. Substrat yang kami pakai yaitu dedaunana seperti jenis rumput yang masih
hijau, daun singkong segar, dua genggam tanah, serbuk kayu gergaji yang gunanya sebagai penyerap air
dan penambahan gula sebagai awal makanan starter. Pada percobaan ini suhu yang dipakai sama dengan
keadaan ruang yaitu 26 oC. Pengomposan ini berlangsung selama dua minggu.

Berdasarkan sumber, untuk mendapatkan hasil kompos yang baik yaitu dengan melihat perubahannya
terutama pada warna, semakin hitam bertandakan kompos ini sudah jadi atau siap untuk digunakan.
Dilihat dari data hasil praktikum, kedua kompos yang kami buat mengalami pembusukan dengan
menunjukan perubahan warna tetapi warna dari kedua kompos belum terlihat hitam hanya berwarna
coklat, ini mungkin disebabkan substrat yang kami pakai hanyalah dedaunan dan sedikit penambahan
tanah serta serpihan kayu gergaji, selain itu dedaunan yang kami gunakanpun bukanlah dedaunan kering
tetapi dedaunan yang sengaja dipotong karena pertumbuhannya sudah melebihi, seperti rumput dan
penambahan lainnya adalah daun singkong hijau sisa pasar. Pada aerasi pertama belum terlihat
perubahan spesifik dari dedaunan kedua kompos tetapi pada aerasi kedua sudah terlihat kondisi
pengomposan yaitu dedaunan mulai melayu berwarna coklat muda terlihat kedua kompos mengalami
ini hanya saja perbedaan juga nampak pada kompos dengan starter air sampah organik membuat
substrat lebih lunak atau melayu, sedangkan pada EM4 tidak selayu pemakaian air sampah, nampak
masih terdapat dedaunan yang agak terlihat segar. Disini terlihat kerja air sampah organik lebih baik
dibanding starter EM4.

Selain warna yang berubah dapat dirasakan aroma kedua kompos yang berbau busuk, awalnya substrat
yang diperlakukan dengan starter EM4 memiliki aroma EM4 seperti bau madu yang menusuk sedangkan
substrat yang diperlakukan dengan starter air sampah memiliki bau sampah yang juga menusuk seperti
bau busuk, setelah dibiarkan selama tiga hari dalam kondisi anaerob dan akhirnya dilakukan aerasi dihari
ketiga, (aerasi merupakan pemberian udara pada kompos dengan cara pengadukan) tercium bau berasal
dari kedua kompos, dilihat dari peristiwa ini dapat diketahui bahwa kedua kompos ini sama-sama
diuraikan oleh bakteri-bakteri penghasil sulfur yaitu jenis bakteri anaerob yang juga selama proses
pengomposanpun wadah dibiarkan tertutup tanpa oksigen, selain sulfur bakteri-bakteri ini menghasilkan
senyawa lain dan macam asam oraganik seperti asam asetat, butirat, valerat, puttrecine, amonia dan
H2S(http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos). Adapun perbedaan yang muncul dari aroma, ketika kompos
berstarter air sampah pada aerasi kedua tidak berbau setajam mulanya, berbeda dengan kompos
berstarter EM4 yang memiliki aroma menusuk pada aerasi kedua. Disini dapat dilihat adanya kerja
bakteri EM4 aktif ekstra ketika semakin lama diperam. Tetapi pada aerasi berikutnya kedua kompos
memberikan aroma yang tetap menusuk, pada starter air sampah mengeluarkan bau busuk yang sangat
menyengat dan melebihi bau kompos berstarter EM4.

Dari beberapa kondisi yang terlihat, pengomposan tanpa udara/anaerob memacu bakteri-bakteri yang
suka tanpa oksigen untuk menguraikan substrat ini dan kerja bakteri suka oksigen terhambat akibatnya
bakteri anaerobik ini yang mendominasi dan mereduksi senyawa-senyawa khas beraroma tak sedap. Dari
segi ukuran antara sebelum pengkomposan dengan yang sudah terlihat perubahan, ini yang
mengakibatkan proses pengkomposan terlaksana.
Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

juga nampak pada kompos dengan starter air sampah organik membuat substrat lebih lunak atau
melayu, sedangkan pada EM4 tidak selayu pemakaian air sampah, nampak masih terdapat dedaunan
yang agak terlihat segar. Disini terlihat kerja air sampah organik lebih baik dibanding starter EM4.

