Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pratikum Estimasi Populasi Kacang Merah Dan Kacang Putih

Ekologi Hewan

Frima gita oktafia

1910007771007

DOSEN PENGAMPU : Drs. Elijonahdi M,Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

STKIP YAYASAN ABDI PENDIDIKAN

PAYAKUMBUH

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. karena atas berkat limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ekologi dasar yang berjudul “
Estimasi Kepadatan Populasi”
 Adapun penyusunan laporan ini adalah dengan maksud supaya dapat mengidentifikasi
kepadatan dari estimasi populasi dan dapat menganalisis nilai besar ukuran suatu populasi,
standar error, dan selang kepercayaan.
Lewat pengamatan ini, beragam tantangan penulis rasakan, oleh sebab itu, selesainya
laporan ini tentu saja bukan hanya sekedar kerja keras dari penulis saja. Akan tetapi, karena
bantuan dari dukungan yang diberikan oleh segenap pihak yang terlibat. Berkaitan dengan
perihal ini, penulis ucapkan terima kasih kepada pak Drs Elijonahdi M,Si yang selalu membina
penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis sadar dalam penulisan laporan banyak
keterbatasan yang ada pada laporan ini. Dengan sebab itu, penulis meminta saran beserta kritik
yang membangun dari semua pihak supaya laporan ini lebih baik dan dapat berguna bagi
khalayak umum

Payakumbuh,28 desember
2021

penulis
DAFTAR ISI
 
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
A.Dasar Teori................................................................................................................. 1
B.Tujuan Praktikum..................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 4

BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................................................ 10


A.Waktu dan Lokasi................................................................................................... 10
B.Alat dan Bahan....................................................................................................... 10
C.Prosedur Kerja........................................................................................................ 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................... 11


A.Hasil ........................................................................................................................... 11
B.Analisa Data (Menggunakan Metode Petersen)............................................. 11
C.Pembahasan............................................................................................................ 14

BAB V
KESIMPULAN............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Populasi berasal dari bahasa latin yaitu ”populus” yang artinya rakyat, berarti penduduk.
Populasi dari suatu negara dimaksudkan adalah penduduk dari negara tersebut. Sedangkan
populasi yang dimaksudkan dalam ekologi adalah populasi dari spesies-spesies atau jenis-jenis
organisme. Populasi meliputi kumpulan individu-individu organisme di suatu tempat yang
memiliki sifat-sifat serupa, mempunyai asal-usul yang sama, dan tidak ada yang menghalangi
anggota-anggota individunya untuk berhubungan satu sama lain mengembangkan keturunan
secara bebas (Utina, 2009).
 
Populasi adalah sekelompok organisme yang mempunyai spesies sama (takson tertentu) serta
hidup/menempati kawasan tertentu pada waktu tertentu.(Tobing, 2008). Kelompok organisme
yang terdiri dari individu-individu satu species yang saling berinteraksi dan melakukan
perkembangbiakan pada satu tempat dan waktu tertentu disebut populasi (Alikorda, 2002 dalam
Samana, 2015).
 
Lebih lanjut dinyatakan bahwa populasi dapat dijumpai pada suatu wilayah yang dapat segala
kebutuhannya. Kebutuhan dasar populasi adalah berlindung, berkembang biak, makan dan air
serta pergerakan (Samana, 2015)
 
Sumber pakan dalam habitat juga merupakan salah satu faktor ekologi yang sangat menentukan
kelestarian primata. Kualitas dan kuantitas pakan dapat berpengaruh pada perilaku dan organisasi
sosial primata. Selain itu, pakan juga mempengaruhi luas daerah jelajah berhubungan dengan
perilaku pergerakan primata di samping upaya pemenuhan sumber energi untuk pertumbuhan
dan berkembang biak (Bismark, 1994 dalam Qiptiyah, 2012).
 
Suatu populasi memiliki sifat-sifat tertentu seperti kepadatan (densitas), laju/tingkat kelahiran
(natalitas), laju/tingkat kematian (mortalitas), sebaran umur dan sex (rasio bayi, anak, individu
muda, dewasa dengan jenis kelamin betina atau jantan), dan lain-lain. Sifat-sifat ini dapat
dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui / memahami kondisi suatu populasi secara alami
maupun perubahan kondisi populasi karena adanya pengaruh perubahan lingkungan. Sebagai
salah satu sifat populasi, densitas merupakan cerminan ukuran populasi (jumlah total individu)
yang hidup dalam kawasan tertentu. Ukuran populasi suatu spesies sangat penting diketahui;
selain untuk mengetahui kekayaan/kelimpahannya di suatu kawasan (alam), ukuran populasi
merupakan data dasar untuk menilai kemungkinan kelangsungan atau keterancaman
keberadaannya di alam, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan manajemen satwaliar. Ukuran
populasi dapat juga digunakan sebagai dasar dalam pendugaan kualitas lingkungan (habitat);
walaupun secara umum tidak akan lebih baik bila didasarkan pada keanekaragaman.

