Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadiarat Allah SWT yang mana telah melimpahkan
rahma dan segala bentuk kenikmatan kepada kita semua. Makalah ini merupakan bentuk
komitmen dan penyempurnaan nilai-nilai kia sebagai mahasiswa. Universitas Muhammadiyah
Malang dalam mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan IV yang berjudul “Islam dan
Penerapan IPTEKS : Fiqih Lingkungan” dalam rangka memenuhi tugas ibadah mata kuliah Al-
Islam dan Kemuhammadiyahan IV dengan baik dan sesuai dengan tenggat yang telah ditentukan.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan IV kelas A, Anisatu Thouuibah, S. Hum, M. Hum yang telah
meamanahkan tugas kepada kelompok 11, sehingga dapat kami kerjakan dengan sebaik-baiknya.
Pada makalah ini, dijelaskan tentang pengertian fikih lingkungan dan urgensinya,
pandangan islam dan islam agama yang ramah lingkungan, islam dan pemeliharaan lingkungan
(perspektif etika), dan konsep islam dalam pemeliharaan lingkungan. Menginat pentingnya kita
sebagai umat muslim untuk mengerti pentingnya mengetahui apa itu fikih lingkungan sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari menurut sumber-sumber yang terpercaya seperti
Al-Quran dan Hadist-hadist.
6 Juni 2023
Akmal Rizqi
DAFTAR ISI
BAB 1...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Fiqih Difabel dan Urgensinya.....................................................................................6
2.1.1 Pengertian Fiqih Difabel.......................................................................................................6
2.1.2 Urgensi.................................................................................................................................6
2.2 Pandangan Islam tentang Difabel dan Kebijakan Umum Tentang Difabel....................................7
2.2.1 Pandangan Islam tenang Difabel..........................................................................................7
2.2.2 Kebijakan Umum tentang Difabel........................................................................................8
2.3 Ibadah Berprespektif Difabel.......................................................................................................9
2.4 Muamalah Berprespektif Difabel...............................................................................................13
BAB III........................................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, disabilitas adalah fenomena yang kompleks dan dipengaruhi
oleh interaksi antara ciri-ciri fisik atau mental seseorang dan lingkungan sosial dan
budaya tempat orang tersebut tinggal. Penyandang cacat atau difabel merujuk pada
individu yang memiliki kekurangan fisik dan/atau mental yang menghalangi atau
mengganggu kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas atau aktivitas dengan
benar dan efektif. Hal ini dapat meliputi berbagai jenis hambatan atau rintangan, dan
menyebabkan kesulitan dalam partisipasi dan integrasi sosial. mereka terbagi menjadi
tiga kategori, yaitu penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, dan
penyandang cacat fisik sekaligus mental.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1.2 Urgensi
2.2 Pandangan Islam tentang Difabel dan Kebijakan Umum Tentang Difabel
“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak
(pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-
sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-
ibumu, dirumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang
perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu
yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu
yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya atau dirumah kawan-
kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau
sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini)
hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi
salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi
berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar
kamu memahaminya.”
Adapun cara kedua ialah dengan membasuh anggota wudu yang masih
tersisa (jika yang tersisa di atas siku, maka sunah membasuh di atasnya). Tapi jika
kondisi tidak memungkinkan untuk melakukannya sendiri, maka mencari orang
untuk mewuduinya, baik secara gratis ataupun harus membayar. Sedangkan
apabila belum menemukan orang yang bisa membantunya berwudu ataupun tidak
punya uang untuk membayar mereka, maka boleh shalat dengan tanpa wudu
tetapi harus mengulangi lagi shalat tersebut apabila sudah memungkinkan
berwudu. Sedangkan perihal orang yang tangan hingga sikunya tidak ada, maka ia
tidak wajib lagi membasuh sisa tangannya tersebut. Dengan kata lain, dia bisa
langsung beralih ke anggota wudu
Hifzh al-din: memberikan jaminan hak kepada umat Islam untuk memelihara agama
dan keyakinannya (al-din). Sementara itu Islam juga menjamin sepenuhnya atas
identitas (kelompok) agama yang bersifat lintas etnis, oleh karena itu Islam menjamin
kebebasan beragama, dan larangan adanya pemaksaan agama yang satu dengan
agama lainnya
Hifzh al-nafs wa al-’irdh: memberikan jaminan hak atas setiap jiwa (nyawa) manusia,
untuk tumbuh dan berkembang secara layak. Dalam hal ini Islam menuntut adanya
keadilan, pemenuhan kebutuhan dasar (hak atas penghidupan) pekerjaan, hak
kemerdekaan, dan keselamatan, bebas dari penganiayaan dan kesewenang-wenangan.
Hifzh al-‘aql: adalah adanya suatu jaminan atas kebebasan berekspresi, kebebasan
mimbar, kebebasan mengeluarkan opini, melakukan penelitian dan berbagai aktivitas
ilmiah. Dalam hal ini Islam melarang terjadinya perusakan akal dalam bentuk
penyiksaan (represi), penggunaan ekstasi, minuman keras dan lain-lain.
Hifzh al-nasl: merupakan jaminan atas kehidupan privasi setiap individu,
perlindungan atas profesi (pekerjaan), jaminan masa depan keturunan dan generasi
penerus yang lebih baik dan berkualitas. Free sex, zina menurut syara’, adalah
perbuatan yang dilarang karena bertentangan dengan hifzh al-nasl.
Hifzh al-mal: dimaksudkan sebagai jaminan atas pemilikan harta benda, properti dan
lain-lain. Dan larangan adanya tindakan mengambil hak dari harta orang lain, seperti
mencuri, korupsi, monopoli, oligopoli, monopsoni dan lain-lain
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Ahmad Totonji dan Abdulaziz Sachedina. (2013). “Islam and Disability: Perspectives in
Theology and Jurisprudence,” Journal of Religion, Disability
& Health.