Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN INKLUSI

AKSEBILITAS FISIK DAN NON-FISIK DALAM SETTING


PENDIDIKAN INKLUSI

DOSEN PENGAMPUH :

RUMANTI REGINA SIMBOLON,S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

PUTRI ASLEN FERARI (1910007771001)

FRIMA GITA OKTAFIA (1910007771007)

WAHYUDI (1910007743012)

STKIP YAYASAN ABDI PENDIDIKAN PAYAKUMBUH

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah pendidikan
inklusif dengan judul Aksebilitas Fisik Dan Non-Fisik Dalam Setting
Pendidikan Inklusi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas dari dosen Rumanti regina
simbolon,S.Pd,M.Pd.Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang
relevan dengan materi yang disajikan dalam makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif
sangat penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini.Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun
bagi para  pembaca.

Payakumbuh, 7 Mei 2022

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................

A. Latar Belakang..........................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................

A. Pengertian Aksebilitas..............................................................
B. Pengertian Aksebilitas Fisik.....................................................
C. Pengertian Aksebilitas Non-Fisik............................................

BAB III PENUTUP...............................................................................

A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan dalam hal aksesibilitas sebenarnya sudah lama menjadi
perbincangan. Aksesibilitas sebenarnya bukan hanya milik orang-orang normal
saja tetapi juga untuk orang berkebutuhan khusus. Pemerintah mengeluarkan
beberapa peraturan atau kebijakan untuk penyediaan fasilitas bagi orang-orang
berkebutuhan khusus yaitu Undang-Undang No.4 Tahun 1997 Tentang
Penyandang Cacat yang kemudian ditindaklanjuti dengan beberapa keputusan
menteri yang menyangkut tentang akses fasilitas bangunan fisik yaitu Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum No. 468 Tahun 1998 tentang Aksesibilitas yang berisi
Petunjuk teknis untuk bangunan dan lingkungan yang aksesibel bagi para
penyandang ketunaan.
Selanjutnya Keputusan Menteri Transportasi No. KM 71 tahun 1999
tentang Aksesibilitas bagi Penyandang cacatp ada fasilitas transportasi umum,
petunjuk aksesibilitas fasilitas transportasi darat, laut, dan udara bagi penyandang
cacat. Aksesibilitas dalam hal pendidikan, khususnya dalam pendidikan inklusi
bagi anak berkebutuhan khusus sampai saat ini dirasa masih kurang. Baik dalam
hal kenyamanan dan keamanan. Hal tersebut dikarenakan masih banyak sekolah
inklusi yang belum menyediakan sarana aksesibilitas yang memadai dan
memudahkan anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan persamaan
kesempatan untuk lebih mempermudahkan mereka dalam segala kegiatan
pembelajaran di sekolahnya.
Wujud aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat
berupa running text yang dipampang di sekolah untuk memudahkan siswa tuna
rungu untuk mengetahui informasi yang ada. Bagi siswa autis dapat menghindari
adanya sudut lancip pada setiap bangunan, bagi siswa tuna daksa wujud
aksesibilitas dapat berupa diperbanyaknya bidang miring dan lantai tidak licin
yang ada di sekolah sehingga memudahkan kursi roda untuk berjalan di atasnya.
Secara formal akses pendidikan inklusi sudah dijamin oleh Undang-Undang
Dasar Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi.
Kebijakan ini memungkinkan penyandang disabilitas untuk mengakses
pendidikan bersama dengan siswa umum, sesuai dengan kemampuan
penyandang disabilitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aksebilitas
2. Apa yang dimakssud dengan aksebilitas fisik
3. Apa yang dimaksud dengan aksebilitas non-fisik

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Aksebilitas
2. Untuk Mengetahui Akasebilitas Fisik
3. Untuk Mengetahui Aksebilitas Non-Fisik
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Aksesibilitas
Kata aksesibilitas berasal dari bahasa Inggris (accessibility) yang artinya
kuranglebihkemudahan. Jadi aksesibilitas dapat kita pahami sebagai kemudahan
yang diberikanpada anak berkebutuhan khusus untuk dapat mengembangkan
dirinya sebagaikompensasi dari tidak berfungsinya bagian – bagian tubuh si anak
berkebutuhan khusus.(Tangkesalu,2015)Dalam bahasa indonesia aksesibilitas
berarti tentang mudah dicapai, mudahdatangi, dapat didatangi.