 
Perubahan ukuran populasi dalam suatu kawasan tertentu dapat merupakan indikasi
terjadinya perubahan kualitas lingkungan. Peningkatan ukuran populasi dapat terjadi bila kondisi
lingkungan membaik, paling tidak daya dukung lingkungan masih memungkinkan
berkembangnya populasi sebaliknya, penurunan ukuran populasi akan terjadi bila kondisi
lingkungan memburuk.
 
Ukuran (perubahan) populasi, walaupun dapat dijadikan sebagai dasar
pendugaan kualitas lingkungan suatu kawasan tertentu, tetapi tidaklah “fair” bila
digunakan untuk menilai/menduga perbe daan kualitas lingkungan (habitat) antar dua/lebih
kawasan. Bila ingin membandingkan dua/lebih kawasan berdasarkan populasi suatu spesies yang
hidup di masing-masing kawasan, maka luas masing-masing kawasan harus diperhitungkan.
Oleh karena itu, parameter pembanding bukan lagi ukuran populasi, tetapi adalah densitas
(jumlah individu per satuan luas). Densitas yang tinggi dapat merupakan indikasi bahwa kondisi
lingkungan (habitat) yang ditempati adalah lebih baik dibandingkan dengan lingkungan yang
ditempati oleh populasi dengan densitas lebih rendah; setidaknya, lingkungan tersebut relatif
lebih baik bagi spesies bersangkutan.
 
Ukuran populasi dan densitas merupakan parameter populasi yang saling berkaitan. Bila
densitas diketahui, maka ukuran populasi dalam suatu kawasan akan dapat diduga; demikian
juga sebaliknya. Berbagai metode telah banyak
dikemukakan untuk estimasi populasi, beberapa dapat diterapkan untuk berbagai spesies tetapi
beberapa metode umumnya hanya digunakan untuk spesies (takson) tertentu saja (Tobing, 2008).
 
Densitas bukanlah ciri yang statis, namun berubah seiring pertambahan atau pengurangan
individu dari populasi. Penambahan terjadi melalui kelahiran dan imigrasi (immigration), aliran
masuk individu dari daerah lain. Factor yang menyingkirkan individu dari populasi adalah
kematian (mortalitas) dan emigrasi (emmigration), pergerakan individu keluar dari populasi.
(Champbell, 2008).
 
Kepadatan populasi suatu spesies disuatu tempat tidak pernah tetap, kelahiran dapat
menambah populasi dan kematian akan mengurangi jumlah populasi, selain itu bertambah atau
berkurangnya populasi suatu spesies juga dipengaruhi oleh predator, ketersediaan makanan dan
habitat spesies tersebut (Suin, 2004 dalam Juniarmi, 2014).
 
Estimasi populasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan
perhitungan kepadatan suatu populasi (Shoim, 2016). Estimasi ukuran populasi secara akurat
sangat susah dilakukan, dan memerlukan teknik/metode tersendiri. Metode-metode yang
digunakan secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu : penghitungan
seluruh anggota populasi secara langsung, pendugaan ukuran populasi berdasarkan densitas, dan
pendugaan berdasarkan tanda-tanda khas (dari suatu spesies) yang ditinggalkan (Tobing, 2008).

B. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengidentifikasi kepadatan dari estimasi populasi
b.untuk menganalisis nilai besar ukuran suatu populasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Estimasi merupakan suatu upaya untuk mengetahui populasi dengan metode pengambilan
sampel menggunakan CMRR (Capture Mark Release Recapture) untuk menangkap hewan
sebagai sampel. Efektifitas dalam pencapaian hasil estimasi (perkiraan) populasi tergantung pada
ketelitian dan ketepatan penggunaan metode pengambilan sampel dengan cara Tangkap, tandai
lepas dan tangkap kembali. Selain itu, didukung oleh kondisi lingkungan yang kondusif dan
aman. Estimasi populasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan
kepadatan suatu populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan
dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau
persatuan penangkapan. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan
suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. (Shoim, 2016)
 