Dari beberapa kondisi yang terlihat, pengomposan tanpa udara/anaerob memacu bakteri-bakteri yang
suka tanpa oksigen untuk menguraikan substrat ini dan kerja bakteri suka oksigen terhambat akibatnya
bakteri anaerobik ini yang mendominasi dan mereduksi senyawa-senyawa khas beraroma tak sedap. Dari
segi ukuran antara sebelum pengkomposan dengan yang sudah terlihat perubahan, ini yang
mengakibatkan proses pengkomposan terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA

Crawford,J.H. 2003. KOMPOS. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia

Dipoyuwono .2007.Meningkatkan Kualitas Kompos. Meningkatkan Kualitas Kompos. Kiat Menggatasi


Permasalahan Praktis.Jakarta: Agromedia Pustaka.

Rohendi, E.2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah.DKI Jakarta:sebuah prosiding Bogor ,08 April
2012
Sutedjo.2002.Potensi dan Pemanfatan limbah gula sebagai Bahan pembuatan pupuk Organik
Tanah.Jakarta:Nalai industri Indonesia

pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/…/bpp09039.pdf

http:// factor-faktor yang mempengaruhi suhu pengomposan.com .

LAMPIRAN

Kompos dengan starter EM4

Serbuk kayu dimasukkan ke dalam plastik sampah secukupnya


Kemudian masukkan dedaunan yang telah dicacah tersebut sekitar 2 genggaman.

Lalu, ditumpuk lagi dengan sebaran tanah sekitar 1 genggam.

Siram dengan larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml. Keranjang plastik I disiram dengan
larutan EM4, sedangkan keranjang plastik II disiram dengan air sampah. Dan diaduk hingga merata.
kemudian ikat ujung plastik sampah dengan kuat, hingga tertutup rapat. Dan simpan di tempat yang
teduh.

Kompos dengan starter air sampah (mol)

Serbuk kayu dimasukkan ke dalam plastik sampah secukupnya


Kemudian masukkan dedaunan yang telah dicacah tersebut sekitar 2 genggaman.

Lalu, ditumpuk lagi dengan sebaran tanah sekitar 1 genggam.


Siram dengan larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml. Keranjang plastik I disiram dengan
larutan EM4, sedangkan keranjang plastik II disiram dengan air sampah. Dan diaduk hingga merata.

kemudian ikat ujung plastik sampah dengan kuat, hingga tertutup rapat. Dan simpan di tempat yang
teduh.

Picture1

Picture2

Picture3

Picture4

Picture5
Picture6

Picture7

Picture8

Picture9

Picture10
Advertisements

Share this:

TwitterFacebook

Loading...

About anggun wicaktini

aku suka baca dan nyanyi... kadang males ngapa2in.. Lebih pilih baca buku dari pd ngbrol yg sia-sia

View all posts by anggun wicaktini →

This entry was posted in tugas kuliah and tagged air, bioaktivator EM4, bioteknologi, kompos organik,
laporan bioteknologi, pembuatan pupuk kompos, pupuk dari sampah hijau, pupuk organik. Bookmark
the permalink.

← muslimahTIMSS DAN PISA →

3 Responses to Laporan praktikum PEMBUATAN PUPUK KOMPOS ORGANIK MENGGUNAKAN


BIOAKTIVATOR EM4 DAN AIR SAMPAH

EnergiPutraBangsa says:

September 21, 2014 at 1:17 pm

Informasi menarik lengkap…

Tempat Sampah berbahan Fiberglass dapat digunakan sebagai sarana / media alternatif untuk
membuang sampah

Reply

Kidu says:

September 5, 2018 at 1:33 pm

jangan seenaknya tebar backlink, modal dikit kalau mau pasang backlink. kasian yang punya halaman

Reply

Kidu says:
September 5, 2018 at 1:31 pm

mantap, makasih atas ilmunya.

Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment

Name *

Email *

Website

Post Comment

Notify me of new comments via email.