Dalam pengembangannya aksesibilitas berarti:


1) Kemudahan yang disediakan bagi yang berkebutuhan khusus/ kaum
difabelguna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek
kehidupan danpenghidupan
2) Tingkat kemudahan untuk menuju, mencapai, memasuki dan
menggunakansegala fasilitas umum yang ada bagi semua orang
3) Aksesibilitas bagi semua adalah upaya meningkatkan kemudahan semuaorang
dalam mencapai, memasuki, menggunakan, tidak menjadi belaskasihan orang
lain. (Wiriantari et al., 2019)

Sedangkan menurut UU NO 28 Tahun 2002, aksesibilitas adalah kemudahan


yangdisediakan bagi semua orang termasuk orang yang berkebutuhan khusus dan
lansia gunamewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan
dan penghidupan.Aksesibilitas yang merupakan prasyarat bagi anak
berkebutuhan khusus untuk dapatberpartisipasi dalam masyarakat bukan hanya
bersifat fisik, seperti lingkungan yangbebas hambatan dan transportasi yang
mudah, tetapi juga meliputi aspek non fisik sepertisikap atau penerimaan
masyarakat akan keberadaan anak berkebutuhan khusus. Sikapyang diharapakan
adalah penerimaan secara wajar dan meniadakan diskriminasi sertastigmasasi.
(Firdaus & Iswahyudi, 2010).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aksesibilitas bukan


hanyamilik para penyandang ketunaan fisik saja melainkan bagi semua orang
dengan ketunaanapapun, dan dalam aspek apapun tanpa terkecuali termasuk
dalam aspek pendidikan.Bagi anak berkebutuhan khusus yang berada dalam
lingkup layanan pendidikan inklusi,wujud dari aksesibilitas bagi mereka adalah
segala sesuatu yang lebih memudahkanmereka guna mendapatkaan hak dan
pelayanan yang benar – benar mereka butuhkan daridalam lingkungan sekolah
untuk dapat membantu membantu mengembangkan potensi maksimal
yangdimiliki.Pentingnya aksesibilitas bagi penyandang disabilitas adalah untuk
menjaminkemandirian dan partisipasi mereka dalam segala bidang kehidupan di
masyarakat.Bagaimanapun, diskursus aksesibilitas memiliki makna dan cakupan
yang luas, yaitu bukan hanya terkait dengan bangunan/fasilitas publik, seperti
pasar, gedung pemerintah,sarana transportasi, namun juga pada pelayanan publik
secara umum, misalnya pelayanankesehatan, pendidikan, hukum dan lain-lain.

Ada 4 asas dalam aksesibilitas yaitu :


1) Asas kemudahanSetiap individu harus dapat mencapai lokasi atau tempat
yang bersifat publikdalam suatu lingkungan binaan termasuk gedung
bangunan.
2) Asas kegunaanSetiap individu berhak untuk mempergunakan semua tempat
atau bangunan yangbersifat publik pada suatu lingkungan binaan dan semua
orang harus dapatmempergunakan semua fasilitas yang ada di dalam suatu
lingkungan binaan.
3) Asas keselamatan Setiap bangunan atau lingkungan binaan yang bersifat
publik harus mampumemberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh
penggunaannya.
4) Asas kemandirianArtinya setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan
mempergunakan semuatempat atau bangunan dalam suatu lingkungan dengan
tanpa membutuhkan bantuanoranglain.

Pada umumnya dalam lingkungan ruang publik kebutuhan akan


aksesibilitasterbagi menjadi tiga kategori yaitu :
1) Kecacatan fisik, yang mencakup mereka yang menggunakan kursi roda, semi-
ambulant, dan mereka yang memiliki hambatan manipulatoris yaitu kesulitan
gerakotot
2) Kecacatan sensoris (alat indra) yang meliputi orang tunanetra, tunarungu, dan
tunawicara.
3) Kecacatan intelektual / mental(tunagrahita,tunalaras).