Dalam beberapa kasus, para ahli ekologi populasi mengestimasi densitas dari suatu
indeks ukuran populasi, misalnya jumlah sarang, liang jalur, seruan atau feses. Para ahli ekologi
juga menggunakan metode penandaan-penangkapan kembali (mark recapture
method). (Champbell, 2008)Estimasi ukuran populasi secara akurat sangat susah dilakukan, dan
memerlukan teknik/metode tersendiri.
Metode-metode yang digunakan secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga)
golongan, yaitu:

Penghitungan seluruh anggota populasi secara langsung, pendugaan ukuran populasi


berdasarkan densitas, dan pendugaan berdasarkan tanda-tanda khas (dari suatu spesies) yang
ditinggalkan. Ukuran populasi suatu spesies sangat penting diketahui; selain untuk mengetahui
kekayaan/kelimpahannya di suatu kawasan (alam), ukuran populasi merupakan data dasar untuk
menilai kemungkinan kelangsungan atau keterancaman keberadaannya di alam, dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan manajemen satwa liar. Ukuran populasi dapat juga digunakan sebagai
dasar dalam pendugaan kualitas lingkungan (habitat); walaupun secara umum tidak akan lebih
baik bila didasarkan pada keanekaragaman.

 
Perubahan ukuran populasi dalam suatu kawasan tertentu dapat merupakan indikasi terjadinya
perubahan kualitas lingkungan. Peningkatan ukuran populasi dapat terjadi bila kondisi
lingkungan membaik, paling tidak daya dukung lingkungan masih memungkinkan
berkembangnya populasi; sebaliknya, penurunan ukuran populasi akan terjadi bila kondisi
lingkungan memburuk (Shoim, 2016).

Estimasi Berdasarkan Tanda-Tanda Khas


Tanda-tanda yang dapat digunakan sebagai dasar dalam estimasi populasi adalah yang
bersifat spesifik. Ada dua tanda yang digunakan dalan estimasi berdasarkan tanda-tanda khusus.
 Estimasi berdasarkan suara
Metode ini hanya dapat menduga jumlah kelompok, karena tidak semua individu mengeluarkan
suara yang dapat dideteksi dengan baik. Estimasi populasi (jumlah kelompok) dilakukan dengan
menghitung suara yang terdeteksi pada areal berbeda, namun akan sangat sulit karena observer
harus tahu betul perbedaan suara antar individu. Metode ini mungkin hanya akan efektif bila
menggunakan alat perekam suara yang dapat membedakan suara antar individu melalui frekuensi
suara.
 
Suara-suara yang terdeteksi juga dapat dipetakan menggunakan Teknik triangulasi secara
bersamaan oleh beberapa observer (menggunakan kompas) dalam waktu bersamaan dari lokasi
berlainan pada peta lapang (yang baik); untuk estimasi populasi.
 
Penggunaan metode ini akan lebih efektif bila dilakukan terhadap populasi dengan densitas
rendah dan/atau spesies yang menjelajah dengan sistem territorial. Penerapan metode ini pada
populasi dengan densitas tinggi, akan menemui kesulitan untuk mendeteksi dan menentukan
lokasinya secara tepat bila pada waktu bersamaan banyak yang bersuara. Sebaliknya, akan tidak
efektif bila spesies primata yang dideteksi tidak/jarang bersuara (Tobing, 2008)

 Estimasi berdasarkan sarang


Kondisi populasi yang mempengaruhi jumlah sarang adalah sebaran (komposisi) umur dan sex;
bahwa bayi (infant) dan individu muda (juvenile) tidak membangun sarang sehingga nilai p akan
selalu lebih kecil dari 100 %. Misalnya  jika terdapat satu individu muda dalam suatu populasi
yang beranggotakan 10 individu, maka nilai p adalah 0,9.
Selanjutnya setiap individu yang berbeda umur dan sex umumnya membangun sarang
dalam jumlah bervariasi setiap hari. Umumnya sarang yang dibangun oleh individu dewasa
adalah 1
 –2 buah dalam sehari yaitu untuk istirahat di siang hari dan untuk tidur di malam hari; walaupun
tidak selalu demikian. Adakalanya individu tidak membangun sarang baru, tetapi memanfaatkan
sarang lama walaupun dengan memperbaruinya. Jadi nilai r relatif bervariasi, tergantung pada
komposisi umur dan sex dari populasi dalam suatu kawasan. Selanjutnya kondisi adalah
perbedaan jenis pohon jarang serta temperatur dan kelembaban yang mempengaruhi ketahanan
sarang. Dengan demikian nilai t tidak akan sama antar kawasan yang berbeda; tergantung pada
berapa lama (hari) sarang dapat bertahan dan tetap terlihat dengan baik. Metode ini diterapkan
oleh Schaik et al. (1995) di Taman Nasional Gunung Leuser Aceh Tenggara. Berdasarkan
pengalaman dan hasil-hasil penelitian sebelumnya di daerah sekitar Kawasan terduga, Schaik et
al (1995) mengindikasikan bahwa :
 