Notify me of new posts via email.

anggun wicaktini

anggun wicaktini

aku suka baca dan nyanyi... kadang males ngapa2in.. Lebih pilih baca buku dari pd ngbrol yg sia-sia

View Full Profile →

terima kasih sudah berkunjung

MATA KULIAH –… on TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Kidu on Laporan praktikum PEMBUATAN PU…


Kidu on Laporan praktikum PEMBUATAN PU…

witramaryam on Muntah berlebih pada ibu hamil…

ummuqisya on Muntah berlebih pada ibu hamil…

Blogs I Follow
June 2014

M T W T F S S

« May Jul »

2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15

16 17 18 19 20 21 22

23 24 25 26 27 28 29

30

Archives

August 2017
May 2017

March 2015

February 2015

October 2014

August 2014

July 2014

June 2014

May 2014

March 2014

November 2013

May 2013

November 2012

April 2012

January 2010

August 2009

July 2009

June 2009

May 2009

February 2009

January 2009

Recent Posts

OUR WEDDING (ANGGUN & SURYONO)

Curhatan perasaan Cinta

Tumor Jinak Payudara

Muntah berlebih pada ibu hamil Pengalam Hyperemesis Gravidarum


RPP kurikulum 2013 sistem indera pembau dan pengecap

Twitter Updates

RT @salimafillah: Ramadhan nanti, Maghrib memberi pelajaran; bahkan gelap pun akan
membahagiakan, jika kita telah menempuh perjuangan. http… 4 years ago

smangat fokus target yg di inginkan ^_^ 4 years ago

peringatan hari kartini di SMPN 2 Tangsel,, seru.. semua murid dan guru cewek pake kebaya,, cantik2..
^_^ 4 years ago

makna kehidupan 4 years ago

semangat terus dalam hal kebaikan utk bekal akhirat 4 years ago

Categories

allohu akbar

ISLAM

kelas IX ia 3 gillaa..

lirik lagu

tugas kuliah

tugas skull

Ukhti

Meta

Register

Log in

Entries RSS

Comments RSS

WordPress.com

Advertisements

Berbagi Ilmu Create a free website or blog at WordPress.com.


Close and accept Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree
to their use.

To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

Follow

:)

Skip to main content

Academia.edu

LOG INSIGN UP

Laporan Praktikum Pembuatan Kompos

Achmad Rizki Azhari

Achmad Rizki Azhari

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i Daftar


Isi................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang .................................................................................... 1 B.

Rumusan Masalah ............................................................................... 2 C.

Tujuan ................................................................................................. 2 BAB II Tinjauan Pustaka A.

Kompos .............................................................................................. 3 B.
Proses Pengomposan Anaerobik ......................................................... 3 C.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan


Anaerobik ............................................................................................ 4 D.

Aktivator ............................................................................................. 6 E.

Kol ....................................................................................................... 6 F.

Limbah Sayuran .................................................................................. 6 G.

Manfaat Kompos ................................................................................. 7 BAB III METODE KERJA A.

Alat ..................................................................................................... 10 B.

Bahan .................................................................................................. 10 C.

Cara Kerja .......................................................................................... 11 BAB IV HASIL A.

Hasil ................................................................................................... 13 B.

Pembahasan ........................................................................................ 15 BAB V PENUTUP A.

Kesimpulan......................................................................................... 20 B.

Saran ................................................................................................... 20 Daftar Pustaka Lampiran


1

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang

Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah,
penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas manusia lainnya. Sampah merupakan hasil
sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai.Sampah juga merupakan bagian terintim
dari diri manusia yang hingga saat ini masalahnya selalu menarik untuk dibicarakan tetapi menakutkan
untuk dijamah. Berawal dari keberadaan sampah tersebut maka estetika akan berkurang nilainya jika
sampah dibiarkan ada dimana-mana. Semua riset mengatakan bahwa pertambahan jumlah sampah
sama dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga, semakin banyak penduduk yang menghuni
bumi maka jumlah sampah juga akan semakin bertambah. Kesadaran masyarakat tentang hidup bersih
dan teratur perlu terus ditumbuhkan, salah satunya dalam penanganan sampah dari skala rumah tangga
karena sampah juga merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk mengubah kebiasaan
membuang sampah menjadi mengelola sampah perlu upaya yang dimulai secara individual di setiap
rumah. Untuk menjaga lingkungan bersih bebas dari sampah salah satu solusinya mengubah kebiasaan
membuang sampah untuk mengolah sampah menjadi kompos dimulai dari sampah rumah tangga.
Karena sebagiansampah yang dihasilkan merupakan sampah organik (sampah basah), yaitu mencapai
60-70% dari total volume sampah, yang berasal dari dapur dan halaman. Sampah organik ini, jika
pengelolaannya tidak secara benar maka akan memberikan bau busuk (H2S dan FeS) dan akan menjadi
sumber lalat, bahkan dapat menjadi sumber lebih dari 25 jenis penyakit.