B.Aksesibilitas Fisik Beserta Contoh


Aksesibilitas fisik adalah lingkungan fisik yang oleh penyandang cacat
dapatdihampiri, dimasuki atau dilewati, dan penyandang cacat itu dapat
menggunakan wilayahdan fasilitas yang terdapat di dalamnya tanpa bantuan.
Dalam pengertian yang lebih luas,aksesibilitas fisik mencakup akses terhadap
berbagai bangunan, alat transportasi dankomunikasi, serta berbagai fasilitas di luar
ruangan termasuk sarana rekreasi.
Terkait dengan aksesibilitas fisik, terdapat kebijakan negara berupa
peraturanmenteri pekerjaan umum RI No. 30 Tahun 2006 Tentang pedoman teknis
fasilitas danaksesibilitas. Pada bangunan dedung dan lingkungan, peraturan
menteri PU ini mengaturpersyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas pada
bangunan dan lingkungan, termasukruang terbuka dan penghijauan yang
dipergunakan dan dikunjungi orang, khususnya agarmudah diakses oleh anak
berkebutuhan khusus atau penyandangan disabilitas.
Dalam (Syafi, 2014) contoh aksesibilitas fisik adalah sebagai berikut :
1) Ram atau tangga lantaiRam ini hendaknya disediakan disetiap pintu masuk
agar mudah diakses, baikbagi pengguna kursi roda maupun penyandang
disabilitas netra.
2) Lift atau eskalatorSarana ini penting apabila gedung memiliki lebih dari 1
lantai
3) Pintu otomatis dengan sensor gerakan untuk membuka dan menutup secara
otomatis
4) Toilet khusus
5) Ruangan atau kamar dilengkapi dengan label nama atau nomor dalam huruf
braille
6) Pembedaan lard mark
7) Parkir khusus
8) Keamanan lingkungan, meliputi saluran air atau got yang tertutup dan lantai
yangtidak licin atau basah.

Aksesibilitas di lingkungan sekolah secara umum meliputi:


1) Jalan menuju sekolah
Pejalan kaki di lingkungan sekolah yang aksesibel adalah memiliki
kelebaranminimal 1,6 m untuk mempermudah pengguna jalan dari dua arah
yang berbeda,dilengkapi dengan kelandaian (curb cuts) di setiap ujung jalan
dan pemandu jalurtaktil (guiding block).
2) Halaman sekolahPintu pagar yang digeser, mudah dan ringan untuk dibuka
dan ditutup, jembatansekolah yang tertutup tanpa lubang-lubang di tengah,
lantai yang rata, ataudi lengkapi dengan kelandaian (ramp).
3) Pintu ruang kelasUkuran lebar pintu sekitar 160cm, mudah untuk dibuka dan
ditutup, merapat kedinding ketika pintu terbuka, lantai antara ruang kelas dan
halaman kelas harus sama di lengkapi tesktur dan warna yang berbeda dimuka
pintu atau jika ada jarak diberikankelandaian dengan material yang tidak licin.
4) Jendela Sebaiknya jendela dibuat sliding/bergeser untuk membukanya, bila
daun jendeladibuka mengarah keluar maka daun jendela membuka ke
atas/dengan engsel dibawah. Bukaan jendela yang mengarah ke bawah, akan
membahayakan kepalapeserta didik tunanetra.
5) Koridor kelasLebar koridor harus memberikan ruang gerak untuk pengguna
kursi roda minimal160cm, lantai rata tetapi dilengkapi pemandu jalur taktil
dengan warna terang yangberbeda (guiding block), ramp yang
menghubungkan antar ruangan.