1. Proporsi individu yang membangun sarang (p) adalah 0,9 (karena dalam sepuluh individu
terdapat satu individu anak yang belum membangun sarang).
2. Jumlah sarang (rataan) yang dibangun setiap hari oleh satu individu (r) adalah 1,7
3. lama sarang tetap terdektesi ( umur sarang ) (t )adalah 73 hari.

Bila nilai p, r, dan t dalam suatu kawasan tertentu belum diketahui maka estimasi ukuran
populasi berdasarkan data sarang di kawasan tersebut tidak dapat dilakukan. Bila nilai p, r, dan t
ditentukan berdasarkan nilai dari daerah lain (walaupun dengan asumsi bahwa tipe dan kondisi
habitat adalah sama), estimasi populasi tetap tidak akan akurat; karena kondisi populasi maupun
umur sarang maksimal belum tentu akan sama. (Tobing, 2008). Oleh karena itu; estimasi ukuran
populasi suatu makhluk hidup berdasarkan data sarang hanya akan akurat bila data p, r, dan t di
Kawasan yang hendak diduga, telah diketahui sebelumnya.
 
Bila penelitian dilakukan secara berulang dalam selang waktu tertentu (monitoring) maka
umur sarang (t) yang digunakan dalam rumus estimasi ukuran populasi seperti tersebut, tidak lagi
merupakan umur sarang maksimal (lama sarang tetap terdeteksi), tetapi merupakan lama (jumlah
hari) selang dilakukan monitoring. Selanjutnya; sarang yang didata hanyalah sarang (baru) yang
dibuat dalam selang waktu satu bulan tersebut,
sedangkan sarang lama tidak disertakan dalam data. Oleh karena itu, populasi terduga juga hanya
merupakan  jumlah individu yang datang memanfaatkan kawasan dalam selang waktu tersebut.
Bila selang waktu monitoring adalah satu bulan (30 hari), maka nilai t adalah 30 hari, dan sarang
yang didata harus hanya sarang yang dibuat dalam kurun waktu 30 hari tersebut; dengan
demikian populasi terduga adalah jumlah individu yang memanfaatkan kawasan selama satu
bulan tersebut.
 
Bila monitoring terus dilakukan dalam selang waktu tertentu secara kontinu hingga
semua musim terwakili, dan hanya mendata sarang baru (pertambahan sarang di kawasan)
tentunya metode ini akan lebih akurat dalam menduga populasi suatu makhluk hidup.
 
Perhitungan populasi baik untuk hewan ataupun tumbuhan dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung dengan memperkirakan besarnya populasi
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan di hitung.
Misalnya, untuk padang rumput dapat digunakan metode kuadrat untuk memperkirakan
memperkirakan populasi dengan cara “track count” atau “fecal count” Untuk hewan yang ralatif
mudah ditangkap, misalnya tikus, belalang dapat di perkirakan dengan metode
capture-mark-release-recapture (CMRR) (Southwood, 1971 dalamAdisendjaja, et.al, 2001 dalam
 Suprayogi, 2010).

Metode capture-mark-release-recapture (CMRR) dikembangkan untuk mengatasi


kesulitan yang berhubungan dengan estimasi ukuran populasi pada hewan. Prinsip umum
percobaan CMRR adalah untuk menandai individu dalam penangkapan sesi pertama dan
kemudian untuk mencatat proporsi individu yang ditandai dalam penangkapan kembali sesi
berikutnya (Williams et al. 2001 dalam Suprayogi, 2010). Dalam model sederhana, populasi
berukuran N kemudian diperkirakan dari rasio individu yang ditandai dan individu yang tidak
ditandai dalam sesi penangkapan kembali (Seber, 1973 dalam Suprayogi, 2010), dengan asumsi
bahwa semua individu (ditandai dan tidak ditandai) dicampur secara acak setelah penangkapan
pertama dan dengan demikian semua individu bisa ditangkap kembali dalam sesi penangkapan
kembali. Namun, masih sangat sulit untuk memperoleh estimasi ukuran populasi yang dapat
diandalkan bagi spesies yang sulit untuk menangkapnya, seperti spesies langka, atau spesies
yang sulit untuk ditangani (Darroch, 1958 dalam Suprayogi, 2010).
Metode ini mengasumsikan populasi tertutup (tidak ada imigrasi, emigrasi, kelahiran atau
kematian antara pemberian tanda dan penangkapan kembali). Metode ini juga mengasumsikan
semua anggota populasi sama-sama mungkin ditandai dan ditangkap kembali, dan hewan
ditandai secara acak didistribusikan dalam populasi hingga saat penangkapan kembali
(McFarlane, 2003 dalam Suprayogi, 2010).
 