Sampah organik yang masih mentah, apabila diberikan secara langsung ke dalam tanah, justru akan
berdampak menurunkan ketersediaan hara tanah, disebabkan sampah organik langsung akan disantap
oleh mikroba. Populasi mikroba yang tinggi, justru akan memerlukan hara untuk tumbuh dan
berkembang, dan hara tadi diambil dari tanah yang seyogyanya digunakan oleh tanaman, sehingga
mikroba dan tanaman saling bersaing merebutkan hara yang ada. Berdasarkan keadaan tersebut, justru
akan terjadi gejala kekurangan hara nitrogen (N) yang sering ditunjukan oleh daun berwarna kekuning-
kuningan (clorosis). Alam memiliki andil besar dalam pengolahan sampah secara otomatis terutama
sampah organik. Akan tetapi kerja keras alam dalam pengolahan sampah secara natural sangat tidak
berimbang dibanding berjuta ton volume sampah yang diproduksi. Selain itu sampah tidak selalu harus
dibuang karena dengan sedikit kreatifitas dan kerja keras manusia, sampah yang tidak layak pakai dapat
berubah menjadi barang kaya manfaat. Beragam jenis sampah, terutama sampah organik dapat dengan
mudah dan sederhana diaplikasikan menjadi bahan olahan.
B.

Rumusan Masalah

Bagaimana pengolahan sampah sederhana dengan cara pembuatan kompos menggunakan bahan dasar
sampah sayur secara anaerobik dan dengan perlakuan pemberian biosin dan molase?

C.

Tujuan

a.

Mahasiswa mengetahui cara pengolahan sampah sederhana melalui pembuatan kompos secara
anaerobik dengan menggunakan bahan dasar sampah sayur dengan perlakuan pemberian biosin dan
molase. b.

Mahasiswa mampu mengaplikasikan sampah menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan yaitu proses
pengomposan sebagai pupuk bagi tanaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Kompos

Pupuk dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanah agar dapat menambah unsur
hara atau zat makanan yang diperlukan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Pupuk
organik adalah bahan organik yang umumnya berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan ke
dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen yang berasal
dari tumbuhan dan hewan. Suriawiria (2003) menyatakan bahwa pupuk organik mempunyai kandungan
unsur hara, terutama N, P, dan K yang relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk anorganik, tetapi
mempunyai peranan lain yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan
kesehatan tanaman. Pengomposan menurut Yang (1997), merupakan suatu proses biooksidasi yang
menghasilkan produk organik yang stabil dan dapat dikontribusikan secara langsung ke tanah serta
digunakan sebagai pupuk. Harada et al. (1993) menyatakan produk dari pengomposan berupa kompos
apabila diberikan ke tanah akan mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologis tanah.

B.

Proses Pengomposan Anaerobik

Dekomposisi secara anaerobik merupakan modifikasi biologis pada struktur kimia dan biologi bahan
organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara). Proses tersebut merupakan proses yang dingin dan
tidak terjadi fluktuasi suhu, seperti yang terjadi pada proses pengomposan aerobik. Proses
pengomposan secara anaerobik akan menghasilkan metana (alkohol), CO2, dan senyawa lain seperti
asam organik yang memiliki berat molekul rendah (asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam
laktat).

Proses anaerobik umumnya dapat menimbulkan bau yang tajam. Sisa hasil pengomposan anaerobik
berupa lumpur yang mengandung air sebanyak 60% dengan warna cokelat gelap sampai hitam.
Kehilangan unsur hara pada proses pengomposan secara anaerobik sedikit, sehingga umumnya
mempunyai kandungan unsur hara yang lebih tinggi dari proses pengomposan secara aerobik (Samekto,
2006

C.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan Anaerobik

1.

Ukuran Bahan Proses pengomposan dapat dipercepat jika bahan mentah kompos dicincang menjadi
bahan yang lebih kecil. Bahan yang kecil akan cepat didekomposisi karena peningkatan luas permukaan
untuk aktivitas organisme perombak (Gaur, 1983). Menurut Murbandono (1993), sampai batas tertentu
semakin kecil ukuran partikel bahan maka semakin cepat pula waktu pelapukannya 2.