6) Ruang kelas
 Gang antara barisan meja dan kursi harus memberikan cukup gerak untuk
semuaanak termasuk pengguna kursi roda atau kruk.
 Penempatan papan tulis harus mudah dijangkau oleh semua anak termasuk
kursiroda.
 Pencahayaan yang terang tapi tidak menyilaukan bagi anak dengan
gangguanpenglihatan.
 Lokasi meja yang mudah dijangkau oleh anak pengguna kursi roda.

7) Perpustakaan
 Ketinggian rak buku yang mudah dijangkau oleh semua anak termasuk
penggunakursi roda.
 Ruang antar rak buku yang lebar agar memudahkan anak untuk gerak.
 Fasilitas kursi dan meja yang tersedia termasuk meja bagi anak pengguna
kursiroda.
 Penomoran buku yang mudah dimengerti dan ketersediaan dalam braille.
8) Laboratorium
 Ketinggian meja dan rak peralatan yang mudah dijangkau oleh semua
anaktermasuk pengguna kursi roda.
 Ruang antar meja dan rak peralatan yang lebar agar memudahkan anak
untukgerak.
 Fasilitas kursi dan meja yang tersedia termasuk meja bagi anak pengguna
kursiroda.

9) Arena olahraga
 Lapangan (outdoor) dan lantai (indoor) harus rata dan tidak ada lubang.
 Jalan menuju arena olahraga harus aksesibel (tangga dan ramp).
 Penempatan loker yang mudah dijangkau.
 Setiap tiang dan sudut yang tajam dilapisi bantalan atau karet yang aman.

10) Arena bermain dan taman sekolah


 Lapangan yang rata, letak pohon yang tidak mengganggu anak untuk gerak.
 Di sekeliling tiang bendera harus ada pembatas.

11) Ruang UKSKelebaran pintu, lantai yang rata dan tidak licin, penempatan
peralatan yangmudah dijangkau.

12) Toilet
 Lebar pintu minimal 1,25m, idealnya pintu geser
 Pintu mudah untuk dibuka dan ditutup, ketinggian pegangan pintu yang
mudahdijangkau oleh semua anak.
 Ruang yang cukup untuk gerak pengguna kursi roda.
 WC duduk dan kering.
 Handrail atau pegangan tangan di kedua sisi (di salah satu sisi
peganganyangfleksibel) dan belakang WC.
 Letak tombol penyiram air yang mudah dijangkau (sisi kiri, belakang, atau
dilantai).
 Letak kran air dan jet shower (selang pencuci) yang mudah dijangkau.
 Letak tombol darurat.
 Letak toilet paper yang mudah dijangkau.
 Ketinggian bak pencuci tangan/washtafel yang mudah dijangkau maksimal
90cm.
 Kran pemutar air yang mudah dijangkau dan dioperasikan.

13) TanggaKemiringannya dibuat tidak curam (kurang dari 60 derajat), memiliki


pijakanyang sama besar serta memiliki pegangan tangan di kedua sisi,
terdapat petunjuktaktil yang berwarna terang dimulut tangga.
14) .Penyeberangan jalan menuju sekolahPenyeberangan jalan di lingkungan
sekolah, sebaiknya dapat mengeluarkan suara,sehingga anak berkebutuhan
khusus dapat menyeberang dengan aman.
15) Tanda-tanda Khusus Sekolah dan Lingkungan SekitarnyaTanda-tanda khusus
ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta didikmenujulokasi sekolah dari
rumah atau asrama mereka. Tanda-tanda khusus inidianjurkan bersifat
permanen yaitu tidak berubah dan berpindah-pindah sertasebaiknya disertai
dengan tulisan dengan huruf Braille.

C.Aksesibilitas Non-Fisik Besrta Contoh


Aksesibilitas non fisik adalah jenis dan pelayanan informosi, meliputi:
suara,bunyi dan tulisan yang terkait/melekat dengan keberadaan aksesibilitas fisik
yang tersediadi sarana dan prasarana umum (bandara, stasiun terminal, kantor
pemerintah, kantorBank, Rumah Sakit Mall/pertokoan dan pelayanan berbagai
informasi di bidang:Perundang-undangan, Ketenagakerijaan, Pendidikan,
Komunikasi dan Teknologi danlain-lain. jenis Pelayanan khusus bagi pertandang
cacat yang merupakan sarana atau tempat yang di khususkan untuk para
penyandang cacat, yang bersedia di sarana danprasarana sarana umum dalam
(bandara, Stasiun Terminal, Kantor Pemerintah, KantorBank, Rumah Sakit,
Mall/pertokoan) misalnya: loket loket pembayaran, pemesanan tiketcom ruang
tunggu dan lain-lain.