Menurut Southwood, kadang-kadang ada beberapa hewan yang bersifat suka ditangkap (
trap happy  ) atau susah ditangkap (trapsy ), dalam pelaksanaan metode ini perlu diasumsikan
bahwa:
a. Hewan yang ditandai tidak terpengaruh dan tanda tidak mudah hilang.
b. Hewan yang tercampur secara homogen dalam populasi. 9
c. Populasi harus dapat sistem tertutup (tidak ada emigrasi atau emigrasi dapat dihitung).
d. Tidak ada kelahiran dan kematian dalam perioda sampling (jika ada selama jumlahnya
relatif tetap, secara regular tidak ada masalah).
e. Hewan yang tertangkap sekali atau lebih, tidak akan mempengaruhi kemungkinan
penangkapan selanjutnya.
f. Populasi dicuplik secara random dengan asumsi:
1) Semua kelompok umur dan jenis kelamin dapat ditangkap secara proposional.
2) Semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk tertangkap (probabilitas
tertangkapnya hewan yang ditandai sama untuk setiap anggota populasi “equal
catchability” ).
3) Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap termasuk penanganannya yang
tidak terlalu lama.
4) 4. Hewan yang di tanfdai mempunyai probabilitas kesintasan. (Suprayogi, 2010)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi

1. Waktu : senin,28 desember 2021 pukul 14.00


2. Lokasi : dirumah sendiri

B. Alat dan Bahan

 Kacang putih

 Kacang merah

C. Prosedur Kerja
Menggunakan metode CMR (Capture Mark Recapture) untuk memperkirakan besarnya
populasi simultan (objek simulasi)(Suprayogi, 2010).
1. Ambil kacang putih secara acak dari sebuah toples.(penangkpan pertama)
2. Hitunglah kacang putih yang diambil secara acak.
3. Tukarkan kacang putih yang diambil secara acak dengan kacang merah.
4. Masukkan kacang merah yang ditukar itu kedalam sebuah toples kemudian diambil
secara acak. (penangkapan kedua)
5. Hitunglah kacang yang diambil secara acak (penangkapan kedua)
6. Hitunglah kacang merah yang ditangkap pada penangkpan pertama dan pada
penangkapan kedua.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
Percobaan 2 :
No
C M T R M2 (CM) MR CM2 /R R2/C CM2/MR (CM)2 R2
. CM2
1 25 0 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1,68965
2 29 25 22 7 625 725 175 2589,29 5 103,5714286 525625 49 18125
1,68965
54 25 47 7 625 725 175 2589,29 5 103,5714286 525625 49 18125

Menghitung jumlah estimasi populasi menggunakan metode Peterson Percobaan 2

N=∑ ( CM)/R

N=(54 x 25 ) / 7

N=1350/7

N= 192,85

N=193

Percobaan 4

N=∑ ( CM)/R

N=(114 X 150 )/26

N= 17.100/26

N= 657,69

N=658
Percobaan 4

No
C M T R M2 (CM) MR CM2 /R R2/C CM2/MR (CM)2 R2
. CM2
1 29 0 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 28 29 21 7 841 812 203 3364 1,75 116 659344 49 23548
169000
3 26 50 21 5 2500 1300 250 13000 0,961538 260 0 25 65000
484440
4 31 71 17 14 5041 2201 994 11162,2 6,322581 157,2142857 1 196 156271
15 719374
114 0 88 26 8382 4313 1447 27526,2 9,034119 533,2142857 5 270 244819

Menghitung jumlah estimasi populasi menggunakan metode Schnabel

Percobaan 2

N=∑ ( CM)/R

N=725/7

N= 103,57

N=104

Percobaan 5

N=∑ ( CM)/R

N=4313/26
N=165,88

N=166
C. Pembahasan
Perhitungan populasi baik untuk hewan ataupun tumbuhan dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung dengan memperkirakan besarnya populasi
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan di hitung. Hewan
yang relatif mudah ditangkap, misalnya tikus, belalang dapat diperkirakan dengan metode
capture-mark-release-recapture (CMRR). Metode capture-mark-release-recapture
(CMRR) dikembangkan untuk mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan estimasi ukuran
populasi pada hewan.