Rasio Karbon-Nitrogen (C/N) Rasio C/N bahan organik merupakan faktor yang paling penting dalam
pengomposan. Hal tersebut disebabkan mikroorganisme membutuhkan karbon untuk menyediakan
energi (Gunawan dan Surdiyanto, 2001) dan nitrogen yang berperan dalam memelihara dan membangun
sel tubuhnya (Triadmojo, 2001). Kisaran rasio C/N yang ideal adalah 20-40, dan rasio yang terbaik adalah
30 (Center for policy and Implementation Study, 1992). Rasio C/N yang tinggi akan mengakibatkan
proses berjalan lambat karena kandungan nitrogen yang rendah, sebaliknya jika rasio C/N terlalu rendah
akan menyebabkan terbentuknya amoniak, sehingga nitrogen akan hilang ke udara (Gunawan dan
Surdiyanto, 2001) 3.

Temperatur Pengomposan Pengomposan akan berjalan optimal pada suhu yang sesuai dengan suhu
optimum pertumbuhan mikroorganisme perombak. Menurut Murbandono (1993), suhu optimum
pengomposan berkisar antara 35-55 oC, akan tetapi setiap kelompok mikroorganisme mempunyai suhu
optimum yang berbeda

sehingga suhu optimum pengomposan merupakan integasi dari berbagai jenis mikroorganisme. 4.

Derajat Keasaman (pH) Identifikasi proses degradasi bahan organik pada proses pengomposan dapat
dilakukan dengan mengamati terjadinya perubahan pH kompos. Menurut Center for Policy and
Implementation Study (1992), derajat keasaman (pH) yang dituju adalah 6-8,5 yaitu kisaran pH yang
pada umumnya ideal bagi tanaman. Hasil dekomposisi bahan organik ini menghasilkan kompos yang
bersifat netral sebagai akibat dari sifatsifat basa bahan organik yang difermentasikan. Pada
pengomposan pupuk organik padat nilai pH pada hari ketiga berkisar dari 7,66-8,84 dan hari ke-enam
berkisar pada 8,66-9,08 (Nengsih, 2002). 5.

Mikroorganisme yang Terlibat dalam Pengomposan Pengomposan akan berjalan lama jika
mikroorganisme perombak pada permulaannya sedikit. Mikroorganisme sering ditambahkan pada bahan
yang akan dikomposkan yang bertujuan untuk mempercepat proses pengomposan (Indriyani, 1999).
Populasi mikroorganisme selama berlangsungnya proses pengomposan akan berfluktuasi. Berdasarkan
kondisi habitatnya (terutama suhu), mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan tersebut terdiri
dari dua golongan yaitu mesofilik dan termofilik. Mikroorganisme mesofilik adalah mikroorganisme yang
hidup pada suhu antara 45-65 oC. Pada waktu suhu tumpukan kompos kurang dari 45 oC, maka proses
pengomposan dibantu oleh mesofilik di atas suhu tersebut (45-65 oC) mikroorganisme yang berperan
adalah termofilik (Gaur, 1983 dan Center for Policy and Implementation Study, 1992). Menurut Center
for Policy and Implementation Study (1992), mikroorganisme mesofilik pada hakekatnya berfungsi
memperkecil ukuran partikel zat organik sehingga luas permukaan partikel bertambah. Menurut Gaur
(1983), bakteri termofilik yang tumbuh dalam waktu yang terbatas berfungsi untuk mengkonsumsi
karbohidrat dan protein, sehingga bahan-bahan kompos dapat terdegradasi dengan cepat.
DOWNLOAD PDF

Find new research papers in:

Physics

Chemistry

Biology

Health Sciences

Ecology

Earth Sciences

Cognitive Science

Mathematics

Computer Science

Skip to main content

Academia.edu

LOG INSIGN UP

laporan pertanian organik kompos

sherli amriyanti

Sherli Amriyanti

LAPORAN PRAKTIKUMPERTANIAN ORGANIK “KOMPOS”Oleh :Nama : Sherli AmriyantiNim : 135!