Aksesibilitas non fisik adalah kemudahan untuk mendapat peluang kesetaraan


yang meliputi :
1) Informasi dan teknologi yang aksesibel misalnya buku dalam huruf Braille
bagipeserta didik tunanetra total, bahasa isyarat bagi peserta didik tunarungu,
dan hurufbesar dan tebal bagi peserta didik yang mengalami gangguan
penglihatan jarak jauh(low vision).
2) Diskriminasi dari masyarakat sekolah terhadap peserta didik
3) Sikap guru dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didik tuna rungu
tidakboleh membelakangi muka peserta didik
4) Kesetaraan dalam kesempatan setiap pembelajaran di sekolahAksesibilitas
nonfisik dikaitkan dengan bagaimana informasi, komunikasi danteknologi
dapat digunakan atau dipahami penyandang disabilitas.

Hal ini terkait denganbagaimana merespon kebutuhan penyandang disabilitas,


yakni :
1) Yang harus diingat adalah ketika kita ingin menyediakan atau
menyebarluaskaninformasi, hendaknya kita berpikir apakah informasi yang
kita buat dapatdipahami oleh penyandang disabilitas rungu, low vision/ netra
atau kesulitanbelajar (learning disability).
2) Untuk dapat membuat informasi yang lebih aksesibel, penting
untukmemodifikasi bentuk media informasi dalam format tertentu,
misalnyamencetak dalam font yang besar agar dapat diakses oleh individu low
vision.
3) Memberikan layanan “communication support”, yang bertujuan
agarpenyandang disabilitas lebih memahami informasi yang ada,
misalnyamembacakan teks tertentu untuk tunanetra, menggunakan catatan
atau tulisanketika berkomunikasi dengan penyandang rungu-wicara,
menyediakan alatbantu dengar adaptif di bioskop dan sebagiannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata aksesibilitas berasal dari bahasa Inggris (accessibility) yang
artinya kuranglebihkemudahan. Jadi aksesibilitas dapat kita pahami sebagai
kemudahan yang diberikanpada anak berkebutuhan khusus untuk dapat
mengembangkan dirinya sebagaikompensasi dari tidak berfungsinya bagian –
bagian tubuh si anak berkebutuhan khusus.(Tangkesalu,2015)Dalam bahasa
indonesia aksesibilitas berarti tentang mudah dicapai, mudahdatangi, dapat
didatangi.

Dalam pengembangannya aksesibilitas berarti:


1) Kemudahan yang disediakan bagi yang berkebutuhan khusus/ kaum
difabelguna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek
kehidupan danpenghidupan
2) Tingkat kemudahan untuk menuju, mencapai, memasuki dan
menggunakansegala fasilitas umum yang ada bagi semua orang
3) Aksesibilitas bagi semua adalah upaya meningkatkan kemudahan semuaorang
dalam mencapai, memasuki, menggunakan, tidak menjadi belaskasihan orang
lain. (Wiriantari et al., 2019)

B. Saran
Kami menyadari di dalam resume ini dengan judul “Aksebilitas Fisik Dan
Non-Fisik Dalam Setting Pendidikan Inklusi “ masih banyak kekurangan.
Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah kami
harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, F., & Iswahyudi, F. (2010). Aksesibilitas Dalam Pelayanan Publik Untuk
Masyarakat Dengan Kebutuhan Khusus. Jurnal Borneo Administrator, 6(3).
Syafi, M. (2014). Pemenuhan Aksesibilitas Bagi Penyandang Disabilitas. Inklusi, 1,
269–290.

Anda mungkin juga menyukai