Prinsip umum percobaan CMRR adalah untuk menandai individu dalam penangkapan
sesi pertama dan kemudian untuk mencatat proporsi individu yang ditandai dalam penangkapan
kembali sesi berikutnya.

Model sederhana populasi berukuran N kemudian diperkirakan dari rasio individu yang
ditandai dan individu yang tidak ditandai dalam sesi penangkapan kembali, dengan asumsi
bahwa semua individu (ditandai dan tidak ditandai) dicampur secara acak setelah penangkapan
pertama dan dengan demikian semua individu bisa ditangkap kembali dalam sesi penangkapan
kembali. Metode ini mengasumsikan populasi tertutup (tidak ada imigrasi, emigrasi, kelahiran
atau kematian antara pemberian tanda dan penangkapan kembali). Metode ini juga
mengasumsikan semua anggota populasi sama-sama mungkin ditandai dan ditangkap kembali,
dan hewan ditandai secara acak didistribusikan dalam populasi hingga saat penangkapan
kembali. Sebagian besar kasus, tidak praktis atau bahkan tidak mungkin untuk menghitung
semua individu yang berada dalam suatu populasi Para ahli ekologi seringkali menggunakan
berbagai macam teknik pengambilan sampel untuk mentaksir kepadatan dan ukuran total
populasi.

Teknik pengambilan sampel lain yang umum digunakan untuk menaksir populasi
binatang liar adalah metode penangkapan, penandaan, pelepasan dan penangkapan kembali
(capture mark release recapture).

.Berdasarkan hasil perhitungan estimasi populasi kacang di toples dengan menggunakan


metode CMRR, diperoleh data estimasi populasi (N) sebesar 1.084. Dinamika dari populasi erat
kaitanya dengan kondisi lingkungan dan sumber daya alam.
Faktor-faktor penentu dari kedinamikaan ini, dapat dikelompokkan sebagai; faktor yang
tergantung pada kepadatan populasi itu sendiri, seperti persaingan, pemangsaan, parasitisme dan
faktor yang tidak datergantung pada kepadatan populasi, misalnya iklim, cuaca, bencana
alam.Tiga karakteristik fundamental suatu populasi adalah densitas (jumlah individu per satuan
luas atau volume), dispersi (pola penjarakan antara individu dalam perbatasan populasi), dan
demografika (statistika vital populasi dan perubahan statistika tersebut seturut waktu).

Pada pengamatan ini menggunakan metode Petersen dan shcannabel dimana individu
yang sama dihitung lebih dari sekali dalam keadaan ekologi tertentu selain itu semakin kecil
sampel yang digunakan, kemungkinan bisa semakin tinggi. Pada masing-masing pengulangan ke
2, dan 4 memiliki nilai besar ukuran populasi, standar error, dan selang kepercayaan yang
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan karena pengambilan kacang dari toples itu diambil secara
acak (random) tidak seragam (uniform).

Faktor-faktor yang mempengaruhi metode capture mark recapture adalah:

1.Besar kecilnya pengambilan penangkapan : semakin besar pengambilan,


semakin banyak pula kancing yang terambil.

2. Proses randomisasi : semakin rata pengocokan, semakin rata pula  jumlah


populasiyangterambil.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berarti penduduk. Populasi dari suatu negara dimaksudkan adalah penduduk dari negara
tersebut. Sedangkan populasi yang dimaksudkan dalam ekologi adalah populasi dari spesies-
spesies atau jenis-jenis organisme. Populasi meliputi kumpulan individu-individu organisme di
suatu tempat yang memiliki sifat-sifat serupa, mempunyai asal-usul yang sama, dan tidak ada
yang menghalangi anggota-anggota individunya untuk berhubungan satu sama lain
mengembangkan keturunan secara bebas (Utina, 2009).
 
DAFTAR PUSTAKA
Champbell, Urry R, Cain, Minorsky W, dan Fackson. 2008.
Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3.
 Jakarta: Penerbit Erlangga
https://www.academia.edu/37946032/Estimasi_Kepadatan_Populasi

Anda mungkin juga menyukai