"1111"3Kela#: AKel$m%$&: Kami# 1'3(1"'1UNI)ERSITAS *RA+I,A-A.AKULTAS
PERTANIANPROGRAM STU/I AGROEKOTEKNOLOGIMALANG"10

*A* 1PEN/AULUAN
1.1Latar BelakangPertanian organik menjadi hal yang saat sedang dikembangkan dengan pesat. Hal ini
dilatarbelakangi dengan masalah dimana semakin jenuhnya pemberian pupuk yang berasal dari industri.
Tanah semakin kering, semakinmiskin kandungan hara organik yang pada akhirnya merugikan petani dan
pertanian saat ini. Atas dasar itulah diperlukan upaya dalam peningkatankebutuhan bahan organik bagi
tanaman. Salah satunya adalah denganmemanfaatkan sisasisa bahan organik untuk diolah menjadi
kompos. !omposmerupakan hasil dari pelapukan bahanbahan berupa dedaunan, jerami,kotoran he"an,
dan sampah kota. Proses diper#epat melalui bantuan manusia.Se#ara garis besar membuat kompos
berarti merangsang pertumbuhan bakteri$mikroorganisme% untuk menghan#urkan atau menguraikan
bahanbahan yangdikomposkan sehingga terurai menjadi senya"a lain.Proses yang terjadi adalah
dekomposisi, yaitu menghan#urkan ikatanorganik molekul besar menjadi molekul yang lebih ke#il,
mengeluarkan ikatan&'( dan H(' serta penguraian lanjutan yaitu transformasi ke dalam mineralatau dari
ikatan organik menjadi anorganik. Proses penguraian tersebutmengubah unsur hara yang terikat dalam
senya"a organik yang sukar larutmenjadi senya"a organik yang larut sehingga dapat dimanfaatkan
olehtanaman. !arakteristik umum yang dimiliki kompos antara lain ) mengandungunsur hara dalam jenis
dan jumlah yang ber*ariasi tergantung bahan asal,menyediakan unsur se#ara lambat $slo" release% dan
dalam jumlah terbatasdan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah.!
ehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan akti*itas pada
tanah dan, meningkatkan meningkatkan kapasitastukar kation. Hal yang terpenting adalah kompos justru
memperbaiki sifattanah dan lingkungan, $+juamani,(-%. 'leh karena itu, pertanian organik merupakan
salah satu upaya dalamme"ujudkan pertanian sistem berkelanjutan dengan

menerapkan teknologi atau teknik yang menyesuaikan agar ekosistem tetap berjalan seperti apa adanya
dan tidak menggangu keseimbangan lingkungan.1.(TujuanTujuan dari praktikum pembuatan kompos
adalah)1.engetahui #ara dan proses pengomposan se#ara aerob dan anaerob(.engetahui
bahanbahan untuk pembuatan kompos

*A* "TIN,AUAN PUSTAKA

(.1Pupuk 'rganik Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa sisa tanaman, he"an, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau #air yang
digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak
bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahanorganik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen$jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa%, limbahternak,
limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbahkota $sampah%.(.(a#amma#am
pupuk organik Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani dilapangan. Se#ara umum
pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya. +ilihat dari segi bentuk, terdapat
pupuk organik #air dan padat. Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk
kandang, pupuk kompos dan pupuk hayati organik.a.Pupuk hijauPupuk hijau merupakan pupuk yang
berasal dari pelapukan tanaman, baik tanaman sisa panen maupun tanaman yang sengaja ditanam
untuk diambil hijauannya. Tanaman yang biasa digunakan untuk pupuk hijaudiantaranya dari jenis
leguminosa $ka#angka#angan% dan tanaman air $a/ola%. 0enis tanaman ini dipilih karena memiliki
kandungan hara,khususnya nitrogen, yang tinggi serta #epat terurai dalam tanah.Pengaplikasian pupuk
hijau bisa langsung dibenamkan kedalam tanah ataumelalui proses pengomposan. Sementara itu, di
lahan sa"ah para petani biasa menggunakan a/ola sebagai pupuk hijau. A/ola merupakan tanaman pakis
air yang banyak tumbuh se#ara liar di sa"ah. Tanaman ini hidup dilahan yang banyak mengandung air.
A/ola bisa langsung digunakansebagai pupuk dengan #ara dibenamkan kedalam tanah pada saat
pengolahan lahan $ndriani,(%. b.Pupuk kandangPupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari
kotoran he"an sepertiunggas, sapi, kerbau dan kambing. Se#ara umum pupuk kandang

dibedakan berdasarkan kotoran he"an yang ken#ing dan tidak ken#ing.&ontoh he"an yang ken#ing
adalah sapi, kambing dan kerbau. He"anyang tidak ken#ing kebanyakan dari jenis unggas seperti ayam,
itik dan bebek. !arateristik kotoran he"an yang ken#ing "aktu penguraiannyarelatif lebih lama,
kandungan nitrogen lebih rendah, namun kaya akanfosfor dan kalium. Sedangkan karakteristik kotoran
he"an yang tidak ken#ing "aktu penguraiannya lebih #epat, kandungan nitrogen tinggi,namun kurang
kaya fospor dan kalium. Pupuk kandang banyak dipakaisebagai pupuk dasar tanaman karena
ketersediaannya yang melimpah dan proses pembuatannya gampang. Pupuk kandang tidak memerlukan
proses pembuatan yang panjang seperti kompos. !otoran he"an #ukupdidiamkan sampai keadaannya
kering dan matang sebelum diaplikasikanke lahan $ndriani,(%.#.Pupuk komposPupuk kompos
adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahanorganik melalui proses biologis dengan bantuan
organisme pengurai.'rganisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganismeataupun
makroorganisme. ikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri, jamur atau kapang. Sedangkan
makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah #a#ing tanah. +ilihat dari proses
pembuatannya, adadua metode membuat pupuk kompos yaitu proses aerob $melibatkanudara% dan
proses anaerob $tidak melibatkan udara% $ndriani,(%.d.Pupuk hayati organik Pupuk hayati
merupakan pupuk yang terdiri dari organisme hidupyang memiliki kemampuan untuk meningkatkan
kesuburan tanah danmenghasilkan nutrisi penting bagi tanaman. Pupuk hayati bekerja tidak seperti
pupuk organik biasa yang bisa langsung meningkatkan kesuburantanah dengan menyediakan nutrisi
untuk tanaman. Pupuk ini se#ara alamimenyediakan nutrisi melalui proses gradual dengan #ara
memfikasi unsur 2 dari atmosfer, melarutkan fosfor dan mensintesis /at/at lain yangdibutuhkan
tanaman. 0adi, dengan pupuk hayati siklus penyuburan tanahakan berlangsung terus menerus dan
se#ara berkelanjutan. Pupuk hayatidibuat dengan mengisolasi bakteribakteri tertentu seperti
A/otoba#ter #hoo#o#umyang berfungsi mengikat unsur unusr 2, Ba#illus
5

DOWNLOAD FILE

Find new research papers in:

Physics

Chemistry

Biology

Health Sciences

Ecology

Earth Sciences

Cognitive Science

Mathematics

Computer Science

Anda mungkin juga menyukai

  • Attachment
    Attachment
    Dokumen14 halaman
    Attachment
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Makalah Evolusi
    Makalah Evolusi
    Dokumen21 halaman
    Makalah Evolusi
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Peran Usaha
    Peran Usaha
    Dokumen10 halaman
    Peran Usaha
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Hadis
    Hadis
    Dokumen11 halaman
    Hadis
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Pratikum Cacing
    Pratikum Cacing
    Dokumen45 halaman
    Pratikum Cacing
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Makalah Evaluasi Kelompok 6
    Makalah Evaluasi Kelompok 6
    Dokumen14 halaman
    Makalah Evaluasi Kelompok 6
    Salfiana Ilyas
    Belum ada peringkat
  • Estimasi
    Estimasi
    Dokumen45 halaman
    Estimasi
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Attachment
    Attachment
    Dokumen5 halaman
    Attachment
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Giardia
    Giardia
    Dokumen7 halaman
    Giardia
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen12 halaman
    Laporan
    Rahmat Pullaweng
    100% (1)
  • Terapi Gen
    Terapi Gen
    Dokumen12 halaman
    Terapi Gen
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Keane Karaga Man
    Keane Karaga Man
    Dokumen5 halaman
    Keane Karaga Man
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Makalah Parasitologi
    Makalah Parasitologi
    Dokumen23 halaman
    Makalah Parasitologi
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Popula Si
    Popula Si
    Dokumen5 halaman
    Popula Si
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat
  • Entamoeba
    Entamoeba
    Dokumen41 halaman
    Entamoeba
    Rahmat Pullaweng
    Belum ada peringkat